Anda di halaman 1dari 12

Setlement dan Subsidence

Settlement
Settlement/Penurunan Pondasi adalah gerakan vertical ke bawah dari lokasi di mana bangunan
berdiri, karena penerapan beban ditumpangkan (berat) dari bangunan.
Menurut Hardiyatmo 2007, jika lapisan tanah dibebani maka tanah akan mengalami regangan
atau penurunan (settlement). Regangan yang terjadi dalam tanah ini disebabkan oleh berubahnya
susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga/pori air dalam tanah tersebut, jumlah dari
regangan sepanjang kedalaman lapisan merupakan penurunan total tanah. Penurunan akibat
beban adalah jumlah total dari penurunan segera dan penurunan konsolidasi.

Konsep seragam dan diferensial Settlement

Maximum Settlement (Smax) adalah gerakan ke bawah maksimum absolut dari setiap bagian
dari element bangunan.
Differential Settlement (Smax Smin) adalah nilai perbedaan maximum antara dua point dalam
element bangunan
Distorsi Angular adalah metode lain untuk menggambarkan settlement diferensial dengan
ketentuan Differential Settelment/Panjang element atau (Smax Smin)/L.

Penurunan Segera
Penurunan yang terjadi pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus kering atau tidak jenuh
terjadi dengan segera sesudah beban bekerja. Penurunan pada kondisi ini disebut penurunan
segera (immediate settlement). Penurunan segera merupakan bentuk penurunan elastik. Dalam
praktek, sangat sulit memperkirakanbesarnya penurunan segera. Hal ini tidak hanya karena tanah
alam besarnya penurunan segera. Hal ini tidak hanya karena tanah dalam kondisi alam tidak
homogen dan anisotropik dengan modulus elastitas yang bertambah dengan kedalaman, tetapi
juga terdapat kesulitan dalam mengevaluasi kondisi tegangan dan regangan yang terjadi di
lapisan tanah. Penurunan segera banyak diperhatikan pada pondasi bangunan yang terletak pada
tanah granuler atau tanah berbutir kasar.

Skema Penurunan Segera

Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) terjadi pada tanah berbutir halus yang terletak
di bawah muka air tanah. Penurunan yang terjadi memerlukan waktu, yang lamanya tergantung

pada kondisi lapisan tanah. Bila tanah mengalami pembebanan dan kemudian berkonsolidasi,
maka penurunan tersebut berlangsung dalam 3 fase, yaitu:
Fase awal, yaitu fase di mana penurunan terjadi dengan segera sesudah beban bekerja. Di sini,
penurunan terjadi akibat proses penenkanan udara keluar dari dalam pori tanah. Pada lempung
jenuh, kemungkinan ini sangat kecil. Tetapi pada lempung tidak jenuh, hal ini sangat besar
pengaruhnya terhadap penurunan. Proporsi penurunan awal dapat diberikan dalam perubahan
angka pori, dan dapat ditentukan dari kurva waktu terhadap penurunan dari uji konsolidasi.

Fase konsolidasi primer atau konsolidasi hidrodinamis, yaitu penurunan yang dipengaruhi oleh
kecepatan air yang meninggalkan rongga pori tanah akibat adanya tambahan tekanan. Proses
konsolidasi primer sangat dipengaruhi oleh sifat tanah, seperti: permeabilitas, kompresibilitas,
angka pori, bentuk geometri tanah termasuk tebal lapisan mampat, pengembangan arah
horizontal dari zona mampat, dan batas lapisan lolos air, di mana air keluar menuju lapisan yang
lolos

air

ini.

Fase konsolidasi sekunder merupakan proses lanjutan dari konsolidasi primer, dimana prosesnya
berjalan sangat lambat. Pada tanah-tanah anorganik penurunan konsolidasi sekunder jarang
diperhitungkan karena pengaruhnya sangat kecil. Kecuali, pada jenis tanah organik tinggi dan
beberapa lempung anorganik yang sangat mudah mampat.

Skema Penurunan Konsolidasi


Sebagian besar penurunan diakibatkan oleh pengurangan angka pori. Hampir semua jenis tanah
akan berkurang angka porinya (e), bila beban vertikal bertambah dan akan bertambah angka
porinya bila bebannya dikurangi. Tambahan tegangan di dalam tanah akibat beban pondasi
bangunan akan selalu diikuti oleh regangan yang menghasilkan penurunan pada struktur.

Ada beberapa sebab terjadinya penurunan akibat pembebanan yang bekerja di atas tanah:
1. Kegagalan atau keruntuhan geser akibat terlampauinya kapasitas dukung tanah.
2. Kerusakan atau terjadi defleksi yang besar pada pondasi.
3. Distorsi geser (shear distortion) dari tanah pendukungnya.
4. Turunnya tanah akibat perubahan angka pori.

Keruntuhan geser akibat terlampauinya kapasitas dukungan tanah akan mengakibatkan


penurunan sebagian (differential settlement) diseluruh bangunan.

