Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENGENALAN KELITBANGAN

BIDANG JALAN DAN JEMBATAN

NAMA : ASTRYA A. SIMALANGO


NIP : 199408192018022001
JABATAN : CALON TEKNIK JALAN JEMBATAN Tk. AHLI PERTAMA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Dalam rangka mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia,
meningkatkan konektivitas dan mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar wilayah,
pemerintah merencanakan berbagai program pembangunan infrastruktur di Indonesia. Salah
satunya adalah infrastruktur jalan. Pembangunan jalan di Indonesia menjadi salah satu
sorotan publik pada saat sekarang ini, karena volume dan biaya pekerjaan konstruksinya
yang cukup besar
Secara umum, Kontruksi jalan di Indonesia berdasarkan jenis perkerasannya dibagi
atas dua bagian, yaitu perkerasan fleksibel (dengan menggunakan aspal sebagai pengikat)
dan perkerasan kaku (dengan menggunakan semen sebagai pengikat). Namun di Negara
lain juga terdapat penggunaan perkerasan komposit yang merupakan kombinasi perkerasan
kaku dan fleksibel. Penggunaan perkerasan kaku di Indonesia sudah cukup banyak, Namun
jalan-jalan di Indonesia masih didominasi dengan penggunaan aspal sebagai pengikat.
Penggunaan aspal sebagai pengikat meningkat seiring peningkatan kuantitas infrastruktur
jalan yang akan dibangun. Sedangkan peningkatan penggunaan aspal ini tidak diimbangi
dengan pasokan aspal yang memadai.
Berdasarkan hal di atas, penggunaan aspal harus dikontrol sedemikian rupa, Selain
pengusahaan pemanfaatan aspal alam asbuton, penggunaan aspal juga dapat diatur
dengan penggunaan material lain sebagai bahan substitusi. Banyak peneliitian mengenai
material substitusi yang dapat digunakan dalam campuran aspal, salah satunya adalah
teknologi aspal plastik yang diteliti oleh Litbang Jalan dan Jembatan. Teknologi ini diadopsi
dari India yang telah berhasil membangun jalan Jambulingam di Chennai, India pada tahun
2002 dan Pusjatan telah melakukan pilot project dibeberapa lokasi, seperti di lingkungan
kampus Universitas Udayana , Bali pada 27 Juli 2017 sepanjang 700 m. Selain untuk upaya
mengontrol penggunaan aspal, teknologi ini merupakan salah satu upaya pembangunan
yang ramah lingkungan
Menurut penelitian Jambeck (2015), jumlah sampah plastik di laut Indonesia (marine
debris) menduduki peringkat kedua setelah Cina. Diperkirakan 10% dari jumlah total plastik
dunia berakhir sebagai sampah lautan dan menurut Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik
(2016), Marine debris di Indonesia didominasi kantong plastik dan plastik residu sebesar
62%. Pencemaran lingkungan akibat sampah plastik sudah sangat mengganggu ekosistem
dan lingkungan sehingga perlu penanganan yang secepatnya baik dengan
memanfaatkannya kembali untuk didaur ulang menjadi barang yang berguna atau
dimusnahkan (dibakar). Menurut Undang-undang N0.18 tahun 2008 tentang pengelolaan
1
sampah, kegiatan pengurangan sampah adalah upaya pengurangan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah; dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Dalam hal ini teknologi
aspal plastik lebih merujuk ke pendekatan hilir yaitu mendaur ulang sampah. Pada laporan
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pemanfaatan aspal plastik di infrastruktur jalan
Indonesia.

3.2 Ruang Lingkup


Laporan ini membahas mengenai:
1. Kegiatan On The Job Training Kelitbangan di bidang Jalan dan Jembatan
2. Teknologi bahan konstruksi perkerasan dengan aspal plastik

3.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah :
1. Membuat resume kegiatan On The Job Training Kelitbangan di bidang Jalan dan
Jembatan
2. Membuat review mengenai kelebihan dan kekurangan aspal plastik

3.4 Sasaran
Sasaran dari laporan ini adalah :
1. Menghasilkan resume kegiatan On The Job Training Kelitbangan di bidang Jalan
dan Jembatan
2. Menghasilkan review mengenai kelemahan dan kelebihan teknologi aspal plastik
serta kendala-kendala dalam pengaplikasiannya.

2
BAB 2
RESUME KEGIATAN

2.1 Balai Litbang Perkerasan Jalan


2.1.1 Perkerasan Aspal
Struktur perkerasan aspal secara umum:

Gambar 2.1 Struktur perkerasan Aspal


a. Aspal
Aspal terdiri dari senyawa hidrokarbon. Aspal terbagi atas dua bagian, yaitu: aspal
alam (asbuton) dan aspal buatan (hasil penyulingan minyak bumi).
Aspal memiliki sifat thermoplastik, yaitu peka terhadap suhu. Aspal memiliki 3 fungsi yaitu:
1. Sebagai perekat , terjadi pada suhu rendah
2. Sebagai pelumas, terjadi pada suhu tinggi, dan
3. Sebagai pengisi rongga
Aspal terdiri dari asphalthene dan malthene. Asphalthene merupakan senyawa yang
menyebabkan aspal keras, sedangkan malthene adalah senyawa yang menyebabkan aspal
menjadi lunak. Senyawa penyusun aspal dapat dilihat pada Gambar 2.2 :

Aspal

Asphalten Malthene
e
Resin Saturated Aromated

Gambar 2.2 Skema senyawa penyusun aspal


b. Agregat
Agregat yang dapat dipakai untuk campuran aspal adalah batuan andesit dan basal.
Perlu diperhatikan bahwa untuk campuran aspal, dihindari penggunaan agregat yang
memiliki pori (void) yang banyak, karena akan menyebabkan penyerapan aspal berlebih.
Dan sebaliknya, hindari pemakaian agregat dengan pori yang sangat sedikit, karena
permukaan agregat licin, sehingga akan sulit mengikat aspal (interlocking). Hal yang perlu
3
diperhatikan dalam memilih agregat yang akan dipakai adalah ukuran butir, gradasi,
kebersihan, kekerasan, bentuk partikel, penyerapan, kelekatan terhadap aspal.

