Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI PENGGANTI


SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA BETON

Oleh:

FADLI DIRGA SUBARDI


NIM: 1507123772

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
A. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan saat ini semakin pesat seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk. Bersamaan dengan hal tersebut
memberikan efek akan kebutuhan rumah atau bangunan-bangunan yang semakin
meningkat. Pengembangan pembangunan tersebut menyebabkan meningkatkan
kebutuhan dari bahan bangunan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
diperlukan alternatif khusus dengan memanfaatkan teknologi dan limbah guna
menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang
lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Beton merupakan campuran dari semen portland, air, agregat kasar, agregat
halus dan dengan atau tidak menggunakan bahan tambah lain. Agregat halus untuk
campuran beton dapat berupa pasir. Meningkatnya kebutuhan dalam pembuatan
bangunan menyebabkan meningkatkan permintaan pada pasir tersebut.
Alternatif lain adalah dengan memanfaatkan limbah seperti abu ampas tebu.
Pemanfaatan limbah sebagai bahan pengganti maupun sebagai bahan tambah bukan
merupakan suatu hal yang baru lagi. Pemanfaatan limbah ini bertujuan untuk
mengurangi penggunaan bahan campuran beton seperti agregat halus. Penggunaan
limbah dapat diharapkan mengurangi biaya pembuatan campuran beton dan bahan
penyusunnya. Penggunaan limbah juga diharapkan mengurangi limbah yang ada di
Indonesia ini.
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling, diperkirakan
sebanyak 40 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan. Khusus untuk ampas
tebu yang dihasilkan dari penjual air tebu di Kota Pekanbaru, diketahui bahwa
dalam 1 hari dari 1 orang penjual air tebu dihasilkan lebih kurang 21 kg ampas tebu.
Rata-rata ampas tebu tersebut tidak dimanfaatkan (Harmiyati, 2013).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan, variasi penambahan terak ketel
abu ampas tebu dengan pasir dengan kadar 20% mendapatkan beton normal dengan
kuat tekan 27,882 MPa pada percobaan 14 hari dan 30,673 MPa pada percobaan 28
hari (Prasetyanta, 2013). Penambahan abu ampas tebu berpangaruh negatif terhadap
2

kuat tekan beton serat dan penambahan serat bambu bersifat positif terhadap kuat
tekan beton serat. Penambahan abu ampas tebu berpengaruh positif terhadap daya
serap air beton serat dan nilai optimal penambahan abu ampas tebu dan serat bambu
yang menghasilkan kuat tekan maksimal sebesar 31,90 MPa pada persentase
penambahan abu ampas tebu 5% dan serat bambu 3% (Dwiguna, 2017).

B. Rumusan Masalah
Jumlah limbah abu ampas tebu yang melimpah dan penggunaannya yang
kurang maksimal mendorong untuk meneliti pengaruh yang akan di hasilkan pada
pencampuran limbah abu ampas tebu terhadap bahan penyusun pada beton. Limbah
abu ampas tebu ini akan menjadi pengganti sebagian agregat halus pada pembuatan
beton tersebut.
Penelitian akan meninjau bagaimana pengaruh sifat mekanik beton dengan abu
ampas tebu sebagai substitusi agregat halus. Penelitian juga akan mencari
persentase optimum limbah abu ampas tebu sebagai substitusi agregat halus yang
baik. Dalam hal ini peneltian akan mencoba beberapa variasi total limbah abu
ampas tebu yang akan di substitusikan pada agregat halus. Penelitian juga akan
mengetahui apakah limbah abu ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan
substitusi agregat halus untuk beton dan ekonomis atau tidaknya penambahan
limbah abu ampas tebu tersebut.

C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Abu ampas tebu sebagai pengganti sebagian agregat halus yang berasal dari
pedagang tebu di daerah Puncak Lawang.
2 Ampas tebu dibakar secara tradisional.
3 Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm.
4 Agregat kasar yang digunakan berasal dari Pangkalan, Sumatera Barat.
5 Agregat halus yang digunakan berasal dari Danau Bingkuang, Kabupaten
Kampar.
3

6 Semen yang digunakan adalah semen PCC (Portland Composite Cement)


produksi PT. Semen Padang.
7 Pengujian sifat mekanis beton meliputi pengujian kuat tekan beton.
8 Variasi abu ampas tebu sebagai substitusi agregat halus sebesar 0%, 10%, 15%,
20%, 25%
9 Pengujian kuat tekan dilakukan pada beton umur 7, 14 dan 28 hari

D. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Melanjutkan penelitian terlebih dahulu dengan menggunakan limbah abu
ampas tebu yang lokasinya berbeda dan variasi konsentrasi yang berbeda
2. Menganalisis pengaruh penambahan limbah abu ampas tebu sebagai bahan
campuran beton
3. Mengetahui ketersediaan limbah abu ampas tebu sebagai alternatif penggati
sebagian agregat halus pada campuran beton
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Dapat digunakan sebagai alternatif material konstruksi untuk mengganti
sebagian agregat halus dalam pembuatan beton
2. Dapat dijadikan inovasi baru dan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam
konsep penambahan limbah abu ampas tebu sebagai bahan campuran beton

E. Tinjauan Pustaka
E.1 Beton
Beton adalah campuran antara sement portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat berdasarkan SNI 03-2847-2002. Beton merupakan bahan
konstruksi yang umum dan mudah untuk digunakan karena memiliki keunggulan,
seperti bahan baku yang mudah didapatkan, mudah dibentuk sesuai rancangan yang
diinginkan.
Beton disusun dari agregat kasar dan agregat halus. Agregat halus biasanya
yang digunakan ialah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh suatu pabrik
olahan(seperti industri pemecah batu) sedangkan agregat kasar yang dipakai
4

biasanya berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah
batu. Beton sering kali ditambahkan bahan additive untuk menghasilkan beton
dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan (workability), durability, dan
waktu pengerasan (McCormac, 2003)
Berdasarkan mutu kinerjanya maka beton dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu beton mutu normal dan beton mutu tinggi. Beton mutu tinggi ialah beton yang
mempunyai kuat tekan silinder melebihi 40,8 MPa (6000 psi) sampai dengan 81,6
MPa (12000 psi) atau berkisar antara 41 – 82 MPa berdasarkan ACI 211.4R-93.
𝑘𝑔⁄
Beton mutu normal ialah beton yang mempunyai berat satuan 2200 𝑚3 sampai
𝑘𝑔⁄
2500 𝑚3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa
dipecah berdasarkan SNI 03-2847-2002.
Beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi sejumlah
material pembentuknya. Beton sederhana dibentuk oleh pengerasa campuran
semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara, dan
terkadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang masih plastis ini dicor
kedalam acuan dan dirawat untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen-air,
yang menyebabkan pengerasan beton. Bahan pembentuk ini mempunyai kekuatan
tekan yang tinggi, dan ketahanan terhadap tarik rendah, atau kira-kira kekuatan
tariknya 0,1 kali kekuatan terhadap tekan (Nawy, 1998)
E.2 Abu Ampas Tebu
Tebu (Saccharum Officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan
baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Umur
tanaman ini sejak ditanam hingga masa panen mencapai kurang lebih 1 tahun.
Ampas tebu atau biasanya disebut bagasse, adalah hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu merupakan campuran serat yang kuat dengan
jaringan parenchyma yang lembut dan mempunyai tingkat higroskopis yang tinggi.
Abu ampas tebu adalah sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Ampas tebu itu
sendiri merupakan hasil limbah buangan yang berlimpah dari proses pembuatan
gula yaitu lebih dari 30 % dari kapasitas giling (Prasetyanta, 2013). Khusus untuk
ampas tebu yang dihasilkan dari penjual air tebu di Pekanbaru, diketahui bahwa
5

dalam 1 hari dari 1 orang penjual air tebu dihasilkan lebih kurang 21 kg ampas tebu.
Rata-rata ampas tebu tersebut tidak dimanfaatkan.
Dalam hal ini, ampas tebu akan digunakan sebagai bahan bakar untuk
memanaskan mesin uap dengan suhu mencapai 550o – 600 oC dan setiap 4 – 8 jam
dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari dalam mesin uap tersebut,
karena jika dibiarkan tanpa dibersihkan akan terjadi penumpukan yang
mengganggu proses pembakaran ampas tebu berikutnya (Hidayati, 2010).
Penelitian menggunakan abu ampas tebu karena dapat mengurangi limbah ampas
tebu dan pengadaan di daerah Kota Pekanbaru tergolong mudah, lebih ekonomis.
Tabel E. 1 Hasil Pengujian Komposisi Abu Ampas Tebu

Hasil Pengujian Komposisi Kimia Abu Ampas Tebu


Unsur/Senyawa yang untuk
Diuji Masing-Masing Suhu (%)
Normal 400 500 600 700 800
Silikat (SiO2) 38,09 49,60 52,59 53,92 54,46 54,96
Besi Oksida (Fe2O3) 8,92 16,37 18,36 19,14 22,19 24,43
Aluminium Oksida
5,47 11,26 13,37 15,31 14,25 14,74
(Al2O3)
52,48 77,24 84,71 88,37 90,90 94,13
Sumber: (Karimah & Wahyudi, 2015)

