Anda di halaman 1dari 28

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGGUNAAN PAKU SEBAGAI SERAT UNTUK


CAMPURAN BETON FC 25 MPA TERHADAP KAPASITAS
KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH

Disusun Sebagai Syarat Meraih Gelar Sarjana Teknik (ST)


Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Disusun Oleh:
AGUS SANTOSO
431302483

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikan penyusunan

skripsi tentang ANALISIS PENGGUNAAN PAKU SEBAGAI SERAT

UNTUK CAMPURAN BETON FC 25 MPA TERHADAP KAPASITAS

KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Strata-1 (S1) Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil,

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak doa,

bantuan, dan dukungan moral serta materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini

disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Bantot Sutriono, Msc selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil

Fakultas teknik Sipil Universitas 17 agustus 1945 Surabaya.


2. Bapak Ir.Gede Sarya, MT selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan koreksi,

memberikan saran dan kritik, serta memotivasi penulis dalam

menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.


3. Ibu Nurul Rochmah, ST, MT, MSc selaku Dosen Pembimbing 2

yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,

memberikan koreksi, memberikan saran dan kritik, serta memotivasi

penulis dalam menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.


4. Kedua orang tua tercinta bapak Warsono dan ibu Sati, yang selalu

mendoakan ku, terima kasih atas perhatian dan dukungan nya selama

ini.

i
5. Saudara Agung Wibowo, Ibnu Amirul Hasan, dan Arvin Resa yang

telah membantu proses pembuatan benda uji, terimakasih atas bantuan

tenaganya selama ini.


6. Teman mahasiswa Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 angkatan

2013 atas perhatian, pengertian dan dukungan nya selama ini.

Penulis menyadari didalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tak

lepas dari berbagai kesalahan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran

yang membangun guna kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga laporan proyek akhir ini

dapat memberikan faedah dan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, April 2017

Penulis

ii
ANALISIS PENGGUNAAN PAKU SEBAGAI SERAT UNTUK
CAMPURAN BETON FC 25 MPA TERHADAP KAPASITAS KUAT
TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH

Nama : Agus Santoso


NBI : 431302483
Pembimbing :1. Ir. Gede Sarya, MT
2. Nurul Rochmah, ST. MT

ABSTRAK
Penggunaan beton untuk bahan konstruksi saat ini masih diminati karena
beton mempunyai keunggulan seperti kuat tekan yang tinggi tetapi beton juga
mempunyai kekurangan yaitu bersifat getas dan mempunyai kuat tarik yang
rendah. Kekurangan yang dimiliki beton bisa diatasi dengan menambahkan serat
pada campuran beton, bisa disebut beton serat
Pada penelitian ini penggunaan fiber steel khusus buatan pabrik sebagai
bahan tambahan akan digantikan dengan bahan material lain yaitu paku. Hasil
yang akan diuji meliputi kuat tekan dan kuat Tarik belah dari variasi paku 0%, 2%
dan 4% dilakukan pengujian umur 7 hari dan 28 hari benda uji sebanyak 36 buah.
Hasil yang diperoleh dari proses penelitian ini adalah terjadi penurunan
kuat tekan seiring bertambahnya variasi paku dengan nilai 0% 27.7 MPa, 2% 25.0
MPa, dan 4% 23.5 MPa sebaliknya terjadi peningkatan kuat tarik belah seiring
bertambahnya paku sebesar 0% 11.2 MPa, 2% 12.3 MPa, dan 4% 13.4 MPa.
Dapat dilihat bahwa penambahan paku menurunkan kuat tekan 9.8% pada paku
2% dan 15.1% paku 4% terhadap beton normal sedangkan untuk kuat tarik belah
meningkat sebesar 10% pada paku 2% dan 20% untuk paku 4% terhadap beton
normal.