2.1.2 Materi Laboratorium Aspal


Sebelum membuat campuran beraspal, aspal harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui
sifat fisis dari aspal tersebut. Pengujian aspal di laboratorium antara lain :
a. Uji Penetrasi
Pengujian ini dimaksudkan untuk memeriksa tingkatan kekerasan aspal.
b. Uji Titik Lembek
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kelembekan aspal pada suhu tertentu.
c. Uji Daktilitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji keelastisitasan dan kekuatan aspal terhadap
pembebanan tanpa mengalami retak.
d. Uji TFOT
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kehilangan berat aspal yang disebabkan oleh
penguapan.
e. Uji Berat Jenis Aspal
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis dari aspal yang akan
digunakan.
f. Uji Titik Nyala Aspal
Pengujian ini dilakukan untuk memperkirakan besaran termperatur sehingga aspal
tidak terbakar akibat terkena panas.
g. Uji Kelarutan Aspal
Uji ini dilakukan untuk menguji kemurnian aspal. Semakin banyak aspal yang tidak
larut pada pengujian ini menunjukkan semakin banyak mineral yang terkandung.
h. Uji Viskositas Aspal
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kekentalan aspal dan mendapatkan nilai suhu
pencampuran dan pemadatan aspal yang optimal

2.1.3 Materi Laboratorium Agregat


Kualitas agragat akan mempengaruhi kekuatan perkerasan lentur. Untuk itu perlu
dilakukan pengujian telebih dahulu untuk mengetahui karakteristik dari agregat yang akan
digunakan. Pengujian agregat di laboratorium antara lain:
a. Pengujian analisa saringan
b. Uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
c. Uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
4
d. Uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
e. Pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara
setara pasir
f. Pengujian angularitas agregat kasar
g. Pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan
h. Uji penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat-aspal
i. Pengujian partikel pipih dan lonjong
j. Uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman mengunakan larutan natrium
sulfat atau magnesium sulfat
k. Pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No. 200
l. Pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah

2.1.4 Materi Laboratorium Campuran


Campuran beraspal merupakan kombinasi dari agregat (sebagai struktural) dan aspal
(sebagai bahan pengikat). Tahap-tahap pembuatan campuran aspal di laboratorium dapat
dilihat pada Gambar 2.3:

Bahan

Aspal Beton

Campuran

Spesifikasi :
BM 2010 revisi 3
Aspal : data viskositas (temperatur
campuran dan pemadatan) dan berat jenis
Data aspal dan agregat
Agregat : data analisa saringan dan berat
Penentuan komposisi agregat jenis

Harus diketahui kadar aspal


Pembuatan benda uji Marshall maksimum

Harus diketahui kepadatan


Pembuatan benda uji PRD maksimum
Untuk memperoleh berat jenis campuran
Pembuatan benda uji Gmm campuran

Pembuatan benda uji Stabilitas


Sisa

Gambar 2.3 Skema Pembuatan Campuran Aspal


Sumber: Paparan OJT CPNS 2017,2018

5
Dalam pembuatan contoh campuran di laboratorium, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Pengujian Berat jenis campuran
Metode uji : SNI 03-6893-2002
b. Pengujian Marshall
Metode uji : AASHTO T 245-97 (2004)
c. Uji campuran dengan alat Percentage Refusal Density (PRD)
Metode uji : SNI 06-2489-1991

2.1.5 Materi Praktik Lapangan


Pengujian di lapangan antara lain:
a. Pengambilan contoh Core drill
Pengujian ini bertujuan untuk memeriksa kepadatan dan ketebalan perkerasan jalan
di lapangan.
b. Light Weight Deflectometer (LWD)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui lendutan pada perkerasan jalan dan
kekuatan lapisan granular. LWD cocok digunakan pada perkerasan jalan dengan lalu
lintas rendah sampai sedang.
c. Falling Weight Deflectometer (FWD)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui lendutan pada perkerasan jalan. FWD
dapat digunakan pada perkerasan jalan dengan lalu lintas tinggi dapat juga
digunakan untuk untuk memeriksa nilai kerataan jalan.
d. Sand Cone
untuk memeriksa kepadatan tanah timbunan,tanah dasar dan lapis pondasi.
Kepadatan tanah dilapangan harus lebih besar 95% dari kepadatan laboratorium
e. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
Tujuannya untuk memperoleh nilai daya dukung tanah dalam % CBR .

