Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKERIN

DI UPTD LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI DINAS


BINA MARGA,CIPTA KARYA & TATA RUANG PROVINSI
SUMATERA BARAT
Jalan Taman Siswa No.1 A,Alai Parak Kopi,Kec.Padang Utara,Kota Padang,Sumatera Barat
Telp.0751_7053813,Padang (25138)

DISUSUN OLEH:

RAHMAT

BISNIS KONSTRUKSI DAN PROPERTI


SMK NEGERI 1 PADANG

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KOTA PADANG
TAHUN PELAJARAN
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja/Industri ini telah di periksa dan di setujui oleh


Pembimbing serta pemimpin UPTD Laboraratorium Bahan Konstruksi
Dinas Bina Marga,Karya Cipta Dan Tata Ruang Provinsi sumatera Barat.

Disahkan oleh:

Bapak Ketua Jurusan Guru Pembimbing

Syaiful Ikhwan, S.Pd Fuad Mahmudi,ST

SMK Negeri 1 Padang


Kepala,

Drs. Dasrizal, M.M.


NIP. 19611226 198803 1 002
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,
rahmat,serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan di UPTD Laboratorium Konstruksi Bina
Marga,Cipta Karya Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat. Karena tanpa
nikmat-Nya, mungkin penulis belum tentu bisa menyelesaikan kegiatan ini dari
awal sampai akhir.

Dengan ini,penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


yang telah mendukung dan mensukseskan pelaksanaan Prakerin ini, karena tanpa
dukungan dan bantuan dari mereka mungkin pula Penulis belum tentu bisa
menyelesaikan kegiatan praktek kerja/industri (PRAKERIN) ini.Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
 Bapak Drs.Dasrizal M.M. ,Selaku kepala sekolah SMKN 1 Padang dan
sekaligus penanggung jawab atas kegiatan Praktek Kerja/Industri
(PRAKERIN) ini.
 Ibu Erianti, S.Pd selaku ketua panitia kegiatan praktek kerja/industry
(PRAKERIN) SMKN 1 Padang
 Bapak Fuad Mahmudi,ST dan Bapak Asmu Devinus,ST,MT.Selaku
coordinator Daerah Padang yang telah membimbing penulis selama
pelaksanaan Prakerin,Serta meluangkan waktu untuk memberi petunjuk
dan pengarahan tentang kegiatan Praktek Kerja Industri(PRAKERIN),Dan
memonitor sakaligus membimbing penulis dalam penulisan laporan
sampai mengantarkan,menyerahkan dan menjembut penulis selesai
kegiatan.
 Keluarga besar UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi Dinas Bina Marga
Cipta Karya,Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat, Terimakasih telah

i
membimbing penulis dan memberikan arahan dan ilmu yang sangat
berguna untuk penulis.
 Seluruh siswa siswi SMKN 1 Padang Kelas XI Yang Melaksanakan
Prakerin semoga kita naik kelas dengan nilai yang
terbaik.

Penulis tahu, masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan dan penyusunan


Laporan PRAKERIN ini. Namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin
dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang
membangun agar lebih baik untuk kedepannya.

Akhir kata,penulis berharap kepada tuhan yang maha esa berkenaan


membalas segala bagi pihak yang telah membantu. Semoga dengan kegiatan
Prakerin ini dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas penulis dalam Dunia
Kerja/Industri.

Padang, 25 juni 2021

Rahmat

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Dan Manfaat.....................................................................................2
C. Lokasi,Waktu,Dan Tempat Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)...............2
BAB II......................................................................................................................4
GAMBARAN UMUM UPTD LABORATATORIUM BAHAN KONSTRUKSI.4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tugas Pokok Dan Fungsi..............................................................................4
C. Sarana Dan Prasarana....................................................................................5
D. Pengujian Laboratorium................................................................................5
BAB III....................................................................................................................7
AKTIVITAS PELAKSANAAN PRAKERIN.........................................................7
A. PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
DAN KASAR.......................................................................................................8
B. CARA UJI PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN PLASTISITAS
TANAHS............................................................................................................11
C. METODE PENGUJIAN BATAS CAIR DENGAN ALAT
CASAGRANDE.................................................................................................18
D. METODE PENYIAPAN SECARA KERING CONTOH TANAH
TERGANGGU DAN TANAH-AGREGAT UNTUK PENGUJIAN................22
BAB IV..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
A. KESIMPULAN...........................................................................................30
B. SARAN.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah menengah kejuruan sebagai salah satu sub.system pendidikan


nasional,memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam fungsi
menyiapkan tenaga terampil untuk menunjang sistem pendidikan nasional,upaya
menyiapkan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan
dunia industry didekati melalui kebijaksanaan”Link and match”ini.Membawa
kebijaksanaan ini membawa pendidikan kejuruan berpijak dan berada di dunia
usaha dan industry.Altenatif implementasi kebijaksanaa”Link and match”adalah
penyelenggaraan kegiatan praktek kerja/industry (PRAKERIN) Pada sekolah
menengah kejuruan (SMK)
SMKN Negeri 1 Padang mempunyai program Praktek Kerja Industri
(PRAKERIN) yang wajib dilaksanakan oleh siswa kelas XI (Sebelas) sebagai
persyaratan untuk menamatkan studi di SMKN Negeri 1 Padang .Tujuan adanya
PRAKERIN ini untuk mengimplementasikan ilmu yang dipelajari pada sekolah
didunia kerja Industri serta menambah pengalaman dan wawasan siswa agar lebih
siap untuk menghadapi dunia kerja Industri.
Untuk memenuhi kewajiban PRAKERIN, maka penulis berkesempatan
untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di UPTD Laboratorium
Bahan Konstruksi Dinas Bina Marga,Cipta Karya & Tata Ruang Provinsi
Sumatera Barat.
UPTD ini adalah salah satu usaha milik Negara yang dinaungi oleh Dinas
Bina Marga dalam rangka menjamin serta meningkatkan keselamatan dalam
membangun sebuah bangunan.

