Anda di halaman 1dari 63

Semen PCC dan PPC

Pendahuluan

Pada saat ini dimana untuk mengurangi emisi karbon dioksida, komponen terbesar gas rumah kaca,
yang dihasilkan dari proses kalsinasi kapur dan pembakaran batu bara. Isu lingkungan ini tampaknya
akan memainkan peran penting dalam kaitan dengan isu pembangunan berkelanjutan di masa
mendatang maka sudah di produksi type semen yang dapat mengurangi masalah lingkungan hidup
tersebut. Produsen-produsen semen di Indonesia sudah memproduksi semen PCC dan PPC dimana
dengan memproduksi semen tersebut selain mengurangi dampak lingkungan juga lebih ekonomis
dan meningkatkan kapasitas produksi semen.

Semen PCC dan PPC berdasarkan SNI 2004

1. Semen Portland Komposit ( SNI 15-7064-2004 )


Bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu
atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk
bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag),
pozolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa
semen portland komposit.

Penggunaan
Semen portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi umum seperti: pekerjaan beton,
pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton
pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.

2. Semen Portland Pozzoland (SNI 15-0302-2004 )


suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan
pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-
sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan
antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen
portland pozolan.

pozolan
bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat
seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut
akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang
mempunyai sifat seperti semen.

Jenis dan penggunaan


2.1 Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton.
2.2 Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
2.3 Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
2.4 Jenis P-K yaitu semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton dimana
tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi
rendah.

Persamaan karakter dan kelebihan semen PCC dan PPC


Berdasarkan penjelasan diatas terdapat kesamaan antara PCC dan PCC yaitu terdapat bahan
tambahan antara 6% - 40%. Maka dengan adanya bahan tambahan dalam semen tersebut
dibandingkan semen OPC adalah :
1. Jika dengan jumlah semen yang sama akan didapat kuat tekan awal yang lebih tinggi pada semen
OPC.
2. Kuat awal semen PCC dan PPC tergantung dari produsen menggunakan berapa besar bahan
tambahan dalam semen.
3. Memiliki perkembangan kuat tekan akhir baik karena pengaruh dari SiO2 yang mempengaruhi kuat
tekan akhir beton biasanya semakin tinggi bahan tambahan klinker kuat tekan akhir semen PCC dan
PPC diatas umur 28hari.
4. Berdasarkan SNI 03-2915-2002 semen PPC dapat digunakan untuk beton didaerah sulfat
5. Memiliki panas hidrasi yang lebih rendah dibandingkan semen OPC

Kekurangan semen PCC dan PPC


1. Jika dengan jumlah semen yang sama dengan OPC maka kuat tekan awal dan kuat tekan umur
28hari dibawah dari semen OPC, kuat tekan mencapai optimum pada umur diatas 28 hari bisa 56 hari
atau 90 hari tergantung dari jumlah bahan tambahan dalam semen.
2. Konsistensi beton besar dipengaruhi konsistensi bahan tambahan semen pada PCC dan OPC.
3. Untuk mengejar kuat tekan pada umur 28 hari maka biasanya penggunaan semen PCC dan PPC
lebih banyak 20 - 50 kg/m3 dibandingkan semen OPC.
Jenis - Jenis Semen dan Pengertiannya
Sebelum membahas mengenai jenis - jenis semen dan pengertiannya, maka penulis akan
menjelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian semen secara umum.

SEMEN : Adalah bahan perekat hidrolis-anorganik berbentuk powder halus yang


mempunyai sifat pengikatan kimia (adhesif & kohesif) dan dapat membentuk senyawa baru
(pasta hingga padatan), bila direaksikan dengan air dalam waktu tertentu.

SEMEN PORTLAND : Adalah semen yang dihasilkan dengan cara


menghaluskan clinker yang mengandung senyawa calsium, silikat, aluminat dan ferrite
dengan bahan tambahan yang biasa digunakan yaitu gypsum & bahan lain sebagai additif.

PROSES PENGIKATAN DAN PENGERASAN :

HIDRASI KOMPONEN SEMEN :


JENIS-JENIS SEMEN DAN PENGERTIANNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1. SEMEN PORTLAND ( Jenis I s/d V )

DEFINISI (SNI 15-2049-2004) : Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan
dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.

Komposisi kimia semen portland :


C3S : Tricalcium Silicate
C2S : Dicalcium Silicate
C3A : Tricalcium Aluminate
C4AF : Tetracalcium Alumino Ferrite
CaSO4. 2H2O : Gipsum, Calsium Sulfat Dihidrat

Contoh penggunaan semen portland :


Bangunan bertingkat tinggi & perumahan
Jembatan & jalan raya
Landasan bandara udara
Beton pracetak & pratekan
Elemen bangunan : genteng, hollow brick, batako, paving blok, buis beton, roster, dll.

Standart Kimia Semen :


Standar Fisika Semen :

a. Semen Portland Jenis 1 (OPC/ Ordinary Portland Cement)


Semen Portland dipakai untuk bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus, seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Aplikasi : Gedung Bertingkat,
Jembatan, Jalan Raya, Lapangan Terbang & Perumahan.

Karakteristik & Keunggulan Jenis 1 :

Kuat Tekan :

Kuat tekan awal yang tinggi sangat berpengaruh terhadap kecepatan pembongkaran
bekisting. Konsumen proyek sangat memperhatikan nilai kuat tekan baik umur 3 hari, 7 hari
dan 28 hari. Rata-rata kuat tekan 3 hr = 242, 7 hr = 312 ; 28 hr = 401.

Cepat Kering :
Kecepatan kering dikontrol oleh kadar SO3 dari Gypsum yang ditambahkan dengan
memperhatikan kadar C3A Clinker. Kecepatan kering ditunjukkan oleh parameter initial
setting time (pengikatan awal) dan final setting (pengikatan akhir). Sesuai SNI initial setting
min 45 menit dan final setting maks 375 menit.
Memiliki Daya Rekat Tinggi dan Tidak Mudah Retak :
Daya rekat sangat dipengaruhi oleh Free Lime atau kadar kapur bebas. Apabila kadar free
lime terlalu tinggi maka dapat mengurangi daya rekat semen terhadap agregat (batu, pasir)
dan menyebabkan retak rambut pada saat digunakan.

Mempunyai plastisitas / workabilitas yang baik :

Plastisitas sangat dipengaruhi oleh kadar plastisizer material yang ditunjukkan dengan
parameter Loss on Ignition (hilang pijar), semakin tinggi LOI maka akan semakin workable
akan tetapi dapat menurunkan kuat tekan semen sehingga LOI dibatasi maksimum 5 %.

b. Semen Portland Jenis 2


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat &
panas hidrasi sedang. Aplikasi : Dermaga & Dam/Bendungan.

c. Semen Portland Jenis 3


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada fase
permulaan setelah terjadi pengikatan. Aplikasi : Jalan Raya, Jembatan, Lapangan Terbang.

d. Semen Portland Jenis 4


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.
Aplikasi : Dam/ Bendungan.

e. Semen Portland Jenis 5


Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap
sulfat. Aplikasi : Dermaga, Break Water & Industri Kimia.

Hidrasi Semen Portland :

2. BLENDED CEMENT

a. Portland Pozzolan Cement (PPC)

DEFINISI (SNI 15-0302-2004) : Semen Portland Pozolan (PPC) adalah suatu bahan
pengikat hidrolis, yang dibuat dengan menggiling bersama-sama terak semen portland dan
bahan yang mempunyai sifat pozolan, atau mencampur secara merata bubuk semen
portland dan bubuk bahan yang mempunyai sifat pozolan.
Selama penggilingan atau pencampuran dapat di - tambahkan bahan-bahan lain asal tidak
mengakibatkan penurunan mutu.

Contoh penggunaan semen PPC :


o Bangunan bertingkat tinggi & perumahan
o Jembatan & jalan raya
o Landasan bandara udara
o Bangunan di lingkungan garam seperti dermaga & bangunan irigasi
o Beton volume besar seperti bendungan, dam, pondasi pelat penuh
o Beton pracetak & pratekan
o Elemen bangunan : genteng, hollow brick, batako, paving blok, buis beton, roster, dll.

Karakteristik & Keunggulan Jenis PPC :

Kuat Tekan :

Kuat tekan awal yang tinggi sangat berpengaruh terhadap kecepatan pembongkaran bekisting.
Konsumen proyek sangat memperhatikan nilai kuat tekan baik umur 3 hari, 7 hari dan 28
hari. Rata-rata kuat tekan 3 hr = 217, 7 hr = 294 ; 28 hr = 392.

Cepat Kering :

Kecepatan kering ditunjukkan oleh parameter initial setting time (pengikatan awal) dan final
setting (pengikatan akhir). Sesuai SNI initial setting min 45 menit dan final setting maks 425
menit. Nilai typical SG initial setting 140 menit dan 270 menit untuk final setting. Kecepatan
kering PPC lebih lambat dari OPC Type I karena adanya tambahan pozzolan (trass/fly ash).

Memiliki Daya Rekat Tinggi dan Tidak Mudah Retak :

Daya rekat sangat dipengaruhi oleh Free Lime atau kadar kapur bebas. Apabila kadar free
lime terlalu tinggi maka dapat mengurangi daya rekat semen terhadap agregat (batu, pasir)
dan menyebabkan retak rambutpada saat digunakan. Meskipun tidak dipersyaratkan SNI,
SG memperhatikan free lime yang ditetapkan dalam rencana mutu dibatasi mak 2 %.

Mempunyai plastisitas / workabilitas yang baik :

Plastisitas pada PPC sangat dipengaruhi oleh kadar plastisizer material yang ditunjukkan
dengan parameter Insoluble. Semakin tinggi akan semakin workable, namun ada batasan
tertentu agar tidak menurunkann Kuat Tekan di bawah batas yang ditentukan. Semen PPC
lebih plastis dibandingkan semen OPC Type I karena adanya penambahan Pozzolan
(trass/fly ash) tadi.

Ketahanan terhadap sulfat dan garam :

Hal tersebut karena penambahan pozzolan. Dalam jangka panjang pembebasan CaO (calcium
bebas) pada beton akan bereaksi dengan pozzolan dan air membentuk senyawa baru yang
mempunyai sifat lebih kedap terhadap larutan garam dan sulfat. Sifat tersebut lebih banyak
dimiliki oleh PPC dibandingkan OPC Type I.

