Disusun Oleh :
Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang
270110130102
GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
Kata Pengantar
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah dan
Upaya Memberikan Nilai Tambah dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Nana Sulaksana.
Makalah ini menjelaskan tentang apa itu dan bagaimana Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah
dan Upaya apa yang dialakuan untuk Memberikan Nilai Tambah.
Melalui Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
mengenai posisi Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Dalam penulisan makalah ini, tidak
luput dari berbagai macam kesalahan dan kekurangan. Kritik dan Saran yang membangun penulis
terima dengan lapang dada. Demi menambah pengetahuan Penulis dan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..... ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1
1.2
PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
Peran pemerintah..13
PENUTUP
Kesimpulan........15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sumber daya alam adalah segala potensi yang dihasilkan oleh alam yang dapat
1.2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Bisa dibayangkan, kekayaan alamnya
mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan lainnya yang terkandung di dalam bumi
Indonesia tercinta ini mungkin tidak bisa dihitung. Apabila dilihat secara geografis,dari
sabang sampai merauke, terbentang tidak sedikit pulau yang ada di Indonesia. Dengan pulau
besar, mulai pulau jawa, sumatra, kalimantan, sulawesi serta Irian Jaya. Namun disamping
itu, terdapat pula ribuan pulau yang mengelilingi alam Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia
merupakan negara kepulauan yang mempunyai kekayaan alam yang sangat besar.
Sepengetahuan saya, apabila dipandang dari kacamata geologi, negara Indonesia berada pada
lempeng tektonik. Tidak sedikit pegunungan baik gunung yang masih aktif maupun yang
sudah tidak aktif mengisi kekayaan alam Indonesia. Pasalnya, banyak kekayaan mineral yang
terkandung didalamnya. Pegunungan tersebut melintang dari kota yang terkenal dengan
sebutan serambi mekah, Aceh sampai dengan merauke. Mulai dari pegunungan barisan di
sumatera hingga pegunungan merauke di pulau Irian. Oleh sebab itu, tekstur bumi Indonesia
dengan banyak pegunungan berkontribusi akan kekayaan alam yang sangat melimpah,
khususnya kekayaan mineral.
Indonesia umumnya mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Khususnya, pada musim hujan, Indonesia merupakan negara yang memiliki curah hujan yang
cukup tinggi. Maka, secara astronomi, ini memberikan banyak keuntungan bagi bumi
Indonesia. Salah satunya tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berkembang biak secara
cepat. Maka dari itu, Indonesia mempunyai berbagai jenis tanaman yang juga memberikan
peran serta yang besar akan kekayaan alam.
Samudra hindia dan samudra pasifik merupakan dua samudra besar yang mengelilingi
kepulauan Indonesia. Wilayah Indonesia yang mayoritas adalah daerah perairan juga
memberikan andil yang besar pula terhadap kekayaan alam Indonesia. Tentunya, kita tidak
bisa menghitung banyaknya kekayaan yang melimpah tersebut. Selain itu, laut juga
3
Lain dari pada itu, kekayaan Indonesia tidak sekadar terbatas pada kekayaan hayatinya, tetapi
juga non hayatinya. Aneka bahan tambang terkandung di dalam perut bumi Indonesia.
Diantaranya, minyak bumi, batubara, gas alam, dan sebagainya. Akan tetapi, aneka bahan
tambang tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Kekayaan alam tersebut diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam kegiatan eksplorasi kekayaan alam baik sumber daya alam hayati maupun non hayati
tidak boleh mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sebagai contoh dalam menangkap ikan di
laut tidak boleh menggunakan bom peledak karena tidak hanya merusak lingkungannya,
namun juga akan merusak biota laut lainnya. Oleh karena itu, dalam mengeksplorasi harus
menjaga lingkungan demi kelestarian sumber daya alam.
Selanjutnya, kekayaan alam Indonesia yang utama, seperti halnya emas, minyak bumi, dll,
jangan sampai dikuasai oleh bangsa asing. Pasalnya, ini sangat merugikan bangsa Indonesia.
Umumnya, bangsa asing tersebut mengeksplorasi dengan tujuan bisnis karena mereka
mempunyai modal yang besar dan teknologi yang canggih. Pertama mereka mengambil
kekayaan alam dan setelah itu diproses menggunnakan teknologi tinggi oleh bangsa asing
tersebut. Sayangnya, pada akhirnyapun seluruh kekayaan alam yang berasal dari bumi
Indonesia di jual lagi ke pemerintah dengan harga yang relatif lebih mahal.
