3.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah :
1. Membuat resume kegiatan On The Job Training Kelitbangan di bidang Jalan dan
Jembatan
2. Membuat review mengenai kelebihan dan kekurangan aspal plastik
3.4 Sasaran
Sasaran dari laporan ini adalah :
1. Menghasilkan resume kegiatan On The Job Training Kelitbangan di bidang Jalan
dan Jembatan
2. Menghasilkan review mengenai kelemahan dan kelebihan teknologi aspal plastik
serta kendala-kendala dalam pengaplikasiannya.
2
BAB 2
RESUME KEGIATAN
Aspal
Asphalten Malthene
e
Resin Saturated Aromated
Bahan
Aspal Beton
Campuran
Spesifikasi :
BM 2010 revisi 3
Aspal : data viskositas (temperatur
campuran dan pemadatan) dan berat jenis
Data aspal dan agregat
Agregat : data analisa saringan dan berat
Penentuan komposisi agregat jenis
5
Dalam pembuatan contoh campuran di laboratorium, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Pengujian Berat jenis campuran
Metode uji : SNI 03-6893-2002
b. Pengujian Marshall
Metode uji : AASHTO T 245-97 (2004)
c. Uji campuran dengan alat Percentage Refusal Density (PRD)
Metode uji : SNI 06-2489-1991
6
a. Pemeriksaan inventarisasi :dilakukan pada jembatan baru atau selesai
direhabilitasi untuk mengetahui komponen-komponen jembatan yang ditinjau.
b. Pemeriksaan rutin : dilakukan setiap tahun
c. Pemeriksaan detail : dilakukan setiap 2-5 tahun
d. Pemeriksaan khusus
(a) (b)
Gambar 2.3 Pengujian Slump Flow (a) dan Uji Ring (b)
Sumber: Paparan OJT CPNS 2017,2018
7
Pengujian ini bertujuan menentukan homogenitas dan perkiraan kuat
tekan.
b. Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)
Pengujian ini bertujuan mengukur kedalaman retak dan lokasi rongga
pada beton.
c. Pengukuran lebar retak dengan Crackmeter .
d. Uji Covermeter
Pengujian Covermeter terbagi dua, yaitu Quick scan dan Full Scan
Quick Scan digunakan untuk mengukur posisi tulangan dan tebal
selimut secara cepat ( hanya untuk menggambarkan letak tulangan)
sedangkan Full Scan digunakan untuk mengukur diameter dan jarak
tulangan serta tebal selimut beton.
e. Pemeriksaan beton jembatan karbonasi (korosi).
3) Pengujian baja
Pengujian baja di laboratorium antara lain:
a. Thickness gauge for painting yaitu pengujian ketebalan cat pada baja.
b. Thickness gauge for steel yaitu pengujian ketebalan pelat baja (tanpa
lapisan cat) .
c. Hardness Test atau uji kekerasan material baja.
d. Pemeriksaan kekencangan baut dengan Torsimeter.
4) Pengujian bantalan karet
Pengujian bantalan karet antara lain:
10
BAB 3
TOPIK KHUSUS
(a) (b)
Gambar 3.1 Lapisan perkerasan lentur (a) dan lapisan pekerasan kaku (b)
11
kurangnya teknologi pengolahan aspal alam (dalam hal ini adalah aspal Buton). Oleh sebab
itu, penggunaan aspal harus dikontrol dan dijaga keberlanjutannya.
Penggunaan aspal juga dapat dikontrol dengan menggunakan material lain sebagai
bahan substitusi. Banyak penelitian mengenai material substitusi yang dapat digunakan
dalam campuran aspal, seperti : aspal karet, aspal plastik, atau modifikasi aspal dengan
penambahan fly ash dan masih banyak lagi. Selain untuk mengurangi penggunaan aspal,
berdasarkan penelitian, inovasi teknologi aspal tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas campuran aspal.
12
Tabel III.1 Jenis Limbah Plastik
Limbah plastik yang digunakan dalam campuran aspal plastik Pusjatan adalah plastik LDPE.
Untuk pengolahan limbah plastik kita harus mengetahui temperature lelehnya. Dari Tabel
III.2 dapat dilihat bahwa temperatur leleh plastik LDPE adalah berkisar 160ºC-240ºC.
13
6) Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas
tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia
Pengolahan Limbah plastik
Proses pengolahan limbah plastik untuk campuran aspal adalah sebagai berikut :
1) . Pemilahan dan Pembersihan Limbah Plastik
Pemilahan sampah plastik dilakukan untuk memisahkan plastik kresek dengan jenis
lain, dan juga untuk membersihkan plastik kresek dari kotoran.
