Disusun Oleh:
NIM : 2019520111
FAKULTAS TEKNIK
2022
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusun ucapkan yang
telah memberikan nikmat kepada penulis berupa kesehatan, kesempatan sehingga
penulis mampu menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan ini.
Lapora Kerja Lapangan ini berjudul ”Pengawasan Pekerjaan Kolom dan Balok
pada Pembagunana Perumahan Citraland Puncak Tidar” Kerja praktek lapangan
ini sudah penyusun laksanakan dengan baik.Laporan kerja lapangan ini
merupakan tugas yang merupakan keharusan untuk diselesaikan oleh setiap
mahasiswa jurusan teknik sipil program S1 di Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang. Dalam proses pembuatan laporan ini tak lupa penyusun
menghaturkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Ir. Hesti Poerwanto, M. Sc., PhD. selaku Dekan Fakultas
Teknik,
2. Bapak Handika Setya Wijaya, SPd., MT. Selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil,
3. Rifky Aldila Primasworo, ST., M.T. selaku Dosen Pembimbing Praktek
Kerja Lapangan (PKL).
4. Konsultan, Kontraktor serta seluruh pekerja di lapangan yang telah
membantu secara moral maupun materi.
5. Seluruh Staf dan Karyawan CV. TIRTA KUSUMA
6. Teristimewa kepada ayah, ibu, dan keluarga yang memberikan dukungan
materi dan moral.
7. Teman-teman Teknik Sipil angkatan 2019 yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman mahasiswa-mahasiswi dan pembaca sekaligus untuk menambah
pengetahuan tentang Praktek Kerja Lapangan.
Malang, 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
4.1.3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) ........................................... 62
4.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB) ........................................................... 65
4.3 Time Shedule .......................................................................................... 66
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 69
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 69
5.2 Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71
LAMPIRAN 1 FOTO DOKUMENTASI ............................................................. 72
LAMPIRAN 11 LAPORAN HARIAN ................................................................ 75
LAMPIRAN III GAMBAR KERJA ..................................................................... 79
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan
1.2.1 Tujuan praktik kerja lapangan.
a. Tujuan umum
1. Untuk memperoleh pengalaman kerja mahasiswa di lapangan agar bisa
menjadi tenaga kerja yang profesional.
2. Untuk memahami pelaksanaan proyek di lapangan secara nyata dan
konsep yang benar.
3. Untuk membentuk sikap mental, disiplin, terampil dan kemampuan
dalam berkomunikasi dengan karyawan dan pekerja lapangan.
4. Untuk menggali, mengamati dan menganalisis secara lebih mendalam
mengenai pekerjaan di lapangan, dan dapat disinkronkan dengan teori
yang ada.
b. Tujuan khusus
1. Untuk memahami dan mengetahui manajemen pelaksanaan pekerjaan
di lapangan.
2. Untuk memahami dan mengetahui struktur organisasi atau garis
koordinasi proyek
3. Untuk memahami bagaimana pelaksanaan pekerjaan kolom dan balok
yang baik dan benar.
2
2. Dapat membentuk sikap mental, disiplin, bertanggung jawab dan
berbagai keterampilan di lapangan.
3. Mahasiswa dapat membandingkan teori yang dipelajari dibangku
kuliah dengan penerapan di lapangan dalam pelaksaan pekerjaan
kolom dan balok.
4. Mahasiswa mampu memahami konstruksi pada setiap komponen
pada pelaksanaan pekerjaan kolom dan balok.
b. Manfaat bagi pihak perusahaan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi atau kebijakan pelaksanaan pada
pekerjaan kolom dan balok pada pembangunan perumahan Citraland.
3
BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN
Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dibatasi oleh waktu dan sumberdaya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek
konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan
infrastruktur (Azwaruddin, 2008).
4
f. Mengontrol setiap kebutuhan proyek untuk dilaporkan kepada manajer
proyek.
Pimpinan
Kiantora
Site Engineer
Sonny Haryanto
Logistik Mandor
5
1. Pimpinan Proyek (Project Manager)
Project Manager adalah perwakilan dari kontraktor yang bertanggung
jawab
Sepenuhnya terhadap jalannya pelaksanaan pekerjaan proyek,sesuai
manajemen proyek dan perencanaan proyek secara menyeluruh. Project
Manager bertugas untuk memimpin jalannya suatu pekerjaan,
mengevaluasi hasil dari pekerjaan dan membandingkan dengan
pelaksanaan proyek yang kemudian disusun dalam suatu format laporan
pekerjaan dari awal hingga akhir pelaksanaan proyek,
2. Adm/Keuangan
Tugas Administrasi Keuangan perusahaan seorang administrator (staff)
perusahaan melakukan tugas tugas administrasi dan penganggaran secara
umum tugas administrasi keuangan meliputi: Mengelola surat menyurat.
Mencatat transaksi barang dan jasa. Melakukan pencatatan rekonsiliasi dan
penutupan transaksi keuangan.
3. Project Manager
Project manager adalah seseorang yang bertugas dalam menentukan
kebijakan dan aturan lainnya dalam manajemen proyek konstruksi. Tidak
hanya itu, project manager juga bertugas dalam memimpin proyek serta
melaporkan progres kerja ke konsultan pengawas.
4. Estimator
Secara umum tugas-tugas seorang estimator adalah sebagai berikut:
Menganalisispekerjaan,Menetapkan proses produksi,Memilih alat dan
bahan sesuai spesifikasi pekerjaan.
5. Site Engineer
Sebagai contoh, site engineer juga bertugas dalam menjelaskan petunjuk
teknis proyek kepada seluruh pekerja proyek. Selain itu, site engineer juga
bertugas dalam memberi jaminan bahwa isi kerangka acuan kerja dalam
sebuah proyek sudah memenuhi standar.
6. Logistik
Tugas logistik proyek yang pertama adalah menyediakan barang yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek. Tugas ini mencakup membuat
daftar barang yang dibutuhkan, survey harga barang tersebut, survey
6
supplier yang menyediakan harga terbaik dan mengurus kerjasama dengan
supplier tersebut.
7. Mandor
Peran utama seorang mandor bangunan adalah memberi instruksi
pekerjaan kepada seluruh tim tukang bangunan yang bertugas di satu
lokasi konstruksi.
Seperti kita ketahui bahwa kolom adalah bagian dari struktur atas dalam
posisi vertical yang berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan
meneruskan beban diatasnya. Sedangkan komponen struktur yang menahan
beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral
terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal. Sebagian dari suatu kerangka
bangunan dengan fungsi dan peran seperti tersebut. Kolom menempati posisi
penting di dalam sistem struktur bangunan.