1
B. Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN).


a) Meningkatkan pemahaman dan memantapkan serta
mengembangkan ilmu siswa yang didapat disekolah dan
menerapkan didunia usaha dan Industri
b) Meningkatkan keterampilan berupa penguasaan kemampuan
profesional kejuruan siswa.
c) Menumbuhkan sikap professional & etos kerja siswa.
d) Mengenalkan kepada siswa aspek-aspek usaha yang Potensial di
dunia usaha/industri, seperti:struktu
e) organisasi,management,assosiasi usaha dan jenjang karier.
f) Membekali siswa dengan pengalaman kerja yang sesungguhnya.
g) Memberi motivasi siswa untuk berwirausaha
h) Mengharapkan terjadinya penyerapan perkembangan teknologi dari
dunia usaha/industri ke sekolah dan sebaliknya.
i) Memberi masukan dan umpan balik,guna memperbaiki dan
mengembangkan serta kesesuaian pendidikan kejuruan dengan
kebutuhan tenaga kerja di lapangan.
j) Memberi peluang untuk pemasaran dan penelusuran lulusan.

2. Manfaat Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)


a) Melatih kemampuan dan keterampilan penulis sesuai pengetahuan
b) Mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja/Industri nyata.
c) Mengembangkan daya pikir,dan keberanian yang sangat diperlukan
pada dunia kerja/industri.
d) Belajar mengenai dinamika dan kondisi nyata dunia kerja/industri
pada unit-unit kerja,baik di lingkungan pemerintah maupun
perusahaan.

C. Lokasi,Waktu,Dan Tempat Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)

1. Tempat

Nama Instansi : UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi Dinas Bina


Marga,Cipta Karya & Tata ruang Usaha Provinsi Sumatera Barat
Alamat : Jalan Tamansiswa No.1A, Alai Parak Kopi, Kec.Padang Utara,
Kota Padang Sumatera Barat Telp.07517053813, Padang (25138).
Telepon : 0751-7053813
E-Mail : bpklprasjaltarkim.sumbar@gmail.com

2. Waktu

2
a. Tahap Awal Lapangan
Pada tahap awal,Bapak ketua Kejuruan mengurus seluruh kebutuhan dan
administrasi yang diperlukan untuk mencari tempat PRAKERIN yang tepat.Di
mulai dengan pengajuan surat permohonan PRAKERIN kepada pihak yang terkait
dari SMKN 1 Padang.
Setelah surat jadi,bapak kejuruan segera mendatangi UPTD Laboratorium
Bahan Konstruksi Dinas Marga,Cipta Karya,Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera
Barat.
b. Tahap Pembekalan Siswa
Sebelum penulis melaksanakan kegiatan PRAKERIN penulis diberi
pembekalan tentang tata cara pelaksanaan PRAKERIN yang baik dan
pembelajaran bagaimana penulis saat berada di tempat PRAKERIN.

c. Tahap pemberangkatan Siswa Ke Lokasi


Pemberangkatan penulis dilakukan pada tanggal 3 Maret 2021 oleh
pembimbing dari sekolah ke tempat PRAKERIN yaitu UPTD Laboratorium
Bahan Konstruksi Dinas Bina Marga,Cipta Karya & Tata Ruang Provinsi
Sumatera Barat dan langsung melaksanakan kegiatan di tempat PRAKERIN.

Tabel 2.1 jadwal Jam Kerja UPTD

Hari Jam Kerja Jam Pulang


Senin-Kamis 07:30 WIB 04:00 WIB
Jumat 07:30 WIB 04:30 WIB

3
BAB II

GAMBARAN UMUM UPTD LABORATATORIUM BAHAN

KONSTRUKSI

A. Latar Belakang

Dasar Hukum Pembentukan UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi


Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Sumatera Barat (UPTD
LBK) adalah berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 104 tahun
2017 tanggal 29 Desember 2017 perihal Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Provinsi Sumatera Barat.

B. Tugas Pokok Dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat No. 104 tahun 2017


tanggal 29 Desember 2017 perihal Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi
Sumatera Barat, UPTD LBK mempunyai tugas “Melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengujian
bahan/mutu konstruks”. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, maka UPTD
Laboratorium Bahan Konstruksi mempunyai fungsi :
a) Penyusunan kebijakan teknis operasional pengujian mutu bahan dan
konstruksi. Pelaksanaan pengelolaan, pengaturan pemanfaatan dan
pemakaian alat-alat laboratorium untuk pengujian bahan/mutu konstruksi.
b) Pelaksanaan operasional layanan pengujian pada masyarakat dan pihak
ketiga sesuai bidang pengujian bahan/mutu konstruksi.
c) Pelaksanaan pemungutan retribusi untuk pad pemerintah daerah provinsi
sumatera barat.
d) Pelaksana operasional tugas kedinasan sesuai dengan bidang pengujian
bahan/mutu konstruksi.
e) Pelaksana administrasi ketatausahaan uptd

4
f) Pelaksana tugas kedinasan lainyang diberikan oleh pimpinan.

C. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana pengujian laboratorium hendaknya dapat menunjang


kegiatan pengujian, baik berdasarkan permintaan masyarakat konstruksi maupun
permintaan jangka panjang. Untuk sarana mobilisasi yang digunakan pada UPTD
Laboratorium Bahan Konstruksi saat ini adalah:
a) Toyota Dyna ¾ unit Crane tahun 2013 (Kondisi Baik) Kendaraan ini
digunakan untuk Mobilisasi dan Demobilisasi Mesin Bor dan
kelengkapanya.
b) Phanter Pick Up Tahun 1990 (Kondisi Rusak Berat) Biasa kendaraan
ini hanya digunakan untuk Mobilisasi dan Demobilisasi alat-alat
sondir, alat DCP, Sand Cane dan untuk Pengambilan Sample, Tanah,
Agregat dan Air. Secara garis besar dapat bahwa kendaraan phanter
ini sudah tidak dapat digunakan, dan memerlukan penggantian.
c) Mitshubishi Duoble Cabin Triton tahun 2015.Kendaraan ini yang
merupakan salah satu pendukung dalam melaksanakanpengujian
lapangan dan kegiatan monitoring bagi personil UPTD.

