MERINGKAS
PEDOMAN KAPASITAS JALAN INDONESIA 2014
(PKJI’14)
OLEH:
KELAS : A
DOSEN PENGAMPUN : SULAIMAN, ST.,MPW.
Indonesia tidak memakai langsung manual-manual kapasitas jalan yang telah ada Hal ini
disebabkan oleh:
1. komposisi lalu lintas di Indonesia yang memiliki porsi sepeda motor yang tinggi dan
dewasa ini semakin meningkat,
2. aturan “right of way” di Simpang dan titik-titik konflik yang lain yang tidak jelas
sekalipun Indonesia memiliki regulasi prioritas.
KAPASITAS JALAN PERKOTAAN
Pedoman ini menetapkan ketentuan mengenai perhitungan kapasitas untuk perencanaan
dan evaluasi kinerja lalu lintas Jalan perkotaan, meliputi kapasitas jalan (C) dan kinerja lalu
lintas jalan yang diukur oleh derajat kejenuhan (DJ), kecepatan tempuh (VT), dan waktu tempuh
(TT). Pedoman ini dapat digunakan pada ruas-ruas umum yang berada di lingkungan perkotaan
dengan tipe jalan 2/2TT, 4/2TT, dan Jalan Raya tipe 4/2T serta 6/2T.
1.1 Istilah Dan defenisi
1) arus lalu lintas (Q) : Jumlah kendaraan bermotor yang melalui suatu titik pada suatu
penggal jalan per satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan kend/jam (Qkend), atau
skr/jam (Qskr), atau skr/hari (LHRT).
2) arus lalu lintas jam desain (QJP) : arus lalu lintas dalam satuan kend/jam,yang
digunakan untuk desain
3) derajat kejenuhan (DJ) : rasio antara arus lalu lintas terhadap kapasitas
4) ekivalen kendaraan ringan (ekr) : faktor penyeragaman satuan dari beberapa tipe
kendaraan dibandingkan terhadap KR sehubungan dengan pengaruhnya kepada
karakteristik arus campuran (untuk mobil penumpang dan/atau kendaraan ringan yang
sama sasisnya memiliki ekr = 1,0)
5) faktor k (k) : faktor pengubah LHRT menjadi arus lalu lintas jam puncak
6) faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCHS) : Langka untuk
mengoreksi nilai kapasitas dasar sebagai akibat dari kegiatan samping jalan yang
menghambat kelancaran arus lalu lintas
7) faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisahan arah lalu lintas (FCPA) : angka untuk
mengoreksi kapasitas dasar sebagai akibat dari pemisahan arus per arah yang tidak sama
dan hanya berlaku untuk jalan dua arah tak terbagi
8) faktor penyesuaian kapasitas akibat perbedaan lebar jalur lalu lintas (FCL) : angka
untuk mengoreksi kapasitas dasar sebagai akibat dari perbedaan lebar jalur lalu lintas dari
lebar jalur lalu lintas ideal
9) faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCUK) : angka untuk mengoreksi
kapasitas dasar sebagai akibat perbedaan ukuran kota dari ukuran kota yang ideal
10) faktor penyesuaian kecepatan akibat hambatan samping (FVHS) : angka untuk
mengoreksi kecepatan arus bebas dasar sebagai akibat dari adanya hambatan samping
11) faktor penyesuaian kecepatan akibat lebar jalur lalu lintas (FVL) : angka untuk
mengoreksi kecepatan arus bebas dasar sebagai akibat dari perbedaaan lebar jalur jalan
yang tidak ideal
12) faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota (FVUK) : angka untuk mengoreksi
kecepatan arus bebas dasar sebagai akibat dari ukuran kota yang tidak ideal
13) faktor skr (Fskr) : angka untuk mengubah besaran arus lalu lintas dalam kendaraan
campuran dari satuan kendaraan menjadi skr kegiatan di samping segmen jalan yang
berpengaruh terhadap kinerja lalu lintas
14) jalur lalu lintas : bagian jalan yang didesain khusus untuk kendaraan bermotor bergerak
15) jarak kereb ke penghalang (LKP) : jarak dari kereb ke objek penghalang di trotoar,
misalnya pohon atau tiang lampu jumlah lajur di lapangan ditentukan dari tanda marka
lajur atau diperoleh dari pembagian lebar jalur lalu lintas oleh lebar lajur jalan.