7
a. Jenis-Jenis Kolom
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis
kolom beton bertulang yaitu:
8
Gambar 2.2 jenis-jenis kolom
b. Kolom Utama.
Untuk rumah tinggal jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok
untuk menopang lantai tidak begitu besar, apabila jarak antara kolom
dibuat lebih 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal 2 lantai biasanya
dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8 D 12 mm, dan begel D 8-
10 cm (8 D 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12 mm 8 buah, 8-10
cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
9
Gambar 2.3 kolom utama
c. Kolom Praktis
10
d. Pekerjaan Pembesian
Perakitan tulangan
11
e. Bekisting
Sumber: https://www.indosteger.co.id/berita/detail/bekisting.
12
Bekisting menentukan bentuk dari bekisting beton yang akan dibuat.
Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menuntut bekisting yang
sederhana.
Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan
oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini
perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan
asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tertentu.
Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan
dipindahkan.
13
Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya
bersifat pakai ulang (memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena
itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama untuk
penentuan n x siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.
a. Kuat, dalam hal ini mampu menopang dan mendukung beban beban yang
terjadi baik sebelum ataupun setelah masa pengecoranberton.
b. Stabil (kokoh), dalam hal ini maksudnya adalah tidak terjadi goyangan dan
geseran yang mampu mengubah bentukan struktur ataupun
membahayakan sistem bekisting itu sendiri (ambruk).
f. Pengecoran
14
Pemadatan dan penggeteran saat pengecoran menggunakan alat penggetar
seperti vibrator. Adapun langkah-langkah pengecoran kolom dalam proyek ini
adalah sebagai berikut:
Pembersihan lokasi yang akan di cor dari kotoran seperti kawat pengikat
potongan kayu sehingga hal tersebut tidak mengganggu kondisi beton
setelah dicor.
Pemerikasaan bekesting untuk mengetahui bocor atau tidaknya bekesting
tersebut agar menghasilkan beton sesuai dengan ukurannya.
Proses penuangan adukan beton dilakukan bersamaan dengan proses
pemadatan. Proses pemadatan beton dalam proyek ini adalah dengan
menggunakan tongkat besi untuk pemadatan campuran dalam bekisting.
g. Perawatan Beton Kolom
15
2. Selama ereksi komponen struktur harus dipotong secukupnya untuk
menjamin tercapainya kedudukan yang benar dan integritas struktur.
Menyirami permukaan beton dengan air secara terus menerus. Cara yang
termudah adalah menyirami permukaan beton dengan air merata diseluruh
permukaan beton. Hal ini dilakukan pada waktu beton belum mengeras.
Dilakukan satu minggu setelah beton dicetak.
16
secara struktural dipasang tulangan di bagian bawah atau di bagian atas dan
bawah. Dua hal utama yang dialami oleh balok ialah tekan dan tarik, yang antara
lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral (Wahyudi L dan Rahim,
1999). Apabila balok bentang sederhana menahan beban yang mengakibatkan
timbulnya momen lentur, maka akan terjadi deformasi (regangan) lentur pada
balok tersebut. Pada kejadian momen lentur positif, regangan tekan akan terjadi di
bagian atas dan regangan tarik akan terjadi di bagian bawah penampang.
Regangan tersebut akan mengakibatkan tegangan-tegangan yang harus di tahan
oleh balok, tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah
(Dipohusodo, 1994). Untuk memperhitungkan kemampuan kapasitas daya dukung
komponen balok struktur terlentur, sifat utama bahwa bahan beton kurang mampu
menahan tegangan tarik akan menjadi dasar pertimbangan Dengan cara
memperkuat tulangan baja pada daerah di mana tegangan tarik bekerja akan
diperoleh balok yang mampu menahan lentur.
Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar
badan yang dipilih.
Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2
lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
17
Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarang sengkang tidak boleh
diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian balok sengkang-sengkang bekerja
sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih
dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang
dari 6 mm pada jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen
yang paling banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini
menggunakan susunan hirarki balok, dimana beban pada permukaan mula-mula
dipikul oleh elemen permukaan diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan
selanjutnya diteruskan ke kolektor dan tumpuan Semakin besar beban, yang
disertai dengan bertambah panjang, pada umumnya akan memperbesar ku atau
tinggi elemen struktur menurut Jayasteel (2016). Ukuran elemen struktur untuk
setiap sistem dapat siteman berdasarkan analisis bentang, beban dan material. Ada
beberapa krisis pokok yang harus dipenuhi, antara lain kemampaan layan,
efniemi, kemudahan.
Tegangan aktual yang timbul pada balok tergantung pada besar dan
distribusi material pada penampang melintang elemen struktur. Semakin besar
balok maka semakin kecil tegangannya Luas penampang dan distribusi beban
merupakan hal yang penting. Semakin tinggi suatu elemen, semakin kusut
kemampuannya untuk memikul lentur. Variabel dasar yang penting dalam besi
adalah besar beban yang ada, jarak antara beban-beban dan perilaku kondisi
tumpuan balok. Kondisi tumpuan jepit lebih kaku dari pada yang ujungnya dapat
berputar bebas. Balik dengan tumpuan jepit dapat memikul beban berpusat di
tengah bentang dua kali lebih besar dari pada balok yang sama tidak dijepit
ujungnya
18
struktur statis lainnya, nilai dari semua reaksi pergeseran dan momen
unik balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang dan
materialnya.
19
Gambar 2.9 Balok Kontinu
Sumber: https://ihategreenjello.com/jenis-jenis-balok
1. Balok kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural, Balok dapat ditopang
oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang boban,
2. Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat
ditopang oleh balok induk (gleder, kolom, atau dinding penopang beban).
3. Balok beton
Pelat beton yang dicor ditempat dikategorikan menurut bentangandan
bentuk cetakannya.
a. Perakitan tulangan
Untuk pekerjaan balok pada proyek Pembangunan gedung MPM
perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek
agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan balok
dapat berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan:
1. Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat
diketahui dari ukuran balok.
20
2. Mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan balok, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada balok
tersebut.
3. Merakit satu per satu bentuk dari tulangan balok dengan kawat pengikat
agar kokoh dan tulangan tidak mudah terlepas.
b. Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan balok maka untuk pemasangan tulangan
dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk balok tersebut tidak
terlalu berat dan ketinggian dari atas permukaan tanah tidak terlalu tinggi.