2.2 Balai Litbang Struktur Jembatan


2.2.1 Materi Pengantar
Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai
penghubung suatu ruas jalan yang terputus akibat adanya hambatan ( sungai, jurang
dan lain-lain). Untuk menjaga kondisi jembatan agar dapat berfungsi sesuai umur layan
maka dilakukan pemeriksaan dan juga pemeliharaan. Pemeriksaaan jembatan antara
lain :

6
a. Pemeriksaan inventarisasi :dilakukan pada jembatan baru atau selesai
direhabilitasi untuk mengetahui komponen-komponen jembatan yang ditinjau.
b. Pemeriksaan rutin : dilakukan setiap tahun
c. Pemeriksaan detail : dilakukan setiap 2-5 tahun
d. Pemeriksaan khusus

2.2.2 Materi Lapangan


a. INVI-J
. Pemeriksaan jembatan yang dilakukan dengan aplikasi

2.2.3 Materi Laboratorium


Beberapa kegiatan yang dilakukan dilaboratorium adalah :
1) Pengecoran beton SCC
Kriteria Beton SCC :
a. Kemampuan Mengisi
b. Kemampuan Melewati
c. Tahan Terhadap Segregasi
Pengujian beton segar SCC adalah :
a. Pengujian Slump Flow
Pengujian ini bertujuan untuk memeriksa workability beton (Gambar 2.3
a)
b. Uji Ring

(a) (b)
Gambar 2.3 Pengujian Slump Flow (a) dan Uji Ring (b)
Sumber: Paparan OJT CPNS 2017,2018

2) Pengujian beton keras


Pengujian beton antara lain adalah :
a. Concrete Hammer Test.

7
Pengujian ini bertujuan menentukan homogenitas dan perkiraan kuat
tekan.
b. Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)
Pengujian ini bertujuan mengukur kedalaman retak dan lokasi rongga
pada beton.
c. Pengukuran lebar retak dengan Crackmeter .
d. Uji Covermeter
Pengujian Covermeter terbagi dua, yaitu Quick scan dan Full Scan
Quick Scan digunakan untuk mengukur posisi tulangan dan tebal
selimut secara cepat ( hanya untuk menggambarkan letak tulangan)
sedangkan Full Scan digunakan untuk mengukur diameter dan jarak
tulangan serta tebal selimut beton.
e. Pemeriksaan beton jembatan karbonasi (korosi).

3) Pengujian baja
Pengujian baja di laboratorium antara lain:
a. Thickness gauge for painting yaitu pengujian ketebalan cat pada baja.
b. Thickness gauge for steel yaitu pengujian ketebalan pelat baja (tanpa
lapisan cat) .
c. Hardness Test atau uji kekerasan material baja.
d. Pemeriksaan kekencangan baut dengan Torsimeter.
4) Pengujian bantalan karet
Pengujian bantalan karet antara lain:

2.3 Balai Litbang Geoteknik


2.3.1 Materi Laboratorium Geoteknik
Pengujian-pengujian di laboratorium geoteknik antara lain :
a. Pengujian berat jenis tanah
b. Pengujian kadar air
c. Pengujian batas Atterberg
d. Pengujian hydrometer
e. Pengujian kuat tekan bebas

2.3.2 Materi pengujian lapangan


Pengujian yang dilakukan di lapangan:
a) Destructive Test
8
a. Pengujian sondir
b. Pengujian bor tangan
b) Non Destructive Test
a. Pengujian dengan Geolistrik
Pengujian ini bertujuan untuk pendugaan stratifikasi tanah dengan mengalikan
listruik dari transmitter menggunakan elektroda, dan gelombang pantulan akan
ditangkap oleh receiver. Setiap lapisan tanah memiliki ketahanan listrik (resistivitas)
yang berbeda-beda. Bila tanah semakin lempung, maka tahanan listriknya semakin
kecil, sehingga dapat mengalirkan listrik lebih besar, sedangkan semakin berbutir dan
keras suatu lapisan tanah, maka hambatan listriknya akan semakin besar sehingga
mengalirkan listrik lebih kecil. Namun sebaiknya pengujian ini didampingi oleh
pengujian bor mesin, karena hasil geolistrik tidak mengeluarkan jenis tanah melainkan
hanya lapisan tanah yang dikelompokkan berdasarkan resistivitasnya.
b. Pengujian dengan Georadar
Georadar bertujuan untuk mendeteksi objek di dalam tanah, misalkan utilitas,
gerowongan dan sebagainya. Pengujian ini sangat penting, terutama dalm
perencanaan pondasi, karena kan membantu mendeteksi objek di bawah lokasi
proyek.
2.4 Balai Litbang Teknik dan Sistem Lalu Lintas
Dalam teknik lalu lintas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Laik Fungsi jalan
Pada UU No 38 tahun 2004 pasal 30 dikatakan “pengoperasian jalan umum
dilakukan setelah dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi secara teknis dan
administratif;” Persyaratan administrasi yang dimaksud adalah seperti sertifikat
laik fungsi, surat keterangan AMDAL dan lainnya. Sedangkan persyaratan teknis
jalan diatur pada permen PU No. 11 tahun 2010 mengenai tat cara laik fungsi dan
Permen No.19 tahun 2011 mengenai persyaratan laik fungsi jalan.
c) Keselamatan jalan
Kecelakan di jalan Indonesia disebabkan oleh beberapa factor yaitu: factor
manusia (65%), factor kendaraan (32%), dan faktor jalan dan lingkungan (2,3%).
Walaupun faktor prasana jalan memiliki persenan yang cukup kecil, namun setiap
peluang terjadainya kecelakaan harus diminimalisir. Oleh karena itu diperlukan
jalan yang berkeselamatan. Jalan berkeselamatan adalah :
1) Self explaining, merupakan jalan yang mampu memandu tanpa komunikasi
2) Self enforcement, merupakan jalan yang mampu menciptakan kepatuhan
tanpa peringatan
9
3) Forgiving road user, merupakan jalan yang mampu meminilaisir kesalahan
pengemudi. Misalkan guard drill akan mengurangi fatalitas kecelakaan, yang
kemungkinan diakibatkan oleh kekelahan pengemudi atau microsleep.
Selain itu, untuk menajemen keselamatan tepi jalan juga perlu diperhatikan,
fitur/objek di sisi jalan yang mungkin mempengaruhi keselamatan di area sisi
jalan berukuran kurang lebih 100 meter.
d) Pengukuran volume lalu lintas dengan system SINDILA
Sistem SINDILA ini menggunakan sensor PLATO yang dapat digunakan untuk
memperoleh data volume dan kecepatan kendaraan pada jalan dengan 4 lajur
dua arah, juga disertai dengan perangkat processor dan web dashboard. Analisa
sensornya bekerja dengan menganalisis kendaraan yang berada pada area
virtual loop . sistem SINDILA ini merupakan salah satu smart solution dalam
pemecahan masalah macet.
e) Teknik pengukuran lalu lintas
Teknik pengukuran lalu lintas dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1) Manual, perhitungan ini dilakukan dengan perhitungan manual oleh
manusia dengan menggunakan handy counter.
2) Semi otomatis, sistem ini menggunakan kamera seperti cctv yang mampu
untuk merekam. Kemudian hasilnya secara manual dianalisa di
laboratorium.
3) Otomatis
Sistem ini menggunakan cabel loop ataupun virtual loop

