DISUSUN OLEH:
RAHMAT
Disahkan oleh:
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
rahmat,serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan di UPTD Laboratorium Konstruksi Bina
Marga,Cipta Karya Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat. Karena tanpa
nikmat-Nya, mungkin penulis belum tentu bisa menyelesaikan kegiatan ini dari
awal sampai akhir.
i
membimbing penulis dan memberikan arahan dan ilmu yang sangat
berguna untuk penulis.
Seluruh siswa siswi SMKN 1 Padang Kelas XI Yang Melaksanakan
Prakerin semoga kita naik kelas dengan nilai yang
terbaik.
Rahmat
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Dan Manfaat.....................................................................................2
C. Lokasi,Waktu,Dan Tempat Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)...............2
BAB II......................................................................................................................4
GAMBARAN UMUM UPTD LABORATATORIUM BAHAN KONSTRUKSI.4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tugas Pokok Dan Fungsi..............................................................................4
C. Sarana Dan Prasarana....................................................................................5
D. Pengujian Laboratorium................................................................................5
BAB III....................................................................................................................7
AKTIVITAS PELAKSANAAN PRAKERIN.........................................................7
A. PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
DAN KASAR.......................................................................................................8
B. CARA UJI PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN PLASTISITAS
TANAHS............................................................................................................11
C. METODE PENGUJIAN BATAS CAIR DENGAN ALAT
CASAGRANDE.................................................................................................18
D. METODE PENYIAPAN SECARA KERING CONTOH TANAH
TERGANGGU DAN TANAH-AGREGAT UNTUK PENGUJIAN................22
BAB IV..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
A. KESIMPULAN...........................................................................................30
B. SARAN.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Dan Manfaat
1. Tempat
2. Waktu
2
a. Tahap Awal Lapangan
Pada tahap awal,Bapak ketua Kejuruan mengurus seluruh kebutuhan dan
administrasi yang diperlukan untuk mencari tempat PRAKERIN yang tepat.Di
mulai dengan pengajuan surat permohonan PRAKERIN kepada pihak yang terkait
dari SMKN 1 Padang.
Setelah surat jadi,bapak kejuruan segera mendatangi UPTD Laboratorium
Bahan Konstruksi Dinas Marga,Cipta Karya,Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera
Barat.
b. Tahap Pembekalan Siswa
Sebelum penulis melaksanakan kegiatan PRAKERIN penulis diberi
pembekalan tentang tata cara pelaksanaan PRAKERIN yang baik dan
pembelajaran bagaimana penulis saat berada di tempat PRAKERIN.
3
BAB II
KONSTRUKSI
A. Latar Belakang
4
f) Pelaksana tugas kedinasan lainyang diberikan oleh pimpinan.
Sedangkan untuk peralatan pengujian yang digunakan saat ini oleh UPTD
Laboratorium Bahan serta masih berada dalam kondisi baik.
D. Pengujian Laboratorium
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya untuk menunjang kegiatan dinas dan
masyarakat serta untuk peningkatan PAD, pengujian laboratorium yang
dilaksanaakan oleh UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi terdiri atas :
a) Pengujian Agregat
b) Pengujian Tanah
c) Pengujian Beton
d) Pengujian Aspal
e) Pengujian Analisa Kimia
A. Struktur Organisasi UPTD
5
Laboratorium Bahan Konstruksi mempunyai struktur organisasi sebagai
berikut:
a) Kepala UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi, bertugas memimpin
pelaksanaan tugas dan fungsi UPTD.
b) Kasubag Tata Usaha, bertugas memimpin pengelolaan administrasi,
ketatausahaan, perencanaan program/kegiatan, keuangan, perlengkapan,
kepegawaian, organisasi, tata laksana, kehumasan, hukum dan tugas
umum lainnya lingkup UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi.
c) Kepala Seksi Pengujian Mutu Bahan, bertugas memimpin pengelolaan
dan pelaksanaan pengujian mutu bahan-bahan konstruksi untuk
menunjang kegiatan dinas dan masyarakat serta untuk peningkatan PAD.
d) Kepala Seksi Pengujian Mutu Konstruksi, bertugas memimpin
pengelolaan dan pelaksanaan pengujian mutu hasil konstruksi kegiatan
dinas dan masyarakat serta untuk peningkatan PAD.
