BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan.
Melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan
lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Jembatan yang merupakan bagian
dari jalan, sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi darat yang akan
menunjang pembangunan pada daerah tersebut. Perencanaan pembangunan
jembatan harus diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga
pembangunan jembatan dapat memenuhi keamanan dan kenyamanan bagi para
pengguna jembatan (Struyk, 1984).
Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat
kepentingan yang berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir.
Bambang Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi
menghubungkan suatu tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan,
namun jembatan merupakan suatu sistem transportasi, jika jembatan runtuh maka
sistem akan lumpuh.
Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah
peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks,
dengan material yang sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis
jembatan yang terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang
perencana harus tepat memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu.
Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam
menentukan jenis jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan
metode pelaksanaan apa yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat,
praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada
suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat
biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan perekonomian,
pembangunan jembatan dengan bentang panjang dan kuat akan sangat dibutuhkan
mengingat fungsi jembatan sebagai penghubung antara satu daerah dengan daerah
lain. Oleh karena itu, diperlukannya penguasaan teknologi jembatan baik dari
aspek perencanaan, peralatan dan material. Dalam perencanaan pembangunan
jembatan dengan bentang panjang maka membutuhkan teknologi struktur
jembatan yang kuat dan ringan sehingga mampu menahan beban-beban yang
bekerja pada jembatan. Material ringan dan struktur kuat yang sering dipakai pada
konstruksi jembatan pada umumnya berupa rangka baja.
Konfigurasi jembatan rangka baja telah banyak dikembangkan untuk
mendapatkan desain yang efisien dari penggunaan meterial yang memiliki
kekuatan optimal, serta indah dari segi estetika. Berdasarkan pemikiran tersebut,
penulis merancang struktur rangka jembatan yang mengacu pada teori-teori yang
telah diajarkan dalam mata kuliah Konstruksi Baja dan sumber-sumber yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia)
yang digunakan dalam perencanaan konstruksi jembatan di Indonesia dan LRFD
(Load and Resistance Factor Design) tanpa mengesampingkan nilai estetika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Daktilitas (keliatan)
Daktilitas adalah sifat dari bajayang dapat mengalami deformasi yang besar
dibawah pengaruh tegangan tarik tanpa hancur atau putus. Daktilitas mampu
Mencegah robohnya bangunan secara tiba-tiba.
2.1.2 Jembatan
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan
melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan
lain (jalan air atau jalan lalulintas biasa). Jika jembatan itu berada di atas jalan
lalulintas biasa maka biasanya dinamakan viaduct.
Menurut Ir. H.J. Struyk dan Prof. Ir. K.H.C.W. Van der Veen, jembatan
dapat dibagi dalam golongan – golongan seperti berikut :
1. Jembatan – jembatan tetap,
2. Jembatan – jembatan dapat digerakkan,
Pada umumnya jembatan dapat diklasifikasikan dalam 7 (tujuh) jenis
yaitu sebagai berikut ini :
1. Klasifikasi jembatan menurut tujuan penggunaannya adalah sebagai berikut
ini:
a. Jembatan jalan raya
b. Jembatan jalan kereta api
c. Jembatan air / pipa dan saluran
d. Jembatan militer
2. Klasifikasi jembatan menurut bahan material yang digunakan adalah sebagai
berikut ini :
a. Jembatan kayu
b. Jembatan baja
1. Bagian atas
Bangunan atas terletak pada bagian atas konstruksi jembatan yang
menampung beban – beban lalu lintas, orang, barang dan berat sendiri konstruksi
yang kemudian menyalurkan beban tersebut ke bagian bawah. Berikut
merupapakan bagian – bagian bangunan atas adalah sebagai berikut ini :
a. Sandaran
Meruapakan bagian atas bejembatan yang berfungsi untuk membatasi lebar
dari suatu jembatan agar membuat rasa aman bagi lalu lintas kendaraan maupun
orang yang melewatinya, pada jembatan rangka baja dan jembatan beton
umumnya sandaran dibuat dari pipa galvanis.