Sedangkan untuk peralatan pengujian yang digunakan saat ini oleh UPTD
Laboratorium Bahan serta masih berada dalam kondisi baik.

D. Pengujian Laboratorium

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya untuk menunjang kegiatan dinas dan
masyarakat serta untuk peningkatan PAD, pengujian laboratorium yang
dilaksanaakan oleh UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi terdiri atas :
a) Pengujian Agregat
b) Pengujian Tanah
c) Pengujian Beton
d) Pengujian Aspal
e) Pengujian Analisa Kimia
A. Struktur Organisasi UPTD

5
Laboratorium Bahan Konstruksi mempunyai struktur organisasi sebagai
berikut:
a) Kepala UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi, bertugas memimpin
pelaksanaan tugas dan fungsi UPTD.
b) Kasubag Tata Usaha, bertugas memimpin pengelolaan administrasi,
ketatausahaan, perencanaan program/kegiatan, keuangan, perlengkapan,
kepegawaian, organisasi, tata laksana, kehumasan, hukum dan tugas
umum lainnya lingkup UPTD Laboratorium Bahan Konstruksi.
c) Kepala Seksi Pengujian Mutu Bahan, bertugas memimpin pengelolaan
dan pelaksanaan pengujian mutu bahan-bahan konstruksi untuk
menunjang kegiatan dinas dan masyarakat serta untuk peningkatan PAD.
d) Kepala Seksi Pengujian Mutu Konstruksi, bertugas memimpin
pengelolaan dan pelaksanaan pengujian mutu hasil konstruksi kegiatan
dinas dan masyarakat serta untuk peningkatan PAD.

6
BAB III

AKTIVITAS PELAKSANAAN PRAKERIN

Saat pelaksanaan Kerja Praktek di UPTD Laboratorium Konstruksi, ada


beberapa pengujian yang diujikan seperti:
a) Pengujian Agregat
b) Pengujian Tanah
c) Pengujian Beton
d) Pengujian Campuran Aspal dan Agregat
e) Pengujian Analisa Kimia
f) Pengujian Tes Air

Dari beberapa pengujian di atas penulis tertarik terhadap pengujian tanah


dan berminat membahas tentang itu di dalam laporan ini.
Di dalam pengujian tanah terbagi atas beberapa hal juga tetapi penulis
hanya akan menjelaskan apa saja yang pernah penulis lihat,amati,dan ikut serta
dalam pengerjaannya.

7
A. PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT

HALUS DAN KASAR

1. Maksud dan Tujuan


Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan
untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar
dengan menggunakan saringan.
Tujuan Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran
atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.
2. Ruang Lingkup
Metode pengujian jenis tanah ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah
baik agregar halus maupun agregat kasar,yang persyaratannya mencantum dalam
2.2 hasil pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar dapat digunakan
antara lain:
1) penyelidikan quarry agregat;
2) perencanaan campuran clan pengendalian mum beton.

3. Pengertian
Yang dimaksud dengan analisis saringan agregat ialah penentuan
persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-
angka persentase digambarkan pada grafik pembatian butir.

4. Cara Pelaksanaan (SNI 03-1968-1990)


a) Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;
2) satu set saringan; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm (2”); 19,1 mm
(¾”); 12,5 mm (½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36 mm);
No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150
mm); No.200 (0,075 mm) 10
3) oven, yang dilengkapi den-an pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
+ 5)°C; 4) alat pemisah contoh;

8
4) mesin pengguncang saringan;
5) talam-talam;
6) kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.

b) Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak
benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait kecuali apabila
butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila
syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
1) agregat halus terdiri dari
a. ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram;
b. ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram.
2) agregat kasar terdiri dari :
a. ukuran maks. 3,5"; berat minimum 35,0 kg
b. ukuran maks. 3"; berat minimum 30,0 kg
c. ukuran maks. 2,5"; berat minimum 25,0 kg
d. ukuran maks. 2"; berat minimum 20,0 kg
e. ukuran maks. 1,5"; berat minimum 15,0 kg
f. ukuran maks. I"; berat minimum 10,0 kg
g. ukuran maks. 3 /4" berat minimum 5,0 kg
h.ukuran maks. 1 /2"; berat minimum 2,5 kg
i. ukuran maks. 3 /8"; berat minimum 1,0 kg
3) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.; Selanjutnya agregat
halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.

5. Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
 benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (I l0 ± 5)°C, sampai berat
tetap; SNI 03-1968-1990 3

9
 saring benda uji lewat susunan saringan den-an ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau
mesin pengguncang selama 15 menit.

6. Perhitungan
Hitunglah persentase berat benda ujiyang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji setelah di saring.

7. Laporan
Laporan meliputi:
a) Jumlah persentase melalui masing-masing saringan,atau jumlah
persentase di atas masing-masing saringan dalam bilangan bulat
b) grafik kumulatif;
c) modulus kehalusan (finess modulus).

10
B. CARA UJI PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN PLASTISITAS

TANAH

1. Ruang lingkup
Dalam cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ini metode
penggelengan terdiri dari 2 prosedur yaitu penggelengan menggunakan telapak
tangan dan penggelengan menggunakan alat geleng batas cair (sebagai prosedur
alternatif).

