Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Dalam melakukan analisis hidrologi sering dihadapkan


pada kejadian-kejadian ekstrim seperti banjir dan kekeringan.
Banjir mempengaruhi bangunan-bangunan air seperti bendung,
bendungan, tanggul, jembatan, gorong-gorong, dsb. Bangunan-
bangunan tersebut harus direncanakan untuk dapat melewatkan
debit banjir maksimum yang mungkin terjadi. Bangunan harus
diperhitungkan tidak hanya keamanan bangunan itu sendiri, tetapi
juga kehidupan dan fasilitas-fasilitas lain yang terancam
keselamatannya apabila bangunan tersebut runtuh.
Sebagai contoh, runtuhnya suatu bendungan yang
menampung jutaan meter kubik air dapat berakibat bencana terhadap
kehidupan yang berada di sebelah hilir bendungan. Oleh karena itu
bendungan harus direncanakan untuk dapat menahan debit yang
sangat besar. Penduduk dan harta benda yang ada dihilirnya harus
benar-benar terlindungi keselamatannya.
Contoh lain adalah jebolnya tanggul banjir yang dapat
mengakibatkan banjir dan genangan yang cukup luas dan
menimbulkan korban dan kerugian bagi masyarakat di sekitar sungai.
Kerugian bisa berupa korban jiwa, harta benda, tergenangnya sawah
dan pemukiman, terputusnya jalur transportasi, terganggunya rasa
aman, sampai kerugian yang ditimbulkan karena masyarakat tidak
bisa melakukan aktifitas sehari-hari.
Masalah kekeringan banyak berkaitan dengan
ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan air
irigasi, air baku, pemeliharaan sungai dan sebagainya. Pada
musim kemarau debit sungai kecil, sehingga untuk bisa
memenuhi berbagai kebutuhan perlu dilakukan analisis
ketersediaan air.

Analisa Debit
Debit adalah suatu variabel yang menyatakan aliran dalam
waktu tertentu. Debit dapat dinyatakan pada saluran atau sungai dan
dapat pula dinyatakan pada suatu daerah pengaliran dan disebut debit
limpasan.
Debit dinyatakan apabila air sudah mengalir, jika air belum
mengalir maka masih dalam bentuk volume. Banjir dapat terjadi akiba
derasnya hujan (intensitas besar) dalam waktu yang lama. Jumlah a
yang dihasilkan akibat hujan tergantung dari intensitas hujan dan lam
waktu hujan.
Pengertian Banjir dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu banjir d
dalam sungai dan banjir yang berupa penggenangan air di daera
tertentu yang melebihi suatu batas tinggi tertentu.
Debit banjir dapat diperkirakan dengan tiga cara, yaitu:
1. Cara dengan rumus empiris
2. Cara Statistik atau kemungkinan
3. Cara dengan unit hidrograf
Disamping itu debit banjir dapat juga diperkirakan dengan penelusuran
aliran dengan berbagai metode diantaranya:

1. Level Pool Routing Method (Metode Penelusuran Elevasi Genangan).


2. Runge Kutta Method (metode Runge-Kutta)
3. Hydrologic River Routing Method (Metode Penelusuran Hidrologi
sungai).
Konsep Probabilitas Dalam Hidrologi

Dalam hidrologi sering dilakukan analisis data dalam jumlah


yang sangat banyak. Data tersebut diperoleh dari pengukuran di alam
(seperti debit sungai, hujan, dsb) yang dapat diukur hanya satu kali
dan kemudian tidak akan terjadi lagi. Misalnya dalam pengukuran debit
di suatu stasiun pengamatan, data debit yang yang tercatat saat itu
tidak akan terjadi lagi pada masa yang akan datang.
Salah satu hal penting dalam analisis hidrologi adalah
menafsirkan probabilitas suatu kejadian yang akan datang
berdasarkan data hidrologi yang diperoleh pada pencatatan yang telah
lampau. Untuk maksud tersebut digunakan konsep probabilitas dalam
analisis data hidrologi.
Data yang digunakan untuk analisis frekwensi dapat dibedakan menjad
dua tipe berikut:
1. Partial duration series
Metode ini digunakan apabila jumlah data kurang dari 10 tahun data
runtut waktu. Partial Duration Series yang juga disebut (Peaks over
Treshold, POT) adalah rangkaian data debit banjir/hujan yang besarnyad
atas suatu nilai batas bawah tertentu. Dengan demikian dalam satu tahun
bisa terdapat lebih dari satu data yang digunakan dalam analisis. Dar
setiap tahun data dipilih 2 sampai 5 data tertinggi.

