( PKL )
Oleh
NIM : 1823715481
( PKL )
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAT LANTAI
PADA PROYEK PEMBANGUNAN KOS KOSAN DUA LANTAI
DI BIMOKU
Oleh
Disetujui,
Ketua Program Studi D3 Teknik Sipil Pembimbing PKL
Theodorus Paling, S.T., M.Eng. Jusuf Wilson Meynerd Rafael, S.T., M.T.
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Kasih Karunia dan Rahmat-NYA, penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) dan menyusun laporan ini dengan baik.
Laporan ini merupakan hasil dari program PKL yang dibuat oleh Jurusan
Teknik Sipil Tahun 2020. Penyelesaian laporan PKL ini terwujud atas bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Nonce Farida Tuati, SE., M.Si selaku Direktur Politeknik Negeri Kupang
2. Sutirto, ST,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
3. Theodorus Paling, ST, M.Eng. selaku Ketua Program Studi D3 Teknik
Sipil
4. Jusuf Wilson M. Rafael, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing penulis
dalam menyusun laporan PKL
5. Pimpinan serta staf CV.Galang Mitra Sejahtera
6. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moral
ataupun material setiap saat
7. Teman-teman D3 Teknik Sipil A 2018 yang turut memberikan dukungan
dan bantuannya hingga tahap penyelesaian laporan PKL ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf serta besar harapan penulis
akan adanya kritik serta saran yang membangun sehingga dapat menjadi sebuah
perbaikan. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan baik penulis maupun bagi pembaca.
Penulis
ii
``
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….... 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan..................................................................2
1.4 Ruang Lingkup PKL............................................................................................2
1.5 Waktu Pelaksanaan PKL.....................................................................................3
1.6 Manfaat PKL.......................................................................................................3
1.7 Batasan Masalah..................................................................................................3
1.8 Metode Pembahasan............................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………………. 5
2.1 Pengertian Pelat lantai.........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Pelat..........................................................................................5
2.1.2 Tumpuan Pelat............................................................................................5
2.1.3 Jenis peletakan pelat pada balok.................................................................6
2.1.4 Perencanaan Pelat Lantai............................................................................7
2.1.5 Konstruksi Pelat Lantai berdasarkan materialnya.......................................9
2.1.6 Sistem Penulangan Pelat...........................................................................12
2.1.7 Fungsi Plat Lantai.....................................................................................15
2.2 Manajemen Proyek............................................................................................16
2.2.1 Pengertian Manajemen Proyek.................................................................16
2.2.2 Pengertian Manajemen Proyek menurut para Ahli...................................16
2.2.3 Struktur Organisasi Proyek.......................................................................17
2.2.4 Karakteristik Proyek..................................................................................18
2.2.5 Penjadwalan Proyek.................................................................................19
2.3 Pengertian Beton Bertulang.....................................................................20
iii
``
iv
``
DAFTAR GAMBAR
v
``
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
menjadikan Pelat lantai sebagai objek utama dalam tinjauan praktik kerja
lapangan ini.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan praktik kerja lapangan adalah memahami dan
melaporkan pekerjaan struktur Pelat Lantai pada proyek pembangunan kos-kosan
dua lantai di Bimoku.
Secara umum terdapat berbagai jenis item pekerjaan yang dikerjakan pada
proyek pembangunan. Namun yang ditinjau oleh penulis adalah pelaksanaan
struktur pelat lantai, maka pekerjaan yang dilaksanakan antara lain :
2
a) Pekerjaan bekisting
b) Pekerjaan pembesian
c) Pekerjaan pengecoran
d) Pekerjaan bangunan bekisting setelah selesai pengecoran
e) Pekerjaan perawatan pelat lantai setelah pembongkaran bekisting
Batasan masalah yang diambil penulis dalam sesuai dengan judul pada
proyek pembangunan kos-kosan dua lantai yaitu pelat lantai 2.
a) Metode Observasi
b) Metode Wawancara
3
c) Studi Literatur
Penulis mengacu pada buku-buku literatur dan referensi yang lain dengan
topik yang dibahas
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
seperti pada Gambar 2.1.2(c), atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa
balok, yang dikenal dengan pelat cendawan seperti pada Gambar 2.1.2(d).
