Disusun Oleh:
AGUS SANTOSO
431302483
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH sebagai salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar Strata-1 (S1) Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil,
bantuan, dan dukungan moral serta materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Bapak Ir. Bantot Sutriono, Msc selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil
mendoakan ku, terima kasih atas perhatian dan dukungan nya selama
ini.
i
5. Saudara Agung Wibowo, Ibnu Amirul Hasan, dan Arvin Resa yang
lepas dari berbagai kesalahan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran
Akhir kata, besar harapan penulis semoga laporan proyek akhir ini
Penulis
ii
ANALISIS PENGGUNAAN PAKU SEBAGAI SERAT UNTUK
CAMPURAN BETON FC 25 MPA TERHADAP KAPASITAS KUAT
TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH
ABSTRAK
Penggunaan beton untuk bahan konstruksi saat ini masih diminati karena
beton mempunyai keunggulan seperti kuat tekan yang tinggi tetapi beton juga
mempunyai kekurangan yaitu bersifat getas dan mempunyai kuat tarik yang
rendah. Kekurangan yang dimiliki beton bisa diatasi dengan menambahkan serat
pada campuran beton, bisa disebut beton serat
Pada penelitian ini penggunaan fiber steel khusus buatan pabrik sebagai
bahan tambahan akan digantikan dengan bahan material lain yaitu paku. Hasil
yang akan diuji meliputi kuat tekan dan kuat Tarik belah dari variasi paku 0%, 2%
dan 4% dilakukan pengujian umur 7 hari dan 28 hari benda uji sebanyak 36 buah.
Hasil yang diperoleh dari proses penelitian ini adalah terjadi penurunan
kuat tekan seiring bertambahnya variasi paku dengan nilai 0% 27.7 MPa, 2% 25.0
MPa, dan 4% 23.5 MPa sebaliknya terjadi peningkatan kuat tarik belah seiring
bertambahnya paku sebesar 0% 11.2 MPa, 2% 12.3 MPa, dan 4% 13.4 MPa.
Dapat dilihat bahwa penambahan paku menurunkan kuat tekan 9.8% pada paku
2% dan 15.1% paku 4% terhadap beton normal sedangkan untuk kuat tarik belah
meningkat sebesar 10% pada paku 2% dan 20% untuk paku 4% terhadap beton
normal.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................1
1.3 Batasan Masalah ..................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................2
iv
DAFTAR PUSTAKA .....21
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2. Apakah pemilihan paku sebagai alternatif bahan tambahan beton sudah
mencapai hasil yang diharapkan yaitu nilai kuat tarik belah lebih besar
dari pada beton normal?
2
3. Penelitian ini dapat menjadi referensi maupun tonggak awal untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
retak-retak yang terjadi akibat pembebanan, akibat panas hidrasi, maupun
penyusutan . Bahan yang digunakan untuk serat tersebut dikategorikan menjadi
dua, yaitu serat alami yang mempunyai modulus elastisitas yang rendah seperti
jerami, serabut kelapa, ijuk dll. Serta serat buatan yang memiliki modulus
elastisitas lebih tinggi dari beton, misalnya serat baja (fiber steel), serat sintetik
dan serat kaca. Penelitian tentang beton serat dengan menggunakan bahan
tambahan fiber steel yang mempunyai permukaan kasar, ujung berangkur,
bergelombang dan beberapa bentuk lain terbukti sangat efektif untuk
meningkatkan kapasitas kekuatan beton dengan signifikan (Thomas J, 2007).
Dengan peningkatan kekuatan beton yang ditambah dengan serat juga
menimbulkan penurunan workability yang mengakibatkan beton sulit untuk
dipadatkan dan penambahan serat akan menyebabkan waktu ikat awal beton lebih
cepat.