Kata Kunci: Beton. Beton Serat.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................1
1.3 Batasan Masalah ..................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................4


2.1 Pengertian umum .................................................................4
2.1.1 Beton ...............................................................4
2.1.1 Beton Serat......................................................4
2.2 Material ...............................................................................5

2.2.1 Semen Portland ........................................................5


2.2.2 Air.............................................................................6
2.2.3 Agregat.....................................................................6
2.3.4 Paku..........................................................................7
2.3 Dasar Mix Design ................................................................8
2.4 Tahapan Pembuatan Beton ..................................................8
2.5 Perawatan ( Curing ) ............................................................9
2.6 Uji Kuat Tekan Beton ..........................................................9
2.7 Uji Kuat Tarik Belah Beton .................................................10
2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................10

BAB 3 METODE PENELITIAN ...........................................................12


3.1 Flowchart Diagram Alir Pelaksanaan ..................................12
3.2 Pelaksanaan Penelitian.........................................................12
3.2.1 Tempat Penelitian ....................................................12
3.2.2 Rancangan Penelitian ..............................................12
3.2.3 Alat dan Bahan ........................................................13

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................15


4.1 Umum ..................................................................................15
4.2 Material pasir .......................................................................15
4.3 Material kerikil ....................................................................16
4.4 Mix design ...........................................................................17
4.5 Hasil pengujian ....................................................................18
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................21
5.1 Kesimpulan ..........................................................................21
5.1 Saran ..................................................................................21

iv
DAFTAR PUSTAKA .....21

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan beton untuk bahan konstruksi saat ini masih diminati karena
beton mempunyai keunggulan seperti kuat tekan yang tinggi, perawatan yang
mudah setelah beton menggeras dan mudah dibentuk menyesuaikan kebutuhan.
Diantara kelebihan tersebut beton juga mempunyai kekurangan yaitu bersifat
getas dan mempunyai kuat tarik sekitar sepuluh persen dari kuat tekannya (Nawy,
1995). Kekurangan yang dimiliki beton bisa diatasi dengan penambahan tulangan
pada daerah tarik, dikenal dengan beton bertulang (reinforced concrate) atau
dengan menambahkan serat pada campuran beton, bisa disebut beton serat (fiber
concrate).
Menurut ACI (American Concrete Institute) Committee 544 beton serat
(fiber concrate) adalah campuran antara semen, agregat halus agregat kasar, air
dan material tambahan berupa serat yang disebar secara acak untuk mencegah
retak-retak yang terjadi akibat pembebanan, akibat panas hidrasi, maupun
penyusutan. Bahan yang digunakan untuk serat tersebut dikategorikan menjadi
dua, yaitu serat alami yang mempunyai modulus elastisitas yang rendah seperti
jerami, serabut kelapa, ijuk dll. Serta serat buatan yang memiliki modulus
elastisitas lebih tinggi dari beton, misalnya serat baja (fiber steel), serat sintetik
dan serat kaca. Penelitian tentang beton serat dengan menggunakan bahan
tambahan fiber steel yang mempunyai permukaan kasar, ujung berangkur,
bergelombang dan beberapa bentuk lain terbukti sangat efektif untuk
meningkatkan kapasitas kekuatan beton dengan signifikan (Thomas J, 2007).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah mengenai penggunaan paku untuk campuran beton
serat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik kuat tekan dan kuat tarik belah beton serat
dengan tambahan paku persentase 2% dan 4%.

1
2. Apakah pemilihan paku sebagai alternatif bahan tambahan beton sudah
mencapai hasil yang diharapkan yaitu nilai kuat tarik belah lebih besar
dari pada beton normal?

1.3. Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah. Maka dilakukan pembatasan masalah
terhadap hal-hal yang di amati selama penelitian sebagai berikut:
1. Pemilihan paku untuk bahan tambahan beton serat menggunakan ukuran
paku dengan panjang 20 mm dan diameter 1 mm, tidak meninjau paku
dengan ukuran yang lain.
2. Tinjauan terhadap karateristik beton terbatas pada pengujian nilai slump,
kuat tekan dan kuat tarik belah, tidak meninjau kuat lentur beton.
3. Komposisi campuran paku untuk bahan tambahan beton serat sebesar 2%
dan 4% dari berat semen dan benda uji dibuat untuk umur 7 dan 28 hari
sebanyak 36 buah.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik kuat tekan dan kuat tarik belah beton serat
dengan tambahan paku persentase 2% dan 4%.
2. Mengetahui tepat atau tidaknya pemilihan paku sebagai alternatif bahan
tambahan beton serat yang mempunyai nilai kuat tarik belah lebih tinggi
dari pada beton normal.

1.5. Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat yaitu:
1. Menambah kuat tarik beton dengan cara menambah serat yang mudah
didapat.
2. Dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui
kelebihan dan kekurangan beton serat menggunakan bahan tambah
berupa paku.