Pada penulangan balok dilakukan secara bersamaan dengan penulangan
balok, karena pada pekerjaan penulangan balok satu kesatuan dengan
pekerjaan penulangan plat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemasangan tulangan:
Hasil rakitan tulangan dipasang diatas pasangan dinding bata
merah dan pada bekisting yang telah disediakan secara horizontal
dari permukaan tanah dengan bantuan waterpass,
Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan
papan bekisting, jarak antara tulangan dengan papan bekisting 20
mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang dibuat dari batu
kali di setiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara
tulangan dan permukaan bekisting untuk melindungi/melapisi
tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak kelihatan
dan tidak menjadi karat,
Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat
langsung melakukan pengecoran.
21
Gambar 2.10 penulangan balok
c. Pengecoran balok
22
BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Penentuan As Kolom
23
2. Pembuatan Tulangan Kolom
24
Gambar 3.2 Pemotongan besi tulangan kolom
Alat dan bahan :
Besi Ø16
mesin Gerinda
Pekerja :
4 orang
a. Pemasangan tulangan harus kokoh dan antara letakan diberi penjaga jarak
agar tidak bergeser, melengkung atau berpindah tempat saat memasukan
adukan.
b. Menghindari pemasangan tulangan yang berkarat, terkena tanah dan lain-
lain untuk menjaga lepasnya baja tulangan dari adukan beton.
c. Pada bagian luar penulangan kolom diberi beton decking untuk selimut
beton.
25
Gambar 3.3 pemasangan tulangan
Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan beton
yang cukup, sehingga didapatkan kekuatan posisi yang diinginkan. Bisa dibilang
berfungsi untuk membuat selimut beton sehingga besi tulangan akan selalu
diselimuti maksimal dari bangunan yang dibuat. Selain itu, selimut beton juga
menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat (korosi). Tahu beton ini harus
diikat dengan kuat pada besi tulangan beton, sehingga apabila dilakukan
pengecoran dengan penggetaran, tahu beton ini tidak mudah untuk terlepas.
26
a. Menyiapkan bahan dan alat
Alat yang disiapkan antara lain palu, pensil, meteran dan gergaji.
Sedangkan bahannya adalah papan dengan tebal 20 mm, kayu balok atau
kaso, paku dan besi penahan bekisting serta baut pengikat.
b. Memotong papan dan balok kayu serta besi sesauai dengan ukuran yang
ditentukan
c. Merangkai bekesting kolom yang sudah dipasang sebelumnya
d. Papan disambung dengan cara dipaku atau di kancing dengan baut pada
balok-balok atau besi dukung yang telah disiapkan sebelumnya,
e. Mengecek kembali kekuatan bekesting yang telah dipasang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bekisting kolom adalah sebagai
berikut:
Pekerja 4 orang
Pelaksanaan Pekerjaan Pembuatan Bekisting Kolom
27
6. Pemasangan Bekisting Kolom
28
Gambar 3.6 bekisting kolom
Pekerja 8 orang
bekesting dengan ukuran, tebal 24 mm, lebar 20cm, dan
panjang 4 m
Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Bekisting Kolom
7. Pengecoran Kolom
29
Gambar 3.7 pengecoran kolom
Pekerja 12 orang
Bahan: ember, sendok campur
a. Pembersihan lokasi yang akan di cor dari kotoran seperti kawat pengikat
potongan kayu sehingga hal tersebut tidak mengganggu kondisi beton
setelah di cor.
b. Pemerikasaan bekesting untuk mengetahui bocor atau tidaknya bekesting
tersebut agar menghasilkan beton sesuai dengan ukurannya.
c. Proses penuangan adukan beton dilakukan bersamaan dengan proses
pemadatan. Proses pemadatan beton dalam proyek ini adalah mengunakan
mesin penggetar seperti vibrator untuk pemadatan campuran dalam
bekisting.
30
runtuh. Semakin banyak menggunakan semen yang cepat pengerasannya semakin
cepat proses pembongkaran bekisting. Waktu pembongkaran bekisting ditentukan
pula oleh kekuatan dan beban yang disangga. Panas matahari juga mempercepat
proses pembongkaran bekistiting. Yang pertama dibuka adalah skor-skor yang ada
diatas bekisting dilanjutkan pada penutup bagian samping kanan dan samping kiri.
Buka dan lepas skor-skor tiang penyangga untuk membuka atau melepas
bekisting bagian bawah. Besi yang terletak bagian bawah diambil sehingga tiang
dibiarkan tergantung. Tiang yang tergantung diambil satu persatu dan ambil juga
bekisting bagian bawahnya. Papan bekisting bagian bawah beton diambil paling
akhir.
31
1. Penentuan Elevasi Balok
Penentuan elevasi balok harus dilakukan secara cermat dan teliti, agar
menghasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok. Penentuan ini
dilakukan dengan mengukur dari kolom atau dinding yang telah dilabeling.
Ada beberapa langkah untuk menentukan elevasi balok:
1. Mengukur setinggi 1 m dari dasar kolom dan diberi kode pada kolom
tersebut.
2. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi
kode elevasi 1 m dari dasar kolom.
3. Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi
dasar bekisting balok.
4. Kemudian dari dasar bekisting balok tersebut diukur setinggi ketinggian
balok sebagai elevasi dasar.
32
Menyetel kembali elevasi bodeman dengan cara menaikkan atau
menurunkan scaffolding agar sesuai dengan elevasi rencana.
Merangkai besi tulangan balok di atas bodeman
Memasang tembereng atau bekisting sisi kanan dan kiri balok. Untuk
memperkuat bekisting dipasang support kayu pada sisi bekisting.
Pada Proyek ini, dimensi dan penulangan balok sangat bervariasi dan
dapat dilihat dalam gambar kerja. Pelaksanaan penulangan balok
dilakukan sebagai berikut:
33
Gambar 3.11 penulangan balok
34
5. Pengecoran Balok
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal-halseperti
di bawah ini:
1. Pemeriksaan Bekisting
Posisi dan kondisi bekisting harus dicek lagi apakah sudah sesuai
denganyang direncanakan. Bekisting harus lurus sesuai dengan as-nya, tegak
dantidak bocor. Bekisting juga harus kuat, terpasang dengan kokoh agar tidak
bergeser karena getaran dan tekanan adukan beton selama proses pengecoran.