Panas Hidrasi Rendah.

Sebagai akibat adanya pozzolan (trass/fly ash). Hal tersebut sangat menguntungkan pada
pembuatan beton beton volume besar (beton masa) yang memerlukan persyaratan panas
hidrasi tertentu. Sehingga mengurangi timbulnya retak beton karena kecepatan hidrasi yang
berlebihan.

Bahan Pozzolan :

POZOLAN ALAM (NATURAL POZOLAN) Pozolan/tras yang terdapat di alam : Abu vulcanis,
Tanah diatome, Tufa, Fumice, dsb.

POZOLAN BUATAN (SYNTETIC POZOLAN) Pozolan yang didapat dari hasil pembakaran
tanah liat, pembakaran batubara berupa abu terbang (fly ash), actifated silica, abu sekam,
dsb.

Reaksi Semen Portland Pozzolan :

Sifat - Sifat Semen Portland Pozzolan :

Sifat Pengerjaan (Workability)


Campuran menggunakan Semen Portland Pozolan mempunyai sifat pengerjaan yang lebih
mudah dari semen portland.
Waktu Pengikatan

Selisih waktu pengikatan akhir antara semen portland dengan semen portland pozolan
sebesar 45 menit.

Panas Hidrasi
Semen portland pozolan mempunyai panas hidrasi yang sama dengan semen portland
jenis II.

Kekuatan Tekan

Semen portland pozolan mempunyai kekuatan lebih tinggi dari semen portland jenis II.

Keawetan (Durability)
Semen portland pozolan tahan terhadap garam dan sulfat.

b. Portland Composite Cement (PCC)


DEFINISI (SNI 15-7064-2004) : BAHAN PENGIKAT HIDROLIS HASIL PENGGILINGAN
BERSAMA-SAMA TERAK SEMEN PORTLAND DAN GIPS DENGAN SATU ATAU LEBIH
BAHAN ANORGANIK, ATAU HASIL PENCAMPURAN ANTARA BUBUK SEMEN
PORTLAND DENGAN BUBUK BAHAN ANORGANIK LAIN.
BAHAN ANORGANIK TERSEBUT ANTARA LAIN TERAK TANUR TINGGI (BLAST
FURNACE SLAG), POZOLAN, SENYAWA SILIKAT, BATUKAPUR, DENGAN KADAR
TOTAL BAHAN ANORGANIK 6%-35% DARI MASSA SEMEN PORTLAND KOMPOSIT.

Demikianlah penjelasan mengenai jenis - jenis semen dan pengertiannya, semoga


bermanfaat bagi pembaca yang berkunjung di blog saya. Untuk mengetahui berbagai hal
terkait industri semen, maka silahkan berkunjung blog saya di industrisemen-
prosespembuatansemen.blogspot.com.

ilmu bahan bangunan : Semen

A. Pengertian Semen

Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan
melekatnya fragmen-fragmen mineral lain menjadi suatu massa yang padat. Pengertian ini dapat
diterapkan untuk banyak jenis bahan semen yang biasa digunakan untuk konstruksi beton untuk
bangunan. Secara kimia semen dicampur dengan air untuk dapat membentuk massa yang mengeras,
semen semacam ini disebut semen hidrolis atau sering disebut juga semen portland.

Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 gr/cm3, pada kenyataannya
massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,03 gr/cm3 sampai 3,25 gr/cm3. Variasi ini akan
berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran. Pengujian massa jenis ini dapat dilakukan
menggunakan Le Chatelier Flask menurut standar ASTM C 348-97.
B. Komposisi Bahan Baku Semen

Batu gamping

Batu gamping dengan kadar CaCO3 antara 80%-85% sangat baik sebagai bahan baku semen
karena lebih mudah dig

iling untuk menjadi homogen.Batu gamping sebagai bahan baku utama semen harus memenuhi
syarat kimiawi tertentu :

1. CaO = 49% - 55%

2. Al2O3 + Fe2O3 = 5% - 12%

3. SiO2 = 1% - 15%

4. MgO = < 5%

Faktor kejenuhan batu gamping yang baik yaitu lebih dari 1,02 dan tidak boleh kurang dari
0,66. Faktor kejenuhan (Fk) dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut :

Faktor kejenuhan (Fk) =

(% CaO) + 0,7 (% SiO2)

2,8(%SiO2)+1,2(%Al2O3)+0,65(%Fe2O3)

Batu lempung

Batu lempung yang akan dipakai sebagai bahan baku semen sebaiknya mempunyai kadar
SiO2 lebih besar dari 70% dan Al2O3 lebih kecil dari 10%. Kedua unsur pembentuk batu lempung ini
berfungsi sebai bahan pengoreksi. Jika kadar Fe2O3 dalam batu lempung lebih kecil dari 10% maka
perlu memakai bahan pengoreksi yaitu berupa pasir besi.

Gipsum

Gipsum (CaSO4 2H2O) dipergunakan sebagai bahan tambahan (additve material) pada
pembuatan semen portland dengan jumlah antara 4%-6%. Fungsi gipsum disini sebagai redater,
yaitu bahan yang dapat mengendalikan waktu pengerasan semen dan juga untuk menentukan
kualitas semen. Komposisi kimia gipsum untuk bahan baku semen portland disyaratkan sebagai
berikut :

1. CaO = 30% - 35%

(sekitar 2/3 dari berat minimum SO3)

2. SO3 = 40% - 45%

3. H2O = 15% - 25%

4. Garam Mg dan Na = 0,1 %

5. Hilang pijar = 9%
6. Ukuran partikel = 95% (-14 mesh)

Pasir kuarsa

Dalam industri semen pasir kuarsa dipakai sebagai bahan koreksi bersama pasir besi, pyrite,
bauxite, laterit atau kaolin. Komposisi kimia yang disyaratkan adalah sebagai berikut :

1. Kadar SiO2 = 95 % - 99 %

2. Kadar Al2O3 = 3 % - 4 %

3. Kadar Fe2O3 = 0 % - 1 %

Pasir besi

Pasir besi termasuk pada bahan korektif bersama pasirkuarsa. Untuk bahan baku semen
portland komposisi pasir besi harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. SiO2 = 30% - 45%

2. Fe2O3 = 20% - 35%

3. TiO2 = 1% - 3%

4. CaO = 7% - 10%

5. H2 O = 0% - 1%
C. Jenis Semen

1. Semen Abu atau semen Portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk
dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang
bersuhu dan bertekanan tinggi Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5
tipe, yaitu tipe I sampai tipe V.

2. Semen Putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

3. Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

4. Mixed & Fly Ash Cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash)merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandung amorphous silica, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam
variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga
menjadi lebih keras.

Jenis semen SNI

Jenis semen
No.SNI Nama

SNI 15-0129-2004 Semen portland putih

SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)

SNI 15-2049-2004 Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)

SNI 15-3500-2004 Semen portland campur

SNI 15-3758-2004 Semen masonry

SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit

Pabrik Semen Di Indonesia dengan mutu Internasional


PT.Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda)

PT.Semen Baturaja Persero (Semen Baturaja)

PT.Semen Padang (Semen Padang)

PT.Semen Gresik (Semen Gresik)

PT.Semen Bosowa (Semen Bosowa)

PT.Semen Andalas (Semen Andalas)

PT.Holcim Indonesia

PT.Semen Tonasa (Semen Tonasa)

PT.Semen Kupang (Semen Kupang)


D. Proses produksi semen
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :

1. Proses basah

Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker
crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.

2. Proses kering

Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :

1. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.

2. Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang


homogen.

3. Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang
dibutuhkan untuk pembuatan semen).

4. Proses pendinginan terak.

5. Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak
larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium,
magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

Secara singkat, proses dari pembuatan semen ini adalah semua bahan mentah dicampurkan,
bahan-bahan mentah ini harus bebas debu. Debu yang dihasilkan dari bahan mentah ini akan
ditangkap oleh penangkap debu, agar debu-debu tersebut tidak mencemari udara. Bahan-bahan
ditampung. Setelah ditampung, bahan-bahan ini kemudian dimasukkan ke dalam suspensi preheater.
Suspensi preheater ini berfungsi untuk memanaskan dengan cara menyemprotkan udara panas.
Kemudian bahan-bahan dimasukkan ke dalam rotary kiln (oven besar yang berputar) dan dibakar
pada suhu 1400 C sehingga menghasilkan butiran-butiran kecil berwarna hitam yang
disebut clinker (bahan setengah jadi). Clinker kemudian ditampung di dalam clinker silo. Dari clinker
silo kemudian dimasuk ke dalam semen mill. Semen mill ini adalah suatu tempat dimana terjadi
proses pencampuran dengan gipsum. Setelah dari semen mill, masuk ke dalam semen silo. Tahap
akhir dari proses pembuatan semen ini adalah pengepakan, yang selanjutnya semen akan di
distribusikan ke pasaran.

E. DAMPAK INDUSTRI SEMEN TERHADAP LINGKUNGAN

Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses produksi,
industri semen menyebabkan dampak lingkungan sebagai berikut :

a) Lahan

Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat. Perubahan


tata-guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta pembangunan
fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan
keimbangan lingkungan setempat.

b) air

Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air
dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi dan
pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan banjir pada musim
hujan.

Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu
lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu berkurang,
sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan
banjir pada musim hujan karena tanah tidak mampu lagi menyerap air.

c) Udara

Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses pembakaran
dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik,
termasuk pengantongannya. Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut
dan kepulan debu menimbulkan pencemaran udara serius. Suhu udara di sekitar pabrik naik. Gas
yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2,
SO2 dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon dan belerang.

1. Semen Portland

a. Pengertian

Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara


menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai
bahan pembantu.Semen portland merupakan bahan ikat yang sangat penting dan banyak digunakan
dalam pembangunan fisik bangunan.