2
3. Penelitian ini dapat menjadi referensi maupun tonggak awal untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Umum


2.1.1. Beton
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa
material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen,
agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan
perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas
beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk.
(Tjokrodimulyo,1992). Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari
sekumpulan interaksi mekanis dan kimia sejumlah material pembentuknya.
Dinas Pekerjaan Umum Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan (DPU-
LPMB) memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan
air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat.

2.1.2. Beton Serat


Sorousin (1987) menjelaskan mekanisme kerja serat dalam memperbaiki
sifat beton, dalam dua konsep, yaitu:
a. Spacing concept, menyatakan bahwa mendekatkan jarak antar serat
dalam campuran beton akan membuat beton lebih mampu membatasi
ukuran retak dan mencegah berkembangnya retak. Kerja serat akan lebih
efektif bila diletakkan berjajar dan seragam, tidak tumpang tindih.
b. Composite material concept, adalah konsep pendekatan untuk
memperkirakan kuat tarik dan kuat lentur beton dengan asumsi bahan
penyusun beton saling melekat sempurna (komposit) saat timbul retak
pertama.
Menurut ACI (American Concrete Institute) Committee 544 beton serat
(fiber concrate) adalah campuran antara semen, agregat halus agregat kasar, air
dan material tambahan berupa serat yang disebar secara acak untuk mencegah

4
retak-retak yang terjadi akibat pembebanan, akibat panas hidrasi, maupun
penyusutan . Bahan yang digunakan untuk serat tersebut dikategorikan menjadi
dua, yaitu serat alami yang mempunyai modulus elastisitas yang rendah seperti
jerami, serabut kelapa, ijuk dll. Serta serat buatan yang memiliki modulus
elastisitas lebih tinggi dari beton, misalnya serat baja (fiber steel), serat sintetik
dan serat kaca. Penelitian tentang beton serat dengan menggunakan bahan
tambahan fiber steel yang mempunyai permukaan kasar, ujung berangkur,
bergelombang dan beberapa bentuk lain terbukti sangat efektif untuk
meningkatkan kapasitas kekuatan beton dengan signifikan (Thomas J, 2007).
Dengan peningkatan kekuatan beton yang ditambah dengan serat juga
menimbulkan penurunan workability yang mengakibatkan beton sulit untuk
dipadatkan dan penambahan serat akan menyebabkan waktu ikat awal beton lebih
cepat.

2.2. Material
2.2.1. Semen Portland
Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan
menggiling klinker (yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan
merata antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid
besi), dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk
halus ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras
dan digunakan sebagai bahan ikat hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan
membentuk adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus
(pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah
lagi dengan agregat kasar (kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa disebut
beton, dengan menambahkan serat pada campuran beton segar maka akan menjadi
beton serat. Dalam campuaran beton, semen bersama air sebagai kelompok aktif
sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang
berfungsi sebagai pengisi. (Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007). Pada umumnya
semen berfungsi untuk:
1. Bercampur dengan untuk mengikat pasir dan kerikil agar terbentuk beton.
2. Mengisi rongga-rongga diantara butir-butir agregat.

5
2.2.2. Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena
air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air
juga berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan
menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air
akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan
bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini
akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton. Air pada campuran
beton akan berpengaruh terhadap :
1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton.
3.Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan
kekuatan selang beberapa waktu.
4. Perawatan terhadap adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-
lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus
memenuhi syarat sebagai air minum. Penggunaan air untuk beton sebaiknya air
memenuhi persyaratan sebagai berikut ini, (Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007) :
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.

2.2.3. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton

6
kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu
agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan. Untuk
menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat
yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat.
Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30
mm dan 40 mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2
mm, 0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm. Penggunaan bahan batuan dalam adukan
beton berfungsi:
1. Menghemat Penggunaan semen portland.
2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya.
3. Mengurangi susut pengerasan.
4. Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik.
5. Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik
(A.Antono, 1982)