6
Gambar 2.1 Jenis Perletakan pelat
7
Plat tidak menyatu dengan pendukung. Plat menyatu dengan
pendukung
3. Tebal minimal pelat (h) (pasal 11.5. SNI 03-2847-2002)
Untuk pelat satu arah (Pasal 11.5. SNI 03-2847-2002) dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tinggi minimal, h
Satu ujung Kedua ujung
Komponen Dua Tumpuan kantilever
menerus menerus
struktur
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan
pratisi atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan
Pelat solid
L/20 L/24 L/28 L/10
satu arah
balok atau
pelat jaur L/6 L/18,5 L/21 L/8
satu arah
Untuk pelat dua arah (Pasal 11.5. SNI 03-2847-2002), tebal minimal
pelat bergantung pada αm = α rata – rata, α adalah rasio kekuatan lentur
penampang balok terhadap kekuatan lentur pelat
Tebal pelat tidak boleh kurang dari ketentuan tabel berikut yang
bergantung pada tegangan tulangan fy. Nilai fy pada tabel dapat
diinterpolasi linear
Tanpa penebalan Dengan penebalan
Tegangan Panel luar Panel dalam Panel luar Panel dalam
leleh fy
tanpa balok Dengan balok tanpa balok Dengan
(mpa)
pinggir pinggir pinggir balok pinggir
300 λn /33 λn /36 λn/36 λn/36 λn/40 λn/40
400 λn/30 λn/33 λn/33 λn/33 λn/36 λn/36
500 λn/28 λn/31 λn/31 λn/31 λn/34 λn/34
8
2.1 Daftar Tabel Tebal Plat
9
1. Plat Lantai Kayu
Plat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang
disatukan menjadi kesatuan kuat, sehingga membentuk bidang injak
yang luas.
Ukuran umum
a. Lebar papan : 20-30 cm
b. Tebal papan : 2-3 cm
c. Jarak balok-balok pendukung : 60-80 cm
d. Ukuran balok : 8/12 ,8/14, 10/14
e. Bentangan : 3-3,5 m
Balok–balok kayu ini dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau
di topang oleh balok.
Keuntungan plat lantai kayu :
Harganya relatif murah, berarti biaya bangunan rendah.
Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan cepat selesai.
Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi.
Kerugian plat lantai kayu :
Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dan beban
ringan.
Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki
dari penghuni mengganggu pengguni lantai bawahnya.
Sifat bahan rembes air, jadi tidak dapat dibuat km/wc di lantai
atas.
Dapat dimakan bubuk/serangga, berarti keawetan bahan terbatas.
Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah (panas dan
hujan).
2. Pelat Lantai Beton
Pelat lantai beton bertulang umumnya di cor ditempat, bersama-
sama balok penumpu dan balok pendukungnya. Dengan demikian akan
diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan hubungan ini
disebut jepit-jepit. Pada pelat lantai beton yang dipasang tulangan baja
pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen lentur dan
10
tarik. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit perencanaan tulangan
pelat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu.
Perencanaan dan hitungan pelat lantai dari beton bertulang harus
mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991.
Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
1. Pelat lantai harus mempunyai tebal sekurang kurangnya 12 cm,
sedang untuk pelat atap sekurang kurangnya 7 cm.
2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari
baja lunak atau baja sedang.
3. Pada pelat lantai yang tebalnya lebih dari 25 cm harus dipasang
tulangan rangkap atas bawah.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan
tidak lebih dari 20 cm atau dua kali tebal, dipilih yang terkecil.
5. Semua tulangan pelat harus terbungkus lapisan beton tebal setebal
minimum 1 cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi atau
kebakaran.