b. Rangka jembatan
Rangka jembatan terbuat dari baja profil seperti type WF, sehingga lebih baik
dalam menerima beban – beban yang bekerja secara lateral (beban yang bekerja
tegak lurus terhadap sumbu batang).
c. Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi
dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk dua
orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 0,5 – 1,5 meter dan dipasang pada
bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar (kerb) dipasang lis dari
baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan roda kendaraan.
d. Lantai kendaraan
Merupakan lintasan utama yang dilalui kendaraan, lebar jalur kendaraan yang
diperkirakan cukup untuk berpapasan, supaya jalan kendaraan dapat lebih leluasa.
Dimana masing – masing lajur umumnya memiliki lebar 2,75 meter.
e. Gelagar melintang
Berfungsi menerima beban lantai kendaraan, trotoar dan beban lainnya serta
menyalurkannya ke rangka utama.
f. Ikatan Angin Atas / Bawah dan Ikatan Rem
Ikatan angin berfungsi untuk menahan atau melawan gaya yang diakibatkan
oleh angin, baik pada bagian atas maupun bagian bawah jembatan agar jembatan
dalam keadaan stabil. 10 Sedangkan ikatan rem berfungsi untuk menahan saat
terjadi gaya rem akibat pengereman kendaraan yang melintas di atasnya.
g. Landasan atau perletakan
Landasan atau perletakan dibuat untuk menerima gaya – gaya dari konstruksi
bangunan atas baik secara horizontal, vertikal maupun lataeral dan menyalurkan
ke bangunan di bawahnya, serta mengatasi perubahan panjang yang diakibatkan
perubahan suhu dan untuk memeriksa kemungkinan rotasi pada perletakan yang
akan menyertai lendutan dari struktur yang dibebani. Ada dua macam perletakan
yaitu sendi, rol dan elastomer. Bantalan Karet atau elastomer adalah penghubung
dan penerus gaya antara bangunan atas dengan bangunan bawah jembatan.
2. Bagian bawah
Bangunan ini terletak pada bagian bawah konstruksi yang fungsinya untuk
memikul beban – beban yang diberikan bangunan atas, kemudian disalurkan ke
pondasi dan dari pondasi diteruskan ke tanah keras di bawahnya. Dalam
perencanaan jembatan masalah bangunan bawah harus mendapat perhatian lebih,
karena bangunan bawah merupaka salah satu penyangga dan penyalur semua
beban yang bekerja pada jembatan termasuk juga gaya akibat gempa. Selain gaya
– gaya tersebut, pada bangunan bawah juga bekerja gaya – gaya akibat tekanan
tanah dari oprit serta barang – barang hanyutan dan gaya – gaya sewaktu
pelaksanaan. Ditinjau dari konstruksinya, bangunan bawah dapat dibagi dalam
beberapa tahap pekerjaan, dan digabung sehingga merupakan satu kesatuan
bagian struktur dari jembatan.
Berikut merupapakan bagian – bagian bangunan atas adalah sebagai berikut ini :
a. Abutment
Abutment atau kepala jembatan adalah salah satu bagian konstruksi jembatan
yang terdapat pada ujung – ujung jembatan yang berfungsi sebagai pendukung
bagi bangunan diatasnya dan sebagai penahan tanah timbunan oprit. Konstruksi
abutment juga dilengkapi dengan konstruksi sayap untuk menahan tanah dengan
arah tegak lurus dari as jalan.
Bentuk umum abutment yang sering dijumpai baik pada jembatan lama
maupun jembatan baru pada prinsipnya semua sama yaitu sebagai pendukung
bangunan atas, tetapi yang paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti
daya dukung tanah dasar dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis
abutment ini dapat dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan
konstruksi seperti dinding atau tembok.
b. Pilar (pier)
Pilar adalah suatu bangunan bawah yang terletak di tengah – tengah bentang
antara dua buah abutment yang berfungsi juga untuk memikul beban – beban
bangunan atas dan bangunan lainnya dan meneruskannya ke pondasi serta
disebarkan ke tanah dasar yang keras. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam menggunakan pilar pada suatu konstruksi jembatan antara lain ditinjau dari:
- Bentang jembatan yang akan direncanakan.