10
BAB 3
TOPIK KHUSUS

3.1 Perkerasan jalan


Perkerasan jalan merupakan suatu struktur perkerasan yang berada diatas tanah dasar
yang berfungsi untuk menampung beban lalu lintas yang melewatinya. Fungsi dari
perkerasan jalan adalah : a. Melayani pengguna jalan melalui penyediaan permukaan yang
rata dan kesat b. Sebagai lapisan kedap air untuk mencegah air permukaan masuk ke
dalam lapisan tanah dasar c. Menahan tegangan regangan yang disebabkan oleh beban lalu
lintas dan cuaca, dan memindahkannya pada tanah dasar dengan batas-batas tertentu,
dengan kata lain perkerasan melindungi tanah dasar dari distribusi beban lalu lintas yang
terkonsentrasi sehingga terhindar dari tegangan yang berlebih.
Perkerasan jalan secara umum dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat, lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan
beban lalu lintas ke tanah dasar. (Gambar 3.1.a)
b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
semen sebagai bahan pengikat. Pada perkerasan ini beban lalu lintas sebagian besar dipikul
oleh pelat beton. (Gambar 3.1.b)

(a) (b)
Gambar 3.1 Lapisan perkerasan lentur (a) dan lapisan pekerasan kaku (b)

Dalam konstruksi jalan di Indonesia, perkerasan kaku sudah digunakan diberbagai


jalan, namun masih didominasi dengan perkerasan lentur, karena biaya awal konstruksi
perkerasan kaku cukup mahal. Sedangkan penggunaan perkerasan lentur yang masih
sering digunakan sangat bergantung pada sumber daya aspal yang sangat terbatas.
Keterbatasan sumber daya aspal persediaan aspal emulsi yang semakin menipis dan

11
kurangnya teknologi pengolahan aspal alam (dalam hal ini adalah aspal Buton). Oleh sebab
itu, penggunaan aspal harus dikontrol dan dijaga keberlanjutannya.
Penggunaan aspal juga dapat dikontrol dengan menggunakan material lain sebagai
bahan substitusi. Banyak penelitian mengenai material substitusi yang dapat digunakan
dalam campuran aspal, seperti : aspal karet, aspal plastik, atau modifikasi aspal dengan
penambahan fly ash dan masih banyak lagi. Selain untuk mengurangi penggunaan aspal,
berdasarkan penelitian, inovasi teknologi aspal tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas campuran aspal.

3.2 Teknologi Aspal Plastik


Penelitian tentang aspal modifikasi menggunakan polimer di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 2004 dan atas inisiasi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, dan
sehubungan dengan kondisi laut Indonesia yang didominasi oleh kantong plastik (kresek)
dan plastik tidak laku (residu) sebesar 62% (Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, 2016)
diteliti kembali pada awal tahun 2017 dengan fokus pemanfaatan kantong plastik (tas
kresek)/LDPE oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan).
Berdasarkan penelitian tersebut, penggunaan sampah plastik dalam campuran aspal
menghasilkan campuran yang bersifat tahan terhadap deformasi dan lebih baik dalam
ketahanan lelah (fatique). Penelitian lain menyatakan bahwa polimer membantu mengurangi
pori dan penyerapan air dari agregat. Hal tersebut membantu mengurangi ruts (jejak roda)
dan mengurangi lubang. (R.manju; Sathya s, 2017)
Pada dasarnya teknologi ini merupakan bagian dari pengurangan limbah plastik. Namun,
banyak masyarakat yang tidak setuju dengan teknologi ini, karena mengganggap bahwa
penggunaan plastik dalam campuran aspal akan mengganggu diagram alir daur ulang
sampah, dan teknologi aspal plastik pada jalan hanya menjadikan jalan sebagai tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah, selain itu beberapa penelitian mengatakan bahwa proses
pelelehan plastik dapat menghasilkan emisi senyawa beracun. Adanya pro dan kontra
masyarakat, serta sulitnya pemilahan bahan baku, masih menjadi kendala dalam
pengaplikasian teknologi ini.