16) kapasitas (C) : arus lalu lintas maksimum dalam satuan ekr/jam yang dapat
dipertahankan sepanjang segmen jalan tertentu dalam kondisi tertentu, yaitu yang
melingkupi geometrik, lingkungan, dan lalu lintas
17) kapasitas dasar (C0) : kemampuan suatu segmen jalan menyalurkan kendaraan yang
dinyatakan dalam satuan skr/jam untuk suatu kondisi jalan tertentu mencakup geometrik,
pola arus lalu lintas, dan faktor lingkungan
18) kecepatan arus bebas (VB) : Kecepatan suatu kendaraan yang tidak terpengaruh oleh
kehadiran kendaraan lain, yaitu kecepatan dimana pengemudi merasa nyaman untuk
bergerak pada kondisi geometrik, lingkungan dan pengendalian lalu lintas yang ada pada
suatu segmen jalan tanpa lalu lintas lain (km/jam)
19) kecepatan arus bebas dasar (VBD) : kecepatan arus bebas suatu segmen jalan untuk
suatu kondisi geometrik, pola arus lalu lintas dan faktor lingkungan tertentu (km/jam)
20) kecepatan tempuh (V) : kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) kendaraan
sepanjang segmen jalan
21) kendaraan (kend.) : unsur lalu lintas yang bergerak menggunakan roda
22) kendaraan berat (KB) : kendaraan bermotor dengan dua sumbu atau lebih, beroda 6
atau lebih, panjang kendaraan 12,0m atau lebih dengan lebar sampai dengan 2,5m,
meliputi Bus besar, truk besar 2 atau 3 sumbu (tandem), truk tempelan, dan truk
gandengan (lihat foto tipikal jenis KB dalam Lampiran E)
23) kendaraan ringan (KR) : kendaraan bermotor dengan dua gandar beroda empat,
panjang kendaraan tidak lebih dari 5,5m dengan lebar sampai dengan 2,1m, meliputi
sedan, minibus (termasuk angkot), mikrobis (termasuk mikrolet, oplet, metromini), pick-
up, dan truk kecil lihat foto tipikal jenis KR dalam Lampiran E)
24) kendaraan tak bermotor (KTB) : kendaraan yang tidak menggunakan motor, bergerak
ditarik oleh orang atau hewan, termasuk sepeda, becak, kereta dorongan, dokar, andong,
gerobak (lihat foto tipikal jenis KTB dalam Lampiran E)
25) kereb : batas yang ditinggikan berupa bahan kaku dan keras, biasanya terbuat dari beton
atau batu yang terletak diantara tepi luar badan jalan dan trotoar.
26) lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) : volume lalu lintas harian rata-rata
tahunan (kend./hari), dihitung dari jumlah arus lalu lintas yang dihitung selama satu
tahun penuh dibagi jumlah hari dalam tahun tersebut
27) lajur lalu lintas : bagian dari jalur lalu lintas yang digunakan oleh kendaraan untuk
bergerak dalam satu iringan yang searah.
28) lebar bahu (LB) : bagian di samping jalur jalan yang didesain sebagai ruang untuk
kendaraan yang berhenti sementara dan dapat digunakan oleh kendaraan lambat, namun
bukan untuk pejalan kaki, m
29) lebar bahu efektif (LBE) : lebar bahu yang benar-benar dapat dipakai setelah dikurangi
penghalang seperti pohon atau kios samping jalan, m
30) lebar jalur (LJ) : lebar jalur jalan yang dilewati arus lalu lintas, tidak termasuk bahu, m
31) lebar jalur efektif (LJE) : lebar jalur jalan yang tersedia, untuk gerakan lalu lintas
setelah dikurangi akibat parkir atau penghalang sementara lain, yang menutupi jalur lalu
lintas (bahu yang diperkeras kadang kadang dianggap bagian dari lebar jalur efektif), m
32) median : bangunan yang terletak dalam ruang jalan yang berfungsi memisahkan arah
arus lalu lintas yang berlawanan
33) panjang jalan (L) : panjang segmen jalan atau ruas jalan, Km
34) pemisahan arah (PA) : Pembagian arah arus pada jalan dua arah yang dinyatakan
sebagai persentase dari arus total pada masing-masing arah, sebagai contoh 60:40
35) rasio (R)/ : perbandingan antara sub-populasi terhadap populasi total, misalnya RSM
menyatakan sebagai rasio antara jumlah sepeda motor terhadap seluruh jumlah
kendaraan dalam arus lalu lintas
36) ruas jalan : sepenggal jalan dengan panjang jalan tertentu yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan sebagai penggalan jalan yang harus dikelola oleh manajer jalan.
