Anda di halaman 1dari 25

BAB V

PENURUNAN PONDASI

Tujuan Instruksional Umum (TIU)


 Memahami rumus-rumus penurunan akibat beban pondasi
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
 Dapat menghitung prakiraan penurunan akibat beban pondasi
 Penurunan langsung
 Penurunan konsolidasi
 Penurunan sekunder

5.1 Pendahuluan
Bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dapat turun. Beberapa penurunan
sering tidak dapat dihindari dan tergantung pada beberapa keadaan, maka beberapa penurunan
dapat di toleransi. Contohnya, penurunan merata yang sedikit dari sebuah bangunan yang
terjadi diseluruh daerah lantai dapat di toleransi, sedangkan penurunan yang tidak merata dari
bangunan yang sarna mungkin tidak dapat ditoleransi. Atau penurunan pada sebuah garasi
atau guaang dari sebuah bangunan mungkin masih dapat ditoleransi, sedangkan penurunan
yang sarna (terutama penurunan yang berbeda-beda) dari sebuah bangunan apartemen yang
mewah tidak akan dapat ditoleransi karena merusak langit-langit dan sebagainya.
Dalam setiap kejadian atau kedaan, pengetahuan tentang sebab-sebab penurunan dan sarana
perhitungan (atau yang penting bagi para tehnisi tanah dan para ahli geolog)i.
Meskipun ada beberapa sebab-sebab yang memungkinkan terjadinya penurunan
misalnya gaya-gaya dinamik, perubahan-perubahan dalam permukaan air tanah, berdekatan
dengan penggalian dan sebagainya), tapi mungkin sebab yang terutama ialah deformasi (gerak
plastis konstruksi) desak dari tanah dibawah bangunan tersebut. Deformasi desak semacam itu
biasanya merupakan akibat dari pengurangan dalam volume rongga-rongga dibawah
bangunan tersebut.
Pengurangan dalam volume rongga ini diikuti dengan penyesuaian kembali dari
hutiran-butiran tanah dari sebuah desakan dari bahan-bahan dalam rongga-rongga tersebut,
jika tanahnya kering, pada tanah jenuh air, rongga-rongga itu diisi dengan air yang tidak dapat
didesak. Air tersebut harus diekstrasi dari massa tanah sebelum butiran-butiran.tanah tersebut
dapat menyusun kembali dengan sendirinya. Dalam tanah-tanah yang mempunyai daya
tembus tinggi (misalnya, tanah-tanah yang kasar), proses penyesuaian ini membutuhkan

93
waktu interval yang singkat. Tapi pada tanah-tanah yang mempunyai daya tembus yang
rendah (misalnya, tanah-tanah yang halus) proses penyesuian membutuhkan waktu interval
yang lama. Akibatnya ialah regangan ini terjadi sangat lambat, jadi penurunan dapat terjadi
dengan lambat dan terus-menerus dalam periode waktu yang lama. Dalam hal yang terakhir
ini (tanah yang halus) yang lebih mendapat perhatian karena adanya ketidak tentuan dalam
waktu jangka panjang.

5.1.1. Komponen - komponen penurunan.


Diagram waktu penurunan dari sebuah tempat tertentu pada sebuah fondasi atau
bangunan tanah dipaparkan secara sistematis pada gambar 5.1.
Hal ini berguna untuk menghitung penurunan p sebagai perhitungan dari tiga komponen-
komponen seperti yang diperlihatkan dalam simbol-simbol ini;
P = pi + pc + ps
pi = adalah penurunan langsung atau distorsi
pa = adalah penurunan konsolidasi
ps = adalah penurunan desak sekunder.
Komponen langsung (immediate component) yaitu bagian penurunan yang terjadi
seiring dengan bekerjanya beban, terutama sebagai suatu konsekwensi dari distorsi dalam
tanah-tanah fondasi. Penurunan distorsi pada umumnya tidak elastis, meskipunpenurunan ini
dihitung dengan menggunakan teori elastis apabila tempat penurunan ini berada didalam
material yang kohesif. Komponen lainnya rnerupakan akibat dari pengeluaran air dengan
paksa sedikit demi sedikit dari rongga-rongga dan desakan yang terus-menerus dari lapisan
tanah. Perbedaan antara konsolidasi dan penurunan-penurunan desakan sekunder disebabkanl
berdasarkan proses-proses fisik yang mengontrol waktu kecepatan penurunan. Penurunan
konsolidasi ialah penurunan-penurunan yang kebanyakan berubungan dengan konsolidasi
prima (primary consolidation), yang waktu kecepatan dari penurunannya dikontrol oleh
kecepatan dari air yang dapt dikeluarkan dari ruang-ruang ditanah. Dalam halnya dengan
penurunan desakan sekunder (secondery compression settlements), kecepatan penurunan
kebanyakan dikontrol oleh kecepatan, dimana lapisan tanah itu sendiri luluh dan terdesak.
Waktu transisi antara kedua proses ini dengan mudah ditentukan yaitu ketika tekanan pori-
pori air rnenjadi nol saat ini ditunjukkan dengan ( t100; seperti garnbar 5.1)