Pelat lantai beton ini mempunyai bebrapa keunggulan antar lain :
1. Mendukung untuk digunakan pada bangunan dengan beban besar
2. Tidak dapat terbakar dengan air, sehingga dapat dijadikan sebagai
lantai dapur, kamar mandi.
3. Dapat dipasang keramik,
4. Bahan yang awet dan kuat, perawatannya mudah dan berumur
panjang.
3. Pelat baja
Konstruksi pelat lantai baja ini biasanya digunakan pada bangunan
yang komponen- komponen strukturnya sebagian besar terdiri dari
material baja.Pada tahap ini pelat lantai baja digunakan pada bangunan
semi permanen seperti bangunan untuk bengkel, bangunan gudang, dan
lainnya.
4. Pelat Yumen
11
Merupakan kependekan dari pelat lantai kayu semen (yumen).
Pelat lantai ini terbuat dari potongan kayu kecil yang dicampur dengan
semen dan dibuat dengan ukuran 9x80 cm. Pelat lantai ini termasuk
pelat lantai yang masih baru dan masih jarang digunakan .
Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton
lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu
arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (disebut juga:pelat
luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan sejajar. Karena momen lentur
hanya bekerja pada satu arah saja, yaitu searah bentang λ,maka bentangan
tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang λ tersebut. Untuk
menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak
berubah semula maka dipasang tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus
tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut tulangan bagi seperti
yang ditampilkan pada Gambar 2.1.5
12
Gambar 2.1 Penulangan pelat satu arah
13
menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan
penggarambaran dan simbol-simbol sebagi berikut :
14
Konstruksi pelat dua arah .Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan
dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada
bentang dua arah .Contoh pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4
(empat) sisi yang saling sejajar
Karena momen lentur bekerja pada 2 arah yaitu searah dengan bentang Iᵪ
dan bentang Iᵧ maka tulangan pokok juga dipsang pada 2 arah yang saling
tegak kurus (bersilangan ) sehingga tidak perlu tulangan bagi.Tetapi pada pelat
di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah saja, sehingga untuk
daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan tulangan bagi seperti
terlihat pada Gambar 2.1.5 .Bentang Iᵧ selalu dipilih ≥ Iᵪ tetapi momenya MIᵧ
selalu ≤ MIᵪ ,sehingga tulangan arah Iᵪ( momen yang besar ) dipasang didekat
tepi luar (urutan ke-1)
15
3. Untuk mendapatkan kabel listrik dan lampu pada ruangan bawah
4. Meredam suara dari ruangan atas maupun ruangan bawah
5. Menambah kekuatan bangunan pada arah horizontal
16
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan
kerja.
Dalam suatu sistem manejemen proyek, secara garis besar terhadap pihak-
pihak yang terlibat antara lain.
Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki
proyek atau pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu
melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja untuk merealisasikan
proyek. Pemilik proyek berupa pemerintah, perusahaan, perseorangan, swasta,
asing apabila akan membangun proyek.
2. Kontraktor
3. Konsultan
17
Konsultan pengawas bertanggung jawab menghentikan pekerjaan dan
pengadaan klien terhadap hal yang tidak sesuai dengan rencana.
PEMILIK PROYEK
KONSULTAN KONTRAKTOR
Keterangan : HubunganKontraktual
Hubungan Fungsional
18
Sumber Daya (Resource) : Sebuah proyek memiliki sumber daya modal dan
tenaga kerja yang terbatas.
19
d) Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.
e) Sebagaidasar perhitungan cash flowproyek.
f) Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga kerja,
material, dan peralatan.
g) Sebagai alat pengendalian proyek.
20
bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan
yang dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada
bagian yang menahan gaya tarik. Terdapat pembagian tugas dimana batang
tulangan baja berfungsi memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton
hanya menahan gaya tekan. Komponen struktur beton dengan kerja sama seperti
itu disebut sebagai beton bertulang.