2. Acuan normative
SNI 03-1965-1990, Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1967-1990,Metode pengujian batas cair dengan alat casagrande
SNI 03-1975-1990Metode mempersiapkan contoh tanah dan tanah mengandung
agregat.
SNI 05-6414-2000,Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
AASHTO T 265-93 (2000), Laboratory determination of moisture content of soils
AASHTO R 11, Indicating which places of figures are to be considered
significant in specified limiting values

3. Istilah dan definisi


a) batas cair (liquid limit/LL)
kadar air ketika sifat tanah pada batas dari keadaan cair menjadi plastis.
b) batas plastis(plastic limit/PL)
batas terendah kondisi kadar air ketika tanah masih pada kondisi plastis.
c) indeks plastisitas (plasticity index/PI)
selisih antara batas cair tanah dan batas plastis tanah
d) kadar air perbandingan berat massa air dalam suatu massa tanah terhadap
berat massa partikel padatnya, satuannya dinyatakan dalam persen (%).

4. Cara Pengerjaan
1. Peralatan
a) Mangkok.

11
Mangkok porselen atau sejenis mangkok untuk mengaduk, dengan
diameter sekitar 115 mm.
b) Batang pengaduk.
Batang pengaduk atau pisau batangan yang memiliki mata pisau dengan
panjang sekitar 75 mm dan lebar sekitar 20 mm.
c) Batang pembanding.
Batang logam pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 100 cm.
d) Permukaan untuk menggeleng.
Landasan untuk menggeleng benda uji dapat menggunakan plat kaca atau
suatu lempengan yang memiliki permukaan licin, atau dapat menggunakan
kertas tak bertekstur.
e) Alat penggeleng batas plastis.
Alat terbuat dari akrilik dengan dimensi sperti gambar dibawah.

Dimensi:
IW - kira-kira 100 mm
L - kira-kira 200 mm
T - 5 mm sampai 10 mm.
H - 3.20 + 0.25 mm ditambah tebal total kertas tak bertekstur (unglazed
paper) yang diletakkan pada bagian bawah plat.
f) Kertas penggeleng.
Kertas tak bertekstur/licin tanpa penambahan bahan lain (fiber, fragmen
kertas, dan lain-lain)
14
pada tanah selama proses penggelengan.Kertas tersebut diberi bahan
perekat dibelakangnya dan direkatkan pada bagian atas dan bagian bawah
plat penggeleng.
g) Cawan.

12
Cawan harus terbuat dari material yang tahan terhadap korosi dan
massanya tidak akan berubah atau hancur akibat pemanasan dan
pendinginan yang terus menerus. Cawan harus memiliki penutup yang
rapat/pas agar tidak terjadi perubahan kadar air benda uji sebelum
penimbangan awal dan juga untuk mencegah penyerapan air dari udara
terbuka sebelum proses pengeringan dan penimbangan akhir. Satu cawan
diperlukan untuk menentukan kadar air satu benda uji.
h) Timbangan.
Timbangan harus memiliki kapasitas yang sesuai dan mengacu pada SNI
03-6414- 2000.
i) Oven.
Oven pengering dengan fasilitas pengatur panas yang dapat mengeringkan
benda uji pada temperatur 110 o C ± 5 o C.

2. Benda uji
a. Apabila hanya menguji batas plastis, ambil banyaknya tanah sebagai
benda uji sekitar 20 gram dari material yang telah lolos saringan No.40
(0,425 mm), sesuai dengan SNI 03-1975-1990. Letakan tanah kering ke
dalam cawan dan campur dengan air suling atau air mineral sampai
massa menjadi cukup plastis untuk dibentuk menjadi bola. Ambil
sebagian dari tanah tersebut, sekitar 8 gram, untuk diuji
b. Apabila menguji batas cair dan batas plastis, ambil tanah sebagai benda
uji sekitar 8 gram kondisi basah dan kondisi yang telah diaduk untuk
diuji, sesuai dengan SNI 03- 1967-1990.

3. Metode pengerjaan
a) Ambil 1,5 gram sampai dengan 2,0 gram massa tanah sebagaimana
dijelaskan pada Pasal 5. Bentuk bagian yang diambil menjadi bentuk
bulat panjang.
b) Gunakan salah satu metode berikut untuk menggeleng tanah menjadi
bentuk bulat panjang berdiameter 3 mm dengan kecepatan 80 gelengan
sampai dengan 90 gelengan per menit, dengan menghitung satu

13
gelengan sebagai satu gerakan tangan bolak balik hingga kembali ke
posisi awal.
c) Metode menggeleng dengan tangan, geleng benda uji dengan telapak
tangan atau jari pada plat dengan tekanan yang cukup untuk
menggeleng benda uji menjadi beberapa gelengan kecil dengan
diameter dan panjang yang sama. Hasil gelengangelengan kecil
tersebut selanjutnya dibentuk hingga diameternya menjadi 3 mm ini
memakan waktu tidak lebih dari 2 menit. Besar tekanan tangan atau
jari yang diperlukan bervariasi, tergantung jenis tanahnya.
d) Prosedur alternatif, metode dengan alat geleng batas plastis, letakkan
massa tanah di atas plat bawah, kemudian letakkan plat atas hingga
bersentuhan dengan massa tanah. Tekan sedikit plat atas sedikit ke
bawah dan gerakan ke belakang dan ke depan selama 2 menit, dimana
plat dijaga agar tetap bersentuhan dengan sisi rel. Selama proses
penggelengan ini, jangan biarkan tanah gelengan menyentuh sisi rel.
e) Apabila tanah hasil gelengan telah berdiameter 3 mm tetapi belum
terjadi retakan, maka tanah gelengan dibagi menjadi enam atau delapan
potongan. Satukan dan remas semua potongan dengan kedua tangan
dan geleng kembali dengan jari tangan hingga membentuk bulat
panjang.
f) Tanah gelengan,digeleng sampai terjadi retakan atau sampai tanah
tidak dapat lebih panjang lagi untuk digeleng. Retakan dapat terjadi
ketika diameter tanah gelengan lebih besar dari 3 mm. Terjadinya
retakan pada diameter yang berbeda menunjukkan jenis tanah yang
berbeda.
g) Untuk tanah lempung yang padat diperlukan tekanan gelengan yang
lebih besar, terutama pada kondisi mendekati batas plastisnya, tanah
tersebut 1`digeleng hingga retak pada serangkaian bagian panjang
dengan diameter 3 mm, dan masing-masing panjang sekitar 6 mm
sampai dengan 9 mm.Untuk tanah beplastisitas rendah, diperbolehkan
untuk mengurangi jumlah total perubahan bentuk dengan membuat