94
Gambar 5.l : Skema sejarah waktu penurunan dari tempat tertentu pada sebuah pondasi
__________ : tanah kohesif
‘- - - - - - - - - : butir-butir tanah bersih (clean granular soil)

Hubungan waktu penurunan yang diperlihatkan pada gambar 5.1 dapa digunakan pada
semua tanah-tanah, jika disadari bahwa skala waktu dan jarak ketiga komponen yang relatif
itu mungkin berbeda-beda sesuai dengan susunan yang utama dari jenis-jenis tanah yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, air mengalir dengan cepat melalui sebagian besar dari butir-
butir tanah bersih yang mengeluarkan air dari pori-porinya biasanya untuk tujuan-tujuan
praktis, secara mendadak/segera. Maka fondasi-fondasi dan bangunan-bangunan pada butir-
butir tanah bersih hampir kebanyakan segera turun ketika dibebani (lihat gambar 5.1 pada
garis titik-titik).

5.1.2. Penurunan yang diijinkan.


Beberapa dari macam-macam jenis penurunan digambarkan dalam gambar 5.2.
(gambar 5.2a memperlihatkan penurunan merata). Sebuah bangunan dengan fondasi jalur
yang sangat tegar/ kaku yang mengalami penurunan merata. Gambar 5.2b memperlihatkan
sebuah penurunan yang diikuti perputaran (tilt) yang merata, dimana seluruh struktur
bangunan tersebut berputar. Gambar 5.2c memperlihatkan suatu situasi dari penurunan tidak
merata biasanya terjadi "dishing".
Penurunan yang merata dapat merupakan akibat dari;
1) Tegangan merata yang bekerja pada sebuah tanah yang homogen.
2) Tegangan dukung yang tidak merata.
3) kondisi tanah lapisan bawah yng tidak homogen.

95
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.3, p max menunjukkan penurunan maksimum dan p
min menunjukkan penurunan minimum. Perbedaan penurunan p antara kedua titik ialah
penurunan terbesar dikurangi yang terkecil. Perbedaan penurunan juga dikarakteristikkan
dengan sudut putaran (distorsi angular) 6/1, dimana perbedaan penurunan antara dua titik
dibagi dengan jarak horisontal antara kedua titik tersebut.

Gambar 5.2 : Jenis-jenis penurunan


a. Penurunan merata
b. Sudut simpang vertikal (berputer)
c. Penurunan tidak merata.

Jumlah penurunan dari sebuah bangunan dapat ditoleransi yaitu penurunan yang
diijinkan atau penurunan yang diperbolehkan tergantung pada beberapa faktor termasuk jenis,
ukuran, lokasi dan kegunaan bangunan tersebut, dan polanya, banyaknya dan sumber
penurunan tersebut.
Tabel 5.1 memberikan sebuah indikasi dari penurunan yang diijinkan. Tampaknya bahwa
seorang insinyur yang merencanakan sebuah fondasi, penurunan yang diijinkan seharusnya
sudah ditentukan untuk bangunan tsrsebut oleh seorang insinyur yang merencanakan
bangunan tersebut. Tapi, hal semacam ini jarang terjadi dan seorang insinyur fondasi sering
harus mencar jalan tengahnya yaitu antara insinyur bangunan yang menginginkan agar tidak
terjadi penurunan dan klien yang menginginkan sebuah fondasi yang ekonomisj murah. Jadi
seorang insinyur fondasi harus mengetahui dan mengerti penurunan-penurunan yang
diijinkan.