Mengingat pentingnya pemeriksaan ini, maka tidak boleh ditunda
sampaimendekati waktu pengecoran. Pemeriksaan ini meliputi:
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi)
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat, pengecekan menggunakan waterpass
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal maupunvertikal
d. Kebersihan lokasi pengecoran, sehingga pembersihan permukaan bekisting
serta tulangan harus benar-benar dijaga. Untuk membersihkan kotoran yang
ringan menggunakan kompressor. Sedangkan untuk kotoran yang bersifat
berat seperti potongan kawat. bendrat atau logam lainnya menggunakan
potongan magnet yangdidekatkan sehingga menempel dan diambil.
e. Pemeriksaan sambungan bekisting
f. Pemeriksaan perkuatan bekisting
g. Jarak beton decking
Bahan : air
Pekerja :1 orang
Pelaksanaan pekerjaan proses pembersian bekisting
35
2. Pemeriksaan Penulangan
Pekerjaan penulangan harus sudah selesai dan diperiksa sebelum
pelaksanaan pengecoran. Pemeriksaan pemasangan tulangan dimaksudkan
untuk mengetahui ukuran, ketepatan letak dan jumlah tulangan,serta
pengaitan antar tulangan sehingga akan terbentuk konstruksi beton yang
sesuai dengan spesifikasi.pemeriksaan ini berkaitan dengan:
a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama
b. Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang
c. Pemeriksaan penyambungan tulangan
d. Pemeriksaan kekuatan bendrate.
Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan-bahan lainyang
dapat mengurang daya rekatan. Pelaksanaan pengecoran balok danplat
lantai adalah sebagai berikut:
Sebelum dicor antara beton baru dan beton lama diberi calbond (lem
beton) terlebih dahulu agar pengecoran dapat lebih lengket
Untuk pelaksanaan pengecoran balok, digunakan concrete pump yang
menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi pengecoran,
dengan menggunakan pipa pengecoran yang disambung-sambung
menggunakan klem.
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis sampai memenuhi tebal
platyang direncanakan. Apabila sudah sampai elevasi yang tinggi, yang
tidak mungkin lagi pengecoran langsung menggunakan concrete pump,
maka pengecoran dilakukan dengan bucket cor dilengkapi dengan selang
trimie yang diangkat dengan tower crane
Beton dipadatkan dengan concrete vibrator dengan maksud agar terbentuk
beton yang benar-benar padat, proses penggetaran tidak boleh terlalu lama,
bila adukan beton sudah terlihat agak mengeluarkan air (air semen sudah
memisah dengan agregat) maka vibrator dipindahkan ke titik yang lain.
Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaruk dan
cangkul.
36
Gambar 3.14 Pengecoran balok dan pelat lantai
6. Pelepasan Bekisting
Pelepasan bekisting balok dan plat lantai dapat dilakukan setelah ±7 hari
jikadi atasnya tidak terdapat pekerjaan yang menumpu pada struktur balok atau
plat tersebut. Pelepasan dimulai dengan mengendurka jack bas atau U-head jack
pada susunan scaffolding penyangga bekisting balok dan kolom. Kemudian
dilanjutkan dengan pelepasan balok kaso dan diakhiri dengan pelepasan plywood
yang menempel pada beton. Pelepasan tersebut biasanyamenggunakan alat linggis
untuk mempermudah pengerjaannya.
37
BAB IV
ESTIMASI BIAYA DAN TIME SCHEDULE
38
4.1.1. Perhitungan Volume Kolom
Rumus V = p x l x t x jumlah Kolom
Tabel 4.1 Volume Kolom
A. Kebutuhan Material
1. Kebutuhan Untuk Pengecoran Kolom
Jika Mengacu pada kebutuhan semen yang digunakan untuk pembuatan
beton bertulang maka 1 zak semen sama dengan 50 kg jika menggunakan
satuan Kg. Hal itu juga mengacu Pada SNI 2008, yang dimana 1 m3
adalah 330 kg.
330 x 11,19825 = 3,695.4225
= 3,695.4225 / 50
= 73.90845 74 zak
Jadi semen yang dibutuhkan untuk pembuatan kolom pada proyek ini
adalah 75 zak
39
2. Kebutuhan Pasir
Menghitung Kebutuhan pasir beton bertulang kita menggunakan satuan
m3, dan Mengacu pada SNI tahun 2008 bahwa untuk jenis Beton dengan
mutu K 225 dalam 1 m3 itu adalah 656 kg dan berat jenis pasir tersebut
adalah 1400 kg/m3.
656 x 11,19825 = 7.346,052
= 7.346,052 / 1400
= 5,24718 6 m3
Jadi Pasir Yang dibutuhkan untuk pembuatan kolom ini adalah 6 m3
3. Kebutuhan Split/Kerikil
Menghitung kebutuhan split/kerikil juga memakai satuan m 3. Mengacu
pada SNI Tahun 2008 untuk jenis beton dengan mutu K 225 dalam 1 m 3
adalah 1010 kg, dan berat jenis kerikil tersebut adalah 1350 kg/m 3.
1010 x 11,19825 = 11.310,232
= 11.310,2325 / 1350
→
= 8,37795 m3 9 m3
Jadi split yang dibutuhkan dalam pembuatan kolom pada proyek ini
adalah 9 m3.