3.2.1 Limbah plastik


Limbah plastik yang tersebar di bumi berbeda-beda. Secara umum terdapat lima jenis
limbah plastik seperti yang ditampilkan pada Tabel III.1.

12
Tabel III.1 Jenis Limbah Plastik

JENIS LIMBAH PLASTIK CONTOH


Low density polyethylene (LDPE) Kantong plastik

High density polyethylene (HDPE) Tutup botol minuman

Polyethylene terypthalate (PET) Botol minuman

Polypropylene (PP) Bungkus kemasan makanan

Polystryrene (PS) Sterofoam, cangkir minum sekali pakai

Polyvinyl Chloride (PVC) Pipa saluran, kabel listrik

Limbah plastik yang digunakan dalam campuran aspal plastik Pusjatan adalah plastik LDPE.
Untuk pengolahan limbah plastik kita harus mengetahui temperature lelehnya. Dari Tabel
III.2 dapat dilihat bahwa temperatur leleh plastik LDPE adalah berkisar 160ºC-240ºC.

Tabel III.2 Temperatur Leleh Proses Termoplastik


Temperatur Pengolahan Limbah Plastik
Material ºC ºF
ABS 180 – 240 356 – 464
Acetal 185 –225 365 – 437
Acrylic 180 – 250 356 – 482
Nylon 260 – 290 500 – 554
Poly Carbonat 280 – 310 536 – 590
LDPE 160 – 240 320 – 464
HDPE 200 – 280 392 – 536
PP 200 – 300 392 – 572
PS 180 – 260 356 – 500
PVC 160 – 180 320 – 365
Sumber: Google.com
Limbah plastik LDPE memiliki karakteristik seperti berikut :
1) Kuat,
2) Sedikit tembus cahaya,
3) Fleksibel dan permukaan agak berlemak.
4) Pada suhu di bawah 60 ºC sangat resisten terhadap senyawa kimia,
5) Daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang
lain seperti oksigen.

13
6) Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas
tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia
Pengolahan Limbah plastik
Proses pengolahan limbah plastik untuk campuran aspal adalah sebagai berikut :
1) . Pemilahan dan Pembersihan Limbah Plastik

Gambar 3.2 Pemilahan Limbah plastik

Pemilahan sampah plastik dilakukan untuk memisahkan plastik kresek dengan jenis
lain, dan juga untuk membersihkan plastik kresek dari kotoran.
2) Pencacahan Limbah Plastik

Gambar 3.3 Pencacahan Limbah Plastik

Pencacahan limbah plastik kresek dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah


plastik dengan spesifikasi ukuran yang cocok dengan ketentuan ukuran plastik yang
dibutuhkan.
3) Hasil Akhir
Hasil pencacahan plastik harus sesuai dengan ketentuan ukuran yang dibutuhkan
untuk pencampuran aspal. Beberapa penelitian membuat inovasi dengan mengolah
plastik menjadi biji-biji plastik. Namun hal ini membutuhkan lebih banyak biaya.

Gambar 3.4 Hasil Pencacahan Limbah Plastik


14
3.2.2 Campuran Aspal Plastik
a) Spesifikasi Campuran Aspal Plastik
Spesifikasi yang digunakan dalam campuran aspal menggunakan limbah plastik
adalah Spesifikasi Khusus Interim SKh-1.6.10. Spesifikasi ini mencakup pengadaan lapisan
padat yang berupa campuran panas ini yang terdiri dari agregat, limbah plastik dan aspal
yang dicampur secara panas di unit produksi campuran aspal. Spesifikasi khusus ini
mengacu pada Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3. Ada beberapa persyaratan khusus yang
telah ditentukan untuk campuran aspal plastik, antara lain :
1) Lalu lintas yang diijinkan < 10.000.000 ESA
2) Agregat dengan penyerapan maksimum 4%
3) Bahan Limbah Plastik:
a. Jenis LDPE
b. Limbah hasil olahan yang telah dipilah,dicacah dan dicuci
c. Limbah plastik kering, bersih dan terbebas dari bahan organik
d. Penggunaan plastik 4-6%, bila penggunaan limbah plastik >6% maka melalui
persetujuan dari pengawas pekerjaan.
e. Ukuran: 100% lolos saringan 9.5 mm dan 90% lolos saringan 4.75
Atau secara ringkas ditampilkan pada Tabel III.3 berikut:
Tabel III.3 Ketentuan limbah plastik hasil cacahan
Pengujian Persyaratan
Ukuran butir lolos saringan 3/8 inch (9,5mm) % 100
Ukuran butir lolos saringan No 4 (4,75mm) % 90
Ketebalan (mm) Maks. 0,07
Kadar air (%) Maks. 5
Titik leleh 100-120
Sumber: Bina Marga,2017