96
Tabel 5.1 : Penurunan yang diijinkan.

Jenis perakan Faktor pembatasan Penurunan maximum


Penurunan total Drainase 150-300 mm
Jalan masuk 300-600 mm
Kemungkinan penurunan tidak merata
Bangunan dari susunan batu 25 – 50 mm
Bangunan-bangunan rangka 50 – 100 mm
Cerobong asap, menara-menara (silo)
Pondasi-pondasi 75 – 300 m
Penurunan yang keting Stabilitas terhadap guling Tergantung pada gian dna
diikuti perputaran lebar
Sudut simpang vertikal dari cerobong 0,004L
asap, menara-menara 0,01 L
Peuputaran truk dsb 0,01 L
Mesin penggerak alat tenun kapas 0,003 L
Mesin penggerak turbo generator 0,0002 L
Rel-rel desek 0,003 L
Drainase lantai 0,01-0,02 L
Perbedaan gerakan Dinding-dinding bata yang tinggi dan 0,005 – 0,001 L
langsung
Banguann penggiling dari bata dan 0,001 – 0,001 L
berlantai satu, retak dinding 0,001 L
Retak plester (gypsum) 0,0025 – 0,0041
Rangka bangunan dari beton bertulang
Dinding penyekat pada bangunan
beton bertulang 0,003 L
Kerangka baja, menerus 0,002 L
Kerangka baja sederhana 0,005 L

 Catatan : L
 Jarak antara kolom-kolom yang berdekatan yang jumlah penurunannya tidak sarna,
atau antara setiap 2 titik penurunannya tidak sarna.
 Angka-angka yang lebih tinggi adalah untuk penurunan yang teratur dan bangunan-
bangunan yang lebih bertoleransi.
 Angka-angka lebih kecil adalah untuk penurunan yang tidak teratur dan bangunan-
bangunan yang kritis.

 Penurunan total
 Jika penurunan total dari sebuah bangunan melebihi 150 sampai 300 mm akan
berbahaya terhadap pipa-pipa (untuk gas, air atau saluran pembuangan air) yang
berhubungan dengan bangunan itu.
97
 Tapi hubungan-hubungan itu dapat direncanakan untuk penurunan bangunan.
 Tapi pada situasi-situasi dimana penurunan total yang besar dapat menyebabkan
problem-peroblem yang serius, misalnya sebuah tangki pada tanah lempung yang
lunak didekat sebuah tepi laut dapat turun sampai dibawah permukaan air.

 Penurunan yang diikuti perputaran (tilt)


 Masalah yang klasik tentang penurunan yang diikuti perputaran adlah menara miring
Piza. Bagian utara di rnenara itu telah turun sebanyak 1m lebih sedikit, sedangkan
bagian selatan telah turun sebanyak hampir 3m.
 Penurunan yang diikuti perputaran ini menyebabkan tegangan dukung meningkat pada
bagian selatan dari menara itu, jadi memperburuk situasinya. Para insinyur sekarang
sedang mempelajari metodametoda untuk mencegak penurunan yang diikuti
perputaran tersebut agar jangan lebih parah.

Penurunan tidak merata


Sudut putar diijinkan dalam bangunan-bangunan telah diselidiki secara teori analisa, oleh test-
test pada model-model kerangka-kerangka bangunan yang besar dan dengan penyelidikan
lapangan. Gambar 5.3. menunjukkan sebuah himpunanj kompilasi hasil-hasil dari
penyelidikan-penyelidikan semacam itu. Suatu kasis ekstrim ialah ketepatan radar-radar untuk
mengikuti jejak tempat sebuah sudut simpang vertikal sekecil = 1/50.000 dapat
menghancurkan kegunaan dari sistim radar itu.

Gambar 5.3. Pembatasan sudut putar ( dari Bjerrum, 1963a )


98
Contoh 5.1

Dlketahui :
Sebuah gedung bertingkat satu dan berbeton tulang dengan dinding penyekat bata.
Ditanyakan :
penurunan total yang diijinkan yang menyakinkan bahwa tidak akan ada keretakan pada
dinding bata
Penyelesaian :
Dari gambar 5.3 maksimum