14
diameter awal benda uji berbentuk bulat panjang mendekati diameter
akhir sebesar 3 mm.
h) Kumpulkan/gabungkan bagian-bagian tanah yang retak dan masukan
ke dalam cawan dan segera tutup cawan tersebut, kemudian timbang.
i) Ulangi prosedur yang telah diuraikan pada 6.a) hingga 6.g), sampai
benda uji 8 gram seluruhnya diuji. Tentukan kadar air tanah yang ada
di dalam wadah sesuai dengan SNI 03-1965-1990 dan catat hasilnya.

4. Perhitungan dan pelaporan


a) Perhitungan
Hitung batas plastis, dinyatakan dalam persen, sebagai berikut:

Batas plastis dibulatkan ke nilai yang terdekat.

b) Pelaporan
Pelaporan berlaku untuk semua batasan yang telah ditentukan dalam standar
ini. Tujuannya agar sesuai dengan spesifikasi, antara lain nilai yang diamati atau
nilai yang dihitung harus dibulatkan ke “satuan terdekat” dibagian paling akhir
kanan perhitungan yang digunakan untuk menyatakan nilai batas, sesuai dengan
Metode R-11 (AASHTO).
Hitung indeks plastisitas tanah sebagai selisih antara batas cair dengan batas
plastisnya, sebagai berikut:
Indeks plastisitas (PI) = batas cair (LL) – batas plastis (PL) . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(2) Tulis selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah, kecuali
terjadi kondisi sebagai berikut:
1) jika batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks plastisitas
dinyatakan dengan: NP (non plastis);
2) jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas
dinyatakan juga dengan: NP (non plastis).

15
16
17
C. METODE PENGUJIAN BATAS CAIR DENGAN ALAT

CASAGRANDE

1. Maksud dan Tujuan


Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian
untuk menentukan batas cair tanah dengan cara casagrande. Tujuan Tujuan
pengujianh ini untuk memperoleh besaran batas cair tanah, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan sifat dan klasifikasi tanah

2. Ruang Lingkup
Metode pengujian ini dilakukan terhadap tanah baik berbutir halus atau
butiran kasar dari saringan 0,42 mm (no.40).

3. Pengertian
Yang dimaksud dengan batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana
nsifat suatu jenis tanah berubah dari keadaan cair menjadi plastis.

4. Cara Pelaksanaan
a. Peralatan
Peralatan yang dipakai dalam pengujian batas cair adalah sebagai berikut :
a) Alat batas cair standar, mangkoknya harus bersih, kering dan tidak
goyang, dan harus diperiksa apakah tinggimjatuh mangkok alat batas
cair tersebut sudah tepat 1,0 cm;
b) Alat pembuat alur, harus bersih, kering, dan tidak aus yang terdiri dari :
1) alat pembuat alur standar ASTM untuk tanah yang berpasir
2) alat pembuat alur standar casagrande untuk tanah kohesif;
c) Mangkok pengaduk (mixing disk) benda uji dari porselin;
d) Batang pengaduk (spatula) dari baja tahan karat panjang 12,5 cm;
e) Cawan kadar air minimal 4 buah, dan harus diberi tanda kemudian
ditimbang untuk menentukan beratnya;
f) Botol berisi air suling;
g) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram;
h) Desikator berisi silika sel; SNI 03-1967-1990 2

18
i) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk mengeringkan pada
suhu (110 ± 5)0 C. 2.2.
b. Benda Uji
Benda uji disiapkan sesuai dengan “Metode Mempersiapkan Contoh Tanah
dan Tanah Mengandung Agregat” SNI 03-1975-1990, atau langsung seperti
berikut :
a) jenis-jenis tanah yang tidak mengandung butir kasar dan hampir semua
butirannya lebih halus dari saringan 0,42 mm (no.40), dalam hal ini benda
uji tidak perlu dikeringkan dan tidak perlu disaring dengan saringan 0,42
mm (no.40).
b) khusus untuk jenis tanah yang mengandung butiran lebih kasar dari
saringan 0,42 mm (no.40), benda uji dikeringkan di udara sampai bisa
disaring, lalu benda uji diambil yang lewat saringan 0,42 mm (no.40).
c. Prosedur
Urutan proses dalam pengujian batas cair adalah sebagai berikut :
a) Letakan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan didalam mangkok
pengaduk;
b) Dengan menggunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan
menambah air suling sedikit, sampai merata(Homogeny) agarpengadukan
dapat dilakukan lebih mudah dan lebih cepat, maka adukan disimpan
terlebih dahulu dan ditutup dengan kain basah atau contoh yang telah
disiapkan direndam dahulu selama 24 jam;
c) Setelah contoh menjadi campuran merata, ambil bagian benda uji ini dan
letakan diatas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya sedemikian
sehingga sejajar dengan dasar alat.
d) Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu,
dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis
tengah pemegang dan simetris; pada waktu membuat alur posisi alat
pembuat alur (grooving tool) harus tegak lurus permukaan mangkok;
Putarlah alat sedemikian sehingga mangkok naik/jatuh dengan kecepatan
putar 2 rotasi per detik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur
benda uji bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah

19
pukulannya pada waktu bersinggungan,jumlah pukulan yang betul adalah
jika proses berimpitnya dasar alur disebabkan masa tanah seolah-olah
mengalir dan bukan karena bergeser, maka percobaan harus diulangi
beberapa kali dengan kadar air berbeda, dan kalau masih terjadi pergeseran
ini maka harga batas cair ini tidak dapat diperoleh;
e) Ulangi pekerjaan 2.3.4) sampai dengan 2.3.5) beberapa kali sampai
diperoleh jumlah pukulan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk
meyakinkan apakah pengadukan contoh sudah betul-betul merata kadar
airnya,maka tentukan kadar airnya sesuai dengan Metode Pengujian Kadar
Air Tanah (SNI 03-1965-1990);
f) Kembalikan sisa benda uji kedalam mangkok pengaduk, dan mangkok alat
batas cair bersihkan; benda uji diaduk kembali dengan merubah kadar
airnya; kemudian ulangi langkah 2.3.2) sampai 2.3.6) minimal 3 kali
berturut-turut dengan variasi SNI 03-1967-1990 3 kadar air yang berbeda,
sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah npukulan sebesar 8 – 10.
g) Penentuan Batas Cair
h) Dalam menentukan batas cair dilakukan tahapan sebagai berikut :
i) hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang
bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah
pukulan sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma sedang besarnya
kadar air sebagi sumbu tegak dengan skala biasa.
j) Buatlah garis lurus melalui titik-titik itu; jika ternyata titik-titik yang
diperoleh tidak terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus
melalui titik-titik berat titiktitik tersebut; tentukan besarnya kadar air pada
jumlah pukulan 25 dan kadar air inilah yang merupakan batas cair (liquid
limit) dari benda uji tersebut;
k) Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil 2 titik
di atas 25 pukulan dan 2 titik dibawah 25 pukulan, sehingga diperoleh 4
titik.

d. Laporan

20
Catatlah pada formulir laboratorium, benda uji yang diuji dalam keadaan
asli atau telah kering udara, disaring atau tidak. Hasilnya dilaporkan sebagai
bilangan bulat.

22

21
D. METODE PENYIAPAN SECARA KERING CONTOH TANAH

TERGANGGU DAN TANAH-AGREGAT UNTUK PENGUJIAN

1. Ruang lingkup
a) Standar ini menetapkan metode atau cara penyiapan secara kering contoh
tanah dan tanah yang mengandung agregat yang diperoleh dari lapangan
untuk pengujian analisis ukuran butir, berat jenis, batas cair, batas plastis,
faktor susut, hubungan kadar air-densitas dan pengujian lainnya yang
mungkin diperlukan.
b) Standar ini hanya memberikan informasi kualitatif sehingga hal yang
menyangkut presisi tidak digunakan.
c) Nilai-nilai yang digunakan dalam standar ini dinyatakan dalam SI.

2. Acuan Normatif
a) Standar AASHTO M 92
a) Wire-Cloth Sieves for Testing Purposes (SNI 03-6866-2002, Spesifikasi
saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian)
b) M 231,Weighing Devices Used in the Testing of Materials (SNI 03-6414-
2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan)
c) T 88, Particle Size Analysis of Soils (SNI 3423:2008, Cara uji analisis
ukuran butir tanah)
d) T 89, Determining the Liquid Limit of Soils (SNI 1967:2008, Cara uji
penentuan batas cair tanah)
e) T 90, Determining the Plastic Limit and Plasticity Index of Soils (SNI
1966:2008, Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah)
f) T 92, Determining the Shrinkage Factors of Soils (SNI 3422:2008, Cara
uji penentuan batas susut tanah)
g) T 99, Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-lb) Rammer
and a 305-mm (12- in) Drop (SNI 1742:2008, Cara uji kepadatan ringan
untuk tanah)
h) T 100, Specific Gravity of Soils (SNI 1964:2008, Cara uji berat jenis
tanah)y77y

22
i) T 180, Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-lb)
Rammer and a 457-mm (18-in.) Drop (SNI 1743:2008, Cara uji kepadatan
berat untuk tanah)
j) T 248, Reducing Samples of Aggregate to Testing Size (SNI 13-6717-2002,
Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat)

3. Istilah dan definisi


Untuk tujuan penggunaan dalam standar ini, istilah dan definisi berikut
digunakan
a) cara perempat
pembagian atau pemisahan contoh tanah atau tanah yang mengandung
agregat menjadi empat bagian yang sama (quartering) dengan
menggunakan alat sederhana seperti sekop, cangkul atau alat lain yang
sesuai.
b) contoh tanah kering
contoh tanah atau tanah yang mengandung agregat yang telah dikeringkan
di udara terbuka atau dikeringkan dengan menggunakan alat pengering
dengan suhu tidak lebih dari 60 0 C sampai tanah dapat digemburkan atau
disaring, tanpa koreksi kadar air higroskopis.
c) contoh tanah terganggu
contoh tanah atau tanah yang mengandung agregat yang telah mengalami
perubahan struktur akibat adanya gangguan pada waktu pengambilannya di
lapangan.
d) contoh uji
contoh tanah atau tanah yang mengandung agregat yang digunakan untuk
pengujian, telah melalui proses pemecahan gumpalan atau
penggemburan, pemisahan
penyaringan, dengan ukuran butir dan jumlahnya telah sesuai dengan
ketentuan.
e) pemisahan contoh

23
pembagian atau pemisahan contoh tanah atau tanah yang mengandung
agregat menjadi dua bagian yang sama dengan menggunakan alat pemisah
contoh (splitter).
f) Talam
Tempat penampungan atau penyimpanan dan pemecahan gumpalan contoh
tanah atau tanah yang mengandung agregat dalam jumlah yang cukup
banyak.
g) tanah agregat
campuran tanah dan agregat (pasir kerikil).
h) tanah vulkanis
tanah yang terbentuk dari lapukan material letusan gunung berapi.