6
BAB III
7
A. PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT
3. Pengertian
Yang dimaksud dengan analisis saringan agregat ialah penentuan
persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-
angka persentase digambarkan pada grafik pembatian butir.
8
4) mesin pengguncang saringan;
5) talam-talam;
6) kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.
b) Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak
benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait kecuali apabila
butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila
syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
1) agregat halus terdiri dari
a. ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram;
b. ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram.
2) agregat kasar terdiri dari :
a. ukuran maks. 3,5"; berat minimum 35,0 kg
b. ukuran maks. 3"; berat minimum 30,0 kg
c. ukuran maks. 2,5"; berat minimum 25,0 kg
d. ukuran maks. 2"; berat minimum 20,0 kg
e. ukuran maks. 1,5"; berat minimum 15,0 kg
f. ukuran maks. I"; berat minimum 10,0 kg
g. ukuran maks. 3 /4" berat minimum 5,0 kg
h.ukuran maks. 1 /2"; berat minimum 2,5 kg
i. ukuran maks. 3 /8"; berat minimum 1,0 kg
3) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.; Selanjutnya agregat
halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.
5. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (I l0 ± 5)°C, sampai berat
tetap; SNI 03-1968-1990 3
9
saring benda uji lewat susunan saringan den-an ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau
mesin pengguncang selama 15 menit.
6. Perhitungan
Hitunglah persentase berat benda ujiyang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji setelah di saring.
7. Laporan
Laporan meliputi:
a) Jumlah persentase melalui masing-masing saringan,atau jumlah
persentase di atas masing-masing saringan dalam bilangan bulat
b) grafik kumulatif;
c) modulus kehalusan (finess modulus).
10
B. CARA UJI PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN PLASTISITAS
TANAH
1. Ruang lingkup
Dalam cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ini metode
penggelengan terdiri dari 2 prosedur yaitu penggelengan menggunakan telapak
tangan dan penggelengan menggunakan alat geleng batas cair (sebagai prosedur
alternatif).
2. Acuan normative
SNI 03-1965-1990, Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1967-1990,Metode pengujian batas cair dengan alat casagrande
SNI 03-1975-1990Metode mempersiapkan contoh tanah dan tanah mengandung
agregat.
SNI 05-6414-2000,Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
AASHTO T 265-93 (2000), Laboratory determination of moisture content of soils
AASHTO R 11, Indicating which places of figures are to be considered
significant in specified limiting values
4. Cara Pengerjaan
1. Peralatan
a) Mangkok.
11
Mangkok porselen atau sejenis mangkok untuk mengaduk, dengan
diameter sekitar 115 mm.
b) Batang pengaduk.
Batang pengaduk atau pisau batangan yang memiliki mata pisau dengan
panjang sekitar 75 mm dan lebar sekitar 20 mm.
c) Batang pembanding.
Batang logam pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 100 cm.
d) Permukaan untuk menggeleng.
Landasan untuk menggeleng benda uji dapat menggunakan plat kaca atau
suatu lempengan yang memiliki permukaan licin, atau dapat menggunakan
kertas tak bertekstur.
e) Alat penggeleng batas plastis.
Alat terbuat dari akrilik dengan dimensi sperti gambar dibawah.
Dimensi:
IW - kira-kira 100 mm
L - kira-kira 200 mm
T - 5 mm sampai 10 mm.
H - 3.20 + 0.25 mm ditambah tebal total kertas tak bertekstur (unglazed
paper) yang diletakkan pada bagian bawah plat.
f) Kertas penggeleng.
Kertas tak bertekstur/licin tanpa penambahan bahan lain (fiber, fragmen
kertas, dan lain-lain)
14
pada tanah selama proses penggelengan.Kertas tersebut diberi bahan
perekat dibelakangnya dan direkatkan pada bagian atas dan bagian bawah
plat penggeleng.
g) Cawan.
12
Cawan harus terbuat dari material yang tahan terhadap korosi dan
massanya tidak akan berubah atau hancur akibat pemanasan dan
pendinginan yang terus menerus. Cawan harus memiliki penutup yang
rapat/pas agar tidak terjadi perubahan kadar air benda uji sebelum
penimbangan awal dan juga untuk mencegah penyerapan air dari udara
terbuka sebelum proses pengeringan dan penimbangan akhir. Satu cawan
diperlukan untuk menentukan kadar air satu benda uji.
h) Timbangan.