Definisi beton bertulang menurut SK SNI T-15-1991-03 dan SNI 03-2847-
2002, merupakan beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang
tidak kurang dari nilai minimumnya, yang diisyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
a) Semen Portland
Semen portaland terbuat dari serbuk halus mineral kristalan yang
komposisi utamanya adalah kalsium dan alumunium silikat .Penambahn air
pda mineral ini menghasilkan suatu pasta yang jika mongering akan
mempunyai kekuatan seperti batu .Berat jenisnya berkisar 3,12 dan 3,16 dan
berat volume satu sak semen adalah 94 lb/ftᶟ.
Bahan baku pembentuk semen adalah :
1. Kapur (CaO) dari batu kapur
2. Silika (SiO₂) dari lempung
3. Alumina (Al₂O₃) dari lempung
Sifat-sifat semen portaland :
- Proses pengikatan relatif cepat
- Daya ikat tinggi
- Penyusutan cepat
21
Kerikil didapat dari proses alami yaitu pengikisan tepi maupun dasar
sungai oleh air sungai yang mengalir .Kerikil memberikan keuatan yang lebih
rendah dari pada batu pecah, tetapi membetikan kemudahan pengerjaan yang
lebih tinggi .
Kerikil disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in (6
mm) .Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya
tahanya terhadap disintegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak
lainnya ,agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahn bahn organic ,dan
harus mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen .
d) Air :merupakan pengikat antara semen dan agregat dalam proses pencampuran
beton atau mortal semen.
Syarat-syarat air adalah :
- Air tidak boleh mengandung minyak, asam alkalit, garam, dan zat-zat
yang dapat merusak beton
- Air yang digunakan harus bersih dan jernih
- Air tidak boleh berasa, berbau, dan berwarna.
22
1. Beton memiliki kuat tekan relatif yang tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan lain.
2. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemiliharaan yang tinggi.
3. Salah satu ciri khas beton adalah kemampuan dicetak menjadi bentuk
yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok dan kolom.
b. Kekurangan beton bertulang
1. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
2. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi
campuran dan pengadukannya. Selain itu penuangan dan perawatan beton
tidak bisa ditangani seteliti seperti yang dilakukan pada proses produksi
material lain seperti struktur baja dan kayu.
Adukan yang baru dibuat ini disebut adukan beton. Jika adukan ini
dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi keras dan padat.Jika salah satu atau
beberapa jenis camouran bahan susun dikurangi, maka tidak terjadi adukan beton,
tetapi akan diperoleh jenis adukan yang lain.Misalnya,jika semen portaland
dicampur dengan air kemudian ditambah pasir saja dan diaduk hingga merata,
maka akan diperoleh adukan mortar. Tetapi, jika semen portaland tersebut
dicampur air saja kemudian diaduk hingga merata, maka akan diperoleh adukan
pasta semen. Baik adukan mortar maupun adukan pasta smeen ini apabila
dibiarkan, lama –kelamaan juga menjadi keras dan padat.
23
adukan hanya sedikit, maka adukan beton menjadi kental dan akan sulit untuk
dikerjakan (kinerjanya rendah).
Pada umumnya makin besar nilai fas, makin besar pula jumlah air yang
digunakan pada campuran beton, berarti aduakn beton makin encer dan mutu
beton akan makin turun/ rendah. Hubungan antar nilai fas dan kuat tekan beton
yang dihasilkan pada adukan.
Gambar 2.3 hubungan antar factor air semen dan kuat tekan silinder beton
Jumlah persediaan air dan semen dalam pembuatan adukan beton perlu
pertimbangan dengan baik, agar adukan tidak terlalu encer ataupun terlalu kental.
Biasanya untuk membaut 1 m³ adukan beton, paling sedikit diperlukan 300 kg
semen portland. Sebagai contoh, jika membuat adukan beton dengan nilai
fas=0,52 dan dalam 1 m³ beton digunakan 325 kg semen Portland, maka jumlah
air yang dipakai untuk campuran beton tersebut = 0,52.325 kg=169 kg. Karena
24
berat jenis air= 1 kg/dm³, maka jumlah air harus disediakan sebanyak 169 dm³
atau 169 liter.
1). Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut dengan 3 lapis yang kira-kira
volumenya sama, dan setiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja sebanyak 25
kali.
3). Kerucut ditarik vertikal ke atas dengan hati-hati, sehingga adukan beton akan
turun.
4). Nilai slump diperoleh dengan mengukur besar penurunan adukan beton dari
tinggi semula.
25
Gambar 2.3 Pengukuran Nilai Slump Beton
Besar kecilnya nilai slump pada adukan beton, bergantung pada banyak
sedikitnya jumlah air yang dicampurkan pada adukan. Makin banyak air yang
dicampurkan pada adukan, maka adukan makin encer sehingga penurunan adukan
makin besar. Jadi nilai slump nya juga makin besar.
26
BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN
Rumah kos atau yang sering disebut kos kosan merupakan salah satu
kebutuhan utama bagi para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di
Kota Kupang.Untuk menunjang kebutuhan utama mahasiswa di Kota Kupang,
maka Para pemilik Proyek membangun Kos-Kosan dua Lantai yang berlokasi di
Bimoku (Jl.Yohanes Fanggi ).Proyek pembangunan kos-kosan dua lantai
menggunakan konstruksi plat lantai beton dan menggunakan penulangan dua arah.
27
3.1.2 Ruang Lingkup pekerjaan Proyek
Pembangunan kos-kosan dua lantai ini terdiri dari beberapa lingkup
pekerjaan, antara lain:
1. Pekerjaan Struktur
2. Pekerjaan Elektrik
3. Pekerjaan Elektronik
4. Pekerjaan Mekanikal
5. Pekerjaan Plumbing
6. Pekerjaan Arsitektur
Dalam pelaksanaan proyek memiliki proyek membentuk suatu tim yang bisa
dipercaya untuk melaksanakan proyek ini. Tim tersebut yaitu tim perencana, tim
pengawas, dan tim pelaksana yang bertanggung jawab langsung kepada proyek
dan berhak menentukan pihak-pihak lain sebagai sub kontraktor. Sub-sub
kontraktor ini secara langsung tidak bertanggung jawab kepada tim pelaksana
yang bertindak sebagai kontraktor utama.
Pemilik proyek (owner) adalah badan usaha yang mempunyai gagasan atau
ide untuk mendirikan suatu bangunan atau poyek baik secara perorangan maupun
dalam pemerintah atau swasta. Dalam hal ini sebagai pemilik proyek
pembangunan yang bertugas sebagai berikut:
Bertanggung jawab baik dari segi fisik maupun keuangan pada proyek
yang dipimpinnya sesuai pedoman yang berlaku
Menyusun dan membentuk panitia tender.
Menetapkkan pemenang tender yang diputuskan oleh panitia tender.
Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemerintah dan pelaksanaannya.
Penandatanganan pasca serah terima
28
Menyetujui dan menetapkan pembayaran
Bertanggungjawab dalam melaksanakan proyek tepat waktu
2. Pelaksana / kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan perorangan atau suatu badan hukum resmi yang
bergerak dibidang pembangunan sesuai keahlian dalam bidang dasar konstruksi.
Kantor harus memiliki tenaga teknik dan peralatan yang cukup. Yang menjadi
kontraktor dalam proyek pembangunan Tugas dan wewenang kontraktor adalah
sebagai berikut:
3. Konsultan
Pihak yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan
perencana dan konsultan pengawas.
a. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, dan bidang lain yang
melekat erat membentuk sebuah sistem bangunan.
Hak dan kewajiban konsultan perencanaan adalah :
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja dan syarat-syarat kerja, hitungan struktur, dan rencana anggaran
biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
29
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
4. Membuat gambar revisi apabila terjadi perubahan perencanaan
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolan proyek
b. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk pengguna jasa
untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai
awal hinggga berakhirnya pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah :
1. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Menghitung perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembekalan biaya.
