I. Pendahuluan
Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu instansi pendidikan
terbesar di Indonesia. UGM terletak di Bulaksumur, Daerah Istimewa Yokyakarta.
Universitas tersebut dibangun pada tahun 1949, yaitu empat tahun setelah Indonesia
merdeka.
UGM memiliki mahasiswa aktif sebanyak 58.841 (Karnawati, 2014). Puluhan
ribu mahasiswa tersebut tersebar ke dalam 18 fakultas, satu sekolah vokasi, dan satu
sekolah pascasarjana. Jumlah mahasiswa yang sangat banyak tersebut tentu memiliki
berbagai kebutuhan dalam jumlah banyak pula.
Salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi mahasiswa adalah air bersih.
Menurut Kepala Subbagian Perencanaan Fisik Bagian Perencanaan Direktorat
Perencanaan dan Pengembangan UGM, Arifah Budi Wati (20/11/2014), kebutuhan air
bersih di UGM telah mencapai 15 liter per detik. Kebutuhan air tersebut tergolong besar
dan dapat bersifat eksploitatif terhadap lingkungan di sekitarnya apabila tidak dikelola
dengan tepat.
Walaupun memiliki kebutuhan air bersih dalam jumlah besar, UGM tergolong
instansi yang cukup peduli terhadap kelestarian sumberdaya air. Hal itu dibuktikan
dengan program pengolahan air sungai menjadi air bersih. UGM tidak mengeksploitasi
air tanah secara berlebihan. Sebagian air bersih di UGM berasal dari air sungai yang
diolah sehingga layak digunakan, bahkan sebagian dapat diminum langsung (drinkable).
II. Pembahasan
Salah satu sumber air bersih di UGM adalah lembah UGM. Lembah UGM
tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. Lembah tersebut memiliki bentuk membulat
seperti terlihat pada gambar.
90 cm
13 cm
14 cm
16 cm
14,5 cm
12 cm
Air yang masuk ke lembah tidak ditampung sepenuhnya. Terdapat dua sungai
yang menjadi outlet dari lembah. Penampang vertikal dari kedua otlet lembah tertera
pada Gambar 3.
A.
49,5 cm
30 cm
89 cm
B.
186 cm
7 cm
15 cm
III.Kesimpulan
Tata kelola air di lingkungan UGM terus mengalami perbaikan. UGM memiliki
lembah, tampungan, dan embung yang merupakan salah satu tempat pengelolaan air
bersih di UGM. Sebagian air sungai ditampung di lembah, lalu sebagian dialirkan
menuju tampungan, dan sebagian lagi mengalir menuju embung. Air di lembah,
tampungan, dan embung tersebut dapat dikelola sehingga menghasilkan air bersih yang
kemudian didistribusikan ke beberapa lokasi di UGM. Tiga tempat tersebut juga dapat
menjadi bangunan pencegah banjir di lingkungan UGM.
Kapasitas tampungan lembah lebih besar daripada kapasitas tampungan kolam di
selatan lembah. Kapasitas tampungan maksimum dari lembah adalah 6.543,21 m3,
sedangkan kapasitas tampungan kolam di selatan lembah hanya 2.800 m 2. Kapasitas
tampungan di selatan lembah lebih kecil karena fungsinya hanya sebagai bangunan
pelindung untuk menampung air dari lembah.
REFERENSI
Karnawati, D. 2014. Laporan Rektor Tahun 2014. Yogyakarta: UGM