Timbangan harus memiliki kapasitas yang sesuai dan mengacu pada SNI
03-6414- 2000.
i) Oven.
Oven pengering dengan fasilitas pengatur panas yang dapat mengeringkan
benda uji pada temperatur 110 o C ± 5 o C.
2. Benda uji
a. Apabila hanya menguji batas plastis, ambil banyaknya tanah sebagai
benda uji sekitar 20 gram dari material yang telah lolos saringan No.40
(0,425 mm), sesuai dengan SNI 03-1975-1990. Letakan tanah kering ke
dalam cawan dan campur dengan air suling atau air mineral sampai
massa menjadi cukup plastis untuk dibentuk menjadi bola. Ambil
sebagian dari tanah tersebut, sekitar 8 gram, untuk diuji
b. Apabila menguji batas cair dan batas plastis, ambil tanah sebagai benda
uji sekitar 8 gram kondisi basah dan kondisi yang telah diaduk untuk
diuji, sesuai dengan SNI 03- 1967-1990.
3. Metode pengerjaan
a) Ambil 1,5 gram sampai dengan 2,0 gram massa tanah sebagaimana
dijelaskan pada Pasal 5. Bentuk bagian yang diambil menjadi bentuk
bulat panjang.
b) Gunakan salah satu metode berikut untuk menggeleng tanah menjadi
bentuk bulat panjang berdiameter 3 mm dengan kecepatan 80 gelengan
sampai dengan 90 gelengan per menit, dengan menghitung satu
13
gelengan sebagai satu gerakan tangan bolak balik hingga kembali ke
posisi awal.
c) Metode menggeleng dengan tangan, geleng benda uji dengan telapak
tangan atau jari pada plat dengan tekanan yang cukup untuk
menggeleng benda uji menjadi beberapa gelengan kecil dengan
diameter dan panjang yang sama. Hasil gelengangelengan kecil
tersebut selanjutnya dibentuk hingga diameternya menjadi 3 mm ini
memakan waktu tidak lebih dari 2 menit. Besar tekanan tangan atau
jari yang diperlukan bervariasi, tergantung jenis tanahnya.
d) Prosedur alternatif, metode dengan alat geleng batas plastis, letakkan
massa tanah di atas plat bawah, kemudian letakkan plat atas hingga
bersentuhan dengan massa tanah. Tekan sedikit plat atas sedikit ke
bawah dan gerakan ke belakang dan ke depan selama 2 menit, dimana
plat dijaga agar tetap bersentuhan dengan sisi rel. Selama proses
penggelengan ini, jangan biarkan tanah gelengan menyentuh sisi rel.
e) Apabila tanah hasil gelengan telah berdiameter 3 mm tetapi belum
terjadi retakan, maka tanah gelengan dibagi menjadi enam atau delapan
potongan. Satukan dan remas semua potongan dengan kedua tangan
dan geleng kembali dengan jari tangan hingga membentuk bulat
panjang.
f) Tanah gelengan,digeleng sampai terjadi retakan atau sampai tanah
tidak dapat lebih panjang lagi untuk digeleng. Retakan dapat terjadi
ketika diameter tanah gelengan lebih besar dari 3 mm. Terjadinya
retakan pada diameter yang berbeda menunjukkan jenis tanah yang
berbeda.
g) Untuk tanah lempung yang padat diperlukan tekanan gelengan yang
lebih besar, terutama pada kondisi mendekati batas plastisnya, tanah
tersebut 1`digeleng hingga retak pada serangkaian bagian panjang
dengan diameter 3 mm, dan masing-masing panjang sekitar 6 mm
sampai dengan 9 mm.Untuk tanah beplastisitas rendah, diperbolehkan
untuk mengurangi jumlah total perubahan bentuk dengan membuat
14
diameter awal benda uji berbentuk bulat panjang mendekati diameter
akhir sebesar 3 mm.
h) Kumpulkan/gabungkan bagian-bagian tanah yang retak dan masukan
ke dalam cawan dan segera tutup cawan tersebut, kemudian timbang.
i) Ulangi prosedur yang telah diuraikan pada 6.a) hingga 6.g), sampai
benda uji 8 gram seluruhnya diuji. Tentukan kadar air tanah yang ada
di dalam wadah sesuai dengan SNI 03-1965-1990 dan catat hasilnya.
b) Pelaporan
Pelaporan berlaku untuk semua batasan yang telah ditentukan dalam standar
ini. Tujuannya agar sesuai dengan spesifikasi, antara lain nilai yang diamati atau
nilai yang dihitung harus dibulatkan ke “satuan terdekat” dibagian paling akhir
kanan perhitungan yang digunakan untuk menyatakan nilai batas, sesuai dengan
Metode R-11 (AASHTO).