Faktor aman terhadap bahaya keruntuhan akibat geser ini harus diperhitungkan secara matang.
Penurunan akibat defleksi atau kerusakan pondasi umumnya jarang terjadi di dalam perancangan
pondasi dangkal. Bahaya kerusakan akibat defleksi ini sangat penting diperhatikan pada waktu
merancang pondasi dalam, seperti pondasi sumuran atau pondasi tiang. Analisis dari
kemungkinan ini tidak dibahas disini karena menyangkut perancangan struktur atas. Masalah
yang paling perlu diperhatikan dalam analisis penurunan adalah sifat-sifat mekanik pada tanah di
bawah beban, terutama pada jenis-jenis tanah bila dengan beban yang direncanakan akan
mengalami penurunan yang besar.

Seperti telah disebutkan, penurunan total dari tanah berbutir halus yang jenuh adalah jumlah
penurunan segera dan penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi masih dapat dibedakan lagi
menjadi penurunan akibat konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi sekunder. Bila
dinyatakan dalam bentuk persamaan,

Penurunan total adalah:

S = Si + Sc + Ss

dengan:
S = Penurunan total
Si = Penurunan segera
Sc = Penurunan akibat konsolidasi primer
Ss = Penurunan akibat konsolidasi sekunder

Tipe pergerakan pada tanah yang berbeda beda

Subsidence

Contoh Fase Penurunan Muka Air Tanah


Penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan suatu proses gerakan penurunan
muka tanah yang didasarkan atas suatu datum tertentu (kerangka referensi geodesi) dimana
terdapat berbagai macam variabel penyebabnya (Marfai, 2006). Penurunan muka tanah ini di
akibatkan oleh banyak hal seperti pembebanan di atas permukaan, hilangnya air tanah akibat
eksploitasi berlebihan, gempa yang mengakibatkan rusaknya struktur tanah, ketidakstabilan
bidang tanah akibat proses tertentu, dan sebagainya.
Penurunan muka tanah ini secara tidak langsung pemaksaan memadatkan struktur tanah
yang belum padat menjadi padat. Umumnya terjadi pada daerah yang tadinya berupa rawa, delta,
endapan banir dan sebagainya yang di alihkan fungsi tataguna lahannya tanpa melakukan
rekayasa tanah terlebih dahulu

Berdasarkan Whittaker and Reddish, 1989 dalam Metasari 2010, secara umum faktor
penyebabnya antara lain ;

1. Penurunan tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh proses proses geologi
seperti siklus geologi, sedimentasi daerah cekungan dan sebagainya. Beberapa penyebab
terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi :
a. Siklus Geologi
Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses proses yang terlihat dalam siklus
geologi adalah : pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi
(crustal movement). Adapun keterkaitannya yaitu pelapukan bisa disebabkan oleh air seperti
pelapukan batuan karena erosi baik secara mekanis maupun kimia, oleh perubahan temperature
yang mengakibatkan terurainya permukaan batuan, oleh angin terutama di daerah yang kering
dan gersang karena pengaruh glacial dan oleh gelombang yang biasanya terjadi di daerah pantai
(abrasi).
b. Sedimentasi Daerah Cekungan
Biasanya daerah Cekungan terdapat di daerah daerah tektonik lempeng terutama di dekat
perbatasan lempeng. Sedimen yang terkumpul di Cekungan semakin lama semakin banyak dan
menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian proses kompaksi sedimen
tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan tanah. Sebagian besar penurunan
muka tanah akibat faktor ini adalah :
Adanya gaya berat dari beban yang ditimbulkan oleh endapan dan juga ditambah dengan air
menyebabkan kelenturan pada lapisan kerak bumi.
Aktivitas internal yang menyebabkan naiknya temperature kerak bumi dan kemudian
mengembang menyebabkan kenaikan pada permukaan pada permukaan tanah. Setelah itu proses
erosi dan pendinginan kembali menyebabkan penurunan muka tanah.
Karakteristik deformasi dari lapisan tanah yang berkaitan dengan tekanan tekanan yang ada

2. Penurunan tanah akibat pengambilan airtanah (groundwater extraction)


Pengambilan airtanah secara besar besaran yang melebihi kemampuan pengambilannya akan
mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu lapisan akuifer. Hilangnya airtanah ini
menyebabkan terjadinya kekosongan pori pori tanah sehingga tekanan hidrostatis di bawah
permukaan tanah berkurang sebesar hilangnya airtanah tersebut. Selanjutnya akan terjadi
pemampatan lapisan akuifer.

3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement)


Tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat menjadi pondasi
pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau
bendungan. Penambahan bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan di
bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan adanya deformasi partikel
tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat
terkait dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya
menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah. Secara umum penurunan tanah akibat
pembebanan dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Penurunan konsolidasi yang merupakan hasil dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai
akibat dari keluarnya air yang menenpati pori pori airtanah.
b. Penurunan segera yang merupakan akibat dari deforamasi elastik tanah kering, basah, dan
jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.

Contoh Perhitungan:

Daftar Pustaka
Marsudi (2001). Prediksi Laju Amblesan Tanah di dataran Aluvial Semarang, Propinsi Jawa
Tengah. Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung.
Taufiq. Nz. Agus (2010) Penyelidikan Konservasi Airtanah, Cekungan Airtanah Semarang
Demak
Dwiyanto JS MT. Pengantar Kuliah Geologi Teknik Universitas Diponegoro
-

Rahmani, Dkk. (2014) Evaluasi Penurunan Pondasi Gedung Auditorium Universitas


Negeri Gorontalo
Berdasarkan Data Sondir

Anda mungkin juga menyukai