4) Bahan aspal hanya tipe 1


5) Tidak diperlukan bahan anti pengelupasan
b) Prosedur Rancangan Campuran Aspal Plastik
Ketentuan prosedur rancangan sesuai Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3 Pasal 6.3.3.3)
dengan penambahan limbah plastik. Ketentuan khususnya adalah antara lain:
1) Kadar limbah plastik 4-6% terhadap berat aspal
2) Limbah plastik ditambahkan melalui unit pengaduk (pugmill) dan dilakukan
pengemasan untuk 1 batch
3) Pencampuran kering (dry mix)
4) Suhu pencampuran sekitar 160º-180º
5) Untuk durasi pencampuran dapat dilihat pada Tabel III.4

15
Tabel III.4 Perkiraan waktu pencampuran
Waktu pencampuran
Tahapan pencampuran
(detik)
Pencampuran kering (dry mix),
Pencampuran agregat panas dengan plastik di 10±2
pugmil (mixer)
Pencampuran dengan aspal 35±2
Sumber: Bina Marga, 2017

Agregat
dipanaskan

Agregat yang
dipanaskan
+ dicampur dengan
plastik

+ Campuran agregat dan


plastik dicampur dengan
aspal

Campuran kemudian
dihampar

Gambar 3.5 Alur Pencampuran Aspal Plastik


Sumber: R. Vasudevan, 2017
Pada pencampuran aspal plastik ini, agregat terlebih dahulu dipanaskan, kemudian
ditambahkan dengan plastik, dan tahap terakhir adalah dengan mencampurkan aspal
kedalam campuran agregat dan plastik.
c) Ketentuan sifat campuran beraspal
Ketentuan sifat campuran beraspal dapat dilihat pada Tabel III.5 dan Tabel III.6.

16
Tabel III.5 Ketentuan Sifat Campuran Beraspal Panas Lataston Limbah Plastik.
Lataston Limbah Plastik
(HRSLP)
Sifat-sifat Campuran Lapis Aus Lapis Pondasi
Semi
Semi Senjang
Senjang
Kadar aspal efektif Min 5,9 5,5
Penyerapan Maks 1,7
Jumlah tumbukan per
- 75
bidang
Rongga dalam Min . 3
(2)
campuran (%) Maks 5
Rongga dalam agregat
Min . 18 17
(VMA)(%)
Rongga terisi aspal (%) Min . 68
Stabilitas Marshall (kg) Min . 800
Min . 2
Pelelehan (mm)
Maks. 4
Stabilitas Marshall sisa
(%) setelah perendaman Min. 90
selma 24 jam, 60(3)
Sumber: Bina Marga,2017

Tabel III.6 Ketentuan Sifat Campuran Beraspal Panas Laston Limbah Plastik
Laston Limbah Plastik (ACLP)
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis
Lapis Aus
Antara Pondasi
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rasio partikel lolos ayakan Min. 0,6
0,075 mm dengan kadar aspal
efektif Maks 1,4
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)(2)
Maks 5,0
Rongga dalam agregat
Min. 15 14 13
(VMA)(%)
Rongga terisi aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 900 2000
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks. 4 6
Stabilitas Marshall sisa (%)
setelah perendaman selama 24 Min. 90
jam, 60(3)
Sumber : Bina Marga,2017

d) Campuran aspal plastik di lapangan


a. Pembuatan DMF, JMF, Penghamparan dan Pemadatan Campuran Aspal Plastik
sesuai dengan Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3 dengan penambahan limbah
plastik

17
b. Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan sesuai dengan Spesifikasi
Umum 2010 Revisi 3 dengan penambahan : pengambilan contoh kedatangan
limbah plastik dengan frekuensi 3√(jumlah packing) untuk diuji kadar air dan
analisa saringan

e) Hasil Pengujian
Hasil dari percampuran limbah plastik dalam campuran aspal adalah sebagai berikut :
1) Ketahanan terhadap air
Air merupkan penyebab utama kerusakan perkerasan. Air akan menyebabkan
lemahnya ikatan antara aspal dan agregat sehingga akan mempermudah
aliran air masuk ke lapisan tanah dasar. Bila lapisan tanah dasar sudah
terganggu oleh air maka akan mempengaruhi daya dukung tanah, sehingga
membuat perkerasan lebih cepat rusak. Dalam hal ini penambahan limbah
plastik akan meningkatkan ketahanan terhadap pengaruh air.
2) Marshall
Berikut adalah hasil pengujian Marshall:

Tabel III.7 Hasil pengujian Marshall


KRITERIA ACWC ACWC
NO SATUAN
CAMPURAN STANDAR 5% Plastik 10% Plastik
1 KAO 5,80 5,78 5,77 %
2 Kepadatan 2,369 2,36 2,34 t/m3
3 VMA 15,82 15,8 16,6 %
4 VIM 3,80 3,67 3,94 %
5 VFB 76,26 76,75 72,39 %
6 Stabilitas 1100,4 1428 1549 Kg
7 Flow 4,11 3,74 3,99 Mm
8 Stablitas Sisa 90,4 93,5 87,1 Kg
Sumber: Pusjatan,2017

Hasil dari uji Marshall dapat dilihat bahwa stabilitas campuran meningkat seiring
dengan penambahan limbah plastik.

3) Ketahanan Terhadap Pelepasan Butir (Uji Cantabro)


Pelepasan butir merupakan salah satu jenis kerusakan perkerasan aspal di
lapangan.pelepasan butiran berkaitan dengan sifat kelekatan aspal terhadap
agregat. Untuk menguji ketahanan terhadap pelepasan butiran dilakukan uji
Cantabro. Hasil hasil pengujian di peroleh nilai seperti yang dtampilkan pada Tabel
III.8.