37) segmen jalan : bagian ruas jalan, yang mempunyai karakteristik lalu lintas dan
geometrik yang tidak berbeda secara signifikan (homogen)
38) segmen jalan antar kota : segmen jalan tanpa perkembangan yang menerus pada kedua
sisinya, meskipun ada perkembangan permanen tetapi sangat sedikit, seperti rumah
makan, pabrik, atauperkampungan (kios kecil dan kedai di sisi jalan tidak dianggap
sebagai perkembangan yang permanen)
39) segmen jalan perkotaan : segmen jalan yang mempunyai perkembangan permanen dan
menerus di sepanjang atau hampir seluruh segmen jalan, minimal pada satu sisinya,
berupa pengembangan koridor, berada dalam atau dekat pusat perkotaan yang
berpenduduk lebih dari 100.000 jiwa, atau dalam daerah perkotaan dengan penduduk
kurang dari 100.000 jiwa tetapi mempunyai perkembangan di sisi jalannya yang
permanen dan menerus
40) sepeda motor (SM) : kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda (lihat foto tipikal
jenis KTB dalam Lampiran E)
41) tingkat pelayanan (QP) : besarnya arus lalu lintas yang dapat dilewatkan oleh segmen
tertentu dengan mempertahankan tingkat kecepatan atau derajat kejenuhan tertentu
42) tipe jalan konfigurasi jumlah lajur dan arah jalan, misal tipe jalan 2 lajur 2 arah tak
terbagi (2/2TT)
43) trotoar : bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki, yang biasanya sejajar dengan
jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kereb
44) ukuran kota (UK) : ukuran kota ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di dalam kota
yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam juta jiwa
45) unsur lalu lintas : benda, baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, atau pejalan
kaki sebagai bagian dari arus lalu lintas
46) waktu tempuh (TT) : Waktu total yang diperlukan oleh suatu kendaraan untuk melalui
suatu segmen jalan tertentu, termasuk seluruh waktu tundaan dan waktu berhenti (jam,
menit, atau detik).
1.2 Prinsip
1. Segmen jalan perkotaan melingkupi empat tipe jalan, yaitu:
- Jalan sedang tipe 2/2TT;
- Jalan raya tipe 4/2T;
- Jalan raya tipe 6/2T;
- Jalan satu-arah tipe 1/1, 2/1, dan 3/1.
2. Suatu segmen jalan perkotaan ditentukan sebagai bagian jalan antara dua Simpang
APILL dan/atau Simpang utama dengan kondisi arus lalu lintas yang relatif sama di
sepanjang segmen dan tidak dipengaruhi oleh kinerja simpang-simpang tersebut adanya
macet atau antrian), memiliki aktivitas samping jalan yang relatif sama di sepanjang
segmen, serta mempunyai karakteristik geometrik yang hampir sama sepanjang segmen
jalan.
3. Apabila suatu segmen jalan kinerja lalu lintasnya disebabkan oleh Simpang, Simpang
APILL, dan/atau bagian jalinan (termasuk bundaran), maka pengukuran kinerja lalu
lintasnya berdasarkan kapasitas jaringan jalan, bukan ruas jalan
4. Tipe alinemen jalan yang dapat dianalisis menggunakan pedoman ini meliputi alinemen
dengan kondisi sebagai berikut:
a. Tipe alinemen datar atau hampir datar
b. Alinemen horisontal yang lurus atau hampir lurus
c. Pada segmen jalan yang tidak dipengaruhi oleh antrian akibat adanya persimpangan
atau arus iringan kendaraan yang tinggi dari simpang bersinyal
5. Karakteristik utama segmen jalan yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan ada
lima, yaitu:
1) geometrik jalan,
2) komposisi arus lalu lintas dan pemisah arah,
3) pengaturan lalu lintas,
4) aktivitas samping jalan,
5) perilaku pengemudi.