2.2. Material
2.2.1. Semen Portland
Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan
menggiling klinker (yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan
merata antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid
besi), dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk
halus ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras
dan digunakan sebagai bahan ikat hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan
membentuk adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus
(pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah
lagi dengan agregat kasar (kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa disebut
beton, dengan menambahkan serat pada campuran beton segar maka akan menjadi
beton serat. Dalam campuaran beton, semen bersama air sebagai kelompok aktif
sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang
berfungsi sebagai pengisi. (Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007). Pada umumnya
semen berfungsi untuk:
1. Bercampur dengan untuk mengikat pasir dan kerikil agar terbentuk beton.
2. Mengisi rongga-rongga diantara butir-butir agregat.
5
2.2.2. Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena
air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air
juga berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan
menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air
akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan
bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini
akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton. Air pada campuran
beton akan berpengaruh terhadap :
1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton.
3.Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan
kekuatan selang beberapa waktu.
4. Perawatan terhadap adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-
lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus
memenuhi syarat sebagai air minum. Penggunaan air untuk beton sebaiknya air
memenuhi persyaratan sebagai berikut ini, (Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007) :
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2
gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
2.2.3. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu
alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton
6
kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu
agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan. Untuk
menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat
yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat.
Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30
mm dan 40 mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2
mm, 0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm. Penggunaan bahan batuan dalam adukan
beton berfungsi:
1. Menghemat Penggunaan semen portland.
2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya.
3. Mengurangi susut pengerasan.
4. Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik.
5. Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik
(A.Antono, 1982)
2.2.4. Paku
Paku adalah material bahan bangunan yang terbuat dari besi atau baja
yang berbentuk runcing diujung salah secara umum berfungsi untuk melekatkan
dua benda dengan cara menancapkan paku ke salah satu benda dan tembus ke
benda lainnya dengan bantuan tenaga dorongan dari palu atau paku tembak.
Bentuk paku yang kecil dan pipih juga mudahnya material ini didapatkan
memungkinkan digunakan sebagai serat untuk beton serat selama ukuran yang
dipilih masih memiliki aspek rasio yang lebih kecil dari 100.
Dalam ACI Comitte 544 dikatakan bahwa semua material yang terbuat
dari baja / besi yang berbentuk fisik kecil / pipih dan panjang dapat dimanfaatkan
sebagai serat pada beton. Dalam ACI Comitte 544 secara umum fiber baja
panjangnya antara 0,5 in (12,77 mm) sampai 2,5 in (63,57 mm) dengan diameter
antara 0,017 in (0,45 mm) sampai 0,04 in (1,0 mm). Briggs (1974) meneliti
bahwa batas maksimal yang masih memungkinkan untuk dilakukan pengadukan
dengan mudah pada adukan beton serat adalah penggunaan serat dengan aspek
7
rasio (l/d < 100). Pembatasan nilai l/d tersebut didukung dengan usaha-usaha
untuk meningkatkan kuat lekat serat dengan membuat serat dari berbagai macam
konfigurasi, seperti bentuk spiral, berkait, bertakik takik atau bentuk-bentuk
yang lain untuk meningkatkan kuat lekat serat. Material paku sebagai bahan
pengganti fiber steel mudah didapatkan di toko bangunan dengan variasi ukuran
yang bermacam-macam, untuk memenuhi syarat sebagai serat maka yang akan
digunakan disini adalah paku triplek dengan ukuran rata-rata panjang 20 mm dan
diameter 1 mm.