2.2.4. Paku
Paku adalah material bahan bangunan yang terbuat dari besi atau baja
yang berbentuk runcing diujung salah secara umum berfungsi untuk melekatkan
dua benda dengan cara menancapkan paku ke salah satu benda dan tembus ke
benda lainnya dengan bantuan tenaga dorongan dari palu atau paku tembak.
Bentuk paku yang kecil dan pipih juga mudahnya material ini didapatkan
memungkinkan digunakan sebagai serat untuk beton serat selama ukuran yang
dipilih masih memiliki aspek rasio yang lebih kecil dari 100.
Dalam ACI Comitte 544 dikatakan bahwa semua material yang terbuat
dari baja / besi yang berbentuk fisik kecil / pipih dan panjang dapat dimanfaatkan
sebagai serat pada beton. Dalam ACI Comitte 544 secara umum fiber baja
panjangnya antara 0,5 in (12,77 mm) sampai 2,5 in (63,57 mm) dengan diameter
antara 0,017 in (0,45 mm) sampai 0,04 in (1,0 mm). Briggs (1974) meneliti
bahwa batas maksimal yang masih memungkinkan untuk dilakukan pengadukan
dengan mudah pada adukan beton serat adalah penggunaan serat dengan aspek

7
rasio (l/d < 100). Pembatasan nilai l/d tersebut didukung dengan usaha-usaha
untuk meningkatkan kuat lekat serat dengan membuat serat dari berbagai macam
konfigurasi, seperti bentuk spiral, berkait, bertakik takik atau bentuk-bentuk
yang lain untuk meningkatkan kuat lekat serat. Material paku sebagai bahan
pengganti fiber steel mudah didapatkan di toko bangunan dengan variasi ukuran
yang bermacam-macam, untuk memenuhi syarat sebagai serat maka yang akan
digunakan disini adalah paku triplek dengan ukuran rata-rata panjang 20 mm dan
diameter 1 mm.

2.3. Dasar Mix Design


Metode pencampuran campuran yang digunakan adalah metode DOE
(Departement of Environment) SNI 03-2834-2000 dengan judul Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal dan SNI 2847:2013 mengenai
Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung mengacu dan berhubungan
dengan SNI dan ASTM yang terkait dengan ketentuan teknis perencanaan dan
pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung.

2.4. Tahapan Pembuatan Beton


Ketelitian dalam memilih proporsi campuran dapat menjadi sia-sia bila
teknik yang tidak sesuai diperbolehkan di lapangan. Potensi kualitas beton akan
berkembang hanya apabila ditimbang, dicampur, ditempatkan, dipadatkan dan
dirawat secara benar. (Paul Nugraha, Antoni, 2007:121). Berikut disajikan urutan
kerja pengecoran yang baik:
1. Penakaran (batching).
2. Pencampuran / pengadukan (mixing).
3. Pengangkutan (transporting).
4. Pemadatan (transporting).
5. Penyelesaian (finishing).
6. Perawatan (curing).

2.5. Perawatan (Curing)

8
Pada prinsipnya, tujuan perawatan adalah mencegah pengeringan yang
bisa menyebabkan kehilangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan beton
atau mengurangi kebutuhan air selama proses hidrasi semen. (Aman Subakti,
1994:248)
Pencegahan ini terutama pada awal hari (umur awal) sampai beton
berumur 14 hari (minimum moist curing). Lamanya perawatan ini juga tergantung
dari jenis semen yang dipakai, misalnya tipe I, II dan V paling sedikit di curing 21
hari lamanya. Untuk tipe semen V proses pengerasan lebih lambat dari semen tipe
I dan II, maka curingnya dianjurkan minimum 28 hari. Perawatan yang biasa
dilakukan pada beton untuk mempertahankan kelembabannya adalah:
A. Menggenangi permukaan tanah atau pasir.
B. Menutupi permukaan beton dengan air goni yang dibasahi air.
C. Menutupi dengan tanah atau pasir.
D. Menyirami beton secara kontinyu.
E. Merendam beton dalam air.

2.6. Uji Kuat Tekan Beton


Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 39.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tekan beton adalah:

. (1)

Dimana :

P = Beban maksimum (N).

A = Luas penampang benda uji (mm2).

fc = Kuat tekan beton karakteristik (MPa).

9
2.7. Uji Kuat Tarik Belah Beton
Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 496
96. Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tarik belah beton adalah:

. (2)

Dimana :

Fct = Kuat Tarik Belah (MPa).

P = Beban Uji Maksimum (N).

L = Panjang Benda Uji (mm).

D = Diameter Benda Uji (mm).