Namun demikian yang terpenting adalah mengelola kekayaan alam untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pasalnya, kekayaan alam tersebut merupakan hak
seluruh rakyat Indonesia. Sehinnggga jangan sampai bangsa asing yang menikmati kekayaan
alam Indonesia, namun rakyat Indonesia tidak sejahtera. Apabila kesejahteraan rakyat
meningkat maka perekonomian Indonesia pun juga akan meningkat. Selain itu, kekayaan
alam tersebut ditujukan pula untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, memberdayakan
potensi kekayaan alam yang sangat melimpah bagi kesejahteraan rakyat Indonesia sangat
penting sekali demi mewujudkan kemakmuran dan meningkatkan perekonomian Indonesia.
2.2
Negara dengancadangan sumber daya mineral terbanyak ke empat, di bawah chili yang
merupakan negara dengancadangan mineral terbanyak pertama, rusia kedua dan kongo
ketiga. Oleh karena itu, sebenarnya kitamerupakan negara yang berpotensi besar, akan tetapi
masih harus memiliki cara untuk mengoptimalkancadangan tersebut. Salah satu caranya
dengan memaksimalkan produksi, dengan menggunakan proseseksplorasi yang lebih baik.
Semua itu bergantung pada para ahli geologi yang melakukan proseseksplorasi
tersebut.Menurut data ESDM, cadangan mineral Indonesia terdiri atas, timah sebanyak 462
ribu ton, nikelsebanyak 627,8 juta ton tembaga 41,4 juta ton, emas 3,15 ribu ton, perak 11,
417 juta ton dan bauksitsebanyak 24 juta Wmt.Akhir-akhir ini, produksi bahan mentah
mineral di indonesia baru mencapai beberapa persen saja daritotal cadangan yang ada. Salah
satu contohnya pada produksi mineral tembaga, yang baru mencapaisekitar seperempat dari
total jumlah cadangan sebesar 41,4juta ton. Dan pada tahun 2005, indonesiamenduduki
urutan ke tiga dalam produksi mineral tembaga di dunia (7%), dari total produksi
tembagadunia pada tahun 2005 mencapai 14,9 juta metrik ton. Pada peringkat pertama chili
(36%) dan AmerikaSerikat (8%).Peningkatan produksi pertambangan di indonesia,
merupakan tugas para geologist. mereka bertugasdalam proses eksplorasi dalam kata lain,
mencari sumber daya mineral yang akan di tambang diindonesia. Akan tetapi dengan
minimnya tenaga geologi yang ahli dalam bidang ini, terutama yangtenaga ahli dari
indonesia,
mengakibatkan
peningkatan
produksi
ini
sangat
sulit
untuk
dapat
terwujud.Sebagian besar ahli geologi yang berasal dari indonesia, bekerja di luar negeri
hanya untuk pendapatanindividu yang lebih besar. sehingga indonesia hanya dapat
memproduksi hasil tambang mineral yangmasih relatif sedikit.Dibutuhkan ide-ide baru dalam
hal eksplorasi, sehingga bisa di dapat hasil produksi mineral yangmaksimal, dan ide-ide baru
itu harusnya berasal dari para ahli geologi.
Oleh karena itu, sangat diharapkan para ahli geologi senior untuk dapat
menyumbangkan ilmunya dalam rangka menaikanpendapatan negara ini.Selain dari
kurangnya tenaga ahli di indonesia, teknologi yang ada masih belum mampu
menyaingiteknologi negara-negara lain yang telah maju. Indonesia yang masih merupakan
negara berkembang,harus mampu bersaing dengan teknologi negara-negara maju, mungkin
untuk dapat memiliki teknologiyang baru, indonesia masih agak sulit. Minimal indonesia
sudah harus memiliki teknologi yang samadengan negara-negara lain. Teknologi yang di
sekitar ini, harus dapatmemajukan kesejahteraan masyarakat, dan bukan hanya janji semata,
sehingga bisa mendapatdukungan penuh dari masyarakat. Sehingga tidak ada lagi wilayah
tambang yang terbengkalai karenaadanya masalah dengan masyarakat sekitar dan akhirnya
terjadi peningkatan hasil produksi.Semua ini sebenarnya terhubung dalam satu hal, yaitu
biaya produksi. Biaya produksi tambang (modal)didapat dari investor yang mau menanamkan
modalnya di usaha pertambangan. Para investor maumenanamkan modalnya jika di lihat
penambangan ini bisa menghasilkan keuntungan yang besar.dengan teknologi, biaya produksi
menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Lalu, dengan adanya saranatransportasi yang baik,
biaya produksi dapat di tekan. dan dengan adanya hubungan yang baik denganmasyarakat
sekitar, maka investor mau menanamkan modalnya di sini, karena jika hubungan
antaraperusahaan tambang dengan masyarakat tidak baik, investor tidak akan mengambil
resiko kerugiankarena adanya masalah-masalah yang timbul di kemudian hari, yang
berhubungan dengan masyarakat,seperti berhentinya proses produksi karena tidak mendapat
dukungan dari masyarakat.