Fungsi semen ialah untuk bereaksi dengan air sedangkan pasta semen berfungsi untuk
merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang homogen/padat, selain itu pasta semen
juga untuk mengisi ronga-ronga diantara butir-butir agregat.

b. Sejarah

Semen pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk
Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Meski sempat populer di zamannya, nenek
moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi,
sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari
peredaran. Sebelum semen yang kita kenal ditemukan, adukan perekat pada bangunan di buat dari
kapur padam, pozolan dan agregat (campuran ini sering disebut semen alam).Campuran perekat
tersebut tidaklah terlalu kuat, tapi tergantung pula pada sifat pozolan yang di gunakan sebagai bahan
perekat. Pozolan adalah bahan yang terbentuk oleh debu dari letusan gunung berapi. Kapur hidrolis
pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana sipil yang bernama Jon Smeaton pada tahun 1756.
Pada saat itu ia bertugas untuk merehabilitasi menara api yang terletak di Eddystone. Ia mencoba
menggabungkan kapur padam dan tanah liat. Kemudian campuran itu ia bakar. Setelah mengeras,
bongkahan campuran tersebut di tumbuk hingga menjadi tepung. Yang mana tepung tesebut dapat
digunakan kembali dan dapat mengeras di dalam air. Mulai dari percobaan inilah sifat-sifat kapur
hidrolis mulai di kenal. Namun perkembangan bahan yang ia temukan masihlah lambat dibandingkan
campuran kapur padam biasa.

Jhon Smeaton

Pada tahun 1796 penemuan ini kembali dikembangkan oleh James Parker dari Norhfleed,
Inggris. Ia mengembangkan campuran yang telah ditemukan oleh Jon, perbedaan dari campuran
yang di temukan Jon, batu kapur yang digunakan James sebagai capuran adalah batu kapur yang
mengandung lempung. Sedangkan teknik yang di gunakannya sama dengan yang di lakukan Jon.

Pada tahun 1800 produk yang dikembangkan James berkembang pesat, sehingga produknya
di beri nama semen roman. Namun perkembangan tersebut hanya bertahan hingga tahun 1850. Di
Inggris tukang batu yang bernama Joseph Aspdin dari kota Leeds, mencampurkan kapur padam
dengan tanah liat, kemudian ia bentuk jadi gumpalan. Lalu di bakar dengan suhu kalsinasi (suhu
dimana kapur dapat meleleh) dan setelah itu di tumbuk hingga menjadi tepung. Ketika bahan
campuran tersebut mengeras, warna dari bahan berubah menjadi abu-abu. Warna tersebut
menyerupai bebatuan di wilayah Portland, maka Joseph memberi nama hasil temuannya sebagai
Semen Portland. Tanggal 21 october 1824, semen Portland Joseph mendapat hak paten dari raja
Inggris. Walau pun demikian ia tetap merahasiakan bahan campuran yang ia temukan, dan ia tidak
memproduksinya secara masal. Setelah ia wafat, pengembangan dan pemasaran secara masal
semen ini di teruskan oleh anaknya yang bernama William Joseph di Jerman. Tahun 1877 jerman
melakukan penilitian lebih lanjut terhadap semen Portland, hingga membentuk asosiasi pengusaha
dan ahli semen. 30 tahun kemudian asosiasi tersebut menyebar hingga ke Inggris dan di Inggris
Standard dari semen dibuat.

c. Cara Pembuatan Semen Portland

Semen Portland dibuat dengan melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan memiliki
sifat adhesive maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar secara bersamaan suatu
campuran dari Calcereous (yang mengandung kalsium karbonat atau batu gamping) dan argillaceous
(yang mengandung alumina) dengan perbandingan tertentu.

Secara mudahnya langkah-langkah pembuatannya:

1. Kandungan semen portland berupa kapur, silica dan alumina, sebagai bahan dasar

2. Ketiga bahan dasar tadi dicampur dan dibakar dengan suhu 1550C dan menjadi klinker

3. Kemudian dikeluarkan, didinginkan dan dihaluskan sampai halus seperti bubuk

4. Biasanya ditambah gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2 sampai 4 persen sebagai bahan
pengontrol waktu pengikatan

5. Kemudian dimasukkan kedalam kantong dengan berat masing-masing kantong 40 Kg atau 50 Kg


untuk segera dipasarkan.

d. Sifat-Sifat Semen Portland

susunan kimia

OKSIDA PERSEN

Kapur (CaO) 60 65

Silika (SiO2) 17 25

Alumina (Al2O3) 38

Besi (Fe2O3) 0,5 6

Magnesium (MgO) 0,5 4

Sulfur (SO3) 12

Soda/Potash (Ma2O + 2O) 0,5 1


Walaupun komplek, namun pada dasarnya dapat disebutkan 4 senyawa yang paling penting
keempat senyawa tersebut ialah :

Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2

Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2

Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3

Tetrakalsium aluminofert (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3.

1) hidrasi semen

Proses Hidrasi berlangsung bilamana semen bersentuhan air dengan arah dari luar ke dalam,
maksudnya hasil hidrasi mengendap dibagian luar dan inti semen yang belum terhidrasi di bagian
dalam secara bertahap terhidrasi sehingga volumenya mengecil. Proses permulaan Hidrasi tersebut
berlangsung lambat, antara 2-5 jam yang disebut (periode induksi atau aktif) sebelum mengalami
percepatan setelah kulit permukaan pecah. Pada tahap hidrasi berikutnya, pasta semen menjadi gel
(butirannya sangat halus hasil hidrasi, memiliki luas permukaan yang amat besar)

2) kekuatan pasta semen dan jumlah air yang dipakai

Kekuatan pasta semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai waktu
proses Hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan oleh proses hidrasi hanya
kira-kira 25 persen dari berat semennya, penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah
mengeras. Akan tetapi, kelebihan air (pelumas) tersebut juga akan mengakibatkan pasta berpori lebih
banyak.

3) sifat fisik semen

Semen portland yang dipakai untuk beton harus mempunyai kualitas tertentu yang telah
ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif, pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan baik yang
masih berbentuk bubuk kering maupun pasta semen yang sudah keras, juga betonnya yang dibuat
dari semen tersebut.ada sifat-sifat semen yang penting, yaitu;

a) kehalusan butiran

Reaksi antara semen dan air dimulai dari permukaan butir-butir semen, sehingga semakin
luas permukaan butir-butir semen (dari berat semen yang sama) maka makin cepat proses
hidrasinya. Secara umum, semen yang berbutir halus meningkatkan kohesi beton segar (fresh
concrete) dan dapat pula mengurangi bleeding, akan tetapi menambah kecenderungan beton untuk
menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut.

b) Waktu ikatan

Semen jika dicampur dengan air membentuk gel yang secara bertahap menjadi kurang
plastis, dan akhirnya menjadi keras. Pada proses ini tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup
kaku untuk menahan suatu tekanan. Waktu untuk mencapai tahap ini disebut waktu ikatan. Waktu
ikatan terbagi 2 yaitu;

a. Waktu ikatan awal ialah waktu dari saat pencampuran semen dan air sampai saat kehilangan sifat
keplastisannya.
b. Waktu ikatan akhir ialah waktu mencapai pastanya menjadi masa yang keras.

Pada semen portland biasa, waktu ikatan awal tidak boleh kurang dari 60 menit dan waktu
ikatan akhir tidak boleh lebih dari 480 menit (8 jam)

e.Jenis-Jenis Semen Portland

Perbedaan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah persentase 4
komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan
pemakaiannya.Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland di Indonesia dibagi menjadi 5
jenis, yaitu:

a. Jenis I : Untuk konstruksi pada umumnya, dimana tidak diminta persyaratan khusus

seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis sebelumnya.

b. Jenis II : Unutk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak tahan

terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.

c. Jenis III : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal tinggi.

d. Jenis IV : Unutk konstruksi-konstruksi yang persyaratannya panas hidrasi yang rendah.

e. Jenis V : Unutk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan

terhadap sulfat.

f. Sifat Pozzolan

Menurut Neville (1998), sifat pozzolan adalah sifat yang dimiliki bahan-bahan yang
mengandung senyawa silika dan alumina. Sebenarnya bahan tersebut tidak memiliki sifat seperti
semen. Namun apabila bahan tersebut digiling hingga halus dan dicampur dengan klinker di finish mill
untuk membentuk semen dan kemudian semen tersebut bereaksi dengan air maka akan membentuk
senyawa CSH dan CAH. Sehingga bahan pozzolan tersebut akan mempunyai sifat seperti semen.
Reaksinya yaitu senyawa silika dan alumina akan mengikat senyawa Ca(OH)2 untuk membentuk
senyawa CSH dan CAH :

C3S + H2O ==> CSH dan Ca(OH)2

C2S + H2O ==> CSH dan Ca(OH)2

Ca(OH)2 + H2O + SiO2 ==> CSH


Ca(OH)2 + H2O + Al2O3 ==> CAH

Bahan pozzolan terbagi menjadi 2 yaitu pozzolan alam dan pozzolan buatan. Bahan pozzolan
alam contohnya yaitu trass, sedangkan bahan pozzolan buatan contohnya yaitu fly ash.

g. Persyaratan Semen Portland

Semen portland standar harus memenuhi persyaratan kimia maupun fisika, hal tersebut
dapat dijabarkan dalam bentuk tabel, seperti:

PERSYARATAN KIMIA SEMEN PORTLAND

JENIS SEMEN PORTLAND


URAIAN
I II III IV V

Magnesium Oksida 5,0 5,0 5,0 5,0

Mgo Maks. % Berat

Belerang Trioksida,

So3 Maks. %Berat: 3,0 3,0 3,5 2,3

a. Bila C3 A 8% 3,5 - 4,5 -

b. Bila C3 A 8% 3,0 3,0 3,0 3,0

Hilang Pijar Maks. % Berat 1,5 1,5 1,5 1,5

Bagian Tidak Larut Maks. %Berat 0,6 0,6 0,6 0,6

Alkali Sebagai Nao2, Maks. %


Berat *)
- - - 35 -

Trikalsium Silikat, C3s, Maks. % - - - 45 -


Berat **)
Dikalsium Siliat C2s, Mn. % Berat - 8 15 7 5
**

Tetrakalsium

- - - - 20
Aluminat, C3a, Ma. % Berat **)

Tetrakalsium Aluminoferit
Ditambah 2x Trikalsium Aluminat
(C4AF + 2C3AF) atau kadar larutan
padat (C4AF + C2AF), maks. % berat
**) - 58 - - -

Jumlah Trikalsium Silikat dan


Trikalsium Aluminat (C3S + C3A),
maks. % berat

Persyaratan fisika semen portland

JENIS SEMEN PORTLAND


URAIAN
I II III IV V

Kehalusan sisa diatas ayakan


0,09mm maks. % berat dengan alat
Blaine, luas permukaan tiap satuan
berat semen, min m2/g 10 10 10 10 10
Waktu pengikatan dengan alat
Vicat: *)
280 280 280 280 280
awal, min. Menit

akhir, min. Jam

60 60 60 60 60
Waktu pengikatan dengan alat
Gillmore: *) 8 8 8 8 8

awal, min.