tabel 5.1 didapat 0,003

---) digunakan = 0,002

5.1.3. Penurunan sesuai yang diramalkan oleh teori elastis


Jika tanahnya merupakan tanah yang elastis, homogen dan isotropik, kita mudah untuk
meramalkan adanya penurunan yang akan terjadi sebagai akibat dari pembebanan
dipermukaan. Untuk situasi yang sederhana semacam ini ada rumus-rurnus dari teori
elastisitas yang mernberikan hubungan antara beban dan penurunan. Tapi, sebenarnya sangat
suI it untuk rneramalkan besarnya penurunan-
penurunan dari telapak-telapak fondasi pada tanah-tanah yang sebenarnya, Tidak hanya pada
tanah-tanah yang sebenarnya tidak hornogen dan tidak isotropik dengan modulus Young pada
umurnnya meningkat sesuai dengan kedalaman, tapi masih ada kesulitan tambahan dari
perhitungan (mengevaluasi) sifat-sifat tegangan regangan di " site (langsung ditempat). Tapi
selain komplikasi-komplikasi tersebut, teori elastis memainkan kunci peranan dalam
meramalkan penurunan-penurunan. Dengan pertimbangan-pertimbangan hasil-hasil dari teori
elastisitas dapat dipergunakan untuk memberikan perhitungan-perhitungan penurunan yang
berguna. Yang lebih penting ialah hasil-hasil dari teori ini memberikan suatu pengertian
tentang fenomena penurunan yang kemudian memberikan suatu dasar untuk mernbuat
perkiraanperkiraan metoda-metoda untuk meramalkan penurunan guna pelaksanaan yang
praktis.

99
5.1.4 Nilai-nilai dasar untuk perhitungan penurunan
Modulus elastisitas E (juga lihat mekanika tanah bab 1.2). Penentuan sebuah nilai yang nyata
untuk E adalah paling penting, titik kritis dalam perhitungan penurunan-penurunan oleh
beberapa metoda akan diterangkan nanti. Sebuah nilai semacam itu paling baik diambil
(didapat dari test-test langsung ditempat atau test-test laboraturium (terutama untuk tanah-
tanah yang kohesif). Dalam hal-hal semacam ini kebanyakan nilai E diberikan / disediakan
oleh seorang ahli geologi. Harus ditekankan bahwa E adalah nilai yang tidak selalu tetap
untuk suatu jenis tanah tertentu, tapi E meningkat bersama-sama dengan meningkatnya
tegangan vert ikal
yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa kita harus menetapkan kedalaman rata-rata dan
pembebanan awal yang mungkin ada. Tabel 5.2 "Nilai-nilai penuntun" untuk modulus E
untuk tegangan vertikal antara 100 kN/m2 dan 300 kN/m2

Tabel Modulus - E ( M N /m2 )


Lepas Kepadatan
Butir-butir tanah bersih 20 - 50 200
Pasir 10 – 30 30 - 80
Tanah-tanah kohesif (lumpur/ lempung) 1 - 30
Catatan : untuk > 300 kN/m2, modulus - E mungkin lebih besar.

Didasarkan pada teori elastisitas, koefisien Poisson merupakan perbandingan dari regangan
pada suatu material dalam suatu arah normal (dengan suatu tegangan yang bekerja terhadap
regangan yang paralel dengan tegangan yang bekerja tadi).

Nilai yang khusus adalah :


Lempung yang jenuh 0,4 - 0,5
Lempung yang setengah jenuh 0,1 - 0,3
Lumpur 0,3 - 0,35
Pasir 0,2 - 0,4

100
Koefisien desakan, mv
Didasarkan pada teori elastisitas, koefisien desakan ditentukan sebagai berikut :

-Perhatikan bahwa koefisien desakan menurun apabila tegangan vertikal meningkat.


-Untuk memberikan suatu ide/ gambaran mengenai besarnya nilai mv :
Lempung lunak : kira-kira 0,2 . 10 m2/kN
Lempung keras : kira-kira 0,01 . 10 m2/kN

5.2. Tanah Kohesif


5.2.1 Penurunan langsung
PenurunIan rata-rata dari sebuah permukaan fondasi yang berbeton tulang menurut Skempton

Dimana :
Q = tekanan merata (kN/m2)
B = lebar pondasi (m)
E = modulus elastis tanah (kN/m2)
u = perbandingan tanah dari Poisson (tanpa ukuran)
Ip = faktor pengaruh yang tergantung pada ukuran fondasi yaitu panjang L
dan lebar, B (tanpa ukuran)
pi = penurunan langsung (m).