6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul dilapangan agar dicapai
hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan.
7. Menerima atau menolak material yang didatangkan kontraktor
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan(harian, mingguan, bulanan)
10. Menghitung dan menyiapkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Kenyataan yang terdapat di lapangan bahwa struktur organisasi yang dipakai pada
Proyek pembangunan Kos-kosan dua lantai di Bimoku adalah struktur organisasi
CV.Galang Mitra Sejahtera
30
Direktur
Yonas Banunsele
1. Direktur
Tugas Direktur yaitu :
Mengimplementasi visi dan misi dari perusahaan yang dipimpin
31
Menyusun strategi proyek untuk memajukan perusahaan
Melakukan evaluasi terhadap perusahaan yang dipimpin
Melakukan rapat dengan semua jajaran yang ada pada perusahaan tersebut
Menunjuk orang yang mampu memimpin
Mengawasi suatu proyek dan proses proyek yang sedang berlangsung
2.Bidang Arsitek
3. Bidang Sipil
Tugas Bidang Sipil yaitu:
Menyusun schedule, metode pelaksanaan dan breakdown aktivitas bulanan
dan mingguan.
Mengkoordinasikan kepada pemilik proyek (owner) mengenai penentuan
schedule material dan persetujuan bahan material apa saja yang akan
digunakan dalam pekerjaan.
Menyusun dan menyediakan shop drawing.
Menentukan cara pelaksanaan pekerjaan yang efektif dan murah.
Melakukan supervisi di lapangan mengenai pelaksanaan pekerjaan.
4. Admindistrasi / keuangan
Tugas Administrasi yaitu:
Mencatat dan menata semua karyawan yang di Proyek
Membantu Kepala Proyek untuk mencatat transaksi keuangan di Proyek.
Membantu Kepala Proyek untuk mencatat dan menyimpan surat keluar
dan masuk di Proyek. .
32
Bertanggung jawab penuh kelangsungan semua aktifitas karyawan di
Proyek
Pekerjaan persiapan
Mekanisme pekerjaan pelat lantai dapat dilihat pada uraian di bawah ini :
1..Pekerjaan Bekisting
33
b. Bahan yang digunakan
Usuk/Balok : 5/7cm
Paku : 7cm, 10cm, dan 12cm
Tripleks 9mm
c. Prosedur Pelaksanaan
1. Tentukan elevasi lantai II kemudian lakukan penandaan sebagai contoh
dalam pembekistingan pelat lantai
2. Siapkan usuk dan ukur usuk menggunakan mistar dan pensil sesuai
gambar kerja
3. Potong ukuran usuk yang sesuai dengan gambar kerja menggunakan
gergaji
4. Pasangkan Hori beam dengan jarak per 40 cm
5. Potong tripleks ukuran 9 mm sesuai dengan gambar kerja .
6. Hubungan triplek lantai dengan dinding balok menggunakan paku 5
cm jarak 40 cm
7. Sambungan antara triplek yang tidak ditumpu multi span harus
menggunakan close 4/6 x 40 cm dipaku dengan paku 5 cm jarak 40 cm
(tiap close terdapat 4 paku).
34
Gambar 3.3 Pekerjaan Bekisting pelat lantai
2. Pekerjaan Pembesian
c. .Prosedur Pekerjaan
1. Memotong besi D8 dan Ø10 sesuai dengan ukuran yang terdapat
pada benda kerja.
2. Besi dibengkokan sesuai dengan gambar kerja
3. Tulangan besi D8 dan Ø10 yang telah dibengkokan, kemudian di
kelompokan sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar kerja.
35
4. Pasang besi lantai seluruhnya diatas besi balok ,dan pasang besi
lantai sebagian diatas besi balok
5. Susun besi 8mm sesuai dengan gambar di bawa ,posisi besi
diletakkan tepat bersinggungan ,lalu ikat setiap pertemuan besi tersebut
dengan bedrat
6. Susun besi diletakkan diatas (kira-kira 2,5 cm dari rencana top cor
pelat beton ),susun besi bergeser 12,5 cm dari besi dibawahnya.