Menit akhir, min. Jam


Kekekalan :

Pemuaian dalam Otoklaf % maks

10 10 10 10 10

Kekuatan tekan, min.


2
Kgf/cm untuk umur uji:

1 hari
0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
1 + 2 hari

1 + 6 hari

1 + 27 hari

- - 125 - -
Pengkatan semen (false set)
12 100 250 - 85
penetrasi akhir, % maks
200 175 - 70 150

- - - 175 210
Panas Hidrasi, maks.
Kal/g 7hari
28 hari
50 50 50 50 50

Pemuaian karena sulfat **) 14


hari, % maks. - 70 - 60 -

- 80 - 70 -

- - - - 0,045

Keterangan:

*) bila tidak ditentukan, maka yang berlaku adalah penentuan memakai alat Vicat.

**) bila syarat ini diminta, maka syarat C4AE + C2F tidak perlu dilakukan

2. Semen Portland Pozolan

Semen portland pozolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang
homogen antara semen Portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker
semen portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland
dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6
% sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan.

Pozolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak
mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan
adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu
kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.

1. Jenis dan penggunaan

1) Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan
adukan beton.

2) Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan
adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.

3) Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton dimana
tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.

4) Jenis P-K yaitu semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton dimana
tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi
rendah

2. Syarat mutu

1) Persyaratan kimia dan fisika semen portland pozolan jenis IP-U dan IP-K harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
2) Syarat kimia dan fisika semen portland pozolan jenis P-U dan P-K harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
3. Cara uji

Uji kimia

Pengujian magnesium oksida, sulfur trioksida dan hilang pijar.

Uji fisika

Pengujian kehalusan dengan alat blaine atau turbidimeter, pengikatan dengan jarum vicat,
kekekalan bentuk dengan autoclave, kuat tekan, panas hidrasi dan kandungan udara mortar.

Syarat lulus uji

Semen portland pozolan dinyatakan tidak lulus uji apabila:

a) Semen gagal memenuhi salah satu syarat mutu seperti yang dicantumkan pada butir 5.

b) Semen gagal memenuhi salah satu syarat mutu seperti yang dicantumkan pada butir 5
setelah dilakukan uji ulang.

c) Kekurangan berat lebih dari 2% dari berat yang dicantumkan, baik dalam setiap kemasan
maupun berat rata-rata dari setiap kemasan maupun berat rata-rata dari setiap

pengiriman yang diwakili oleh penimbangan 50 kemasan yang diambil secara acak.

CATATAN : Uji ulang dapat dilakukan pada sisa semen didalam penyimpanan pada silo yang
akan dikirim selama periode lebih dari 6 bulan.
4. Pengemasan

Semen portland pozolan dapat diperdagangkan dalam bentuk curah maupun


kemasan.Apabila tidak ada ketentuan lain, semen dikemas dalam kantong dengan berat netto 40 kg
untuk setiap kantong. Untuk semen curah, kontainer atau wadah harus kedap air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga bagian dalam mudah diperiksa. Kontainer atau wadah harus dilengkapi
dengan alat penyalur untuk mengeluarkan semen.

5. Syarat penandaan

Pada kemasan sekurang-kurangnya dicantumkan nama:

a) Tulisan Semen portland pozolan.

b) Kode dan jenis.

c) Merk/tanda dagang.

d) Nama perusahaan.

e) Berat netto.

Untuk semen portland pozolan curah, penandaan dicantumkan pada dokumen pengiriman.

6. Penyimpanan dan transportasi

a) Semen ketika disimpan maupun di transportasikan harus dijaga sedemikian rupa

sehingga mudah untuk dilakukan inspeksi dan identifikasi.

b) Semen curah disimpan dalam bangunan/penyimpanan yang kedap terhadap cuaca

sehingga akan melindungi semen dari kelembaban dan menghindari terjadinya

penggumpalan semen pada saat penyimpanan dan transportasi.

c) Penyimpanan maupun transportasi semen dalam kantong dilakukan sedemikian rupa

sehingga terhindar dari pengaruh cuaca.

3. Semen Pozolan Kapur

a. Pengertian

Semen prozolan kapur adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan Menggiling
bersama suatu bahan pozolan dengan kapur padam atau yang dibuat dengan mengaduk secara
cermat dan merata suatu bahan pozolan halus dengan kapur padam.

Kapur pardam : adalah hasil pemadaman kapur- tohor( kapur tohor adalah kapur tohor yang
telah bersenyawa dengan air dan membentuk suatu hidrat ) .
b. Tujuan penggunaan

Semen pozolan kapur dapat dipakai untuk adukan,plesteran dan beton dengan mutu setinggi-
tingginya.

c. Cara pembuatan

1. Bahan baku

lan

bahan pozolan yang dipakai dalam pembuatan semen pozolan kapur dapat berupa bahan pozolan
alam seperti tras atau bahan pozolan buatan seperti semen merah.

Bahan pozolan yang dipakai dalam pembuatan semen pozolan kapur harus memenuhi syarat
syarat peraturan trass dan semen merah Indonesia NI-20

b. Kapur padam

Kapur padam yang dipakai dalam pembuatan semen pozolan kapur harus memenuhi syarat syarat
Peraturan kapur sebagai bahan bangunan Indonesia (NI-7)

Dalam pembuatan semen pozolan kapur dapat ditambahkan bahan-bahan lain sepanjang tidak
mengurangi mutunya

2. Cara pembuatan

Semen pozolan kapur harus dibuat dengan mengiling atau mengaduk bahan pozolan halus
atau kapur padam.perbandingan bahan-bahan baku dalam pembuatan semen pozolan kapur
tergantung dari sifat masing-masing bahan bakunya.

d. Syarat mutu
e. Cara penyimpanan

semen pozolan kapur harus disimpan atau ditimbun didalam gudang yang tahan pengaruh
cuaca dan terlindungi dari basah yang dapat mengakibatkan kerusakan mutu.

f. Syarat penandaan

Jika semen pozolan kapur diperdagangkan dalam bungkusan,pembungkus harus diberikan


tanda-tanda yang jelas,sehingga mudah terlihat oleh setiap orang,mengenai pabrik yang
membuatnya,nama semen pozolan kapur,keterangan-keterangan tentang penggunaanya serta berat
bersih dari isinya dalam satuan Kg.

Proses Produksi Semen


Posted on 24/01/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak henti kami panjatkan kepada Allah SWT atas apa yang
telah di berikan kepada kami hambanya yang tak berdaya ini dan tak lupa
salawat beriring salam kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam kebodohan kepada alam yang penuh ilmu pengetahuan .
Sebelum memulai membahas sedikit ilmu yang kami ketahui
tentang SEMEN ,hasil diskusi dan kerja kelompok kami ingin berterima kasih
kepada dosen yang kami hormati dan para teman sekalian atas kesempatan
yang telah diberikan.

Tujuan kami membahas tentang SEMEN ini adalah tak lain dan tak bukan
adalah tugas kelompok yang di tugaskan oleh dosen kami yang kami hormati.
Dengan harapan dapat menambah pengetahuan pada salah satu proses
produksi semen.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan pembahasan tentang semen ini


masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik, saran
dan masukan-masukan yang dapat membangun demi kesmpurnaan
pembahasan ini.

Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususnya


kami dan teman-teman. Amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolisis,


artinya jika di campur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat
bahan-bahan lain menjadi satu kesatuan masa yang dapat memadat dan
mengeras. Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai bahan perekat
yang dapat merekatkan bagian-bagian benda padat menjadi bentuk kuat,
kompak dan keras.

1.2 Sejarah dan perkembangan semen

Semen pada awalnya dikenal di mesir tahun 500 SM pada pembuatan


piramida, yaitu sebagai pengisi ruang kosong diantara celah-celah tumpukan
batu. Semen yang dibuat bangsa Mesir merupakan kalsinasi gypsum yang
tidak murni, sedangkan kalsinasi batu kapur mulai digunakan pada zaman
romawi. Kemudian bangsa yunani membuat semen dengan cara mengambil
tanah vulkanik ( vulkanik tuff ) yang berasal dari pulau santoris yang
kemudian dikenal dengan santoris cement. Bangsa Romawi menggunakan
semen yang diambil dari material vulkanik yang ada di pegunungan Vesuvius
dilembah naples yang kemudian dikenal dengan nama pozzulan cement,
yang diambil dari sebuah nama kota italia yaitu pozzuola.

Penemuan bangsa Yunani dan Romawi ini mengalami perkembangan lebih


lanjut mengenai komposisi bahan dan cara pencampuarannya sehingga
diperoleh moltar yang baik. Pada tahun 1756 Jhon smeaton seorang sarjan
inggris berhasil melakukan penyelidikan terhadap batu kapur dengan
pengujian ketahanan air dari hasil percobaanya disimpulkan bahwa batu
kapur lemak yang tidak murni dan mengandung tanah liat merupakan bahan
pembuat semen hidrolis yang baik.

1.3 Pabrik-pabrik sejenis di Indonesia.

PT.Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda)


PT.Semen Baturaja Persero (Semen Baturaja)
PT.Semen Padang (Semen Padang)
PT.Semen Gresik (Semen Gresik)
PT.Semen Bosowa (Semen Bosowa)
PT.Semen Andalas (Semen Andalas)
PT.Holcim Indonesia
PT.Semen Tonasa (Semen Tonasa)
PT.Semen Kupang (Semen Kupang)

BAB II

PEMILIHAN PROSES

2.1 Jenis-jenis Proses

2.1.1 Proses Basah

Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air
dalam jumlah tertentu serta dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur
halus dengan kadar air 25-40% (slurry) dikalsinasi dalam tungku
panjang (long rotary kiln).