Hitung indeks plastisitas tanah sebagai selisih antara batas cair dengan batas
plastisnya, sebagai berikut:
Indeks plastisitas (PI) = batas cair (LL) – batas plastis (PL) . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(2) Tulis selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali
terjadi kondisi sebagai berikut:
1) jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas
dinyatakan dengan: NP (non plastis);
2) jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas
dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).
15
16
17
C. METODE PENGUJIAN BATAS CAIR DENGAN ALAT
CASAGRANDE
2. Ruang Lingkup
Metode pengujian ini dilakukan terhadap tanah baik berbutir halus atau
butiran kasar dari saringan 0,42 mm (no.40).
3. Pengertian
Yang dimaksud dengan batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana
nsifat suatu jenis tanah berubah dari keadaan cair menjadi plastis.
4. Cara Pelaksanaan
a. Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian batas cair adalah sebagai berikut :
a) Alat batas cair standar, mangkoknya harus bersih, kering dan tidak
goyang, dan harus diperiksa apakah tinggimjatuh mangkok alat batas
cair tersebut sudah tepat 1,0 cm;
b) Alat pembuat alur, harus bersih, kering, dan tidak aus yang terdiri dari :
1) alat pembuat alur standar ASTM untuk tanah yang berpasir
2) alat pembuat alur standar casagrande untuk tanah kohesif;
c) Mangkok pengaduk (mixing disk) benda uji dari porselin;
d) Batang pengaduk (spatula) dari baja tahan karat panjang 12,5 cm;
e) Cawan kadar air minimal 4 buah, dan harus diberi tanda kemudian
ditimbang untuk menentukan beratnya;
f) Botol berisi air suling;
g) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram;
h) Desikator berisi silika sel; SNI 03-1967-1990 2
18
i) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk mengeringkan pada
suhu (110 ± 5)0 C. 2.2.
b. Benda Uji
Benda uji disiapkan sesuai dengan “Metode Mempersiapkan Contoh Tanah
dan Tanah Mengandung Agregat” SNI 03-1975-1990, atau langsung seperti
berikut :
a) jenis-jenis tanah yang tidak mengandung butir kasar dan hampir semua
butirannya lebih halus dari saringan 0,42 mm (no.40), dalam hal ini benda
uji tidak perlu dikeringkan dan tidak perlu disaring dengan saringan 0,42
mm (no.40).
b) khusus untuk jenis tanah yang mengandung butiran lebih kasar dari
saringan 0,42 mm (no.40), benda uji dikeringkan di udara sampai bisa
disaring, lalu benda uji diambil yang lewat saringan 0,42 mm (no.40).
c. Prosedur
Urutan proses dalam pengujian batas cair adalah sebagai berikut :
a) Letakan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan didalam mangkok
pengaduk;
b) Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan
menambah air suling sedikit, sampai merata(Homogeny) agarpengadukan
dapat dilakukan lebih mudah dan lebih cepat, maka adukan disimpan
terlebih dahulu dan ditutup dengan kain basah atau contoh yang telah
disiapkan direndam dahulu selama 24 jam;
c) Setelah contoh menjadi campuran merata, ambil bagian benda uji ini dan
letakan diatas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya sedemikian
sehingga sejajar dengan dasar alat.
d) Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu,
dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis
tengah pemegang dan simetris; pada waktu membuat alur posisi alat
pembuat alur (grooving tool) harus tegak lurus permukaan mangkok;
Putarlah alat sedemikian sehingga mangkok naik/jatuh dengan kecepatan
putar 2 rotasi per detik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur
benda uji bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah
19
pukulannya pada waktu bersinggungan,jumlah pukulan yang betul adalah
jika proses berimpitnya dasar alur disebabkan masa tanah seolah-olah
mengalir dan bukan karena bergeser, maka percobaan harus diulangi
beberapa kali dengan kadar air berbeda, dan kalau masih terjadi pergeseran
ini maka harga batas cair ini tidak dapat diperoleh;
e) Ulangi pekerjaan 2.3.4) sampai dengan 2.3.5) beberapa kali sampai
diperoleh jumlah pukulan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk
meyakinkan apakah pengadukan contoh sudah betul-betul merata kadar
airnya,maka tentukan kadar airnya sesuai dengan Metode Pengujian Kadar
Air Tanah (SNI 03-1965-1990);
f) Kembalikan sisa benda uji kedalam mangkok pengaduk, dan mangkok alat
batas cair bersihkan; benda uji diaduk kembali dengan merubah kadar
airnya; kemudian ulangi langkah 2.3.2) sampai 2.3.6) minimal 3 kali
berturut-turut dengan variasi SNI 03-1967-1990 3 kadar air yang berbeda,
sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah npukulan sebesar 8 – 10.
g) Penentuan Batas Cair
h) Dalam menentukan batas cair dilakukan tahapan sebagai berikut :
i) hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah
pukulan sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma sedang besarnya
kadar air sebagi sumbu tegak dengan skala biasa.
j) Buatlah garis lurus melalui titik-titik itu; jika ternyata titik-titik yang
diperoleh tidak terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus
melalui titik-titik berat titiktitik tersebut; tentukan besarnya kadar air pada
jumlah pukulan 25 dan kadar air inilah yang merupakan batas cair (liquid
limit) dari benda uji tersebut;
k) Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil 2 titik
di atas 25 pukulan dan 2 titik dibawah 25 pukulan, sehingga diperoleh 4
titik.
d. Laporan
20
Catatlah pada formulir laboratorium, benda uji yang diuji dalam keadaan
asli atau telah kering udara, disaring atau tidak. Hasilnya dilaporkan sebagai
bilangan bulat.
22
21
D. METODE PENYIAPAN SECARA KERING CONTOH TANAH
1. Ruang lingkup
a) Standar ini menetapkan metode atau cara penyiapan secara kering contoh
tanah dan tanah yang mengandung agregat yang diperoleh dari lapangan
untuk pengujian analisis ukuran butir, berat jenis, batas cair, batas plastis,
faktor susut, hubungan kadar air-densitas dan pengujian lainnya yang
mungkin diperlukan.
b) Standar ini hanya memberikan informasi kualitatif sehingga hal yang
menyangkut presisi tidak digunakan.
c) Nilai-nilai yang digunakan dalam standar ini dinyatakan dalam SI.
2. Acuan Normatif
a) Standar AASHTO M 92
a) Wire-Cloth Sieves for Testing Purposes (SNI 03-6866-2002, Spesifikasi
saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian)
b) M 231,Weighing Devices Used in the Testing of Materials (SNI 03-6414-
2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan)
c) T 88, Particle Size Analysis of Soils (SNI 3423:2008, Cara uji analisis
ukuran butir tanah)
d) T 89, Determining the Liquid Limit of Soils (SNI 1967:2008, Cara uji
penentuan batas cair tanah)
e) T 90, Determining the Plastic Limit and Plasticity Index of Soils (SNI
1966:2008, Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah)
f) T 92, Determining the Shrinkage Factors of Soils (SNI 3422:2008, Cara
uji penentuan batas susut tanah)
g) T 99, Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-lb) Rammer
and a 305-mm (12- in) Drop (SNI 1742:2008, Cara uji kepadatan ringan
untuk tanah)
h) T 100, Specific Gravity of Soils (SNI 1964:2008, Cara uji berat jenis
tanah)y77y
22
i) T 180, Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-lb)
Rammer and a 457-mm (18-in.) Drop (SNI 1743:2008, Cara uji kepadatan
berat untuk tanah)
j) T 248, Reducing Samples of Aggregate to Testing Size (SNI 13-6717-2002,
Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat)
23
pembagian atau pemisahan contoh tanah atau tanah yang mengandung
agregat menjadi dua bagian yang sama dengan menggunakan alat pemisah
contoh (splitter).
f) Talam
Tempat penampungan atau penyimpanan dan pemecahan gumpalan contoh
tanah atau tanah yang mengandung agregat dalam jumlah yang cukup
banyak.
g) tanah agregat
campuran tanah dan agregat (pasir kerikil).
h) tanah vulkanis
tanah yang terbentuk dari lapukan material letusan gunung berapi.