7. Pasang pada posisi vertical atas
8. Tambahkan besi tulangan ekstra untuk momen (pada bidang
horizontal) agar kekuatan pelat lantai pada tumpuan balok menjadi lebih
tinggi
9. Tambahkan besi tulangan ekstra untuk momen (pada bidang
vertikal) agar kekuatan pelat lantai pada tumpuan balok menjadi lebih
tinggi
10. Periksa semua ikatan bendrat
11. Ganjal semua besi pelat lantai dengan beton decking
12. Rapikan susunan besi yang tidak lurus dan ikatan yang kurang kuat
3. Pekerjaan Pengecoran
a. Peralatan
36
Molen Cor : Mencampurkan beton
Bucket Lift Cor : Menampung adukan beton
Mesin disel : Menggerakkan penampang dari adukan cor
yang akan dimobilisasikanke tempat yang tinggi
Tiang Lift Cor : Menopang lift
Bor : Pelubang
Gurinda : Untuk memotong baja ringan
Ruskam :Meratakan acian beton agar halus
Tongkat baja : Memadatkan beton yang telah dicor
Gerobak : Wadah untuk menaruh hasil campuran
beton
b. Bahan
1. Pasang tiang lift ,bucket lift cor, dan mesin disel dirikan tempat
penampung beton yang sudah di cor dengan menggunakan triples dan
usuk sebelum hari pengecoran.
37
4.Setelah campuran beton dituangkan kedalam plat padatkan
menggunakan tongkat baja
Diketahui :
=25,77 m² x 0,12 m
= 3,092 m³
38
Kebutuhan bahan beton pelat lantai tiap 1 m³
Semen = 245 zak = 12250 kg
Kerikil = 45 m³ = 81000 kg
Pasir = 30 m³ = 42000 kg
Kebutuhan Bekisting
39
= 13,5 m²
Ukuran tripleks = 1,22 m x 2,44 m
= 2,976 m²
ukuran pelat lantai 13,5
Jumlah tripleks yang dibutuhkan = = = 4,54
ukuran tripleks 2,976
lembar
Karena terdapat 9 kamar = 4,54 lembar x 9 kamar = 40,86 lembar
Tinggi tiang perancah = 380 cm
Panjang kayu dolken = 400 cm
Panjang balok = 13500 cm
Jarak tiang perancah = 40 cm
13500
Tiang perancah = = 270 batang
50
Kebutuhan kayu dolken untuk menahan tiang perancah = 380 cm π . d ²
o = 380 π 10²
o = 119.320 m³
40
sudah mencapai 20,6% untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan proyek harus
diselesaikan dengan waktu kerja yang diselesaikan sebagai berikut :
a. Jam 08.00-12.00 pagi.
b. Jam 12.00-13.00 siang (waktu istirahat makan).
c. Jam 13.00-17.00 sore.
1. Uji Slump
41
Dilakukan untuk mengukur ketepatan atau kekentalan camporan beton. Benda
uji yang digunakan pada proyek untuk mengetahui nilai Slump yaitu benda uji
cetakan kerucut. Nilai slump yang didapat pada pengujian ini yaitu 9cm yang
memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu nilai slump maksimal 12cm dan minimal
8cm . jika dalam pengujian slump ini dan nilai slump tidak mencapai pada
kesepakatan proyek yang telah ditentukan maka campuran beton redy mix tidak
boleh digunakan untuk pengecoran karena tidak memenuhi syarat ketentuan.
42
Molen = 2 unit
Tangki air/tendon = 1 unit
Bucket Lift Cor = 1 unit
Mesin disel = 1 unit
Tiang lift cor = 1unit
4. Alat bantu pekerjaan batu :
hamar
sekop
sendok spesi
meter rol
ember
5. Alat bantu pekerjaan kayu :
gergaji
siku
pahat
meter rol
Pengendalian alat yang dimaksud adalah bagaimana keadaan alat-alat yang
akan digunakan apakah dalam keadaan siap pakai atau dalam keadaan rusak,
karena jika dalam keadaan rusak maka akan berpengaruh pada waktu pelaksanaan
proyek yang telah di tentukan oleh karena itu alat-alat yang rusak harus di ganti.