2.1.2 Proses Kering


Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dalam Raw Mill
dalam keadaan kering dan halus, dan hasil penggilingan (tepung baku)
dengan kadar air 0,5-1% dikalsinasi dalam rotari kiln. Proses ini
menggunakan panas sekitar 1500-1900 Kcal /Kg kilnker.

2.2 Perbandingan Proses

Perbandingan proses

Nama proses Keuntungan Kerugian

Kerugian yang didapat


pada proses ini
diantaranya adalah
penggunaan bahan
bakar yang lebih
banyak dan
Keuntungan yang membutuhkan air yang
didapat pada proses ini cukup banyak, tanur
diantaranya adalah yang digunakan terlalu
umpan yang didapat panjang karena
lebih homogen, memerlukan zone
sehingga semen yang dehidrasi yang lebih
dihasilkan juga lebih panjang untuk
baik, tidak dipengaruhi mengendalikan kadar
oleh fluktuasi kadar air, air, serta biaya
serta debu yang produksi yang lebih
Proses basah dihasilkan relatif sedikit. mahal.

Keuntungan yang Kerugian yang terdapat


Proses kering didapat pada proses ini pada proses ini
diantaranya ialah tanur diantaranya adalah
yang digunakan terlalu campuran umpan
pendek, pemakaian kurang homogen
bahan bakar yang relatif dibandingkan dengan
lebih sedikit dan efisien pada proses basah
dan membutuhkan air sehingga mutu semen
yang relatif lebih sedikit yang dihasilkan kurang
pula, serta kapasitas baik,serta banyak
produksi yang lebih menimbulkan debu
yang dihasilkan
sehingga dibutuhkan
besar. alat penangkap debu.

2. 3 Pemilihan Proses

2.3.1 Proses Basah

Proses Basah Proses ini dimulai dengan mencampur semua bahan baku
dengan air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah
dihancukan tadi dibakar menggunakan bahan bakar minyak. Karena
membutuhkan banyak BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen
semen.

2.3.2 Proses kering

Proses ini memakai proses penggilingan yang dilanjutkan dengan proses


pembakaran. Ada lima tahapan dalam proses ini, seperti proses pengeringan
dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal, proses
pencampuran untuk mendapatkan campuran yang homogen, proses
pembakaran bahan baku untuk menghasilkan terak, proses pendinginan
terak, dan terakhir proses penggilingan clinker dan gypsum.

BAB III

BAHAN BAKU DAN PRODUK

Bahan baku pembuatan semen terdiri dari 2 komponen yaitu bahan baku
utama dan bahan tambahan. Bahan baku utama yang digunakan adalah batu
kapur (CaCO ) kemurnian 55%-60% dan tanah liat (Al O ) kemurnian 65%-
3 2 3

70%. Sedangkan bahan penolong yaitu: pasir silica (SiO ), pasir besi (Fe O )
2 2 3

dan gypsum (CaSO .2H O).4 2

3.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan

3.1.1 Bahan Baku

Bahan baku adalah suatu material dasar yang digunakan dalam menciptakan
suatu produk.
3.1.1.1 Batu Kapur/Limestone (CaCO ) 3

Berdasarkan kandungan CaCO -nya Batu Kapur dapat dibagi 3 kelompok,


3

yaitu :

1. Batu Kapur Kadar Tinggi (High Grade). Kandungan CaCO nya tinggi, 3

lebih dari 93%, MgO maksimal 2%, bersifat rapuh, H O maksimal 5%. 2

2. Batu Kapur Menengah (Middle Grade). Kandungan CaCO 88% 92%, 3

bersifat kurang keras.


3. Batu Kapur Kadar Rendah (Low Grade). Kandungan CaCO 85%-87%, 3

bersifat keras.

Batu kapur yang digunakan adalah batu dengan kadar tinggi dan
menengah (CaCO > 88%). Adapun komposisi batu kapur secara umum
3

ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Komposisi Batu Kapur pada Pembuatan Semen Portland

% CaO %SiO 2 %Al O2 3 %Fe O 2 3 %MgO %SO 3

49 56 1,5 5 0,6 1,2 0,2 0,5 1,58 2 0,5

Sifat fisik batu kapur:

- Fase : Padat

- Warna : Putih

- Kadar air : 7-10%

- Bulk density : 1,3 ton/m 3

- Spesifik Gravity : 2,49

- Kandungan CaO : 47-56%

- Kuat tekan : 31,6 N/mm 2


(Daya tahan terhadap gaya tekan)

- Silika ratio : 2,6

- Alumina ratio : 2,57


3.1.1.2 Tanah Liat/Clay (Al SiO xH O)2 7. 2

Semua jenis tanah liat adalah hasil pelapukan kimia yang disebabkan adanya
pengaruh air dan gas CO dari batuan adesit, granit dan treakti. Batu-batuan
2

ini menjadi bagian yang halus, tidak larut dalam air dan mengendap berlapis-
lapis, lapisan ini tertimbun tidak beraturan. Tanah liat bercampur dengan
material lain antara lain Besi Oksida, Kalium Oksida, Natrium Oksida,
Phosphor Oksida dan bahan Organik. Sifat dari tanah liat bila dipanaskan
atau dibakar akan memampat dan menjadi keras.

Adapun komposisi tanah liat yang digunakan secara umum ditunjukkan pada
tabel dibawah ini.

Tabel 1.2 Komposisi Tanah Liat pada Pembuatan Semen Portland

% SiO 2 % Al O 2 3 % Fe O
2 3 % MgO

60-65 17-20 5-10 1

Sifat fisik tanah liat:

- Fase : Padat

- Warna : Coklat Kekuningan

- Kadar air : 8-25%

- Bulk density : 1.7 ton/m 3

- Spesifik Grafity : 2,36

- Silika ratio : 2.9

- Alumina ratio : 2,7

3.1.2 Bahan Penolong


Bahan tambahan yang digunakan adalah pasir besi atau copper slag, pasir
silika dan Gips atau Gypsum.

3.1.2.1 Pasir silika (SiO ) 2

Pasir silika berfungsi sebagai pembawa oksida silica (SiO ) dengan kadar yang
2

cukup tinggi yaitu sekitar 90-95 %. Depositnya berbentuk gunung-gunung


pasir silika dan berkadar SiO sekitar 90 %. Semakin murni pasir silika akan
2

semakin putih warnanya dan biasa disebut pasir kuarsa yang berkadar
SiO mencapai 98,5 98 %. Warna pasir silika dipengaruhi oleh adanya
2

kotoran seperti Oksida Logam dan bahan Organik. Pasir silika ini digunakan
sebagai bahan tambahan pada pembuatan semen jika kadar SiO -nya masih
2

rendah.

Spesifikasi pasir silika :

- Fase : padat

- Warna : coklat kemerahan

- Kadar air :6%

- Bulk density : 1,45 ton/m 3

- Spesifik grafity : 2,37

- Silika ratio : 5,29

- Alumina ratio : 2,37

3.1.2.2 Gips/Gypsum (CaSO 2H O) 4. 2

Gypsum ini yang pada umumnya terdapat di gunung-gunung disekitar


gunung gamping (kapur) adalah bahan sediment CaSO yang mengandung 2
4

molekul hidrat. Bahan ini ditambah setelah campuran bahan mentah dibakar
menjadi terak. Penambahan gypsum dilakukan pada penggilingan akhir
dengan perbandingan 96 : 4. Untuk pembuatan semen gypsum yang diijinkan
mempunyai kandungan CaSO 5060 % dan air bebas 2,8 %.
4

Spesifikasi gypsum :
- Fase : Padat

- Warna : Putih

- Kadar air : 10%

- Bulk density : 1,7 ton / m 3

3.1.2.3 Copper slag

Copper slag merupakan produk samping pada proses peleburan dan


pemurnian tembaga dari bahan baku konsentrat tembaga. Copper slag
dihasilkan dari proses peleburan tembaga disemelter dari hasil pengikatan
besi dengan pasir silika dan batu gamping yang ditambahkan sebagai fluks
untuk membentuk senyawa stabil dari CaO-FeO-SiO 2.

Komponen utama copper slag adalah Oksida Besi (FeO), Dioksida Silikon
(SiO ), Oksida Kalsium (CaO) dan Oksida Alumminium(AL O ). Copper slag
2 2 3

mempunyai sifat fisik dan kimiawi sangat stabil.

Tabel 3.3 Komposisi Copper Slag pada Pembuatan Semen Portland

Specific gravity

% FeO % SiO 2 % CaO % Al O 2 3 True Apparent

45-55 30-38 3-7 1-5 3,5-3,7 1,0-2,1

Spesifikasi Kopper Slag :

- Fase : Padat

- Warna : Hitam

- Bulk density : 1,8 ton/m 3


Kandungan besi yang tinggi pada copper slag menyebabkan material
ini mempunyai densitas yang tinggi dan juga berat jenis yang lebih tinggi
dibandingkan pasir alam. Sebagai pengganti pasir besi alam, copper slag
mempunyai keunggulan-keunggulan di bandingkan pasir besi alam, yaitu:

1. Tidak terpengaruh cuaca


2. Suplai yang stabil
3. Kwalitas yang stabil
4. Mengurangi kebutuhan energy
5. Harga yang lebih terjangkau

3.2 Spesifikasi Produk

3.2.1 Sement Portland

Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :

1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)

Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan


persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain. Tipe
semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran

2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan


terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas
hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah
daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi
penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan)
yang besar perlu ditambahkan sifat moderatHeat of hydration. Semen
Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti
bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom
dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.

3. Tipe III (High Early Strength)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang


tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III
ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm /gr 2
dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan
semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan
yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3
hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya
menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28
hari

4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi


rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette
(beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan,
dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang
dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin
sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan
cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini
juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I.

5 Tipe V (Sulfat Resistance Cement)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi


terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton
pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat
tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb.

3.2.2 Water Proofed Cement

Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen


Portland dengan Water proofing agent, dalam jumlah yang kecil seperti :
Calcium, Aluminium, atau logam stearat lainnya.Semen ini banyak dipakai
untuk konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis,
misalnya tangki penyimpanan cairan kimia.