2. Annual maksimum series


Metode ini digunakan apabila tersedia data debit atau hujan minimal 10
tahun data runtut waktu. Tipe ini adalah dengan memilih satu data
maksimum setiap tahun. Dalam satu tahun hanya ada satu data. Dengan
cara ini, data terbesar kedua dalam suatu tahun yang mungkin lebih
besar dari data maksimum pada tahun yang lain tidak diperhitungkan.
Periode ulang
Periode ulang (return period) didefinisikan sebagai waktu hipote
dimana debit atau hujan dengan suatu besaran tertentu (XT) ak
disamai atau dilampaui sekali sekali dalam jangka waktu terseb
Berdasarkan data debit atau hujan untuk beberapa tahun pengamat
dapat diperkirakan debit/hujan yang diharapkan disamai atau dilampa
satu kali dalam T tahun; dan debit/hujan tersebut dikenal sebag
debit/hujan dengan periode ulang T tahun.
Misalnya apabila T = 50 tahun, debit/hujan yang diperkirak
adalah debit/hujan 50 tahunan, artinya bahwa debit/hujan terseb
diharapkan disamai atau dilampaui rata-rata satu kali dalam 50 tahu
Hal ini tidak berarti bahwa debit/hujan 50 tahunan hanya akan terjadi sa
kali dalam periode 50 tahun yang berurutan; melainkan diperkirak
bahwa debit atau hujan tersebut dilampaui k kali dalam periode panja
M tahun akan mempunyai nilai k/M yang kira-kira sama dengan 1/50.
Tingkat Resiko
Periode ulang yang diperkirakan dari analisis frekuen
menunjukkan interval waktu antara kejadian-kejadian. Probabilitas bahw
suatu kejadian akan menyamai atau lebih besar dari suatu nilai tertent
1 1
P (Q  Q )  Q )  0,05  5%
(debit atau hujanT
T dengan periode ulangP(Q T), atau
20
20
dengan kata la
probabilitas bahwa suatu kejadian atau peristiwa akan terjadi dalam sat
tahun mempunyai bentuk berikut:
P(Q>=QT) = 1/T ....................................1.1
Misalnya debit banjir dengan periode ulang T= 20 tahun adala
Q20=100 m3/d, maka probabilitas kejadian dari debit tersebut setiap tahu
1
P(Q  Q20 )   0,05  5%
adalah: 20

P(Q>=Q20) = 1/20 = 0,05 = 5 %


Probabilitas tidak terjadinya debit dengan periode ulang T tahu
adalah:
F(Q>=Q ) = 1 – 1/T ................................1.2
Probabilitas tidak terjadinya debit dengan periode ulang T tahu
dalam n tahun yang berurutan adalah:
F(Q>=QT)n = (1 – 1/T)n ...........................................1.3

Resiko atau probabilitas bahwa debit Q akan terjadi paling tidak sat
kali dalam n tahun
1
yang berurutan : 1
P (Q  QT )  P (Q  Q 20 )   0,05  5%
T 20

R = 1 – F (Q)n = 1 – (1 – 1/T)n................................1.4

Dengan menggunakan rumus 1.4 diatas akan dapat dihitung period


ulang dari debit rencana untuk suatu bangunan dengan umur rencana
tahun, tingkat resiko yang dikehendaki R dan probabilitas p. Tabel
1
P(Q  Q )   0,05  5%
memberikan periode ulang banjir berdasarkan tingkat resiko dan umu
20
20

bangunan sebesar 1, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Sebagai contoh apabi
tingkat resiko hanya 1 % dan umur bangunan 50 tahun, maka period
ulang banjir rencana adalah 5260 tahun.
Tabel 1. Periode ulang fungsi umur bangunan dan tingkat resiko

Tingkat Resiko yang Umur Bangunan n (tahun)


dapat diterima R (%) 1 10 25 50 100
1 100 910 2440 5260 9950
10 10 95 238 460 940
1 1
P (Q  Q 20 )   0,05  5%
25P(Q  QT )  T 4 35 87 175 20 345
50 2 15 37 72 145
75 1,3 8 18 37 72
99 1,01 2,7 6 11 27

1
P(Q  Q20 )   0,05  5%
20
Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan
antara besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan
menggunakan distribusi probabilitas. Besarnya kejadian ekstrim
berbanding terbalik dengan probabilitas kejadian, misalnya frekuensi
kejadian debit banjir bandang (sangat besar) adalah lebih kecil dibanding
debit-debit sedang atau kecil.

Seri Data Hidrologi

Data debit banjir atau hujan yang digunakan untuk analisis


frekwensi dipilih dari seri data lengkap hasil observasi selama
beberapa tahun. Apabila data debit adalah harian, maka dalam satu
tahun terdapat 365 data debit. Data semacam ini tersedia untuk
beberapa tahun pengukuran.
Contoh 1.
Suatu bangunan air direncanakan dengan debit 100 tahunan da
mempunyai umur rencana 50 tahun. Hitung probabilitas dari debit 10
tahunan tersebut terjadi dalam 50 tahun.

Penyelesaian
Probabilitas
P (Q  Qdebit
T )
1 100 tahunan terjadi dalam
P (Q  Q ) 50
20 
1
20
 0tahun
,05  5% (selama umu
T
rencana bangunan) diperkirakan dengan menggunakan persamaan 1.4:

p(Q>=QT) = 1 – (1 – 1/T)n = 1- (1- 1/100)50 = 0,395=39,5%

Contoh 2.

Suatu P(gorong-gorong
QQ )
20
1
 0,05  5% direncanakan untuk dapat dilewati debit denga
20
periode ulang 10 tahun. Umur bangunan direncanakan 25 tahun
Berapakah probabilitas bahwa gorong-gorong tersebut akan dilewa
banjir rencana paling tidak satu kali dalam umur bangunan.
Penyelesaian
Probabilitas bahwa gorong-gorong tersebut akan dilewati banjir rencan
paling tidak satu kali dalam umur bangunan dihitung denga
menggunakan persamaan 1.4:

p(Q>=QT) = 1 – (1 – 1/T)n = 1- (1- 1/10)25 = 0,93 = 93%


1 1
P (Q  QT )  P (Q  Q 20 )   0,05  5%
T 20
Contoh 3.

Bangunan pelimpah dari suatu bendungan dengan umur rencana 50 tahu


Tingkat resiko bahwa bangunan akan dilewati oleh debit tersebut adala
5%. Berapakah periode ulang banjir untuk merencanakan banguna
tersebut?

1
Penyelesaian:
P(Q  Q ) 
20
20
 0,05  5%

R = 1 – (1 – 1/T)n
0,05 = 1 – (1 – P)50 -------- P =0,001025
Periode ulang banjir rencana :
T = 1/P = 1/0,001025 = 975 tahun

Anda mungkin juga menyukai