- Kedalaman sungai atau perilaku sungai.
- Elemen struktur yang akan digunakan.
Pada umumnya pilar jembatan dipengaruhi oleh aliran (arus) sungai, sehingga
dalam perencanaan perlu diperhatikan dari segi kekuatan dan keamanan dari
bahan – bahan hanyutan dan aliran sungai itu sendiri, maka bentuk dan
penempatan pilar tidak boleh menghalangi aliran air terutama pada saat banjir.
Bentuk pilar yang paling ideal adalah elips dan dibentuk selangsing mungkin,
sehingga memungkinkan aliran sungai dapat mengalir lancar disekitar konstruksi.
Dibawah ini merupakan beberapa macam bentuk pilar adalah sebagai berikut
ini :
a. Pondasi
Pondasi berfungsi untuk memikul beban di atas dan meneruskannya ke lapisan
tanah pendukungnya tanpa mengalami konsolidasi atau penurunan yang
berlebihan. Adapun hal yang diperlukan dalam perencanaan pondasi diantaranya :
- Daya dukung tanah terhadap konstruksi.
- Beban
- Beban yang bekerja pada tanah baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Keadaan lingkungan seperti banjir, longsor dan lainnya.
Secara umum jenis pondasi yang sering digunakan pada jembatan ada 3 (tiga)
macam yaitu :
- Pondasi langsung
- Pondasi sumuran
- Pondasi dalam (pondasi tiang pancang / bor).
b. Plat injak
Pelat injak berfungsi untuk menahan hentakan pertama roda kendaraan ketika
akan memasuki awal jembatan. Pelat injak ini sangat berpengaruh pada pekerjaan
bangunan bawah, karena bila dalam pelaksanaan pemadatan kurang sempurna
maka akan mengakibatkan penurunan dan plat injak akan patah.
kritis. Faktor beban yang digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam
standar ini dan tidak boleh diubah.
4) Beban mati jembatan terdiri dari berat masing – masing bagian struktural
dan elemen – elemen non struktural. Masing masing berat elemen ini harus
dianggap sebagai aksi yang terintegrasi pada waktu menerapkan faktor
beban biasa dan yang terkurangi..
5) Tipe aksi, dalam hal tertentu aksi bisa meningkatkan respon total jembatan
(mengurangi keamanan) pada salah satu bagian jembatan, tetapi
mengurangi respon total (menambah keamanan) pada bagian lainnya.
Tabel 2.1 Ringkasan aksi – aksi rencana
Faktor Beban pada Keadaan
Aksi
Lamanya Batas
Pasa l No Waktu (3) Daya Ultimit KU;;XX
Nama Simbol
Layan Terkur angi
(1) KS;;XX Normal
5.2 Berat Sendiri PMS Tetap 1,0 *(3) *(3)
Beban Mati 1,0/13 2,0/1,4 (3) 0,7/0,8 (3)
5.3 PMA Tetap
Tambahan (3)
Penyusutan &
5.4 PSR Tetap 1,0 1,0 N/A
Rangkak
5.5 Prategang PPR Tetap 1,0 1,0 N/A
5.6 Tekanan Tanah PTA Tetap 1,0 *(3) *(3)
Beban Pelaksanaan
5.7 PPL Tetap 1,0 1,25 0,8
Tetap
6.3 Beban Lajur “D” TTD Tran 1,0 1,8 N/A
6.4 Beban Truck “T” TTT Tran 1,0 1,8 N/A
6.7 Gaya Rem TTB Tran 1,0 1,8 N/A
6.8 Gaya Sentrifugal TTR Tran 1,0 1,8 N/A
6.9 Beban Trotoar TTP Tran 1,0 1,8 N/A
Beban – beban
6.10 TTC Tran *(3) *(3) N/A
Tumbukan
7.2 Penurunan PES Tetap 1,0 N/A N/A
7.3 Temperatur TET Tran 1,0 1,2 0,8