3.2.3 White Cement (Semen Putih)

Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.
Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses
pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung
oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).
3.2.4 High Alumina Cement

High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan


pengersan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi
tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High
Alumina Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal
yang lebih baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat
dari batu kapur dan bauxite, sedangkan penggunaannya adalah antara lain :

Rafractory Concrette
Heat resistance concrete
Corrosion resistance concrete

3.2.5 Semen Anti Bakteri

Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland
dengan anti bacterial agent seperti germicide. Bahan tersebut
ditambahkan pada semen Portland untuk Self Desinfectant beton terhadap
serangan bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan
fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti
bakteri antara lain :

Kamar mandi
Kolam-kolam
Lantai industri makanan
Keramik
Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri

3.2.6 Oil Well Cement

Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan
retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid
acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi kecepatan
pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan kedalam sumur
minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter tekanan
dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan
pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan,
maka semen yang mengental dan mengeras secara normal tidak dapat
digunakan pada pengeboran sumur yang dalam. Semen ini masih dibedakan
lagi menjadi beberapa kelas sesuai denganAPI Spesification 10 1986,
yaitu;

Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman


1830 meter, apabila sifat-sifat khusus tidak
KELAS A dipersyaratkan

Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman


1830 meter, apabila kondisi membutuhkan
KELAS B tahan terhadap sulfat sedang

Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman


1830 meter, apabila kondisi membutuhkan
KELAS C sifat kekuatan tekan awal yang tinggi

Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman


1830 sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu
KELAS D dan tekanan yang sedang

Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman


3050 sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu
KELAS E dan tekanan yang tinggi

Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman


3050 sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu
KELAS F dan tekanan yang tinggi

Digunakan untuk cementing mulai surface casing


sampai dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi
dengan penambahan accelerator atau retarder.
Dapat digunakan untuk semua range pemakaian,
KELAS G mulai dari kelas A sampai kelas E

3.2.7 BLENDED CEMENT (SEMEN CAMPUR)

Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak


dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut
diperlukan material lain sebagai pencampur.Jenis semen campur:

1. Semen Portland Pozzolan (SPP)


Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan
Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran
yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau
Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland
dan bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen
Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling dan
mencampur.

2. Portland Blast Furnace Slag Cement

Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur
dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur
bubuk halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau menggiling
bersama antara klinker porland dengan butiran slag. Activitas slag (Slag
Activity) bertambah dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO + Al O dan
2 2 3

glass content. Tetapi biasanyan keberadaan ratio oksida dan glass Content
tersebut saling berkebalikan. Beberapa sifat slag semen adalah sabagai
berikut :

1. Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang sama


dengan semen portland.
2. Betonnya lebih stabil dari pada beton semen portland
3. Mempunyai permebility yang rendah

3. Semen Masonry

Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang


kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya
menggunakan kapur padam, kemudian meningkat dengan dipakainya semen
portland yang dicampur dengan kapur padam. Namun karena dianggap
kurang praktis maka diperkanalkan Semen Masonry .

4. Portland Composite Cement (Semen Portland Campur)PCC -SPC

Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat


hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland
dan gibs dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran
antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan anorganik lain.
Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace slag),
pozzoland, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6
35 % dari massa semen portland composite. Menurut Standard Eropa EN
197-1 Portland Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi
menjadi 2 Type berdasarkan jumlah Aditive material aktif.

1. 1. Type II/A-M mengandung 6 20 % aditif


2. 2. Type II/B-M mengandung 21 35 % aditif

Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang
digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif
yang digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis maka semen ini dikelompokkan
pada TERNARY CEMENT.

BAB IV

URAIAN PROSES

4.1 Proses Penyiapan Bahan Baku

Semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur
sebelum memasuki proses pembakaran. Pengeringan awal bahan baku
diperlukan untuk proses penggilingan dengan sistim kering dan sebelum
dilanjutkan pada proses selanjutnya bahan tersebut harus dianalisa terlebih
dahulu. Analisa yang dilakukan meliputi :

1. Analisa Kadar Air Bahan Mentah

2. Analisa kadar CaO, SiO , Al O , Fe O dan MgO


2 2 3 2 3

4.2 Proses Pembuatan Produk secara kering

4.2.1 Crusher

Crusher terdiri atas 2 macam yaitu : Limestone dan Clay


cutter. Lemestone Crusherberfungsi untuk menghancurkan batu kapur
menjadi ukuran 10 cm dari ukuran 60 cm. Clay cutter berfungsi untuk
memotong tanah liat menjadi ukuran 10 cm. Kecepatan pemotongan pada
masing-masing proses mencapai 1400 ton/jam.
Produk dari Limestone Crusher dan Clay Cutter ini dimasukkan dalam
satu alat transportasi berupa Belt Conveyor, kemudian dimasukkan ke dalam
Pile storage. Dalam Satu kali pengisian disiapkan 45000 ton campuran
Limestone dan Clay atau disebut Mix Limestone Clay. Material mix ini dan
material koreksi yang terdiri dari limestone high grade, silika sand dan iron
sand dimasukkan dalam satu campuran tertentu. Selanjutnya campuran
tersebut dimasukan ke dalam Raw Mill untuk diproses lebih lanjut sebagai
umpan kiln.

4.2.2 Raw Mill

Raw Mill merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk


menghaluskan dan mengeringkan material produk dari Crusher. Peralatan ini
memakai sistem grinding tabledan aliran udara panas, pengering yang
berasal dari cooler dengan suhu 86C. Raw Mill mempunyai kapasitas 600
ton/jam.

Material Mix produk dari Crusher dihaluskan dan material koreksi yang
terdiri dari limestone hight gradt, Silika sand dan Iron sand dimasukkan
dalam satu campuran tertentu kemudian dialirkan melalui Bucket ke Cooler
Mill. Material produk dari Raw Mill mempunyai kehalusan 80% lolos pada
saringan 170 Mesh. Produk ini kemudian disimpan dalam silo-silo penyimpan
sebagai umpan kiln, sedangkan material yang masih belum memenuhi
standar kehalusan Raw Mill dialirkan kembali ke Bucket untuk digiling ulang.

4.2.3 Kiln (Pembakaran)

Kiln adalah suatu unit peralatan berbentuk tanur putar yang berfungsi
untuk membakar umpan menjadi suatu material yang disebut Clinker. Kiln
menghasilkan Clinker 7500 ton/hari. Produk kiln merupakan bahan setengah
jadi yang berbentuk bulatan dengan diameter 1-8 cm. Clinker ini merupakan
senyawa kompleks yang terbentuk dari lelehan oksida-oksida umpan pada
temperatur 650 1400C. Proses pemanasan terjadi bertahap, mulai dari
penguapan kadar air, kalsinasi sampai pada proses Clinkerisasi. Pemanasan
pada kiln dimulai dengan pemanasan awal pada cyclon (preheater) yang
terdiri dari 4 stage. Stage 1 dan 2 berfungsi untuk penguapan air, stage 3
dan 4 berfungsi untuk kalsinasi dengan temperatur 800-880C. Proses
Clinkerisasi terjadi pada Kiln Cell dengan temperatur 1400C. Selanjutnya
lelehan yang keluar dari Kiln didinginkan dalam cooler secara mendadak
melalui ayakan sehingga produk yang keluar berbentuk granular. Clinker
yang dihasilkan disimpan dalam doom (Storage Clinker).

4.2.4 Finish Mill

Finish Mill adalah suatu unit peralatan yang berfungsi sebagai


penggiling akhir. Mill yang berukuran 13 m dibagi atas dua kompartemen,
yaitu kompartemen pertama sepanjang 2,5 m berisi grinding Ball (Bola-bola
Baja) berdiamete 40 70 mm fungsinya untuk pemecahan bahan material.
kemudian material masuk ke kompartemen kedua sepanjang 10,5 m yang
berisi grinding Ball berdiameter 17 20 mm. Clinker bersama-sama dengan
Gysum digiling dalam mill tersebut, sehingga diperoleh semen dengan
kehalusan tertentu. Produk Finish Mill disimpan dalam silo semen dan siap
untuk dipacking.

4.3 Analisa Produk

Dalam proses analisa ini bahan yang digunakan adalah produk dari finish
mill:

1. Analisa Kehalusan Semen (Mesh)


2. Analisa Free Lime Terak dan Semen
3. Analisa Normal Konsistensi
4. Analisa Waktu Pengikatan Semen dengan Alat Vicat
5. Analisa Pemuaian (Ekspansi)
6. Analisa Kuat Tekan
7. Analisa Warna dengan Colormeter
8. Analisa Hilang Pijar dalam Semen ( LOI )
9. Analisa Insoluble OPC dan PPC dalam Semen

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Semen terbuat dari batu kapur (CaCO ) kemurnian 55%-60% dan tanah
3

liat (Al O ) kemurnian 65%-70%. Sedangkan bahan penolong yaitu: pasir


2 3

silica (SiO ), pasir besi (Fe O ) dan gypsum (CaSO .2H O).
2 2 3 4 2
2. Proses pruduksi semen terdiri dari dua proses yaitu proses kering dan
proses basah.
3. Proses yang kami gunakan pada makalah ini adalah proses kering.
4. Tahapan pembuatan semen melalui proses kering meliputi proses
crusher, raw mill, kiln dan finish mill.
5. Semen terbagi dua yaitu semen Portland dan non Portland.
TES KEKUATAN BETON

SLUMP Test

Slump Test bertujuan untuk menunjukkan Workability atau istilah bakunya


kelecakan (seberapa lecak/encer/muddy) suatu adukan beton.

Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu


encer dan tidak terlalu keras. Slump yang diukur harus berada dalam range atau
dalam batas toleransi dari yang ditargetkan.

Slum Test

COMPRESSION Test atau Tes Uji Tekan

Tes Uji Tekan ini bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai
beton tersebut. Test Uji Tekan ini tentu saja di lakukan pada saat beton sudah
mengeras. Test tersebut harus selalu di lakukan dengan hati-hati.Test yang
kurang memperhatikan prosedur yang baik dan benar dapat memberikan hasil
yang tidak tepat
UJI KUAT TEKAN

Cara mengambil sampel beton

Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton,
misalnya dari truk beton atau truk ready-mix. Pengambilan sampel ini harus
sesegera mungkin dilakukan begitu truk sudah sampai di lokasi proyek. Sampel
dapat diambil dalam dua cara:
- Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0.2 meter
kubik beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu
sebanyak 0.2 m kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut boleh
dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan.

- Untuk pengecekan rutin: sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton
dalam truk.