4. Kebutuhan Pembesian Kolom
Tulangan Kolom 13/40
Besi tulangan ∅8 D13
= 12 x 3,78 = 45,36
= 45,36 x 13 = 589,68
=589,68 / 12 = 49,14 Batang → 50 Batang
Tulangan begel ∅8-150 kolom K1
= 3,78 / 0,15 = 25,2 → 26 Buah
= 26 x 13 = 338 buah
Tebal selimut beton 0,25 m
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,86, panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09
Total keliling begel = 0,86 + 0,14 – 0,09 = 0,91 m
40
Panjang total Begel = 338 x 0,91 = 307,58 m
= 307,58 / 12 = 25,6 → 26 Batang
Tulangan Kolom K1A 13/50
Besi tulangan utama 10 D13
= 12 x 3,78 = 45,36
= 45,36 x 4 = 181,44
= 181,44 / 12 = 15,12 → 16 Batang
Tulangan Begel ∅8 – 150 kolom K1A
3,78 / 0,15 = 25,2 → 26 Buah
26 x 4 = 104 buah
Tebal selimut Beton 0,25 m
Keliling begel setelah di kurangi selimut beton =1,06,
panjang kaitan = 0,14 m
Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling begel = 104 x 1,11 = 115,44 m
= 115,44 / 12 = 9,62 → 10 batang
Tulangan kolom K1B 13/65
Besi tulangan utama 10 D13
= 12 x 3,78 = 45,36
= 45,36 x 2 = 90,72
= 90,72 / 12 = 7,56 → 8 Batang
Tulangan Begel ∅8 – 150 Kolom K1A
3,78 / 0,15 = 25,2 → 26 Buah
26 x 2 = 52 Buah
Tebal selimut Beton 0,25 m
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,86,
Panjang kaitan = 0,14 m,
Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,86 + 0,14 – 0,09 = 0,91 m
Panjang total begel = 52 x 0,91 = 47,32
= 47,32 / 12
= 3,943 → 4 batang
41
Tulangan kolom K1C 13/40
Besi tulangan utama 10 D13
= 12 x 3,78 = 45,36
= 45,36 x 2 = 90,72
= 90,72 / 12 = 7,56 → 8 Batang
Tulangan Begel ∅8 – 150 Kolom K1A
3,78 / 0,15 = 25,2 → 26 Buah
26 x 2 = 52 Buah
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,86, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling begel = 0,86 + 0,14 – 0,09 = 0,91 m
Panjang total begel = 52 x 0,91 = 47,32
= 47,32 / 12
= 3,943 → 4 batang
Tulangan kolom K3B 20/30
Besi tulangan utama 4D13
= 12 x 3,78 = 45,36
= 45,36 x 4 = 181,44
= 181,44 / 12
= 15,12 → 16 Batang
Tulangan Begel ∅8 – 150 Kolom K3B
3,78 / 0,15 = 25,2 → 26 Buah
26 x 4 = 104 buah
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,22, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling begel = 0,22 + 0,14 – 0,09 = 0,54 m
Panjang total begel = 104 x 0,54 = 56,16
= 56,16 /12
= 4,68 → 5 Batang
Tulangan kolom K3 13/30
Besi tulangan utama 6D13
= 12 x 3,78 = 45,36
42
= 45,36 x 27 = 1.22,72
= 1.224,72 / 12
= 102,06 → 103 Batang
Tulangan Begel ∅8 – 150 Kolom K3
3,78 / 0,15 = 25,2 → 26 Buah
26 x 27 = 702 buah
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,08, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling begel = 0,08 + 0,14 – 0,09 = 0,13
Panjang total begel = 702 x 0,13 = 91,26
= 91,26 / 12
= 7,605 → 8 batang
Tulangan kolom K4 13/20
Besi tulangan utama 6D13
= 12 x 3,78 = 45,36
= 45,36 x 10 = 453,6
= 453,6 / 12 = 37,8 → 38 batang
Tulangan Begel ∅6 – 150 Kolom K4
3,78 / 0,15 = 25,2 → 26 Buah
26 x 10 = 260 buah
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,12, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling begel = 0,12+ 0,14 – 0,09 = 0,64
Panjang total begel = 260 x 0,64 = 166,4
= 166,4 / 12
= 13,87 → 14 batang
Tulangan kolom KP 10/10
Besi tulangan utama 4∅8
= 12 x 3,78 = 42
= 42 x 19 = 798
= 798 / 12 = 66.5 → 67 Batang
Tulangan begel ø6-150 kolom Kp
43
3,78 / 0,15 = 26
= 26 x 9 = 234 buah
Tebal selimut beton 0,25 m
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,20, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling begel = 0,20 + 0,14 – 0,09 = 0,25 m
Panjang total begel = 234 x 0,25 = 58,5
= 58,5 / 12
= 4,875 → 5 Batang
Tulangan kolom KP2 10/13
Besi tulangan utama 4D10
= 12 x 3,78 = 45,36
= 45,36 x 7 = 317,52
= 317,52 / 12 = 26,46 → 27 Batang
Tulangan begel ø6-150 kolom Kp2
= 3,78 / 0,15 = 26
= 26 x 7 = 182 buah
Tebal selimut beton 0,25 m
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,32, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling begel = 0,32 + 0,14 – 0,09 = 0,44 m
Panjang total begel = 182 x 0,44 = 80,08 m
= 80,08 / 12
= 6,67 → 7 Batang
44
Total kebutuhan besi untuk Kolom
45
Jumlah Kolom =2
Volume = 1,06 x 3,78 x 2
= 8,02 m3
Kebutuhan Triplek = Volume bekesting / luas 1 buah triplek
luas 1 buah triplek (ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 8,02 / 2,9768
= 2,692 → 3 Lembar untuk kolom lantai 1 dan 2
Tipe Kolom K1C 40/13
Ukuran 0,40 x 0,13 setinggi 3,78 m, ada 4 sisi kolom yang akan di pasang
bekesting triplek, jadi luasnya adalah
Keliling Kolom = 0,40 + 0,40 + 0,13 + 0,13 = 1,06 m
Tinggi Kolom = 3,78 m
Jumlah Kolom =2
Volume = 1,06 x 3,78 x 2
= 8,02 m3
Kebutuhan Triplek = Volume bekesting / luas 1 buah triplek
46
Tipe Kolom K3 30/13
Ukuran 0,30 x 0,13 setinggi 3,78 m, ada 4 sisi kolom yang akan dipasang
bekisting triplek, jadi luasnya adalah
Keliling Kolom = 0,30 + 0,30 + 0,13 + 0,13 = 0,86 m
Tinggi Kolom = 3,78 m
Jumlah Kolom = 27
Volume = 0,86 x 3,78 x 27
= 87,77 m3
Kebutuhan Triplek = Volume bekesting / luas 1 buah triplek
luas 1 buah triplek (ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 87,77 / 2,9768
= 29,48 → 30 Lembar
Tipe Kolom K4 13/20
Ukuran 0,13 x 0,20 setinggi 3,78 m, ada 4 sisi kolom yang akan dipasang
bekisting triplek, jadi luasnya adalah
Keliling Kolom = 0,13 + 0,13 + 0,20 + 0,20 = 0,66 m
Tinggi Kolom = 3,78 m
Jumlah Kolom = 10
Volume = 0,66 x 3,78 x 10
= 24,95 m3
Kebutuhan Triplek = Volume bekesting / luas 1 buah triplek
luas 1 buah triplek (ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 24,95 / 2,9768
= 8,38 → 9 Lembar
Tipe Kolom KP 10/10
Ukuran Kolom 0,10 x 0,10 setinggi 3,78 m, ada 4 sisi kolom yang akan
dipasang bekisting triplek, jadi luasnya adalah
Keliling Kolom = 0,10 + 0,10 + 0,10 + 0,10 = 0,4 m
Tinggi Kolom = 3,78
Jumlah Kolom =9
Volume = 0,4 x 3,78 x 9
= 13,608 m3
47
Kebutuhan Triplek = Volume bekesting / luas 1 buah triplek
luas 1 buah triplek (ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 13,608 / 2,9768
= 4,58 → 5 Lembar
Tipe Kolom KP2 13/10
Ukuran Kolom 0,13 x 0,10 setinggi 3,78 m, ada 4 sisi kolom yang akan
dipasang bekisting triplek, jadi luasnya adalah
Keliling Kolom = 0,13 + 0,13 + 0,10 + 0,10 = 0,46 m
Tinggi Kolom = 3,78 m
Jumlah Kolom =7
Volume = 0,46 x 3,78 x 7
= 12,171 m3
Kebutuhan Triplek = Volume bekesting / luas 1 buah triplek
luas 1 buah triplek (ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 12,171 / 2,9768
= 4,09 → 5 Lembar
48
A. Kebutuhan Material
1. Kebutuhan Semen Untuk Pengecoran Balok
Jika mengacu pada kebutuhan semen yang digunakan untuk pembuatan
beton bertulang, maka 1 zak semen sama dengan 50 Kg jika menggunakan
satuan Kg. Hal itu juga mengacu pada SNI 2008, yang dimana 1 m3
adalah 330 Kg.