43
(PC) yang di gunakan adalah semen jenis I dengan standar mutu SII 0013-18 dan
sesai dengan SNI 15.2049.1994 serta memenuhi persyaratan kimia dan fisik
.
b. Batu pecah (Agregat Kasar)
Syarat-syarat batu pecah (Agregat Kasar)
Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran keras dan tidak berpori
Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton seperti zat-zat
yang relatif alkali
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumour
c. Pasir Pasang
Pasir harus dari butiran mineral keras, bersih, kadar lumpur maksimal 5% pasir
harus tidak mengandung zat-zat organik dan angka kehalusan yang lolos
ayakan 0,3 mm minimal 15%
d. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, benda
terapung yang dapat dilihat secara visual, asam-asam, zat organik dan
sebagainya.
Pada sistem pengendalian bahan ini, hal-hal yang perluh diperhatikan adalah
sebagai berikut : pengadaan peralatan pada proyek dilakukan dengan
pemberdayaan peralatan milik tukang, pengadaan peralatan milik perusahaan
pelaksana proyek, dan pengadaan peralatan dengan cara sewa, penyimpanan.
Peralatan digunakan pada gudang tertutup dan gudang terbuka, perawatan
peralatan dilakukan dengan pembersian peralatan oleh tukang dan perawatan
berkala oleh bagian logistik, pemakaian peralatan pada proyek dilakukan dengan
melengkapi berita acara. Sedangkan untuk pengendalian bahan/material
menunjukan bahwa. Pengadaan material proyek dimulai dengan perencanaan,
seleksi, pembelian, penerimaan, pembayaran, dan evaluasi. Semua tahap telah
dilakukan kecuali tahap seleksi terhadap calon pemasok, penyimpanan material
pada proyek dilakukan pada gudang tertutup dan gudang terbuka.
44
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
45
3. Kendala yang dihadapi pada saat melaksanakan praktik kerja lapangan
(PKL) selama 55 hari sangatlah banyak pada setiap item pekerjaan karena
kurangnya jumlah pekerja yang ada sehingga membuat pekerjaan berjalan
cukup lama sebagai berikut :
Lama waktu pekerjaan bekisting karena jumlah tenaga kerja yang
sedikit
Sering terlambatnya distribusi material sehingga menghambat
pekerjaan hari ini tertunda
4. Dalam PKL ini penulis menemukan hal hal baru yang di dapatkan selama
PKL
Dalam pengecoran Pelat lantai harus mempersiapkan alat dan material 1
hari sebelum pengecoran, Teknik pengecoran yang menggunakan lift cor
Saat pembesian begel balok, pekerja menggunakan sarung tangan
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam Laporan PKL ini adalah sebagai
berikut :
1. Pada saat pelaksanaan pekerjaan diharapkan kepada kontraktor/mandor
agar memperhatikan pekerja (tukang) supaya item pekerjaaan dapat
berjalan dengan efektif.
2. Bagi pihak kontraktor diharapkan untuk mewajibkan para pekerja untuk
menggunakan perlengkapan K3 demi keselamatan dan untuk menghindari
dari hal yang tidak diinginkan.
3. Bagi mahasiswa angkatan selanjutnya pada saat PKL sebaiknya memilih
proyek pemerintah agar mendapatkan banyak ilmu baru
46
DAFTAR PUSTAKA
48
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan
Logbook Harian
Gambar kerja
Surat Pengantar dari Jurusan
Surat balasan dari CV.Galang Mitra Sejahtera
Absensi
Lembar Penilaian
Lembar Monitoring
49
Dokumentasi Kegiatan
50
Proses bekisting balok
51
52