Nilai untuk Ip yang dianjurkan oleh Skempton diberikan pada tabel 5.3

101
Rumus diatas, didasarkan pada teori elastisitas, berlaku pada sebuah telapak yang didukung
pada suatu tanah yang semi infinite, yaitu dalam istilahnya yang praktis suatu lapisan tanah
yang tebalnya tidak kurang dari 2 B (yang ideal ialah tidak kurang dari 4 B). Apabila lapisan
konsolidasi bersifat suatu ketebalan finite H, penurunan yang langsung mungkin dapat
dihitung dengan rumus dari Janbu dan rekan·

5
Apabila deposit tanah dibawah suatu fondasi terdiri dari suatu rangkaian lapisan-lapisan
penurunan rata-rata fondasi tersebut dapat diperoleh dari prinsip superposisi, seperti yang
ditunjukkan pad a contoh berikut ini :

Gambar 5.4 : Koefisien-koefisien α1 dan αo untuk rumus dari janbu dan rekan

102
Contoh 5.3
Diketahui :
- Sebuah lapisan lempung dengan tebal 7m mempunyai nilai E = 25 MN/m2. Lempung yang
terendah ini berada diatas bantalan batu yang dapat dianggap sesuatu yang tidak dapat
didesak.
- Suatu plat fondasi bujursangkar yang berukuran 5m x 5m akan dibangun pada kedalaman
2m dibawah permukaan dan akan mengadakan desakan dukung merata sebesar 85 kN/m2 .

Ditanyakan : perhitungan nilai rata-rata penurunan langsung dari fondasinya.


Penyelesaian:
- Menentukan lapisan atas dari lempung,
z = 2,00 m
L = B = 5,00 m
H = (7,00 - 2,00) = 5,00 m
-----> z/B = 2/5 = 0,4 , L/B = 5/5 = 1,00 , H/B = 5/5 = 1,00
Dari gambar 3.4 : ,α1 = 0,0067 m, αo = 0,88

Dari persamaan 5.3 :

Tentu saja ini bukan merupakan penurunan total dari fondasi karena akan ada beberapa
desakan dalam lempung yang lebih rendah.

Apabila lempung yang lebih rendah telah diperluas dari permukaan tanah untuk kedalaman
11m penuh maka :

103
z = 2,00 m
L = B = 5,00 m
H = (11,00 - 2,00) = 9,00 m
-----> z/B = 2/5 = 0,4 , L/B = 5/5 = 1,00 , H/B = 9/5 = 1,8
Dari gambar 3.4 : ,α1 = 0,5 m, αo = 0,88
oleh sebab itu p i akan menjadi :

8,88 . 0,5 . 0.85 . 5


Pi = -------------------------- = 4,7 mm
40.000

Apabila lempung telah meluas hanya sampai kedalaman 7m, maka :


z/B = 0,4 , L/B = 1,00 , H/B = (7 – 2)/5 =1

Yang memberikan : α1 = 0,45 m, αo = 0,88


oleh sebab itu p i akan menjadi :

0,88 . 0,45 . 85 . 5
Pi = ------------------------- = 4,2 mm
40.000
--) p i karena desakan dari 1empung yang lebih rendah.
= 4,7 mm - 4,2 mm = 0,5 mm
maka : jumlah penurunan langsung rata-rata dari· fondasi
= 6,7 mm + 0,5 mm = 7,2 mm

Contoh 5.3
Diketahui :
Sebuah bangunan yang akan didukung pada sebuah fondasi lajur yang ukurannya 2,15 m x
5,40 m. Beban diatas jalur akan disalurkan secara merata, besarnya 360 kN/m2 Ja1ur berada
pada sebuah 1empung jenuh yang da1am (E 18 M N/m2, u 0,5).

Ditanyakan :
penurunan rata-rata langsung dari lajur tersebut.
104
Penyelesaian :
karena persyaratan-persyaratan yang penting untuk penentuan pi dengan metoda Skempton
dipenuhi, maka kita hasilkan q = 360 kN/m2, B =2,15m; u = 0,5; E = 18000 kN/m2, dengan
LIB = 5,4 /2,15 = 2,5 kita cari di tabel 3.3

I P to 1, 0

360 . 2,15 . (1 - 0,5 ) .1,0


pi = ----------------------------------- = 0,032 m = 32 mm
18.000

5.2.2 Penurunan konsolidasi


Konsolidasi dari lapisan lempung yang tebalnya H, dapat dihitung dengan rumus :

β = faktor konsolidasi (tidak berukuran)


mv = koefisien desak (m2/kN)
H = tebal lapisan (m)