2.3
2.4
ekonomi sebagai acuan adalah perbedaan antara nilai output dan nilai input atau peningkatan
harga material yang dihasilkan dari proses pengolahan mineral dan logam persatuan berat
logam/mineral. Sementara itu, kalau pengertian nilai tambah juga dikaitkan dengan
kepentingan lain yang lebih luas, seperti bukan saja peningkatan GDP tetapi juga
peningkatan lapangan kerja baru,
multiplier effect
kemudahan dan kecepatan proses, serta peningkatan ketahanan nasional, maka setiap
manfaat ekonomi, sosial dan peradaban yang dihasilkan dari kegiatan produksi
(pengolahan mineral dan logam lebih lanjut) dikategorikan sebagai peningkatan nilai
tambah. Isu peningkatan nilai tambah hasil tambang telah lama bergaung meskipun
hanya di kalangan terbatas.
Kesadaran bahan tambang perlu diolah terlebih dahulu, agar terjadi peningkatan
nilai tambah yang setinggitingginya di dalam negeri, dan tidak diekspor begitu saja
seolah menjual tanah air, sebenarnya telah lama disadari. Namun demikian kesadaran
pentingnya peningkatan nilai tambah hasil tambang ini semakin menguat akhir-akhir ini.
Membidik peluang ini agar terjadi peningkatan pendapatan daerah maupun pusat,
peningkatan kesempatan kerja, dorongan terhadap terciptanya peluang usaha di sektor lain,
penguasaan ilmu dan teknologi, mengurangi ketergantungan luar negeri dalam penyediaan
bahan baku untuk industri hilir, yang bahan dasarnya tersedia sebagai bahan tambang di
Indonesia,
dirasakan
sangat
mendesak.
Beberapa
kalangan
telah
dengan tegas
mengatakan untuk secepatnya melarang ekspor bahan tambang secara langsung ke luar
negeri, karena ujung-ujung hanya akan memberikan manfaat yang besar di pihak
pengimpor karena mendapat kesempatan melakukan usaha peningkatan nilai tambah di
negaranya, sementara Indonesia hanya mendapatkan penghasilan dari penjualan bahan
tambang saja. Namun demikian, usaha peningkatan nilai tambah hasil tambang di
Indonesia tampaknya belum sepenuhnya dapat berjalan dengan baik karena beberapa
kendala, diantaranya yang penting menurut Edi A Basuki, dkk., 2007:
1.
Belum
terbangunnya
kesadaran
akan
manfaat
dan
pentingnya
usaha
peningkatan nilai tambah bahan tambang di dalam negeri di semua pemangku kepentingan.
2. Belum ada kajian
memerlukan
investasi
yang
tinggi
sehingga
perlu
mendapatkan tembaga
menggunakan
prinsip
dari
mineral-mineral
hidrometalurgi.
ini
dapat
dilakukan
dengan
hidrometalurgi
juga
10
Sekitar 80% bijih tembaga dunia, tembaganya dalam mineral jenis Cu-Fe-S.
Karena mineral jenis ini tidak mudah larut dalam larutan aqueous, maka untuk
mengekstraksi tembaganya dilakukan dengan prosespirometalurgi. Namun demikian
sebelum tahap peleburan, bijih perlu dikonsentrasi untuk mendapatkankonsentrat yang
kaya akan mineral tembaga menggunakan flotasi. Proses liberasi perlu dilakukan terhadap
bijih ini sebelum flotasi untuk memisahkan secara fisik antara mineral berharga dengan
mineral pengotornya.