SEMEN (CEMENT)

Adalah zat berbentuk bubuk, dan jika dicampur dengan air, akan membentuk
pasta. Pasta semen ini berfungsi untuk melekatkan dan mengikat antar agregat
satu sama lain

Jenis - jenis semen yang ada di Indonesia antara lain:

- Semen portland putih

- Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)

- Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)

- Semen portland campur

- Semen masonry
- Semen portland komposit

Tiap jenis semen akan memberikan properti yang berbeda pada beton yang
dihasi lkannya. Semen portland adalah tipe semen yang paling umum digunakan
untuk membuat campuran beton.

Semen Portland

Penyimpanan Semen

Semen jika tidak digunakan, harus disimpan dengan baik. Semen tidak boleh di
letakkan langsung di atas permukaan tanah atau lantai karena dapat
menyebabkan kelembaban. Jika lembab, ada uap air, semen bereaksi dengan air
sehingga mengeras. Oleh karena itu, dudukan semen harus kering, bersih, dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik.

Tumpukan semen juga boleh ditutup dengan plastik terpal atau sejenisnya untuk
memberikan perlindungan ekstra. Jangan lupa, sirkulasi udara tetap harus
diperhatikan. Tumpukan semen yang sangat banyak biasanya di letakkan di
dalam gudang khusus.

SUSUNAN KIMIA PADA SEMEN


SUSUNAN KIMIA PADA SEMEN

KLASIFIKASI SEMEN:

SEMEN NON - HIDROLIK : tidak mengikat dan mengeras jika terkena air
namun dapat mengeras jika bersentuhan dengan udara. Contohnya
adalah kapur

SEMEN HIDROLIK: mengeras jika terkena air. Macam - macamnya:

1. Kapur hidrolik: 65% - 75% bahannya berasal dari batu gamping (kalsium
karbonat) beserta bahan pengikutnya yakni silika, alumina, magnesia dan
oksida besi.
2. Semen Pozollan: bahannya mengandung silisium atau alumunium. Dapat
bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentu senyawa
dengan sifat- sifat semen.
3. Semen Portland: yang paling banyak digunakan. Dihasilkan dengan
menggiling bahan semen yakni klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik
dan bahan - bahan lain.
4. Semen Portland Pozollan: dihasilkan dari campuran semen Portland dengan
kapur dan bahan residu lainnya.
5. Semen Putih: semen Portland dengan kadar oksida besinya rendah (< 0.5%)
6. Semen Alumnia: dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan bauksit yang
telah digiling halus pada temperatur 1600 derajat Celsius. Berwarna abu- abu.

Proses Pembuatan Semen


ORDINARY PORTLAND CEMENT (OPC - TIPE 1)

Semen Portland Jenis I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling
klinker semen dan gypsum. Semen Portland Jenis I memenuhi persyaratan SNI
No.15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 tipe l. Semen jenis ini digunakan
untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan
persyaratan khusus), seperti :

Bangunan bertingkat tinggi

Perumahan

Jembatan dan jalan raya

Landasan bandar udara

Beton pratekan

Bendungan saluran irigasi

Elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis


beton, roster, dan lain- lain

Semen Portland Tipe 1

PORTLAND CEMENT TYPE 2

Semen Portland Tipe II adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap


sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah
rawa, dermaga, saluran irigasi , beton massa dan bendungan
Semen Portland Tipe 2

PORTLAND CEMENT TYPE 3

Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi


kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah
proses pengecoran di lakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin.
Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan
bandar udara

Semen Portland Tipe 3

PORTLAND CEMENT TYPE 5


Semen Portland Tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada
tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok digunakan untuk
bangunan di l ingkungan air laut.

Semen Portland Tipe 3

SEMEN PORTLAND POZZOLAN (PPC)

Adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen
Portland dan Pozzolan halus, dimana kadar pozzolan 15 s.d 40% massa Semen
Por tland Pozzolan. Semen Por tland Pozzolan memenuhi persyaratan SNI 15-
0302-2004 type IP-U. Kegunaan: Bangunan ber tingkat (2-3 lantai )

Konstruksi beton umum

Konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan/dam

Konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa)

Bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif

Konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti


bangunansanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.

SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)


Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggil ingan bersama-sama terak, gypsum,
dan satu atau lebih anorganic. Kegunaan semen jenis ini untuk konstruksi beton
umum, pasangan batu bata, plesteran, selokan, pembuatan elemen bangunan
khusus seper ti beton pracetak, beton pratekan, dan paving block.

SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

SUPER MASONRY CEMENT (SMC)

Adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan irigasi
yang struktur betonnya maksimal K225. Dapat juga digunakan untuk bahan
baku pembuatan genteng beton hol low brick, paving block, dan tegel .
SUPER MASONRY CEMENT (SMC)

OIL WELL CEMENT, CLASS G-HSR (HIGH SULFATE RESISTANCE)

Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi
dan gas alam dengan kontruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan
bumi. OWC yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistance (HSR).
Aditif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan
temperatur ter tentu

AGREGAT

Disebut juga kerikil, atau istilah tukang biasanya


batu split. Agregat ada dua jenis: agregat kasar dan agregat halus. Aggregat
kasar berupa kerikil-kerikil atau jenis crushed rock.Sementara aggregat halus
biasanya terdiri dari pasir dan kerikil halus.
Syarat-syarat agregat

Kuat dan keras. Aggregat yang rapuh dan keropos bisa menurunkan kual
itas beton.

Tahan terhadap waktu dan cuaca seekstrim apapun. Ada jenis batu-
batuan yang tidak tahan terhadap perubahan cuaca sehingga mudah
pecah. Jenis ini tidak cocok untuk di jadikan aggregat beton.

Tidak reaktif (secara kimia). Aggregat tidak boleh bereaksi terhadap


kandungan kimia dari semen, sebab dapat menurunkan kual itas beton.

Bersih. Jika permukaan aggregat terdapat lapisan lempur atau tanah,


maka lekatan antara aggregat dengan semen tidak akan maksimal .

Gradasi ukuran. Ukuran aggregat harus bermacam-macam. Tidak boleh


didominasi oleh satu ukuran ter tentu. Gradasi ukuran ini akan
membuat beton manjadi padat dan lebih kuat .

Aggregat bulat lebih mudah dicampur, sementara aggregat bersudut


sedikit lebih susah tapi bisa membuat beton lebih kuat .

Penyimpanan Aggregat

Aggregat harus di letakkan di tempat yang bersih dari kotoran seperti


dedaunan, ranting pohon, lumpur, dan sampah-sampah kecil lainnya. Jika
aggregat terlalu basah (misalnya kena hujan) , maka takaran air sewaktu
mencampur beton boleh dikurangi .

KLASIFIKASI AGREGAT

Berdasarkan proses pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua)


macam, yaitu agregat alam dan agregat buatan.

1. Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami , terbentuk


berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari al
iran air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk
dari proses degradasi berbentuk kubus ( bersudut ) dan permukaannya kasar.

Contoh agregat alam yang sering dipergunakan adalah keriki l dan pasir. Kerikil
adalah agregat yang mempunyai diameter lebih dari inchi (6,35 mm) ,
sedangkan pasir berukuran kurang dari inchi, tetapi lolos saring No. 200 atau
lebih besar dari 0,075 mm.

Permintaan akan agregat alam yang berbentu kubus atau bersudut, mempunyai
permukaan kasar, dan bergradasi baik yang semakin banya tidak mungkin
seluruhnya dapat dipenuhi oleh degradasi alami. Oleh karena itu, agregat
alam juga dapat dibentuk dengan cara pengolahan. Penggunaan alat pemecah
batu (crusher stone) yang terkontrol dapat membentuk agregat sesuai bentuk
yang dibutuhkan. Terutama untuk pembangunan jalan.

Agregat alam yang berasal dari tempat terbuka disebut pitrun, sedangkan yang
berasal dari tempat ter tutup disebut bankrun

2. Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-
pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering disebut filler
(material yang berukuran lebih keci l dari 0,075 mm). Berdasarkan besar
partikel -par tikelnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus
dan abu/filler. Menurut AST M agregat kasar berukuran > 4,75 mm, dan agregat
halus berukuran < 4,75mm.

Sedangkan menurut AASHTO agregat kasar berukuran > 2 mm dan agregat


halus berukuran antara 0,075 mm hingga < 2 mm.

AIR

SYARAT AIR UNTUK CAMPURAN BETON

Air berfungsi untuk melarutkan semen sehingga menjadi pasta yang


kemudian mengikat semua aggregat dari yang paling besar sampai
paling halus.

Air harus bersih, bebas kotoran atau sampah, dan tidak mengandung
bahan kimia yang dapat mempengaruhi beton. Air tanah (bor) paling
banyak digunakan untuk mencampur adukan beton. Air laut tidak
disarankan, karena bisa menyebabkan karat pada besi tulangan. Air
sungai? Harus dicek dahulu apakah ada buangan limbahnya atau tidak.
Biasanya yang digunakan diproyek adalah air dari sumur atau dari PDAM.
ZAT TAMBAHAN BETON

Sesuai perkembangan jaman, ada banyak sekali zat aditif beton:

Chemical Admixture (Additive)

Bahan-bahan admixture yang dapat larut dalam air digolongkan sebagai


chemical admixture.

Mineral Admixture :
Bahan-bahan admixture yang tidak dapat larut dalam air digolongkan sebagai
mineral admixture.