= peningkatan rata-rata pada tekanan vertikal lapisan (kN/m2)


p c = penurunan konsolidasi (m)
Faktor konsolidasi β bergatung pada parameter tekanan air pori A dan bentuk dari fondasi.
Skemton dan Bjerrum memperkirakan bahwa mv dan A adalah konstan sesuai dengan
dalamnya, maka terbentuklah persamaan berikut ini :

5 105
Tabel 5.4 nilai untuk persamaan (5.5)

Nilai-nilai khusus untuk β adalah sebagai berikut :


Lempung yang peka dn lembut -mungkin lebih besar dari 1,0
Lempung yang dikonsolidasikan dan norrmal -umumnya kurang dari 1,0
Lempung over konsolidasi sedang -kira-kira 0,5
Lempung over konsolidasi berat -mungkin sekecil 0,25

Dalam hal suatu lapisan lempung yang dalam hanya tebal dari dalam 4B yang bagian atas saja
perlu dianalisa. Prosedur ini untuk membagi tebalnya 4B itu kedalam sejumlah irisan-irisan
horizontal yang tepat dan menetapkan perubahan-perubahan pada tekanan vertikal dalam
setiap irisan itu. Konsolidasi total diambil sebagai penyajian terakhir dari penurunan masing-
masing dari setiap irisan itu.

106
Contoh 5.4

107
Ditanyakan: - Penurunan konsolidasi
Penyelesaian :
persarnaan (5.4)

45

5 5

108
5.2.3 Penurunan Desakan Sekunder
Dalam banyak hal dari pandangan praktis, desakan sekunder merupakan efek yang sangat
kecil dibandingkan dengan besarnya konsolidasi primer. Hanya didalam beberapa kasus
ditempat yang terdapat lempunglempung yang sangat lunak, terutama pada lempung-lempung
yang mengandung beberapa bahan organik atau ditempat yang berkompressible strata dalam
ditentukan pada perbandingan kenaikan tekanan yang kecil oleh beban fondasi yang
dibebankan, desakan sekunder dapat menambah komponen penurunan yang utama. Dalam
situasi yang telah diterangkan diatas, dimana suatu perhitungan dari penurunan desakan
sekunder ps diperlukan, perhitungan akan berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini :
Selama terjadinya desakan sekunder perhitungan perubahan volume tidak dapat diawasi oleh
perhitungan yang mempergunakan ukuran air pori-pori yang dapat keluar dari tanah oleh
sebab itu perhitungan tidak boleh tergantung pada tebalnya lapisan yang ditetapkan itu.
Akibatnya perhitungan lapangan mungkin dihitung langsung dari test laboratorium. Sudah
diselidiki dalam beberapa laboratorium dan pengukuranpengukuran lapangan bahwa
hubungan antara besarnya desakan sekunder dan waktu hampir merupakan garis lurus pada
sebuah penggambaran semilogaritmis dari catatan lapangan setelah desakan primer telah
selesai, sesuai dengan yang diperlihatkan dalam gambar 5.5, jadi perubahan perbandingan
rongga boid ratio kira-kira dapat diungkapkan dengan cara berikut ini :

Dimana Cα merupakan lereng dari garis lurus semilogaritmis dari catatan lapangan, dan
koefisien dari desakan sekunder. t2 merupakan waktu desakan sekunder yang diinginkan, dan
t1 merupakan waktu pada lengkungan desakan sekunder yang diramalkan yang sesuai dengan
titik konsolidasi primer 100% (lihat gambar 5.5)

Gambar 4.5 : jenis kurva waktu penurunan untuk tanah


109
5.3. Tanah yang tidak kohesif
5.3.1 Metoda Schmertmann
Metoda Schmertmann berdasarkan pada kenyataan bahwa regangan yang terbesar dibawah
suatu fondasi pada tanah yang tidak kohesif ialah pada kedalaman kurang lebih B/2
dibawahnya dan pada perkiraan bahwa tegangan-tegangan vertikal yang penting ditak
diteruskan setelah pada kedalaman 2B.
Rumus Schertmann untuk penurunan fondasi pada tanah yang tidak kohesif :

Dalam menggunakan teori elastisitas sebagai petunjuk, nilai maksimum dari faktor pengaruh
regangan ialah 0,6.
Dengan dasar ini dan berdasarkan pada perkiraan yang disebutkan diatas, I1 dapat ditentukan
dari gambar 5.6.