2.8. Penelitian Terdahulu


Penelitian untuk karakteristik beton serat dapat dilihat dipenelitian
terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa orang diantara lain:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Antonius Siswanto (2011)
untuk kuat tekan beton pada umur beton 28 hari, kuat tekan beton
polos sebesar 25,33 MPa, diikuti dengan kuat tekan beton fiber 2 %
sebesar 26,69 MPa, dan beton fiber 4% sebesar 25,98 Mpa. Kuat tarik
yang dihasilkan dari beton normal sebesar 2.57 Mpa, beton serat 2%
sebesar 3.29 Mpa dan beton serat 4% sebesar 3.48 Mpa, jadi
persentase penambahan serat akan berbanding lurus dengan nilai kuat
tariknya tetapi tidak demikian dengan kuat tekannya.
Menurut penelitian nastain (2010) , penambahan serat ban bekas dapat
meningkatkan kuat lentur beton sebesar 20,84% dan kuat tekan beton
sebesar 4,73% dari beton normal yaitu pada kadar penambahan serat
ban bekas sebesar 0,75%.
Purnawan dkk (2015) menghasilkan nilai kuat tekan beton ringan pada
umur 28 hari dengan teknologi gas berserat kawat bendrat dengan

10
presentase serat 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; hasilnya beturut-turut adalah
16,048MPa; 11,627 MPa; 9,638 MPa; 9,328 Mpa. Nilai kuat tarik
belah beton ringan pada umur 28 hari dengan teknologi gas berserat
kawat bendrat dengan presentase serat 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; hasilnya
beturut-turut adalah 1,333 MPa; 2,370 MPa; 2,268 MPa; 2,230 MPa.

11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flowchart Diagram Alir


Mulai

Studi Pustaka

Pengujian material agregat halus dan agregat kasar meliputi:


1. Analisa saringan
2. Analisa berat jenis
3. Analisa air serapan
4. Analisa berat volume

Perencanaan mix design beton fc 25

Pembuatan benda uji silinder 36 buah dengan rincian:


1. 0 % paku umur 7 & 28 hari 12 buah
2. 2 % paku umur 7 & 28 hari 12 buah
3. 4 % paku umur 7 & 28 hari 12 buah
4. Analisa air serapan

Perawatan benda uji

Tes benda uji meliputi:


1. Tes tekan umur 7 & 28 hari
2. Tes tarik belah umur 7 & 28 hari

Analisis

Kesimpulan Penelitian

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir (Olahan Penulis)

12
Metodologi Pada penelitian ini terdiri atas beberapa bagian meliputi,
pemilihan bahan baku, pembuatan dan pengujian. Benda uji beton yang di
gunakan berbentuk silinder, dengan ukuran silinder (15 cm, tinggi 30 cm)
dengan kuat tekan rencana sebesar 25 MPa. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Beton Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Jumlah total benda uji sebanyak 36 buah, dengan prosentase paku 0%,
2% dan 4% dari berat semen. Kemudian diuji menggunakan uji kuat tekan dan
kuat tarik belah dengan variasi umur beton 7 dan 28 hari untuk mencari varian
yang memiliki kuat tarik belah yang masih memenuhi standar perencanaan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Pembuatan dan Pengujian Kuat tekan beton dan kuat Tarik belah beton
dilakukan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya.

3.2.2 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.rencana
penelitian ini menggunakan persentase 0% ,2%, dan 4%. Benda uji beton yang
dibuat berbentuk silinder, jumlah sampel total penelitian 36 buah dengan
perawatannya 7 dan 28 hari dengan rincian sebagai berikut:
1. 18 buah sampel diuji pada umur 7 hari
2. 18 buah sampel diuji pada umur 28 hari

3.3 Alat dan Bahan


Alat
A. Timbangan 2600 gram.
B. Satu set alat pemeriksaan uji agregat (cawan, piknometer, oven,
mesin ayakan).
C. Satu set ayakan.
D. Satu set kerucut Abrams uji slump.
E. Alat pengaduk molen.

13
F. Cetakan silinder.
G. Tongkat penumbuk.
H. Satu set alat pelengkap (sekop besar, gelas ukur, ember, cetok,
mistar).
I. Takaran silinder volume 3lt.
J. Alat pengujian setting time.

Bahan
A. Agregat kasar batu pecah dengan ukuran 1/2 yang dibeli digalangan
terdekat.
B. Agregat halus menggunakan pasir lumajang.
C. Semen Portland Tipe I produksi PT. Semen Gresik.