18
Tabel III.8 Hasil Pengujian Cantabro
JENIS CAMPURAN KEHILANGAN BERAT
HMA + 0% LIMBAH PLASTIK 6,3 %

HMA + 5% LIMBAH PLASTIK 5,6 %

HMA + 10% LIMBAH PLASTIK 8,7 %


Sumber: Pusjatan,2017

Dari tabel diketahui bahwa penambahan plastik membuat persen pelepasan


agregat semakin besar.
4) Ketahanan Terhadap Deformasi
Tabel III.9 Hasil Pengujian AC Wearing dengan Wheel Tracking
Hasil Pengujian AC Wearing dengan Wheel
Kriteria Tracking
Pengujian
0% Plastik 5% Plastik 10% Plastik
1 2 1 2 1 2
Do (mm) 2,81 2,86 1,86 2,02 2,22 2,35
Kec deformasi
0,0800 0,0787 0,0220 0,0240 0,0093 0,0080
(mm/menit)
Stabilitas dinamis
525 534 1909 1750 4500 5250
(lintasan/menit)
Sumber: Pusjatan, 2017

Penambahan plastik dapat meningkatkan ketahanan campuran beraspal


terhadap deformasi
5) Ketahanan Terhadap Retak
Penambahan kadar plastik 5% dapat meningkatkan ketahanan terhadap retak,
namun pada penambahan kadar plastik 10%, ketahanan retak lelah campuran
beraspal jauh menurun.

Gambar 3.6 Grafik Regangan Awal Terhadap Umur Kelelahan


Sumber : Pusjatan,2017

19
Gambar 3.7 Grafik Umur Kelelahan Aspal
Sumber: Pusjatan,2017

Dari grafik dapat dilihat bahwa penambahan aspal 5% memiliki kerengangan yang
lebih kecil dari aspal standar,namun memiliki umur kelelahan yang sama namun
pada penambahan 10%, umur kelelahan aspal jauh dibawah aspal standar.

3.3 Kelemahan dan kelebihan


Kekurangan aspal plastik :
1) Penambahan plastik pada campuran aspal terbatas hanya pada kadar tertentu, setelah
penambahan >6%, kelelehannya (flow) lebih rendah dibanding dengan aspal standar.
Hal ini akan mengakibatkan campuran aspal plastik rentan terhadap retak.
2) Berdasarkan penelitian dihasilkan campuran dengan plastik cenderung kurang padat
seperti yang dapat dilihat pada Tabel III.7 nilai VMA dan VIM bertambah seiring
pertambahan persentase plastik. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat rongga
yang tidak tertutupi sempurna oleh aspal.

Kelebihan aspal plastik.


1) Aspal plastik dapat mengurangi limbah plastik yang sulit terurai.
Plastik LDPE jenis plastik kresek dipilih menjadi bahan campuran aspal, karena plastik
jenis ini melimpah dan tidak terkelola karena tidak memiliki harga jual, sehingga para
pengepul plastik tidak terlalu tertarik untuk mengumpulkan limbah plastik jenis plastik
kresek.
2) Penambahan limbah plastik akan meningkatkan stabilitas aspal seperti yang ditampilkan
pada Tabel III.7 sehingga campuran lebih tahan terhadap deformasi.
3) Penambahan plastik pada campuran dapat mengurangi kebutuhan aspal.
Dengan adanya plastik dalam campuran, maka kebutuhan aspal dalam campuran dapat
berkurang. Karena sebagian agregat sudah tertutupi oleh plastik.

20
3.4 Kendala
Kendala yang masih dialami dalam penerapan sampah plastik ini adalah suplai bahan
plastik itu sendiri. Sedangkan tujuan dari inovasi ini adalah untuk mengurangi sampah plastik
yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan keberadaan sampah kresek ini cukup banyak
namun tidak terakumulasi dan tersebar. Padahal untuk pemakaiannya saja diperkirakan
sekitar 500 milyar – 1 triliyun plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah
ini dibentangkan maka, dapat membukus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat.
Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya. Lebih dari 17
milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap
tahunnya. (Utomo, 2010). Ini adalah kendala utamanya. Belum lagi plastik harus dijaga
kebersihannya. Tahapan-tahapan untuk membersihkan limbah kresek agar bersih sesuai
spesifikasi tentunya akan lebih panjang dari pada penggunaan aspal standar.
Pada kenyataannya, suplai sampah akan mudah didapat dari para pengepul. Namun,
pengepul sampah plastik kurang tertarik terhadap plastik kresek, karena plastik kresek
memiliki nilai jual yang murah, sehingga akan sulit memperoleh plastik kresek dalam jumlah
yang cukup. Sedangkan untuk membuat jalan sepanjang 100 KM dengan lebear 15 m dan
tebal perkerasaan 5 cm serta kadar plastik 6%, diperlukan plastik sebanyak 600kg. Jadi,
pengadaan bahan baku sampah plastik ini bukanlah hal yang mudah.