Ada 4 jenis bahan additive, yaitu:

1. Air-Entraining (AEA)

Penerapan:

Untuk meningkatkan ketahanan beku/cair

Untuk meningkatkan workabi l itas

Pengaruh:

Menghasi lkan butiran-butiran udara kecil yang banyak dalam beton

Keterangan:
Efisiensi semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu, kadar semen
tinggi dan kehadiran fly ash

2. Water -Reducing
Penerapan:
Untuk meningkatkan workabilitas

Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabili tas yang sama

Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi


jelek

Pengaruh:

Memisahkan partikel -partikel semen dan meningkatkan f luidi tas beton

Mengurangi kebutuhan air pencampur

Dapat mempengaruhi waktu setting beton

Keterangan:
Dapat menyebabkan penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal
ini dapat mempengaruhi kekuatan dan porosi tas beton

Seorang engineer pastilah mengetahui tentang beton. Beton merupakan bagian terpenting dalam
sebuah bangunan atau dalam sebuah pekerjaan teknik sipil. Untuk itu sebagai seorang calon
engineer, saya akan mengulas sedikit tentang komposisi dan komponen beton berikut:

KOMPONEN ATAU KOMPOSISI BETON

Beton adalah material buatan atau artifisial (berbeda dengan kayu, dan baja), yang terdiri dari
beberapa campuran:

1. Semen
2. Air
3. Agregat (kerikil) kasar dan halus.
4. zat aditif jika diperlukan
Material-material ini dicampur dan diaduk dengan jumlah dan rasio tertentu
sehingga mudah dipindahkan, ditempatkan (dituang), dipadatkan (compact), dan
dibentuk (finish), dan campuran material tersebut akan mengeras dan menghasilkan
produk yang kuat dan tahan lama. Jumlah dari masing-masing bahan yang
dicampurkan (semen, air, agregat, dll) akan mempengaruhi properti dari beton yang
dihasilkan.Adalah zat berbentuk bubuk, dan jika dicampur dengan air, akan
membentuk pasta. Pasta semen ini berfungsi untuk melekatkan dan mengikat antar
agregat satu sama lain

KOMPOSISI DAN CAMPURAN BETON


Pasta semen : 22% - 34% dari volume total beton
Volume absolute semen : 7% - 14% dari air yang sebanyak 15 - 20%
Agregat : 66% - 78%

A. SEMEN (CEMENT)

Jenis-jenis semen yang ada di Indonesia antara lain:

1. Semen portland putih


2. Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
3. Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
4. Semen portland campur
5. Semen masonry
6. Semen portland komposit
Tiap jenis semen akan memberikan properti yang berbeda pada beton yang dihasilkannya.
Semen portland adalah tipe semen yang paling umum digunakan untuk membuat campuran
beton.

Penyimpanan Semen

Semen jika tidak digunakan, harus disimpan dengan baik. Semen tidak boleh
diletakkan langsung di atas permukaan tanah atau lantai karena dapat
menyebabkan kelembaban. Jika lembab, ada uap air, semen bereaksi dengan air
sehingga mengeras. Oleh karena itu, dudukan semen harus kering, bersih, dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik.
Tumpukan semen juga boleh ditutup dengan plastik terpal atau sejenisnya
untuk memberikan perlindungan ekstra. Jangan lupa, sirkulasi udara tetap harus
diperhatikan.Tumpukan semen yang sangat banyak biasanya diletakkan di dalam
gudang khusus.
Susunan Kimia Semen

1. KLASIFIKASI SEMEN:

SEMEN NON- HIDROLIK : tidak mengikat dan mengeras jika terkena air namun
dapat mengeras jika bersentuhan dengan udara. Contohnya adalah kapur.
SEMEN HIDROLIK: mengeras jika terkena air. Macam- macamnya:
1. Kapur hidrolik: 65%- 75% bahannya berasal dari batu gamping (kalsium
karbonat) beserta bahan pengikutnya yakni silika, alumina, magnesia dan oksida
besi
2. Semen Pozollan: bahannya mengandung silisium atau alumunium. Dapat
bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentu senyawa
dengan sifat- sifat semen\
3. Semen Portland: yang paling banyak digunakan. Dihasilkan dengan
menggiling bahan semen yakni klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik dan
bahan- bahan lain.
4. Semen Portland Pozollan: dihasilkan dari campuran semen Portland dengan
kapur dan bahan residu lainnya.
5. Semen Putih: semen Portland dengan kadar oksida besinya rendah (< 0.5%)
6. Semen Alumnia: dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan bauksit yang
telah digiling halus pada temperatur 1600 derajat Celsius. Berwarna abu- abu.
Proses Pembuatan Semen

JENIS-JENIS SEMEN PORTLAND


Semen Portland Jenis I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling
klinker semen dan gypsum.

Semen Portland Jenis I memenuhi persyaratan

SNI No. 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 tipe l. Semen jenis ini
digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak
memerlukan persyaratan khusus), seperti: Bangunan bertingkat tinggi
Perumahan Jembatan dan jalan raya Landasan bandar udara Beton pratekan
Bendungan saluran irigasi Elemen bangunan seperti genteng, hollow,
brick/batako, paving block, buis beton, roster, dan lain-lain

Semen Portland Tipe II adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa,
dermaga, saluran irigasi, beton massa dan bendungan

Semen Portland Tipe III


Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah
proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin.
Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan
bandar udara

Semen Portland Tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada


tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok digunakan untuk
bangunan di lingkungan air laut.

SEMEN PORTLAND POZZOLAN (PPC)

Adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen
Portland dan Pozzolan halus, dimana kadar pozzolan 15 s.d 40% massa Semen
Portland Pozzolan.

Semen Portland Pozzolan memenuhi persyaratan SNI 15-0302-2004 type IP-U.

Kegunaan: Bangunan bertingkat (2-3 lantai) Konstruksi beton umum


Konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan/dam
Konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) Bangunan di
lingkungan garam sulfat yang agresif Konstruksi bangunan yang memerlukan
kekedapan tinggi seperti bangunansanitasi, bangunan perairan, dan
penampungan air.

SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (PCC)

Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak, gypsum,


dan satu atau lebih anorganic. Kegunaan semen jenis ini untk konstruksi beton
umum, pasangan batu bata, plesteran, selokan, pembuatan elemen bangunan
khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, dan paving block.

SUPER MASONRY CEMENT (SMC)

Semen jenis ini adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi
perumahan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K225. Dapat juga
digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton hollow brick, paving
block, dan tegel.

OIL WELL CEMENT, CLASS G-HSR (HIGH SULFATE RESISTANCE


Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi
dan gas alam dengan kontruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan
bumi. OWC yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistance (HSR).

Aditif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan


temperatur tertentu

B. AGREGATE

Disebut juga kerikil, atau istilah tukang biasanya batu split. Agregat ada dua
jenis: agregat kasar dan agregat halus. Aggregat kasar berupa kerikil-kerikil atau
jenis crushed rock.

Sementara aggregat halus biasanya terdiri dari pasir dan kerikil halus.

SYARAT AGREGAT

Gradasi ukuran. Ukuran aggregat harus bermacam-macam. Tidak boleh


didominasi oleh satu ukuran tertentu. Gradasi ukuran ini akan membuat beton
manjadi padat dan lebih kuat.

Aggregat bulat lebih mudah dicampur, sementara aggregat bersudut sedikit


lebih susah tapi bisa membuat beton lebih kuat.

Penyimpanan Aggregat harus diletakkan di tempat yang bersih dari kotoran


seperti dedaunan, ranting pohon, lumpur, dan sampah-sampah kecil lainnya. Jika
aggregat terlalu basah (misalnya kena hujan), maka takaran air sewaktu
mencampur beton boleh dikurangi.

KLASIFIKASI AGREGAT

Berdasarkan proses pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu agregat
alam dan agregat buatan.

1. Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk


berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari aliran
air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk dari
proses degradasi berbentuk kubus ( bersudut) dan permukaannya kasar.

Contoh agregat alam yang sering dipergunakan adalah kerikil dan pasir. Kerikil
adalah agregat yang mempunyai diameter lebih dari inchi (6,35 mm),
sedangkan pasir berukuran kurang dari inchi, tetapi lolos saring No. 200 atau
lebih besar dari 0,075 mm.

Permintaan akan agregat alam yang berbentu kubus atau bersudut, mempunyai
permukaan kasar, dan bergradasi baik yang semakin banya tidak mungkin
seluruhnya dapat dipenuhi oleh degradasi alami. Oleh karena itu, agregat alam juga
dapat dibentuk dengan cara pengolahan. Penggunaan alat pemecah batu (crusher
stone) yang terkontrol dapat membentuk agregat sesuai bentuk yang dibutuhkan.
Terutama untuk pembangunan jalan. Agregat alam yang berasal dari tempat terbuka
disebut pitrun, sedangkan yang berasal dari tempat tertutup disebut bankrun

2. Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-
pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering disebut filler
(material yang berukuran lebih kecil dari 0,075 mm). Berdasarkan besar partikel-
partikelnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus dan abu/filler.
Menurut AST M agregat kasar berukuran > 4,75 mm, dan agregat halus berukuran <
4,75mm. Sedangkan menurut AASHTO agregat kasar berukuran > 2 mm dan
agregat halus berukuran antara 0,075 mm hingga < 2 mm.

C. AIR

Syarat campuran air untuk beton.

a. Air berfungsi untuk melarutkan semen sehingga menjadi pasta yang


kemudian mengikat semua aggregat dari yang paling besar sampai paling halus.

b. Air harus bersih, bebas kotoran atau sampah, dan tidak mengandung bahan
kimia yang dapat mempengaruhi beton. Air tanah (bor) paling banyak digunakan
untuk mencampur adukan beton. Air laut tidak disarankan, karena bisa
menyebabkan karat pada besi tulangan. Air sungai? Harus dicek dahulu apakah
ada buangan limbahnya atau tidak. Biasanya yang digunakan diproyek adalah
air dari sumur atau dari PDAM.

D. ZAT- ZAT TAMBAHAN BETON

Sesuai perkembangan jaman, ada banyak sekali zat aditif beton:


a. Chemical Admixture (Additive) : Bahan-bahan admixture yang dapat larut dalam air
digolongkan sebagai chemical admixture.

b. Mineral Admixture : Bahan-bahan admixture yang tidak dapat larut dalam air
digolongkan sebagai mineral admixture.

Ada 4 jenis bahan additive, yaitu:

1. Air-Entraining (AEA)
Penerapan:

Untuk meningkatkan ketahanan beku/cair

Untuk meningkatkan workabilitas

Pengaruh:

Menghasilkan butiran-butiran udara kecil yang banyak dalam beton

Keterangan:

Efisiensi semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu, kadar semen


tinggi dan kehadiran fly ash

2. Water-Reducing
Penerapan:

Untuk meningkatkan workabilitas

Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama

Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek

Pengaruh:

Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton

Mengurangi kebutuhan air pencampur

Dapat mempengaruhi waktu setting beton

Keterangan:

dapat menyebabkan penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini


dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas beton.

Anda mungkin juga menyukai