14
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum
Dalam bab ini di uraikan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dan
disertai dengan analisanya. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Semen Portland, Agregat Halus, Agregat Kasar, Paku dan Air. Material agregat
halus dan agregat kasar akan dilakukan pengujian material apakah masih bisa
digunakan untuk material beton atau tidak sesuai peraturan ASTM dan juga untuk
didapatkan hasil pengujian yang diperlukan pada saat melakukan mix design.
Perencanaan mix design didasarkan pada metode DOE (Departement of
Environment) SNI 03-2834-2000 dengan judul Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal dan SNI 2847:2013 mengenai Persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung mengacu dan berhubungan dengan SNI dan
ASTM yang terkait dengan ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan
struktur beton untuk bangunan gedung.

4.2 Material Pasir


Pasir yang di gunakan berupa pasir lumajang yang dibeli di toko bangunan.
Pengujian terhadap bahan pasir berupa uji fisik yang di lakukan di Laboratorium
Jurusan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Hasil yang
didapatkan dari pengujian material pasir adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Tes Material Pasir


Kondisi Pasir
Syarat kebersihan

15
a. Kadar Organik 0 %
b. Kadar Lumpur 3.30 %
c. Lolos #0.063
mm 0 %
Berat Jenis SSD 2.71 Kg/L
Berat Volume
a. Lepas 1.68 Kg/L
b. Padat 1.80 Kg/L
Kelembapan 3.52 %
Resapan 1.21 %
Modulus Kehalusan 3.15
Grading Zone 3.00

4.3 Material Kerikil


Kerikil yang di gunakan berupa batu pecah yang dibeli di toko bangunan
dengan ukuran 1/2. Pengujian terhadap bahan kerikil berupa uji fisik yang
dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya. Hasil yang didapatkan dari pengujian material kerikil adalah sebagai
berikut:

16
Tabel 4.2 Hasil Tes Material Kerikil
Kondisi Kerikil/ batu pecah
Syarat Kebersihan
a. Kadar Organik 0 %
b. Kadar Lumpur 0.88 %
c. Lolos #0.063 mm 0 %
Berat Jenis SSD 2.37 Kg/L
Berat Volume
a. Lepas 1.44 Kg/L
b. Padat 1.68 Kg/L
Kelembapan 2.06 %
Resapan 3.86 %
Kekerasan
#30 - # 19 mm %
#19 - # 9 mm %
Modulus Kehalusan 3.11 %
Diameter Maks. 40 mm

4.4 Mix Design


Dasar perencanaan untuk mix design untuk penelitian ini adalah SNI 03-
2834-2000. Data hasil dari pengujian apabila telah memenuhi persyaratan dari
ASTM maka material tersebut bisa digunakan untuk campuran beton dan apabila
ada hal yang tidak sesuai dengan persyaratan dari ASTM maka material harus
diganti dengan yang baru. Data perencanaan mix design untuk beton fc 25 Mpa
adalah sebagai berikut:

17
Tabel 4.3 Hasil Mix Design

Komposisi 1m3 Beton kondisi Komposisi 1m3 Beton


Jenis Material
SSD kondisi Terkoreksi
1 Air 185.0 Liter 194.3 Liter
2 Semen 342.59 Kg 342.59 Kg
3 Pasir 549.45 Kg 562.14 Kg
4 Kerikil 1222.96 Kg 1200.97 Kg
5 Paku 2% 6.85 Kg 6.85 Kg
6 Paku 4% 13.70 Kg 13.70 Kg

4.5 Hasil Pengujian


Setelah beton selesai dibuat dengan perencanaan diatas beton dilakukan
perawatan dengan cara direndam dalam air baru akan diangkat ketika akan
dilakukan pengetesan untuk kuat tekan dan kuat tarik belah. Hasil dari pengujian
ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Hasil Kuat Tekan Beton

Hasil kuat tekan beton saat umur 28 hari mengalami penurunan yaitu pada
kuat tekan rata-rata beton normal variasi paku 0% sebesar 27.7 MPa , beton
variasi paku 2% mengalami penurunan sebesar 9.8% dari beton normal dengan
nilai 25 Mpa dan hasil beton variasi paku 4% mengalami penurunan sebesar
15.1% dari beton normal sengan nilai 23.5 Mpa.