Aliran / Benda
7.4 TEF Tran 1,0 *(3) N/A
hanyutan
7.5 Hidro / Daya Apung TEU Tran 1,0 1,0 1,0
7.6 Angin TEW Tran 1,0 1,2 N/A
7.7 Gempa TEQ Tran N/A 1,0 N/A
8.1 Gesekan TBF Tran 1,0 1,3 0,8
8.2 Getaran TVI Tran 1,0 N/A N/A
8.3 Pelaksanaan TCL Tran *(3) *(3) *(3)
CATATAN (1) Simbol yang terlihat hanya untuk beban nominal, simbol untuk beban rencana
menggunakan tanda bintang, untuk: PMS = berat sendiri nominal, P*MS =
berat sendiri rencana
CATATAN (2) Tran = transien
CATATAN (3) Untuk penjelasan lihat pasal yang sesuai
CATATAN (4) “N/A” menandakan tidak dapat dipakai. Dalam hal di mana pengaruh
beban transien adalah meningkatkan keamanan, faktor beban yang cocok adalah nol
b. Berat sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian tersebut dan
elemen – elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah
berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah
dengan elemen non struktural yang dianggap tetap. Beban mati jembatan terdiri
dari berat masing – masing bagian struktural dan elemen – elemen non-struktural.
Masing – masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang terintegrasi
pada waktu menerapkan faktor beban biasa dan yang terkurangi. Perencana
jembatan harus menggunakan kebijaksanaannya didalam menentukan elemen –
elemen tersebut.
Tabel 2.2 Berat isi untuk beban mati (KN/m³)
No. Bahan Berat/Satuan isi Kerapatan masa
(KN/m³) (Kg/m³)
1 Campuran aluminium 26.7 2720
2 Lapisan permukaan 22.0 2240
beraspal
3 Besi tuang 71.0 7200
4 Timbunan tanah 17.2 1760
dipadatkan
5 Kerikil dipadatkan 18.8 – 22.7 1920 – 2320
6 Aspal beton 22.0 2240
7 Beton ringan 12.25 – 19.6 1250 – 2000
8 Beton 22.0 – 25.0 2240 – 2560
9 Beton prategang 25.0 – 26.0 2560 – 2640
10 Beton bertulang 23.5 – 25.5 2400 – 2600
11 Timbal 111 11400
12 Lempung lepas 12.5 1280
13 Batu pasangan 23.5 2400
14 Neoprin 11.3 1150
15 Pasir Kering 15.7 – 17.2 1600 – 1760
16 Pasir Basah 18.0 – 18.8 1840 – 1920
17 Lumpur lunak 17.2 1760
18 Baja 77.0 7850
19 Kayu (ringan) 7.8 800
20 Kayu (keras) 11.0 1120
21 Air murni 9.8 1000
22 Air garam 10.0 1025
23 Besi tempa 75.5 7680
Tipe – tipe dari jembatan rangka batang sangat mudah sekali untuk dikenali,
seperti misalnya dengan melihat penempatan rangka batang tersebut yaitu seperti
penempatan pada struktur bawah (Deck), struktur atas (Pony) dan struktur
menerus (Through), bisa dilihat langsung scara visual. Adapun contohnya adalah
sebagai berikut :
1. Deck Truss (rangka batang sebagai struktur bawah)
Pada tipe deck truss pelat lantai kendaraan berada di atas dari pada struktur
utama.
Pada tipe pony truss pelat lantai kendaraan berada dibawah struktur utama
dan diatasnya tidak diberi perkuatan silang.
3. Through Truss (rangka batang menerus)
Tipe ini hampir sama dengan tipe Pony Truss hanya saja pada bagian atap
jembatan diberi perkuatan silang (tertutup),seperti gambar di atas.