= 330 X 5,48098 = 1808,7234
= 1808,7234 / 50
= 36,1744 37 zak
Jadi semen yang dibutuhkan untuk pembuatan balok pada proyek ini
adalah 37 zak.
2. Kebutuhan Pasir
Menghitung kebutuhan pasir beton bertulang kita menggunakan satuan m³,
dan mengacu pada SNI tahun 2008 bahwa untuk jenis beton dengan mutu
K 225 dalam satuan 1m³ itu adalah 656 kg dan berat jenis pasir tersebut
adalah 1400 kg/m³.
= 656 x 5,48098 = 3,096.7537
= 3,096.7537 / 1400
= 2,22 3 m3
Jadi pasir yang dibutuhkan untuk pembuatan balok ini adalah 3 m³.
3. Kebutuhan Split/Kerikil
Menghitung kebutuhan split/kerikil juga memakai satuan m³. Mengacu
pada SNI tahun 2008 untuk jenis beton dengan mutu K 225 dalam 1m³
adalah 1010 kg, dan berat jenis kerikil tersebut adalah 1350 kg/m³.
= 1010 x 5,48098
= 5535,78
= 5535,78 / 1350
= 4,10 5 m3
Jadi split/kerikil yang dibutuhkan dalam pembuatan balok pada proyek ini
adalah 5 m³.
49
4. Kebutuhan Pembesian Balok
Tulangan utama balok B6 20 x 50
Besi tulangan utama 5D16
= 5 x 7,5 = 37,5
= 37,5 / 12
= 3,125 4 Batang
Tulangan begel ø10-125 Balok B6
Tebal selimut beton 0,25 m.
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,138m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,138 + 0,14 - 0,09 = 0,188m
Jumlah sengkang = 750 / 1,25 = 600 Buah
Panjang Total Begel = 600 x 0,188= 112,8 m
= 112,8 / 12
= 9,4 10 Batang
Tulangan utama balok B6K 50 x 20
Besi tulangan utama 6D16
= 6 x 3,5 = 21 m
= 21 / 12 = 1,75 2 batang
Tulangan begel ø10-100 Balok B6K
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,138m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,138 + 0,14 - 0,09 = 0,188 m
Jumlah sengkang = 3500 / 10 = 350 buah
Panjang Total begel = 350 x 0,188 = 12,370
= 12,370 / 12 = 18,142
= 1,030 2 batang
Tulangan utama balok B1 45 x 20
Besi tulangan utama 6D13
= 6 x 12 = 72 m
= 72 / 12 = 6 batang
Tulangan begel ø10-125 Balok B1
50
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,128m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,128 + 0,14 - 0,09 = 0,178 m
Jumlah sengkang = 1200 / 10 = 120 buah
Panjang Total begel = 120 x 0,178 = 21,36
= 21,36/ 12
= 1,78 2 batang
Tulangan utama balok B1 45 x 20
Besi tulangan utama 6D13
= 6 x 12 = 72 m
= 72 / 12 = 6 batang
Tulangan begel ø10-125 Balok B1
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,128m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,128 + 0,14 - 0,09 = 0,178 m
Jumlah sengkang = 1200 / 10 = 120 buah
Panjang Total begel = 120 x 0,178 = 21,36
= 21,36/ 12
= 1,78 2 batang
Tulangan utama balok B2 40 x 20
Besi tulangan utama 4D13
= 4 x 12 = 48 m
= 48 / 12 = 4 batang
Tulangan begel ø8-125 Balok B1
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,12 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,12 + 0,14 -0,09 = 0,17m
Jumlah sengkang = 1200 / 1,25 = 960 buah
Panjang Total begel = 960 x 0,17 = 163,2
= 163,2/ 12
= 13,6 14 batang
51
Tulangan utama balok B2B 45 x 15
Besi tulangan utama 4D13
= 4 x 8,75 = 35 m
= 35 / 12 = 2,92 3 batang
Tulangan begel ø8-100 Balok B2B
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,118 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,118 + 0,14 - 0,09 = 0,168m
Jumlah sengkang = 875 / 10 = 87,5 buah
Panjang Total begel = 87,5 x 0,168 = 14,7
= 14,7 / 12
= 1,225 2 batang
Tulangan utama balok B3 30 x 15
Besi tulangan utama 3D13
= 3 x 11,75 = 35,25 m
= 35,25 / 12 = 2,94 3 batang
Tulangan begel ø8-150 Balok B3
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,88 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,88 + 0,14 - 0,09 = 0,93 m
Jumlah sengkang = 117500 / 0,15 = 783 buah
Panjang Total begel = 783 x 0,93 = 728,19
= 728,19/ 12
= 60,68 61 batang
Tulangan utama balok B3B 35 x 13
Besi tulangan utama 3D13
= 3 x 15,65 = 46,95 m
= 46,95 / 12 = 3,92 3 batang
Tulangan begel ø8-150 Balok B3B
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,76 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,76 + 0,14 - 0,09 = 0,81 m
52
Jumlah sengkang = 1565 / 0,15 = 1043,3 Buah
Panjang Total begel = 1043,3 x 0,81 = 8,450
= 8,450 / 12
= 86,95 87 batang
Tulangan utama balok B4 25 x 13
Besi tulangan utama 3D13
= 3 x 3,5 = 10,5 m
= 10,5 / 12 = 126 batang
Tulangan begel ø8-150 Balok B4
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,88 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,88 + 0,14 - 0,09 = 0,12 m
Jumlah sengkang = 3500 x 0,15 = 525 buah
Panjang Total begel = 525 x 0,12 = 63
= 63 / 12
= 5,25 6 batang
Tulangan utama balok B5 20 x 13
Besi tulangan utama 2D13
= 2 x 8,5 = 17 m
= 17 / 12 = 1,42 2 batang
Tulangan begel ø8-150 Balok B5
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,64 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,64 + 0,14 - 0,09 = 0,69 m
Jumlah sengkang = 8500 x 0,15 = 1275 buah
Panjang Total begel = 1275 x 0,69 = 879
= 879 / 12
= 73,25 74 batang
Tulangan utama balok B1K 40 x 20
Besi tulangan utama 6D13
= 6 x 1= 6 m
= 6 / 12 = 72 batang
53
Tulangan begel ø8-100 Balok B1K
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,64 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,64 + 0,14 - 0,09 = 0,69 m
Jumlah sengkang = 100 / 10 = 10 buah