110
Gambar 4.6 : Variasi dari Iz dengan z

Untuk menggabungkan efek dari pembebasan terhadap regangan yang sesuai dengan
penamaan yang sederhana untuk tujuan-tujuan perencanaan, metoda ini memperkirakan
bahwa 2B - 0,6 distribution dari faktor yang mempengaruhi regangan tidak berubah, tapi
angka maksimumnya dibatasi.
Faktor linier yang dianjurkan ialah : C1

Faktor koreksi yang kedua c2 dimasukkan dalam hitungan (sebagian) untuk peningkatan
waktu yang tergantung pada penurunan yang kemungkinan besar terjadi meskipun bagi
fondasi-fondasi pada tanah-tanah yang tidak kohesif. Faktor koreksi yang diusulkan ialah :
C2 = 1 + 0,2 log 10 ( t / 0,1 ) ...........................................(5.9)
dimana waktu E diungkapkan dalam tahun.

111
Catatan :
Pengaruh bentuk fondasi pada penyebaran regangan tidak dimasukkan dalam analisa karena
bentuk fondasi berubah dari hampir axisymmetrik sampai ke suatu kondisi regangan yang
hampir datar. Sudut tahanan geser meningkat sejalan dengan tegangan yang pada sebuah
kedalaman regangan yang diketahui juga meningkat. Kedua efek ini cenderung untuk saling
meniadakan'memberikan suatu
penyebaran regangan yang "mungkin" tidak sangat berbeda dalam jangkauan perbandingan
panjang ke lebar yang luas.

Modulus - E
Daya dukung konus (dari alat sondir)
Untuk mendukung metode ini penting sekali mengkalkulasikan kekakuan dalam hal
persamaanmodulus young pada kedalama bervariasi. Dianjurkan hal ini daat dikerjakan
dengan menggunakan daya dukung konus (dari alat sondir).

Tes Penetrasi Konus.


Alatnya terdiri dari sebuah alat berbentuk silinder yang luas penampangnya 1000 mm2,
berkepala sebuah krucut yang sudut puncaknya sebesar 60. Alat ini dipaksan ditekan kedalam
tanah pada kecepatan yang tetap dan tahanan untuk menembus ini yang diukur. Jika
diinginkan tahanan kebawah dan tahanan yang disebabkan oleh geseran pada sisi-sisinya
dapat diukur secara terpisah. Kerugian utama dari test ini ialah alat ini tidak selalu dapat
menembus lapisan tanah yang keras. Dalam kasus-kasus material-material yang tidak kohesif
yang belum dikenakan tegangan awal yang berarti untuk tekanan-tekanan diatas tekanan yang
melebihi beban pada tempat itu juga. Daya dukung konus dapat dihubungan dengan modulus
Young De Beer 1965, Webb 1970} Hubungan yang dianjurkan oleh Schmertmann yang
konsisten dengan para penyelidik lainnya, ialah :
E = 2qc .................................................. (5.10)

Dimana : qc merupakan daya dukung konus (biasanya dengan satuan kN/m2)

Tahanan penetrasi standard.


Daya dukung statis konus jauh lebih terpercaya daripada tes penetrasi standard yang
merupakan sebuah ukuran dari kapasitas pembebanan dinamis, dan yang hasilnya penuh
dengan kesulitan kesulitan eksperimental dan ketidak pastian. Tapi diketahui bahwa tahanan
112
penetrasi standard mungkin dapat digunakan pada lokasi-lokasi yang tidak dapat
mempergunakan data daya dukung konus.
Hubungan konservatif antara daya dukung konus dan tahanan penetrasi standard diberikan
dalam tabel 5.5. Hal ini sudah pasti jauh lebih nyaman untuk mendapatkan langsung daya
dukung konus. Apabila memang diperlukan untuk menggunakan tahanan penetrasi standard,
kita harus mendapatkan sebanyak mungkin nilai N, untuk memperkecil dengan cara merata-
rata kesalahan-kesalahan korelasi yang
dikarenakan hanya mempunyai data yang sedikit.