perbedaan tingkat perkembangan perkotaan, keanekaragaman kendaraan, populasi
kendaraan (umur, tenaga dan kondisi kendaraan, komposisi kendaraan) menunjukkan
keberagaman perilaku pengemudi. Kota yang lebih kecil menunjukkan perilaku pengemudi yang
kurang gesit dan kendararan yang kurang responsif sehingga menyebabkan kapasitas dan
kecepatan lebih rendah pada arus tertentu pentuan penetapan ukuran kota pada pedoman ini
dapat dilihat pada tabel 1 :
Ukuran Kota (Juta Jiwa) Kelas Ukuran Kota
<0,1 Sangar Kecil
0,1 - 0,5 Kecil
0,5 - 1,0 Sedang
1,0 - 3,0 Besar
> 3,0 Sangat Besar
Dalam survei perhitungan lalu lintas, kendaraan diklasifikasikan menjadi beberapa kelas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, data yang dikumpulkan melalui prosedur survei
yang dilaksanakan sesuai klasifikasi IRMS maupun DJBM 1992, dapat juga digunakan
untuk perhitungan kapasitas.
Tabel 5 Padanan klasifikasi jenis kendaraan
IRMS DJBM (1992) MKJI’97
(11 kelas) (8 kelas) (5 kelas)
1 Sepeda motor, Skuter, 1 Sepeda motor, Skuter, 1 SM: Kendaraan
Kendaraan roda tiga Sepeda kumbang, dan bermotor
Sepeda roda tiga roda 2 dan 3 dengan
panjang tidak lebih dari
2,5m
2 Sedan, Jeep, Station 2 Sedan, Jeep, Station 2 KR: Mobil penumpang
wagon wagon (Sedan, Jeep, Station
3 Opelet, Pickup-opelet, 3 Opelet, Pickup-opelet, wagon, Opelet, Minibus,
Suburban, Kombi, dan Suburban, Kombi, dan Mikrobus), Pickup,Truk
Minibus Minibus Kecil, dengan panjang
4 Pikup, Mikro-truk, dan 4 Pikup, Mikro-truk, dan tidak lebih dari atau
Mobil hantaran Mobil hantaran sama
dengan 5,5m
5a Bus Kecil 5 bus 3 KS: Bus dan Truk 2
5 Bus besar sumbu, dengan panjang
b tidak lebih dari atau
6 Truk 2 sumbu 6 Truk 2 sumbu sama
dengan 12,0m
7a Truk 3 sumbu 7 Truk 3 sumbu atau lebih 4 KB: Truk 3 sumbu dan
7 Truk Gandengan dan Gandengan Truk kombinasi (Truk
b Gandengan dan Truk
7c Truk Tempelan (Semi Tempelan), dengan
trailer) panjang lebih dari
12,0m.
8 KTB: 8 KTB: 5 KTB: Sepeda, Beca,
Sepeda, Beca, Dokar, Sepeda, Beca, Dokar, Dokar, Keretek,
Keretek, Andong. Keretek, Andong. Andong.
Jika kondisi eksisting sama dengan kondisi dasar (ideal), maka semua faktor penyesuaian
menjadi 1,0 dan VB menjadi sama dengan VBD. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas
untuk jalan enam-lajur dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FVHS untuk jalan 4/2T
yang disesuaikan menggunakan persamaan :
FV6HS = 1 – {0,8 x ( 1 – FV4HS)
Ket :
- FV6HS adalah faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan 6/2T;
- FV4HS adalah faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan 4/2T.
Penetapan Kapasitas (C)
Untuk tipe jalan 2/2TT, C ditentukan untuk total arus dua arah. Untuk jalan dengan tipe 4/2T,
6/2T, dan 8/2T, arus ditentukan secara terpisah per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Kapasitas segmen dapat dihitung menggunakan persamaan