Panjang Total begel = 10 x 0,69 = 6,9
= 6,9 / 12
= 1,66 2 batang
Tulangan utama balok BP1 20 x 10
Besi tulangan utama 2D13
= 2 x 5,52 = 11,04
= 11,04 / 12 = 92 batang
Tulangan begel ø8-150 Balok
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,58 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,58 + 0,14 - 0,09 = 0,63 m
Jumlah sengkang = 55200 / 0,15 = 368 buah
Panjang Total begel = 368 x 0,63 = 231,84
= 231,84 / 12
= 19,32 20 batang
Tulangan utama balok BP1 20 x 10
Besi tulangan utama 2D13
= 2 x 2,5 =5m
= 50 / 12 = 4,16 5 batang
Tulangan begel ø8-150 Balok
Keliling begel setelah dikurangi selimut beton = 0,58 m, Panjang kaitan =
0,14 m, Panjang bengkokan = 0,09 m
Total keliling Begel = 0,58 + 0,14 - 0,09 = 0,63 m
Jumlah sengkang = 2500 x 0,15 = 375 buah
Panjang Total begel = 375 x 0,63 = 236,25
= 236,25 / 12
= 19,68 20 batang
54
Kebutuhan besi untuk pengerjaan Balok
5. Kebutuhan Bekisting
Type Balok B6
Lebar balok = 20 cm
Tinggi balok = 50 cm
Panjang balok = 7,5 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,20 x 7,5) + (0,50 x 7,5) + (0,50 x 7,5)
= 1,5 + 3,75 + 3,75
= 9 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 9 / 2,9768
= 3,023 4 lembar
Type Balok B6K
Lebar balok = 20 cm
Tinggi balok = 50 cm
Panjang balok = 3,5 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,20 x 3,5) + (0,50 x 3,5) + (0,50 x 3,5)
= 0,7 + 1,75 +1,75
= 4,2 m2
55
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 4,2 / 2,9768
= 1,410 2 lembar
Type Balok B1
Lebar balok = 20 cm
Tinggi balok = 45 cm
Panjang balok = 12 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,20 x 12) + (0,45 x 12) + (0,45 x 12)
= 2,4 + 5,4 + 5,4
= 13,2 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 13,2 / 2,9768
= 4,434 5 lembar
Type Balok B2
Lebar balok = 20 cm
Tinggi balok = 40 cm
Panjang balok = 12 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,20 x 12) + (0,40 x 12) + (0,40 x 12)
= 2,4 + 4,8 + 4,8
= 12 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 12 / 2,9768
56
= 4,031 5 lembar
Type Balok B2B
Lebar balok = 15 cm
Tinggi balok = 40 cm
Panjang balok = 8,75 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,15 x 8,75) + (0,40 x 8,75) + (0,40 x 8,75)
= 1,4 + 3,5 + 3,5
= 8,4 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 8,4 / 2,9768
= 2,83 3 lembar
Type Balok B3
Lebar balok = 15 cm
Tinggi balok = 30 cm
Panjang balok = 11,75 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,15 x 11,75) + (0,30 x 11,75) + (0,30 x 11,75)
= 1,76 + 3,52 + 3,52
= 8,8 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 8,8 / 2,9768
= 2,95 3 lembar
57
Type Balok B3B
Lebar balok = 13 cm
Tinggi balok = 35 cm
Panjang balok = 15,65 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,13 x 15,65) + (0,35 x 15,65) + (0,35 x 15,65)
= 2,03 + 5,47 + 5,47
= 12,97 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 12,97 / 2,9768
= 4,35 5 lembar
Type Balok B4
Lebar balok = 13 cm
Tinggi balok = 25 cm
Panjang balok = 3,5 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,13 x 3,5) + (0,25 x 3,5) + (0,25 x 3,5)
= 0,455 + 0,875 + 0,875
= 2,05 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 2,05 / 2,9768
= 0,7407 1 lembar
Type Balok B5
Lebar balok = 13 cm
Tinggi balok = 20 cm
Panjang balok = 8,5 m
58
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (13 x 8,5) + (0,20 x 8,5) + (0,20 x 8,5)
= 110,5 + 1,7 + 1,7
= 113,9 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 113,9 / 2,9768
= 38,26 39 lembar
Type Balok B1K
Lebar balok = 20 cm
Tinggi balok = 40 cm
Panjang balok = 1 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,20 x 1) + (0,40 x 1) + (0,40 x 1)
= 0,2 + 0,4 + 0,4
= 1 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 1 / 2,9768
= 0,3359 1 lembar
Type Balok BP1
Lebar balok = 10 cm
Tinggi balok = 20 cm
Panjang balok = 5,52 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,10 x 5,52) + (0,20 x 5,52) + (0,20 x 5,52)
= 0,552 + 1,104 + 1,104
59
= 2,76 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 2,76 / 2,9768
= 0,9271 1 lembar
Type Balok BP1
Lebar balok = 10 cm
Tinggi balok = 20 cm
Panjang balok = 2,5 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,10 x 2,5) + (0,20 x 2,5) + (0,20 x 2,5)
= 0,25 + 0,5 + 0,5
= 1,25 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 1,25 / 2,9768
= 0,41991 1 lembar
Type Balok RB1
Lebar balok = 13 cm
Tinggi balok = 40 cm
Panjang balok = 15,1 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,13 x 15,1) + (0,40 x 15,1) + (0,40 x 15,1)
= 1,963 + 6,04 + 6,04
= 14,043 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
60
= 14,043 / 2,9768
= 4,717 5 lembar
Type Balok RB2
Lebar balok = 13 cm
Tinggi balok = 30 cm
Panjang balok = 13,35 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,13 x 13,35) + (0,30 x 13,35) + (0,30 x 13,35)
= 1,735 + 4,005 + 4,005
= 9,745 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 9,745 / 2,9768
= 3,273 4 lembar
Type Balok RB3
Lebar balok = 13 cm
Tinggi balok = 20 cm
Panjang balok = 10 m
Luasan sisi balok yang akan dipasangi bekisting = bagian bawah dan dua
sisi samping.