18
Dengan melihat hasil uraian diatas ada beberapa faktor yang menyebabkan
kenapa kuat tekan yang dihasilkan beton menurun jika ditambah dengan paku
yaitu:
Dengan penambahan paku proses pemadatan untuk pembuatan benda uji
akan menjadi lebih sulit dikarenakan paku yang digunakan bersifat kaku
tidak seperti fiber steel yang lebih fleksibel. Penggunaan paku akan
mempengaruhi kepadatan benda uji itu sendiri sehingga akan
menyebabkan rongga-rongga dalam benda uji.
Penampang paku yang halus mempengaruhi pengikatan dengan material
yang digunakan untuk pembuatan beton yaitu semen tidak bisa maksimal.

Gambar 4.1 Grafik Hasil Kuat Tarik Belah Beton

Hasil kuat tarik belah beton variasi benda uji pada umur 28 hari jika
ditambah paku mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu pada beton normal
dengan 0% paku nilai hasil kuat tariknya sebesar 11.2 MPa dan untuk beton
variasi 2 % paku nilai kuat tarik belah mengalami peningkatan sebesar 10 % dari
beton normal dengan nilai 12.3 MPa, sedangkan untuk benda uji variasi 4% paku
juga mengalami peningkatan sebesar 20 % dari beton normal dengan nilai 13.4
MPa.

19
Dengan melihat hasil uraian diatas ada beberapa faktor yang menyebabkan
kenapa kuat tarik belah yang dihasilkan beton meningkat seiring bertambahnya
paku yaitu:
Dengan penambahan paku ikatan yang terjadi didalam beton lebih solid
karena paku mengikat antar campuran pembentuk beton sehingga kuat
tarik belah yang dihasilkan meningkat secara signifikan.

20
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dengan selesainya proses penelitian dan hasil yang didapatkan penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Karakteristik kuat tekan beton dengan campuran paku sebagai
pengganti serat mengalami penurunan yang signifikan yaitu variasi
campuran paku 2% mengalami penurunan 9.8% dan 4% mengalami
penurunan sampai 15.1% terhadap beton normal. Karakteristik kuat
tarik belah beton untuk variasi campuran paku 2% mengalami kenaikan
10% dan 4% mengalami peningkatan sampai 20% terhadap beton
normal. Peningkatan kuat tarik belah ini dapat dimanfaatkan untuk
struktur yang membutuhkan kuat tarik yang tinggi.
Pemilihan paku sebagai bahan pengganti serat sudah memenuhi yaitu
terjadi peningkatan kuat tarik belahnya.

5.2 Saran
Dengan harapan penelitian tentang beton serat lebih bervariasi dan hasil
yang maksimal ada beberapa saran yang bisa diambil antara lain:
Pemadatan beton serat sebaiknya menggunakan alat vibrator agar tidak
terjadi rongga-rongga yang menyebabkan penurunan kuat tekan beton.
Menambahkan zat adiktif tipe A agar faktor air semen berkurang
dengan harapan mengurangi terjadinya korosi pada paku untuk jangka
panjang.
Penelitian ini bisa digunakan sebagai literatur penelitian selanjutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. American Civil Institue (ACI). Michigan.


Anonim. 1971. Peraturan Beton Indonesia (PBI). Jakarta.
Anonim. 1997. American Society for Testing and Materials (ASTM). Amerika.
Anonim. 2013. Standar Nasional Indonesia (SNI). Jakarta.
Ariatama, Ananta. 2007. Pengaruh Pemakaian Serat Kawat Berkait Pada
Kekuatan Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasai Diameter Serat.
Semarang : Universitas Diponegoro Semarang.
Kusuma, Gideon. 1993. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta: Erlangga.
Murdock, L.J., M. Brock, dan Stephanus Hendarko. 1991. Bahan dan Praktek
Beton. Jakarta: Erlangga.
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Nastain, dan Agus Maryoto. 2010. Pemanfaatan Pemotongan Ban Bekas
Untuk Campuran Beton Serat Perkerasan Kaku. Purwokerto :
Universitas Jenderal Soedirman.
Nawy, Dr. G Edward. PE. 1990. Beton Bertulang. Bandung: PT Eresco.
Nugraha, Paul, dan Antoni. 2007. Teknologi Beton. Surabaya : Andi.
Siswanto, Antonius. 2011. Pengaruh Fiber Baja pada Kapasitas Tarik dan
Lentur Beton. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

22

Anda mungkin juga menyukai