4. Peralatan
a) Timbangan
Timbangan yang digunakan untuk menentukan massa contoh tanah yang
diuji harus sesuai dengan persyaratan SNI 03-6414-2002. Timbangan untuk
menentukan massa contoh tanah untuk pengujian analisis ukuran butir, berat jenis
dan pengujian sifat fisik harus mempunyai ketelitian pembacaan maksimum 0,01
g dan timbangan untuk menentukan massa contoh tanah untuk pengujian gradasi
(analisis saringan) dan pengujian hubungan kadar airdensitas harus mempunyai
ketelitian pembacaan maksimum 1 g.

b) Alat pengering
Alat pengering yang sesuai, mampu mengeringkan contoh tanah pada suhu
tidak lebih dari 60 °C.

c) Saringan
Serangkaian saringan dengan ukuran 19,0 mm (3/4 inci), 4,75 mm (No. 4),
2,00 mm (No. 10), 0,425 mm (No. 40) dan lain-lain sesuai dengan keperluan, lihat
Catatan 1. Saringan harus sesuai dengan SNI 03-6866-2002

d) Peralatan penggembur

24
Mangkok porselin atau talam (dengan penumbuk yang dibungkus karet)
atau alat penggembur mekanis yang sesuai untuk memecahkan gumpalan contoh
tanah tanpa menimbulkan pecahnya butiran asli tanah.

e) Alat Pemisah
Sebuah alat pemisah untuk memisahkan atau membagi contoh tanah
menjadi dua bagian yang sama (sebanding) dan mampu mendapatkan jumlah
contoh tanah yang mewakili tanpa menyebabkan kehilangan butiran halus yang
cukup berarti. Alat pemisah contoh tanah harus dilengkapi dengan wadah/talam
yang digunakan untuk menampung contoh tanah yang dibagi tersebut. Lebar
talam harus sama dengan lebar total dari luncuran (riffle chutes) alat pemisah.
Pemisahan contoh tanah pada kain kanvas juga diperbolehkan.

5. Ukuran Contoh Tanah


a) Analisis ukuran butir tanah
Untuk analisis ukuran butir contoh tanah yang lolos saringan 2,00 mm (No.
10) diperlukan kira-kira 110 g untuk tanah pasiran dan kira-kira 60 g untuk tanah
lanauan atau lempungan. Sejumlah contoh tanah yang tertahan saringan 4,75 mm
(No. 4) atau saringan 2,00 mm (No. 10) diperlukan, lihat catatan 3, untuk
menentukan gradasi yang mewakili sesuai dengan SNI 03-1968-1990, dan
tergantung pada ukuran butir maksimum, jumlah contoh tanah tidak boleh kurang
dari jumlah yang ditunjukkan dalam Tabel 1.

b) Berat jenis
Untuk pengujian berat jenis dalam kaitannya dengan pengujian analisis
ukuran butir tanah sesuai dengan SNI 3423 : 2008, diperlukan contoh tanah yang
lolos saringan 2,00 mm (No. 10) minimum 25 g (kering oven) apabila

25
menggunakan botol/labu ukur dan minimum 10 g apabila menggunakan
piknometer.

c) Pengujian sifat fisik


Untuk pengujian sifat fisik, diperlukan contoh tanah yang lolos saringan
0,425 mm (No. 40) minimum 300 g sesuai dengan Tabel 2.

d) Pengujian hubungan kadar air-densitas


Untuk pengujian hubungan kadar air-densitas (pengujian kepadatan tanah),
diperlukan contoh tanah yang lolos saringan 4,75 mm (No. 4) untuk metode A dan
metode B atau contoh tanah yang lolos saringan 19,0 mm (3/4 inci) untuk metode
C dan metode D, sesuai dengan SNI 1742 : 2008 atau SNI 1743 : 2008. Jumlah
contoh tanah yang diperlukan tergantung pada metode yang digunakan, lihat
Tabel 3.

27

e) Pengujian lainnya yang mungkin diperlukan


Jumlah contoh tanah yang diperlukan untuk pengujian lainnya mengacu
pada metode pengujian (standar) yang ditetapkan.

6. Penyiapan Awal Contoh Uji

26
a) Contoh tanah yang diterima dari lapangan harus dikeringkan secara
menyeluruh atau merata di udara terbuka atau dengan menggunakan alat
pengering dengan suhu tidak lebih dari 60 0 C, lihat Catatan 4. Jumlah
contoh tanah yang mewakili, yang diperlukan untuk pengujian harus
diperoleh dengan alat pengambil contoh (sampler), atau dengan cara
pemisahan (splitting) atau cara perempat (quartering).Gumpalan butiran
contoh tanah harus dipecahkan/digemburkan dengan peralatan penggembur
untuk menghindari pecahnya butiran asli tanah.
b) Bagian contoh tanah kering yang digunakan untuk analisis ukuran butir dan
pengujian sifat fisik (termasuk berat jenis) harus ditimbang dan massa yang
tercatat merupakan massa contoh total tanpa koreksi kadar air higroskopis.
Bagian contoh tersebut harus dipisahkan menurut fraksi-fraksi,
menggunakan salah satu dari cara berikut:
 Menggunakan saringan 2,00 mm (No. 10)
 Menggunakan saringan 4,75 mm (No. 4) dan saringan 2,00 mm (No.
10)
7. Contoh uji untuk analisis ukuran butir dan berat jenis
a) Contoh tanah yang tertahan saringan 2,00 mm (No. 10) sesuai dengan

28

butir a atau tertahan saringan 4,75 mm (No. 4) sesuai dengan butir b


setelah penyaringan kedua, harus dipisahkan untuk digunakan dalam
analisis saringan.
b) Contoh tanah yang lolos saringan 2,00 mm (No. 10) sesuai dengan butir a
dan b harus dicampur secara merata dan dengan menggunakan alat
pengambil contoh atau dengan cara pemisahan atau cara perempat, lihat
Lampiran A,contoh yang mewakili harus mempunyai massa sesuai dengan
jenis pengujian, sebagai berikut:
 Untuk analisis hidrometer dan analisis saringan contoh tanah yang
lolos saringan 2,00 mm (No. 10), diperlukan sebanyak 110 g untuk
tanah pasiran dan 60 g untuk tanah lanauan atau lempungan.