8
Pada prinsipnya, tujuan perawatan adalah mencegah pengeringan yang
bisa menyebabkan kehilangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan beton
atau mengurangi kebutuhan air selama proses hidrasi semen. (Aman Subakti,
1994:248)
Pencegahan ini terutama pada awal hari (umur awal) sampai beton
berumur 14 hari (minimum moist curing). Lamanya perawatan ini juga tergantung
dari jenis semen yang dipakai, misalnya tipe I, II dan V paling sedikit di curing 21
hari lamanya. Untuk tipe semen V proses pengerasan lebih lambat dari semen tipe
I dan II, maka curingnya dianjurkan minimum 28 hari. Perawatan yang biasa
dilakukan pada beton untuk mempertahankan kelembabannya adalah:
A. Menggenangi permukaan tanah atau pasir.
B. Menutupi permukaan beton dengan air goni yang dibasahi air.
C. Menutupi dengan tanah atau pasir.
D. Menyirami beton secara kontinyu.
E. Merendam beton dalam air.
. (1)
Dimana :
9
2.7. Uji Kuat Tarik Belah Beton
Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 496
96. Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tarik belah beton adalah:
. (2)
Dimana :
10
presentase serat 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; hasilnya beturut-turut adalah
16,048MPa; 11,627 MPa; 9,638 MPa; 9,328 Mpa. Nilai kuat tarik
belah beton ringan pada umur 28 hari dengan teknologi gas berserat
kawat bendrat dengan presentase serat 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; hasilnya
beturut-turut adalah 1,333 MPa; 2,370 MPa; 2,268 MPa; 2,230 MPa.
11
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Pustaka
Analisis
Kesimpulan Penelitian
Selesai
12
Metodologi Pada penelitian ini terdiri atas beberapa bagian meliputi,
pemilihan bahan baku, pembuatan dan pengujian. Benda uji beton yang di
gunakan berbentuk silinder, dengan ukuran silinder (15 cm, tinggi 30 cm)
dengan kuat tekan rencana sebesar 25 MPa. Pengujian dilakukan di Laboratorium
Beton Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Jumlah total benda uji sebanyak 36 buah, dengan prosentase paku 0%,
2% dan 4% dari berat semen. Kemudian diuji menggunakan uji kuat tekan dan
kuat tarik belah dengan variasi umur beton 7 dan 28 hari untuk mencari varian
yang memiliki kuat tarik belah yang masih memenuhi standar perencanaan.
13
F. Cetakan silinder.
G. Tongkat penumbuk.
H. Satu set alat pelengkap (sekop besar, gelas ukur, ember, cetok,
mistar).
I. Takaran silinder volume 3lt.
J. Alat pengujian setting time.
Bahan
A. Agregat kasar batu pecah dengan ukuran 1/2 yang dibeli digalangan
terdekat.
B. Agregat halus menggunakan pasir lumajang.
C. Semen Portland Tipe I produksi PT. Semen Gresik.
14
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Dalam bab ini di uraikan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dan
disertai dengan analisanya. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Semen Portland, Agregat Halus, Agregat Kasar, Paku dan Air. Material agregat
halus dan agregat kasar akan dilakukan pengujian material apakah masih bisa
digunakan untuk material beton atau tidak sesuai peraturan ASTM dan juga untuk
didapatkan hasil pengujian yang diperlukan pada saat melakukan mix design.
Perencanaan mix design didasarkan pada metode DOE (Departement of
Environment) SNI 03-2834-2000 dengan judul Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal dan SNI 2847:2013 mengenai Persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung mengacu dan berhubungan dengan SNI dan
ASTM yang terkait dengan ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan
struktur beton untuk bangunan gedung.