E.3 Material Penyusun Beton


Beton terdiri dari beberapa material penyusun yang kemudian menjadi satu
kesatuan. Material tersebut adalah agregat kasar, agregat halus, semen dan air.
Setaip material memiliki komposisi yang berbeda-beda. Persentase komposisi
agregat kasar biasanya 30% hingga 50%, agregat halus sekitar 25% hingga 35%,
semen sekitar 15% hingga 20%, dan air sekitar 7% hingga 15%. Komposisi yang
tepat akan mempengaruhi kualitas beton. Beton juga dapat ditambah dengan bahan
campuran lain sesuai dengan kebutuhan.

E.3.1 Agregat
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam
menentukan besarnya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80%
volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh
6

massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, dimana
agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara
agregat berukuran besar (Nawy, 1998). Agregat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
agregat halus dan agregat kasar yang di dapat secara alami atau buatan.
Agregat kasar adalah material penyusun beton yang semua butirannya
tertahan pada saringan berdiameter 4,75 mm. Agregat kasar dapat mempengaruhi
kekuatan dan sifat struktur beton. Oleh karena itu, agregat kasar harus dipilih yang
cukup keras, tidak retak dan tidak mudah pecah, bersih dan bebas dari lapisan pada
permukaannya. Agregat kasar berupa kerikil, batu pecah, atau pecahan – pecahan
dari blast – furnace (Nawy, 1998). Agregat kasar jenis batu pecah memiliki
permukaan kasar, bentuknya tidak membulat dan sisi-sisinya sedikit lebih tajam.
Hal ini akan membuat daya lekat agregat dengan pasta semen menjadi tinggi,
sehingga membuat nilai kuat tekan beton meningkat. Agregat kasar jenis kerikil
bentuknya membulat dan menghasilkan kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan
batu pecah.
Agregat halus adalah material penyusun beton yang semua butirannya lolos
pada saringan berdiameter 4,75 mm. Agregat halus yang baik harus bebas bahan
organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No. 100, atau bahan –
bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu
campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis
saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials). Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat
halus (Nawy, 1998).
7

Tabel E. 2 Syarat Mutu Pengujian Karakteristik Agregat


Standar pemeriksaan
No Jenis Pemeriksaan agregat Sumber
Halus Kasar
1 Kadar air (%) < 5,00 < 5,00 SNI 03-1971-1990
2 Berat Jenis (g/cm3)
a. Apparent specific
2,58 - 2,83 2,58 - 2,83
Gravity
b. Bulk specific gravity
2,58 - 2,83 2,58 - 2,83 SNI 03-1970-1990
(kering)
c. Bulk specific gravity
2,58 - 2,83 2,58 - 2,83
(ssd)
d. Absorption (%) 2,00 - 7,00 2,00 - 7,00
3 Berat volume (g/cm3)
a. Kondisi gembur 1,40 - 1,90 1,40 - 1,90 SNI 03-4804-1998
b. Kondisi padat 1,40 - 1,90 1,40 - 1,90
4 Ketahanan aus (%) - < 40 SNI 03-2417-1991
5 Modulus kehalusan 1,50 - 3,80 5,00 - 8,00 SNI 03-1968-1990
6 Kadar Lumpur (%) <5 - ASTM C 142
7 Kandungan organik < No.3 - ASTM C-40

E.3.2 Semen
Semen adalah material berbentuk halus yang berguna sebagai perekat
antara agregat halus dan agregat kasar. Semen akan bereaksi dengan air menjadi
pasta semen. Pasta semen berfungsi untuk melekatkan butir-butir agregat agar
menjadi suatu kesatuan massa yang kompak atau padat. Selain itu pasta semen
mengisi rongga-rongga antara butir- butir agregat.
Semen yang biasanya digunakan adalah semen portland. Menurut SNI 15-
2049-2004 semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan
denga cara menggiling terak semen portland terutama yag terdiri atas kalsium
8

silikat yang bersifat hidraulis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan
berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland
dibagi menajdi 5 tipe, yaitu :
1. Tipe I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada jenis-jenis lain
2. Tipe II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang
3. Tipe III yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi
4. Tipe IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
5. Tipe V yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
E.3.3 Air
Air memiliki peran yang penting dalam proses pencampuran beton. Air
akan bereaksi dengan semen dan mengalami hidrasi. Reaksi ini terjadi antara silikat
dan alumina pada semen dengan air. Dengan adanya air, senyawa silikat dan
alumina tersebut membentuk produk hidrasi yang berupa massa yang keras dan
kuat. Menurut SNI 03-2847-2002 syarat air dalam proses pembuatan beton ialah :

1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan
– bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, dan bahan
organik, atau bahan – bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi ;
9

a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton


yang menggunakan air dari sumber yang sama
b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang – kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum.