Tabel 5.5
Hubungan antara daya dukung konus dengan tahan penetrasi standard
(dari Schmermann, 1970)
__________________________________________________________________
Jenis tanah qc/N

Lumpur, lumpur tanah, campuran lumpur-tanah yang agak kohesif 200


Tanah bersih, halus sampai sedang dan tanah-tanah agak berlumpur 350
Tanah-tanahkasar dan tanah-tanah dengan batu kerikil kecil-kecil 500
Batu kerikil berpasir dan batu kerikil 600
__________________________________________________________________

Contoh 5.5
Diketahui :
Pilar jembatan yang diperlihatkan secara sistimatis dalam gambar 5.7 akan dibangun pada
permukaan air tanah, dalam suatu strahem lumpur / tanah yang kepadatannya sedang dan
yang cukup dalam. Profil daya dukung konus disediakan dalam gambar 5.8.
Ditanyakan:
Tentukan penurunan setelah 1/2 dan 5 tahun.

113
5

114
5

115
5.4. Pondasi yang diganti
Jika penurunan dari suatu fondasi dangkal diramalkan terlalu berbahaya untuk dapat diterima,
hal ini dapat dikurangi dengan meletakkan fondasi pada kedalaman yang lebih dalam. Apabila
didalarn fondasi sedemikian rupa sehingga benar dari tanah yang digali sarna dengan beban
struktur yang diusulkan kemudian pada perrnukaan fondasi-tegangan vertikal pada tanah akan
rnenghasilkan beban yang sarna sebelumnya dan sesudahnya konstruksi itu. Pondasi
sernacam itu dikatakan diganti sepenuhnya, secara teroritis, fondasi ini tidak-akan
rnengalarnipenurunan. Tapi jarang sekali kita perlu merencanakan fondasi-fondasi
yangdiganti sepenuhnya karena kebanyakan bangunan-bangunan/ gedung gedung dapat
rnenerima penurunan-penurunan. Suatu penggalian mengikut sertakan pernbebasan tegangan
yang dapat menyebabkan pernbengkakan pada tanah yang tertinggal. Efek-efek
pembengkakan dapat diabaikan pada pasi rpasir tapi dapat 81juga mempunyai arti yang besar
pada b.eberapa jenis lempung . Luasnya/ besarnya pembengkakan sangat tergantung pada
adanya kelembaban dan lamanya waktu tanah fondasi itu didiamkan tanpa beban. Oleh sebab
itu penting, bagi fondasi-fondasi yang terapung pada lempung, diusahakan mengalami efek--
efek penurunan karena tanah akan didesak kembali ketika dibebani. Ada batasan-batasan
kesamaan fisik dimana suatu fondasi dapat diletakkan. Meskipun sisi-sisi dari suatu galian
dapat berhasil ditunjang, berat dari material yang berdekatan dengan fondasi itu akhirnya akan
menyebabkan kelongsoran karena geser dalam tanah. Batas, atau kedalaman yang kritis dari
galian (zo) lempung-lempung dapat dihitung dari rumus :

Contoh 5.6
Diketahui :
Suatu bangunan dalam rencana 50 cm2 dan akan dibangundalam suatu tempat lempung Iunak
yang mempunyai satu tegangan geser sebesar 18 kN/m2 dan berat jenis jenuh sebesar 18
kN/m3.
Permukaan air tanah berada di permukaan lempung yang dilapisi dengan lapisan pasir setebal
1m yang memiliki berat unit 16 kN/m3. Untuk menjaga efek penurunannya agar masih dalam

116
batas yang diperbolehkan, sangat penting untuk menentukan bahwa peningkatan berat bersih
dalam tekanan fondasi tidak akan melebihi 50 kN/m2.

Ditanyakan :
- Tentukan dalamnya fondasi yang diperlukan jika jumlah beban yang dipergunakan
menjadi 300 MN.
- periksalah faktor keamanan terhadap naiknya dasar galian.

Penyelesaian :
300 . 1000
Tekanan fondasi = --------------------- = 120 kN/m2
50 . 50

Maka pembebasan tekanan yang dibutuhkan sesuai dengan penggalian tanah :


= 120 - 50 = 70 kN/m2

Jika Z lumpur adalah suatu kedalaman yang dibutuhkan dari fondsi dibawah permukaan
bantalan lempung :

1 x 16 + Z lumpur x 18 = 70
Z lumpur = 3,00 m

Dengan persamaan (5.12) kita memeriksa F :


Cu 18
F = 6 x ------------------------- = 6 x ----------- = 1,54
Ws + z 6 + 70

Catatan :
Nilai F yang dianggap memuaskan akan tergantung pada situasi lapangan, misalnya standar
dari kecakapan kerja dan waktu untuk menyelesaikan bangunan.
Untuk problem-problem yang paling praktis F tidak boleh kurang dari 1,2.

117

Anda mungkin juga menyukai