= (0,13 x 10) + (0,20 x 10) + (0,20 x 10)
= 1,3 + 2 + 2
= 5,3 m2
Kebutuhan triplek = luas balok yang akan dipasang bekisting / luas 1 buah
triplek.
(ukuran triplek 1,22 m x 2,44 m = 2,9768 m²)
= 5,3 / 2,9768
= 1,780 2 lembar
61
4.1.3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan,
upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan
pekerja dan harga sewa / beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan
konstruksi. Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien
yang menunjukkan nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan
upahtenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai
acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan.
Yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan adalah jumlah bahan dan upah
tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat dari pasaran,
dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan Daftar Satuan Bahan, sedangkan
upah tenaga kerja didapatkan di lokasi dan dikumpulkan dan dicatat dalam suatu
daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah.
62
1. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Kolom dan Balok
Tabel 4.3 AHSP KOLOM
HARGA JUMLAH
URAIAN
NO VOLUME SATUAN SATUAN HARGA
PEKERJAAN
(RP) (RP)
1 PEKERJAAN PEMBESIAN
Besi Tulangan
D13 239 Batang 140.000 33.460000
Besi Tulangan
D10 27 Batang 127.500 3.442.500
Besi Ø8 124 Batang 56.400 6.993.600
. Besi Ø6 26 Batang 29.800 774.800
Kepala Tukang 1 Oh 110.000 110.000
Mandor 1 Oh 120.000 120.000
Pekerjaa 8 100.000 800.000
Jumlah 45.700.900
2 PEKERJAAN BEKISTING
Multiplek 9 mm 89 Lembar 110.000 9.790.000
Kepala Tukang 1 Oh 110.000 110.000
Mandor 1 Oh 120.000 120.000
Pekerjaa 8 100.000 800.000
Jumlah 10.820.000
3 PEKERJAAN PENGECORAN
Semen 50 Kg 74 Zak 53.000 3.922.000
Pasir 6 Kg/m3 350.000 2.100.000
Kerikil 9 Kg/m3 350.000 3.150.000
Kepala Tukang 1 Oh 110.000 110.000
Mandor 1 Oh 120.000 120.000
Pekerjaa 8 100.000 800.000
Jumlah 10.202.000
63
Tabel 4.4 AHSP BALOK
HARGA
URAIAN JUMLAH
VOLUME SATUAN SATUAN
NO PEKERJAAN HARGA (RP)
(RP)
1 PEKERJAAN PEMBESIAN
Besi Tulangan D16 6 Batang 230.000 1.380.000
Besi Tulangan D13 316 Batang 140.000 44.240.000
Besi Ø10 14 Batang 78.000 1.092.000
Besi Ø8 286 Batang 56.400 16.130.400
Kepala Tukang 1 Oh 110.000 110.000
Mandor 1 Oh 120.000 120.000
Pekerjaa 8 100.000 800.000
Jumlah 63.872.400
2 PEKERJAAN BEKISTING
Multiplek 9 mm 81 Lembar 110.000 8.910.000
Kepala Tukang 1 Oh 110.000 110.000
Mandor 1 Oh 120.000 120.000
Pekerjaa 8 100.000 800.000
Jumlah 9.940.000
3 PEKERJAAN PENGECORAN
Semen 50 Kg 37 Zak 53.000 1.961.000
Pasir 3 Kg/m3 350.000 1.050.000
Kerikil 5 Kg/m3 350.000 1.750.000
Kepala Tukang 1 Oh 110.000 110.000
Mandor 1 Oh 120.000 120.000
Pekerjaa 8 100.000 800.000
Jumlah 5.791.000
64
4.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
RAB adalah prakiraan biaya material, biaya upah, dan biaya lain-lain yang
dibutuhkan untuk mendirikan suatu bangunan. Rab diperlukan sebagai pedoman
pembangunan agar proses pembangunan tersebut berjalan secara efektif dan
efisiensi.
Tabel 4.5 RAB Pekerjaan Kolom dan Plat Balok
HARGA
JUMLAH
NO JENIS PEKERJAAN VOLUME SATUAN SATUAN
HARGA (RP)
(RP)
I Pekerjaan Kolom
II Pekerjaan Balok
65
4.3 Time Shedule
Kurva ini menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan waktu. Biasanya grafik ini dikenal dengan sebutan
Kurva S (S-Curve) dalam satuan bobot persen.
66
terjadi, misalnya dengan penambahan tenaga kerja, penambahan peralatan,
kerja lembur dan sebagainya.
a. Prosedur Pembuatan Kurva “S” Rencana
Menuliskan item pekerjaan seperti yanag ada di Time Schedule.
Menentukan bobot persen dari tiap item pekerjaan berdasar
perincian haraga pada item pekerjaan terhadap harga total dari
semua item pekerjaan.
Membagi bobot persen pekerjaan dengan lama waktu yanag
dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sesuai dengan
Time Schedule. Misalnya jika direncanakan pekerjaan itu dapat
diselesaikan dalam 4 minggu maka bobot persen pekerjaan dibagi
4 tiap minggunya. Bobot persen pekerjaan diterapkan untuk
mempermudah penyediaan material, tenaga kerja dan biaya.
Menjumlahkan bobot persen pekerjaan persatuan waktu
Membuat tabel kumulatifi dari persen pekerjaan persatuan waktu
yang direncanakan sampai dengan waktu dari proyek tersebut.
Memplot grafik hubungan antara kumulaatif dari persen pekerjaan
waktu.
67
Tabel 4.6 Time Schedule Pekerjaan Kolom dan Balok
BULAN BOBOT
NO URAIAN PEKERJAAN BIAYA (RP) BOBOT (%)
1 2 3 4 %
68
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai
Berikut :
5.2 Saran
Saran penulis sampaikan pada penulisan laporan praktek kerja lapangan
(PKL) adalah:ini
69
1. Ketelitian dalam melakukan suatu pekerjaan sangat dibutuhkan mengingat
resiko yang mempengaruhi suatu pekerjaan sangatlah besar.
2. Pengelolaan dan manajemen yang baik sangat mutlak bagi suatu proyek
dalam mengontrol dan mengendalikan situasi dan kondisi di lapangan.
70
DAFTAR PUSTAKA
71
LAMPIRAN 1 FOTO DOKUMENTASI
72
Gambar 3 : Pemasangan Bekisting Kolom
73
Gambar 5 : Pembuatan Perancah dari Bambu
74
LAMPIRAN 11 LAPORAN HARIAN
75
76
77
78
LAMPIRAN III GAMBAR KERJA
79
80
81
82