27
 Untuk berat jenis contoh tanah yang lolos saringan 2,00 mm (No.
10), diperlukan sebanyak 25 g apabila menggunakan botol/labu
ukur dan 10 g apabila menggunakan piknometer.

8. Contoh uji untuk pengujian sifat fisik


Bagian tersisa dari contoh tanah yang lolos saringan 2,00 mm (No. 10)
dipisahkan menjadi dua fraksi dengan menggunakan saringan 0,425 mm (No. 40).
Gumpalan butiran contoh tanah yang tertahan saringan 0,425 mm (No. 40) harus
dipecahkan dengan menggunakan peralatan penggembur sampai gumpalan butiran
contoh tanah terpisah tetapi tidak sampai memecahkan butiran aslinya. Jika
contoh tanah mengandung butiran yang mudah pecah (rapuh) seperti serpihan
mika dan fragmen kerang laut, pemecahan harus dilakukan secara hati-hati untuk
memisahkan/melepaskan tanah yang lebih halus yang menempel pada butiran
yang lebih kasar. Gumpalan contoh tanah yang telah dipecahkan kemudian
dipisahkan menjadi dua fraksi dengan menggunakan saringan 0,425 mm (No. 40)
dan dipecahkan lagi dengan cara yang sama seperti sebelumnya

9. Ketelitian
Oleh karena penyiapan contoh tanah untuk pengujian ini tidak
menghasilkan nilai yang bersifat numerik, ketelitian, penyimpangan dan ketepatan
tidak diterapkan

28
29
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melaksanakan kegiatan praktek Kerja/Industri (PRAKERIN) yang


dilaksanakan mulai tanggal 03 Maret-27 juni 2021 Di DPUPR.lalu penulis
mendapatkan banyak pengalaman serta manfaat untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan penulis dalam menghadapi dunia kerja atau dunia industri.
Saat penulis melaksanakan kegiatan praktek kerja/Industri (PRAKERIN),
pembimbing maupun karyawan selalu senantiasa memberikan arahan serta
pelajaran baru jika penulis mengalami kendala,penulis juga berkomunikasi dan
bertukar pendapat mengenai kegiatan ataupun permasalahan yang ada di UPT
Laboratorium.Selain itu tujuan dari PRAKERIN ini adalah agar penulis dapat
mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh
dari guru pada saat proses belajar mengajar disekolah.
Berdasarkan kegiatan PRAKERIN yang telah penulis laksanakan selama
Empat (4) bulan,maka dengan demikian penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:

a) Praktek Kerja/Industri (PRAKERIN) adalah suatu wadah untuk


mengaplikasikan ilmu yang di dapat di SMK serta memberikan
gambarannya tentang lingkungan kerja dalam sebuah perusahaan
b) Di UPTD menyelenggarakan pelayanan jasa pengujian bahan bangunan
dan tanah geologi dilaksanakan dengan mendaftarkan sampel,dan
administrasi baru bahannya uji oleh karyawan UPTD.
c) Pengujian sampel dilakukan sampe 2 atau 3 kali agar dapat perbandingan
yang memuaskan,tujuannya agar nanti tidak ada kesalahan/kekeliruan.
d) manfaat yang di dapat setelah melaksanakan PRAKERIN ini,yaitu
memperoleh pengalaman kerja,memperoleh pengajaran mengenai etika Di
perusahaan dan dapat mempraktikkan ilmu secara langsung.

30
B. SARAN

1. Saran untuk SMKN 1 LISBA

a) Pihak SMKN 1 LISBA memilih menempatkan siswa yang berkualitas di


tempat yang berkualitas juga.
b) Pihak SMKN 1 LISBA sebaiknya lebih menjelaskan bagaimana cara
membuat laporan PRAKERIN nya paling tidak memberikan contoh yang
lebih lengkap.

2. Saran Untuk Siswa


a) Melatih dan meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi yang baik dengan orang lainnya khusunya dalam dunia
kerja.
b) Sebelum pelaksaksanaan PRAKERIN,Sebaiknya siswa memahami
terlebih dahulu bidang di tempat PRAKERIN, agar merasa lebih siap saat
pelaksanaannya.
c) Menjadi mahasiswa yang aktif dan cepat beradaptasi dengan lingkungan
baru.
d) Jangan menunda-nunda dalam menyelesaikan segala rangkaian
PRAKERIN.

31
DAFTAR PUSTAKA

Laporan Tahunan uptd laboratorium Konstruksi,Latar Belakang,tugas Pokok &


fungsi

Laporan Tahunan UPTD Laboratorium konstruksi sarana & Prasarana,pengujian


laboratorim,Struktur UPTD

Revisi dari SNI 03-1968-1990 Metode pengujian analisa saringan

Revisi dari SNI 03-1966-1990 Pengujian Batas Plaktis Tanah

Dari SNI 03-1968-1990 Pengujian Batas Cair

Http://www.bsn.go.id. Atau Revisi dari SNI 03-1975-1990 Metode Penyiapan


secara kering contoh tanah tergangggu

32

Anda mungkin juga menyukai