E.4 Pengujian Beton


E.4.1 Kuat Tekan Beton
Menurut SNI 03-1974-1990 Kuat tekan beton adalah besarnya beban per
satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Alat yang digunakan pada
pengujian ini adalah mesin uji tekan (Compression Test Machine). Kekuatan beton
adalah muatan tekan maksimum yang dapat dipikul per satuan luas. Kuat tekan
beton diwakili oleh tegangan maksimum f’c pada saat beton mencapai usia 28 hari.
Rumus untuk mencari kuat tekan beton adalah sebagai berikut :
𝑃
𝑓′𝑐 = (2.1)
𝐴

Keterangan :
f’c = kuat tekan beton yang didapat dari benda uji (MPa)
P = beban tekan maksimum (N)
A = luas permukaan benda uji (mm2)

Dalam reaksi uji kuat tekan dari pembebanan tekan (P) yang di beri oleh
mesin uji kuat tekan (Compression Test Machine) akan diterima oleh seluruh daerah
luasan penampang secara merata hingga terjadi keruntuhan pada benda uji beton.

E.4.2 Berat Satuan Beton


Berat satuan beton dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐵𝑠
𝐵𝑣 = (2.2)
𝑉𝑏
10

Keterangan :
Bv = Berat Volume (kg/cm3)
Bs = Berat Beton (kg)
Vb = Volume Beton (cm3)
Menurut SNI 03-2847-2002 pengelompokan beton berdasarkan berat
satuan adalah sebagai berikut :
1. Beton ringan : berat satuan ≤ 1900 kg/m3
2. Beton normal : berat satuan 2200 kg/m3 – 2500 kg/m3
3. Beton berat : berat satuan ≥ 2500 kg/m3
E.4.3 Serapan Air Beton
Untuk mengetahui serapan air beton dapat dihitung dengan rumus :

(𝑊2−𝑊1)
𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 (%) = 𝑥 100% (2.3)
𝑊1

Keterangan :
W1 = Berat Beton Oven (Kg)
W2 = Berat Beton Kering Permukaan – SSD (Kg)
Menurut SNI 03-2914-1990 sifat beton kedap air harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Beton kedap air normal bila diuji dengan cara perendaman dengan air
selama 10+0,5 menit, resapan (absorpsi) maksimum 2,5% terhadap berat
beton kering oven. Selama perendaman 24 jam, resapan maksimum 6,5%
terhadap berat beton kering oven.
2. Beton kedap air agresif, bila diuji dengan tekanan air maka tembusnya air
ke dalam beton tidak melampaui batas berikut ini.
a. Agresif sedang : 50 mm
b. Agresif kuat : 30 mm
E.4.4 Penelitian Terdahulu
Tabel E. 3 Perbandingan Penelitian Terdahulu

Variasi
Penelitian Pengujian Hasil
Penggunaan
11

(Kencana, 2007) Pembuatan beton, Kuat tekan beton Kuat tekan: 15%
Substitusi parsial (pemakaian
0%, 5%, 10%, optimum)
15%, 20% berat
semen
(Hidayati, 2010) Pembuatan Kuat tekan dan 10% abu ampas
batako, substitusi penyerapan air tebu (pemakaian
parsial 0%, 10%, optimum)
20%, 30%, 40%,
50% berat agregat
halus (pasir)
(Linna, 2005) Pembuatan beton, Kuat tekan beton 5% abu ampas
Substitusi parsial tebu dan 5% gips
0%, 10%, 20%, (pemakaian
30% terhadap optimum)
berat semen dan
5%, 10%, 15%
gips terhadap
semen
(Dwiguna, 2017) Pembuatan beton, Kuat tekan beton 5% abu ampas tebu
Substitusi parsial dan daya serap air dan 3% serat
0%, 5%, 10%, 15% bambu (pemakaian
terhadap volume optimum)
agregat halus dan
serat bambu 0%,
1,5%, 3%
(Prasetyanta, 2013) Pembuatan beton, Kuat tekan beton 20% terak ketel
Substitusi parsial dan daya serap air abu ampas tebu
10%, 20%, 30%, (pemakaian
40% terak ketel optimum)
abu ampas tebu
terhadap volume
pasir keseluruhan

F.

Anda mungkin juga menyukai