Adapun beberapa jenis dari tipe jembatan rangka batang berdasarkan bentuk
struktur atas, adalah sebagai berikut :
1. Warren Truss
Tipe jembatan ini ditemukan oleh James Warren dan Willoughby Theobald
Monzani pada tahun 1848 di Britania Raya. Jembatan rangka batang tipe warren
ini tidak memiliki batang vertikal pada bentuk rangkanya yang membentuk
segitiga sama kaki atau segitiga sama sisi. Sebagian batang diagonalnya
mengalami gaya tekan (compression) dan sebagian lainnya mengalami gaya
tegangan (tension).
2. Pratt Truss
Tipe Pratt Truss ini adalah sangat sederhana, tetapi memilki banyak
variasi. Perancang yang sebenarnya adalah Thomas dan Caleb Pratt pada tahun
1844. Tipe ini ditemukan pada masa peralihan dari desain kayu ke metal (baja),
Ciri–ciri dasar yang dapat digunakan untuk mengenalinya adalah dengan adanya
bagian yang diagonal pada tengah bentang yang membentuk huruf V. Beberapa
tipe dari Pratt Truss, antara lain :
Jembatan rangka baja tipe warren truss merupakan salah satu jembatan yang
banyak ditemukan di Indonesia. Jembatan tipe ini memiliki keunggulan mudah
dalam proses konstruksinya, selain itu jembatan rangka baja ini dinilai lebih
menguntungkan hal ini dikarenakan batang- batang rangka baja tersebut hanya
menerima gaya aksial tekan atau tarik saja.
Komponen jembatan rangka baja tipe warren truss ini sendiri terdiri dari
rangka baja induk yang membentuk trapesium (terdiri dari serangkaian segitiga),
gelagar memanjang - melintang, ikatan angin. Sambungan, dan komponen
jembatan lainnya.
Keunggulan dari jembatan rangka tipe ini adalah mampu digunakan untuk
struktur dengan bentang panjang serta desain yang cukup sederhana pada struktur
rangka nya menjadikan jembatan tipe ini memiliki berat yang relatif ringan. Selain
itu, penyaluran beban-beban yang merata antar member-member rangka bajanya.
Sedangkan, Kelemahan dari jembatan rangka tipe ini adalah tidak bisa bekerja
dengan baik jika beban yang diberikan terpusat. Selain itu, biaya konstruksi yang
cukup banyak dikarenakan penambahan rangka.
Ru ≤ ϕ Ru (2.2)
Lentur 0.9
Tarik aksial
Geser 0.9
Sambungan baut
Sambungan las
(Sumber : Struktur Baja Perilaku, Analisa & Desain – AISC 2010,Wiryanto Dewobroto)
2.4 Perencanaan Jembatan Baja
Jembatan rangka adalah struktur konstruksi jembatan yang tersusun dari
rangka-rangka yang diletakkan pada suatu bidang dan dihubungkan melalui
sambungan sendi-rol pada ujungnya. Struktur rangka batang dapat dikatakan
stabil jika tidak terjadi pergerakkan titik pada struktur di luar pengaruh deformasi
elemen.
Susunan struktur yang stabil khususnya pada jembatan merupakan
rangkaian segitiga dan dilengkapi dengan batang diagonal atau vertikal, sehingga
setiap batang hanya memikul batang aksial murni (Dhinahadi, 2016). Dalam
melakukan perencanaan struktur jembatan rangka batang tentunya harus
BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN
5m
8 x 5,5 m
Gambar 3.1 Jembatan Rangka Baja Rencana
( )
3) Batang diagonal
Nilai y
*( ) )
*( ) )
[
[
*( ) )
*( ) )
λ=
= 54,46
λ ≤ 4.71 √
54,46 ≤ 4,71 √
Fcr = 0,877.Fe
Fe =
= 6981,09 Kg/cm2
Fcr =
⁄
= 2400
= 2078,36 Kg/cm2
Pu ≤ ϕ Pn
Pu ≤ 0.9 Fcr Ag
471389,60 ≤ 0.9 2078,36 254,9
2. Batang Bawah
Berdasarkan rekapitulasi gaya batang dan kombinasi beban diketahui nilai Pu
maksimum batas atas sebesar 502719,73 kg.