21
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Aspal plastik bukanlah teknologi yang berkelanjutan. Pemanfaatan plastik dalam
campuran beraspal hanya bertujuan untuk mengurangi limbah plastik di Indonesia. Dari hasil
pengujian, kadar plastik maksimum adalah 6%. Penambahan plastik pada campuran aspal
bila melebhi 6% akan melemahkan ketahanan campuran terhadap retak. Keuntungan
lainnya adalah penambahan plastik pada campuran aspal meningkatkan ketahanan
terhadap deformasi hal ini ditunjukkan oleh nilai Marshall yang terus meningkat. Selain itu,
pencampuran plastik LDPE dalam campuran, tidak mengeluarkan dioksin. Karena plastik
LDPE akan terdekomposisi pada suhu >240ºC. Namun supplai bahan baku dan mesin
pencacah masih menjadi kendala, karena belum adanya sistem pengumpulan sampah yang
baik dan perlunya mesin pencacah khusus untuk plastik kresek.

4.2 Inovasi
a. Bahan
Mengacu pada Bab 3 poin 3.2.2.e (5) dikatakan bahwa dengan penambahan kadar
plastik 5% dapat meningkatkan ketahanan terhadap retak, namun pada penambahan
kadar plastik 10%, ketahanan retak lelah campuran beraspal jauh menurun. Hal ini
didukung oleh jurnal penelitian lain yang mengatakan bahwa kelelehan (flow) akan
meningkat pada kadar tertentu namun akan turun dratis bila terus ditambah. Hal ini akan
mengakibatkan campuran menjadi kaku dan getas. Sehingga akan menyebabkan aspal
bersifat mudah retak. Oleh karena itu maka perlu penambahan bahan lain yang
mempunyai sifat yang lebih elastis. Dalam hal ini saya mengusulkan penambahan karet
pada campuran ini.

b. Metode
Metode pencampuran yang dilakukan saat ini adalah dengan metode kering (dry
mix), namun penelitian lain mengatakan apabila plastik dicampur dengan metode
pencampuran basah (wet mix) akan menghasilkan nilai rongga terisi aspal lebih tinggi
(1,2%) dari rongga terisi aspal dengan cara kering (Tabel IV.1), karena saat penambahan
campuran sengan cara basah kemungkinan plastik tercampur sempurna dengan aspal
lebih besar sehingga rongga antara campuran (VMA) menjadi lebih kecil.

22
Tabel IV.1 Kinerja Campuran beraspal penambahan plastik mutu rendah dengan LPDE
cara kering dan cara basah
Aspal Pen Cara
Uraian Cara Basah
60 Kering
Stabilitas Marshall,kg 1007,03 1275,05 1290,9
MQ hasil bagi Marshall,kg/mm 251,13 300,6 314,089
Stabilitas dinamis, lint/menit 1150 3500 4050
Kecepatan deformasi, mm/menit 0,0133 0,012 0,010
Modulus Reilien pada suhu 25 C 3393,5 4007 4319,5
Pengaduk (mixer) x x Dibutuhkan
Kebutuhan energi normal Lebih tinggi Lebih tinggi
Sumber: Tjitjik Wasiah Suroso,2009
Selain itu mesin pencacah khusus masih menjadi kendala. Di luar negeri seperti di
Inggris, sampah plastik diproses dan diubah menjadi butiran kecil seperti pelet kemudian
dicampur dengan aspal. Metode ini sama dengan pengolahan limbah plastik di industry
pada umumnya. Dengan demikian, kita dapat menggunakan alat pencacah plastik biasa
tanpa harus membuat alat yang khusus.

Gambar 4.1 Plastik dalam Bentuk Pelet


Sumber: Google.com

23
DAFTAR PUSTAKA

Bina Marga. Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3 . 2010.


Bina Marga. Spesikifkasi Khusus Interim SKh-1.6.10. 2018.
Google. n.d.
https://www.google.co.id/search?q=plastik+pellet&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved
=0ahUKEwj3qILw5LvcAhWZXysKHVIyC28Q_AUICigB&biw=1366&bih=613#imgrc=-
KIpQIvz1aSOtM: (accessed Juli Kamis,26, 2018).
Jambeck, Jenna R. "“Plastik Waste Inputs From Land in to the Ocean” ." 2015: Science 347,
768.
Lordbroken. n.d. https://lordbroken.wordpress.com/2009/12/27/jenis-plastik-dan-bahayanya/
(accessed Juli 25, 2018).
Mongabay. n.d. http://www.mongabay.co.id/2017/09/10/sampah-plastik-harus-ada-inovasi-
pemanfaatannya/ (accessed Juli Kamis,26, 2018).
Nurhenu, K. "”Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan dan Lingkungan”, No.1 Vol.03 ,Forum
Teknologi." n.d.
Pusjatan. Paparan OJT CPNS 2017 di lingkungan pusjatan 2018. Bandung, Juli 2018.
R.Manju*, Sathya S, and Sheema K. "Use of Plastic Waste in Bituminous Pavement, Vol.10
No.8." International Journal of ChemTech Research, 2017: 808.
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
2008.
Tirto.id. n.d. https://tirto.id/berharap-besar-dari-aspal-plastik-india-csXY (accessed Juli
Sabtu,14 , 2018).
Tjitjik, WS. "“Pengaruh Penambahan Plastik LDPE (Low Density Polyethilen) dengan Cara
Basah dan Cara Kering Terhadap Kinerja Campuran Beraspal” ." Jurnal Jalan dan
Jembatan No 2 Vol. 26, 2009.
W. Widi, Dyah K,Bagus H S,wahyudi K. "“Pengaruh Penambahan Plastik Bekas Tipe Low
Density Polyethylene (LDPE) terhadap Kinerja Campuran Beraspal”." n.d.

24

Anda mungkin juga menyukai