2) Pencacahan Limbah Plastik
15
Tabel III.4 Perkiraan waktu pencampuran
Waktu pencampuran
Tahapan pencampuran
(detik)
Pencampuran kering (dry mix),
Pencampuran agregat panas dengan plastik di 10±2
pugmil (mixer)
Pencampuran dengan aspal 35±2
Sumber: Bina Marga, 2017
Agregat
dipanaskan
Agregat yang
dipanaskan
+ dicampur dengan
plastik
Campuran kemudian
dihampar
16
Tabel III.5 Ketentuan Sifat Campuran Beraspal Panas Lataston Limbah Plastik.
Lataston Limbah Plastik
(HRSLP)
Sifat-sifat Campuran Lapis Aus Lapis Pondasi
Semi
Semi Senjang
Senjang
Kadar aspal efektif Min 5,9 5,5
Penyerapan Maks 1,7
Jumlah tumbukan per
- 75
bidang
Rongga dalam Min . 3
(2)
campuran (%) Maks 5
Rongga dalam agregat
Min . 18 17
(VMA)(%)
Rongga terisi aspal (%) Min . 68
Stabilitas Marshall (kg) Min . 800
Min . 2
Pelelehan (mm)
Maks. 4
Stabilitas Marshall sisa
(%) setelah perendaman Min. 90
selma 24 jam, 60(3)
Sumber: Bina Marga,2017
Tabel III.6 Ketentuan Sifat Campuran Beraspal Panas Laston Limbah Plastik
Laston Limbah Plastik (ACLP)
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis
Lapis Aus
Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rasio partikel lolos ayakan Min. 0,6
0,075 mm dengan kadar aspal
efektif Maks 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)(2)
Maks 5,0
Rongga dalam agregat
Min. 15 14 13
(VMA)(%)
Rongga terisi aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 900 2000
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6
Stabilitas Marshall sisa (%)
setelah perendaman selama 24 Min. 90
jam, 60(3)
Sumber : Bina Marga,2017
17
b. Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan sesuai dengan Spesifikasi
Umum 2010 Revisi 3 dengan penambahan : pengambilan contoh kedatangan
limbah plastik dengan frekuensi 3√(jumlah packing) untuk diuji kadar air dan
analisa saringan
e) Hasil Pengujian
Hasil dari percampuran limbah plastik dalam campuran aspal adalah sebagai berikut :
1) Ketahanan terhadap air
Air merupkan penyebab utama kerusakan perkerasan. Air akan menyebabkan
lemahnya ikatan antara aspal dan agregat sehingga akan mempermudah
aliran air masuk ke lapisan tanah dasar. Bila lapisan tanah dasar sudah
terganggu oleh air maka akan mempengaruhi daya dukung tanah, sehingga
membuat perkerasan lebih cepat rusak. Dalam hal ini penambahan limbah
plastik akan meningkatkan ketahanan terhadap pengaruh air.
2) Marshall
Berikut adalah hasil pengujian Marshall:
Hasil dari uji Marshall dapat dilihat bahwa stabilitas campuran meningkat seiring
dengan penambahan limbah plastik.
18
Tabel III.8 Hasil Pengujian Cantabro
JENIS CAMPURAN KEHILANGAN BERAT
HMA + 0% LIMBAH PLASTIK 6,3 %
19
Gambar 3.7 Grafik Umur Kelelahan Aspal
Sumber: Pusjatan,2017
Dari grafik dapat dilihat bahwa penambahan aspal 5% memiliki kerengangan yang
lebih kecil dari aspal standar,namun memiliki umur kelelahan yang sama namun
pada penambahan 10%, umur kelelahan aspal jauh dibawah aspal standar.
20
3.4 Kendala
Kendala yang masih dialami dalam penerapan sampah plastik ini adalah suplai bahan
plastik itu sendiri. Sedangkan tujuan dari inovasi ini adalah untuk mengurangi sampah plastik
yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan keberadaan sampah kresek ini cukup banyak
namun tidak terakumulasi dan tersebar. Padahal untuk pemakaiannya saja diperkirakan
sekitar 500 milyar – 1 triliyun plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah
ini dibentangkan maka, dapat membukus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat.
Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya. Lebih dari 17
milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap
tahunnya. (Utomo, 2010). Ini adalah kendala utamanya. Belum lagi plastik harus dijaga
kebersihannya. Tahapan-tahapan untuk membersihkan limbah kresek agar bersih sesuai
spesifikasi tentunya akan lebih panjang dari pada penggunaan aspal standar.
Pada kenyataannya, suplai sampah akan mudah didapat dari para pengepul. Namun,
pengepul sampah plastik kurang tertarik terhadap plastik kresek, karena plastik kresek
memiliki nilai jual yang murah, sehingga akan sulit memperoleh plastik kresek dalam jumlah
yang cukup. Sedangkan untuk membuat jalan sepanjang 100 KM dengan lebear 15 m dan
tebal perkerasaan 5 cm serta kadar plastik 6%, diperlukan plastik sebanyak 600kg. Jadi,
pengadaan bahan baku sampah plastik ini bukanlah hal yang mudah.
21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aspal plastik bukanlah teknologi yang berkelanjutan. Pemanfaatan plastik dalam
campuran beraspal hanya bertujuan untuk mengurangi limbah plastik di Indonesia. Dari hasil
pengujian, kadar plastik maksimum adalah 6%. Penambahan plastik pada campuran aspal
bila melebhi 6% akan melemahkan ketahanan campuran terhadap retak. Keuntungan
lainnya adalah penambahan plastik pada campuran aspal meningkatkan ketahanan
terhadap deformasi hal ini ditunjukkan oleh nilai Marshall yang terus meningkat. Selain itu,
pencampuran plastik LDPE dalam campuran, tidak mengeluarkan dioksin. Karena plastik
LDPE akan terdekomposisi pada suhu >240ºC. Namun supplai bahan baku dan mesin
pencacah masih menjadi kendala, karena belum adanya sistem pengumpulan sampah yang
baik dan perlunya mesin pencacah khusus untuk plastik kresek.
4.2 Inovasi
a. Bahan
Mengacu pada Bab 3 poin 3.2.2.e (5) dikatakan bahwa dengan penambahan kadar
plastik 5% dapat meningkatkan ketahanan terhadap retak, namun pada penambahan
kadar plastik 10%, ketahanan retak lelah campuran beraspal jauh menurun. Hal ini
didukung oleh jurnal penelitian lain yang mengatakan bahwa kelelehan (flow) akan
meningkat pada kadar tertentu namun akan turun dratis bila terus ditambah. Hal ini akan
mengakibatkan campuran menjadi kaku dan getas. Sehingga akan menyebabkan aspal
bersifat mudah retak. Oleh karena itu maka perlu penambahan bahan lain yang
mempunyai sifat yang lebih elastis. Dalam hal ini saya mengusulkan penambahan karet
pada campuran ini.
b. Metode
Metode pencampuran yang dilakukan saat ini adalah dengan metode kering (dry
mix), namun penelitian lain mengatakan apabila plastik dicampur dengan metode
pencampuran basah (wet mix) akan menghasilkan nilai rongga terisi aspal lebih tinggi
(1,2%) dari rongga terisi aspal dengan cara kering (Tabel IV.1), karena saat penambahan
campuran sengan cara basah kemungkinan plastik tercampur sempurna dengan aspal
lebih besar sehingga rongga antara campuran (VMA) menjadi lebih kecil.
22
Tabel IV.1 Kinerja Campuran beraspal penambahan plastik mutu rendah dengan LPDE
cara kering dan cara basah
Aspal Pen Cara
Uraian Cara Basah
60 Kering
Stabilitas Marshall,kg 1007,03 1275,05 1290,9
MQ hasil bagi Marshall,kg/mm 251,13 300,6 314,089
Stabilitas dinamis, lint/menit 1150 3500 4050
Kecepatan deformasi, mm/menit 0,0133 0,012 0,010
Modulus Reilien pada suhu 25 C 3393,5 4007 4319,5
Pengaduk (mixer) x x Dibutuhkan
Kebutuhan energi normal Lebih tinggi Lebih tinggi
Sumber: Tjitjik Wasiah Suroso,2009
Selain itu mesin pencacah khusus masih menjadi kendala. Di luar negeri seperti di
Inggris, sampah plastik diproses dan diubah menjadi butiran kecil seperti pelet kemudian
dicampur dengan aspal. Metode ini sama dengan pengolahan limbah plastik di industry
pada umumnya. Dengan demikian, kita dapat menggunakan alat pencacah plastik biasa
tanpa harus membuat alat yang khusus.
23
DAFTAR PUSTAKA
24