Menghitung Panjang tekuk :
Pu = 502719,73 kg ≈ 502,719 ton
L = 5,5 m ≈ 550 cm
Ag =
= 232,74 cm2
Menghitung Kondisi Fraktur :
Diketahui faktor reduksi (ϕ) untuk kondisi fraktur sebesar 0.75
ϕ Fu. Ae ≥ Fu
ϕ Fu.0,85. Ag ≥ Fu
Ag =
=
= 213,13 cm2
“dari kedua kondisi yaitu leleh dan factor diambil nilai Ag. Yang terbesar didapati
Ag terbesar pada kondisi leleh sebesar 232,74 cm2 ”
L=√
= 571 cm ≈ 5,71 m
Menghitung Kuat Leleh :
ϕ Pn ≥ Pu
ϕ Fy Ag ≥ Pu
Ag =
=
= 100,53 cm2
Menghitung Kondisi Fraktur :
Diketahui faktor reduksi (ϕ) untuk kondisi fraktur sebesar 0.75
ϕ Fu. Ae ≥ Fu
ϕ Fu.0,85. Ag ≥ Fu
Ag =
=
= 92,06 cm2
Dari kedua kondisi yaitu leleh dan factor diambil nilai Ag. Yang terbesar didapati
Ag terbesar pada kondisi leleh sebesar 100,53 cm2
Dicoba Ag profil 166,6 cm2
Ix = 35300 cm4
Iy = 11800 cm4
ix = 14,6 cm
iy = 8,43 cm
Ag = 166,6 cm2
w = 131 kg/m
Leleh penampang bruto :
ϕ Pn = Fy.Ag. ϕ
= 2400 166,6 0.9
= 359856 Kg
Leleh penampang netto :
ϕ Pn = Fu.Ae. ϕ
= 3700 0.85 Ag 0.75
= 3700 0.85 166,6 0.75
= 392967,75 Kg
Kuat tekan nominal :
Pu ≤ ϕ.Pn
217136,86 kg. ≤ 392967,75 Kg (Oke)
Dapat disimpulkan profil IWF (350x 350x16x 6) dapat digunakan dan dilakukan
penyeragaman profil pada semua batang diagonal tarik.
λ=
= 67,73
λ ≤ 4.71 √
59,85 ≤ 4,71 √
Fcr = 0,877.Fe
Fe =
= 4513,53 Kg/cm2
Fcr =
⁄
= 2400
= 1921,13 Kg/cm2
Setelah didapat niali Fcr (tegangan kritis) dapat dicari nilai kuat tekan nominal
(Pn)
Pn = Fcr . Ag
= 1921,13 x 166,6
= 320060,26
Pu ≤ ϕ Pn
Pu ≤ 0.9 320060,26
217136,86 ≤ 288054,23 (Oke)
Dapat disimpulkan profil IWF (400x400x15 x15) dapat digunakan dan dilakukan
penyeragaman profil pada semua batang diagonal tekan.
A = 5,5 m
= 5,71
m
B = 2,75
m
Diketahui berdasarkan dimensi batang atas, bawah dan diagonal pada rangka
jembatan, yaitu sebagai berikut :
LA = 5,5 m
LB = 2,75+2,75
= 5,5 m
LD = 5,71 m
Ɩ = LA + LB + 2LD
= 5,5 + 5,5 + 2(5,71)
= 22,42 m
Berat aktual rangka = Berat Profil x Ɩ
= (200+131) x 22,42
= 7441.02 Kg
Berat aktual per meter = Berat aktual rangka
L
= 169,11 Kg/m
Berat aktual per meter ≤ Berat asumsi rangka
169,11 Kg/m ≤ 500 Kg/m (Oke)
Dari hasil perhitungan kontrol berat aktual diatas dapat disimpulkan profil baja
yang direncanakan pada rangka batang atas,bawah dan diagonal telah memenuhi
syarat dan dapat digunakan.