4. Peralatan
a) Timbangan
Timbangan yang digunakan untuk menentukan massa contoh tanah yang
diuji harus sesuai dengan persyaratan SNI 03-6414-2002. Timbangan untuk
menentukan massa contoh tanah untuk pengujian analisis ukuran butir, berat jenis
dan pengujian sifat fisik harus mempunyai ketelitian pembacaan maksimum 0,01
g dan timbangan untuk menentukan massa contoh tanah untuk pengujian gradasi
(analisis saringan) dan pengujian hubungan kadar airdensitas harus mempunyai
ketelitian pembacaan maksimum 1 g.
b) Alat pengering
Alat pengering yang sesuai, mampu mengeringkan contoh tanah pada suhu
tidak lebih dari 60 °C.
c) Saringan
Serangkaian saringan dengan ukuran 19,0 mm (3/4 inci), 4,75 mm (No. 4),
2,00 mm (No. 10), 0,425 mm (No. 40) dan lain-lain sesuai dengan keperluan, lihat
Catatan 1. Saringan harus sesuai dengan SNI 03-6866-2002
d) Peralatan penggembur
24
Mangkok porselin atau talam (dengan penumbuk yang dibungkus karet)
atau alat penggembur mekanis yang sesuai untuk memecahkan gumpalan contoh
tanah tanpa menimbulkan pecahnya butiran asli tanah.
e) Alat Pemisah
Sebuah alat pemisah untuk memisahkan atau membagi contoh tanah
menjadi dua bagian yang sama (sebanding) dan mampu mendapatkan jumlah
contoh tanah yang mewakili tanpa menyebabkan kehilangan butiran halus yang
cukup berarti. Alat pemisah contoh tanah harus dilengkapi dengan wadah/talam
yang digunakan untuk menampung contoh tanah yang dibagi tersebut. Lebar
talam harus sama dengan lebar total dari luncuran (riffle chutes) alat pemisah.
Pemisahan contoh tanah pada kain kanvas juga diperbolehkan.
b) Berat jenis
Untuk pengujian berat jenis dalam kaitannya dengan pengujian analisis
ukuran butir tanah sesuai dengan SNI 3423 : 2008, diperlukan contoh tanah yang
lolos saringan 2,00 mm (No. 10) minimum 25 g (kering oven) apabila
25
menggunakan botol/labu ukur dan minimum 10 g apabila menggunakan
piknometer.
27
26
a) Contoh tanah yang diterima dari lapangan harus dikeringkan secara
menyeluruh atau merata di udara terbuka atau dengan menggunakan alat
pengering dengan suhu tidak lebih dari 60 0 C, lihat Catatan 4. Jumlah
contoh tanah yang mewakili, yang diperlukan untuk pengujian harus
diperoleh dengan alat pengambil contoh (sampler), atau dengan cara
pemisahan (splitting) atau cara perempat (quartering).Gumpalan butiran
contoh tanah harus dipecahkan/digemburkan dengan peralatan penggembur
untuk menghindari pecahnya butiran asli tanah.
b) Bagian contoh tanah kering yang digunakan untuk analisis ukuran butir dan
pengujian sifat fisik (termasuk berat jenis) harus ditimbang dan massa yang
tercatat merupakan massa contoh total tanpa koreksi kadar air higroskopis.
Bagian contoh tersebut harus dipisahkan menurut fraksi-fraksi,
menggunakan salah satu dari cara berikut:
Menggunakan saringan 2,00 mm (No. 10)
Menggunakan saringan 4,75 mm (No. 4) dan saringan 2,00 mm (No.
10)
7. Contoh uji untuk analisis ukuran butir dan berat jenis
a) Contoh tanah yang tertahan saringan 2,00 mm (No. 10) sesuai dengan
28
27
Untuk berat jenis contoh tanah yang lolos saringan 2,00 mm (No.
10), diperlukan sebanyak 25 g apabila menggunakan botol/labu
ukur dan 10 g apabila menggunakan piknometer.
9. Ketelitian
Oleh karena penyiapan contoh tanah untuk pengujian ini tidak
menghasilkan nilai yang bersifat numerik, ketelitian, penyimpangan dan ketepatan
tidak diterapkan
28
29
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
30
B. SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32