15
a. Kadar Organik 0 %
b. Kadar Lumpur 3.30 %
c. Lolos #0.063
mm 0 %
Berat Jenis SSD 2.71 Kg/L
Berat Volume
a. Lepas 1.68 Kg/L
b. Padat 1.80 Kg/L
Kelembapan 3.52 %
Resapan 1.21 %
Modulus Kehalusan 3.15
Grading Zone 3.00
16
Tabel 4.2 Hasil Tes Material Kerikil
Kondisi Kerikil/ batu pecah
Syarat Kebersihan
a. Kadar Organik 0 %
b. Kadar Lumpur 0.88 %
c. Lolos #0.063 mm 0 %
Berat Jenis SSD 2.37 Kg/L
Berat Volume
a. Lepas 1.44 Kg/L
b. Padat 1.68 Kg/L
Kelembapan 2.06 %
Resapan 3.86 %
Kekerasan
#30 - # 19 mm %
#19 - # 9 mm %
Modulus Kehalusan 3.11 %
Diameter Maks. 40 mm
17
Tabel 4.3 Hasil Mix Design
Hasil kuat tekan beton saat umur 28 hari mengalami penurunan yaitu pada
kuat tekan rata-rata beton normal variasi paku 0% sebesar 27.7 MPa , beton
variasi paku 2% mengalami penurunan sebesar 9.8% dari beton normal dengan
nilai 25 Mpa dan hasil beton variasi paku 4% mengalami penurunan sebesar
15.1% dari beton normal sengan nilai 23.5 Mpa.
18
Dengan melihat hasil uraian diatas ada beberapa faktor yang menyebabkan
kenapa kuat tekan yang dihasilkan beton menurun jika ditambah dengan paku
yaitu:
Dengan penambahan paku proses pemadatan untuk pembuatan benda uji
akan menjadi lebih sulit dikarenakan paku yang digunakan bersifat kaku
tidak seperti fiber steel yang lebih fleksibel. Penggunaan paku akan
mempengaruhi kepadatan benda uji itu sendiri sehingga akan
menyebabkan rongga-rongga dalam benda uji.
Penampang paku yang halus mempengaruhi pengikatan dengan material
yang digunakan untuk pembuatan beton yaitu semen tidak bisa maksimal.
Hasil kuat tarik belah beton variasi benda uji pada umur 28 hari jika
ditambah paku mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu pada beton normal
dengan 0% paku nilai hasil kuat tariknya sebesar 11.2 MPa dan untuk beton
variasi 2 % paku nilai kuat tarik belah mengalami peningkatan sebesar 10 % dari
beton normal dengan nilai 12.3 MPa, sedangkan untuk benda uji variasi 4% paku
juga mengalami peningkatan sebesar 20 % dari beton normal dengan nilai 13.4
MPa.
19
Dengan melihat hasil uraian diatas ada beberapa faktor yang menyebabkan
kenapa kuat tarik belah yang dihasilkan beton meningkat seiring bertambahnya
paku yaitu:
Dengan penambahan paku ikatan yang terjadi didalam beton lebih solid
karena paku mengikat antar campuran pembentuk beton sehingga kuat
tarik belah yang dihasilkan meningkat secara signifikan.
20
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dengan selesainya proses penelitian dan hasil yang didapatkan penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Karakteristik kuat tekan beton dengan campuran paku sebagai
pengganti serat mengalami penurunan yang signifikan yaitu variasi
campuran paku 2% mengalami penurunan 9.8% dan 4% mengalami
penurunan sampai 15.1% terhadap beton normal. Karakteristik kuat
tarik belah beton untuk variasi campuran paku 2% mengalami kenaikan
10% dan 4% mengalami peningkatan sampai 20% terhadap beton
normal. Peningkatan kuat tarik belah ini dapat dimanfaatkan untuk
struktur yang membutuhkan kuat tarik yang tinggi.
Pemilihan paku sebagai bahan pengganti serat sudah memenuhi yaitu
terjadi peningkatan kuat tarik belahnya.
5.2 Saran
Dengan harapan penelitian tentang beton serat lebih bervariasi dan hasil
yang maksimal ada beberapa saran yang bisa diambil antara lain:
Pemadatan beton serat sebaiknya menggunakan alat vibrator agar tidak
terjadi rongga-rongga yang menyebabkan penurunan kuat tekan beton.
Menambahkan zat adiktif tipe A agar faktor air semen berkurang
dengan harapan mengurangi terjadinya korosi pada paku untuk jangka
panjang.
Penelitian ini bisa digunakan sebagai literatur penelitian selanjutnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22