Dengan prinsip flotasi mineral tembaga sulfida akan mengapung dan terkumpul
karena menempel pada gelembung udara. Selanjutnya konsentrat tembaga diproses secara
smelting untuk menghasilkan lelehan Cu -Fe dan
kemudian
dikonverting
untuk
memisahkan Fe dari lelehan dan yang dibutuhkan oleh industri kabel menghasilkan
lelehan tembaga wantah. Untuk mendapatkan tembaga dengan kemurnian tinggi dapat
dilakukan dengan fire refining atau electrorefining, seperti pada gambar 3 berikut
11
12
terbukti efektif. Dengan benefiasi ini memungkinkan diperolehnya mineral berharga dengan
kandungan tinggi dan memisahkan sebanyak mungkin mineral pengganggu. Dengan metoda
benefiasi standar sulit untuk melakukan benefiasi bijih oksida, terutama karena nikelnya secara
kimiawi terdiseminasi. Akan tetapi dengan penyaringan (screening) dapat dilakukan pemisahan
ukuran, yaitu untuk mengeluarkan bijih berukuran besar yang relatif belum lapuk yang mengandung
nikel relatif rendah, dan mengambil material yang relatif halus yang mengandung nikel relatif
tinggi. Oleh sebab itu, dibandingkan dengan proses metalurgi untuk bijih nikel sulfida yang
memungkinkan diolahnya material dalam jumlah relatif sedikit dan kandungan nikel relatif
tinggi setelah mengalami proses benefiasi, maka pengolahan metalurgi untuk bijih nikel oksida
yang mengharuskan pengolahan bijih dalam jumlah yang besar dengan kandungan nikel relatif
kecil tentu saja secara ekonomis relatif lebih mahal. Dengan pemilihan pengolahan berkapasitas
tinggi akan menurunkan ongkos produksi dan membuat proses metalurgi bijih nikel oksida
menjadi ekonomis.
Menyadari bahwa desiminasi kimiawi nikel di dalam bijih nikel oksida menghalangi orang
dapat melakukan pemisahan secara fisik atau konsentrasi, menyebabkan munculnya beberapa
metoda ekstraksi nikel untuk bijih nikel oksida. Secara garis besar metoda ini dibagi menjadi dua,
pirometalurgi dan hidrometalurgi.
Teknik pirometalurgi yang komersial pada prinsipnya melibatkan peleburan reduksi atau
peleburan pengkayaan (pembentukan nikel sulfida) untuk mendapatkan pemisahan fasa nickel
matte dari fasa yang merupakan kumpulan mineral atau logam pengganggu, atau melibatkan
peleburan dan reduksi menjadi ferro-nickel yang terpisah dari kumpulan pengotor (slag). Karena
umumnya bijih laterit nikel dalam kondisi basah secara alamiah, bisa mencapai 40% air, dan
unsur-unsur logam yang diekstraksi maupun slagnya memiliki titik leleh yang tinggi, maka ekstraksi
bijih nikel oksida secara pirometalurgi seperti ini memerlukan energi yang besar . Dengan kenyataan
seperti itu, ekstraksi secara langsung dengan cara pelarutan (hidrometalurgi) akan memberikan
keuntungan, selain konsumsi energi yang rendah juga memungkinkan diterapkannya untuk bijih
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya mineralnya, dan merupakan
Negara dengancadangan sumber daya mineral terbanyak ke empat, di bawah chili yang
merupakan negara dengancadangan mineral terbanyak pertama, rusia kedua dan kongo
ketiga. Oleh karena itu, sebenarnya kitamerupakan negara yang berpotensi besar, akan tetapi
masih harus memiliki cara untuk mengoptimalkancadangan tersebut. Salah satu caranya
dengan memaksimalkan produksi, dengan menggunakan proseseksplorasi yang lebih baik.
Perlu road map mengenai kebutuhan dan potensi-ketersediaan material untuk industri
hilir di Indonesia, tidak saja logam tetapi juga mineral industri. Diperlukan kerjasama yang
erat antar Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Departemen Perindustrian
untuk menjembatani supply dan demand di industri hulu dan di industri hilir. Pemberian
insentif bagi industri yang mendukung dan melakukan kajian dan riset peningkatan nilai
tambah. Mengharuskan perusahaan tambang untuk mengolah hasil tambang hingga
produk akhir belum tentu realistis. Peningkatan nilai tambah hasil tambang bijih
minimal
adalah
konsentrasi.
Pemberian
peningkatan
nilai
tambah.
Faktor
yang
menghambat
adalah
adanya
15
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, H., (2006), Laporan Sektor Ekonomi Pertambangan, Direktorat Statistik
Ekonomi dan Moneter,
Bank Indonesia.
Basuki, E.,A., Supriyanto, S., Puwadaria, S., & Ekawan, R., (2007), Peningkatan Nilai
Tambah Sumber Daya
Mineral di Indonesia, Peluang dan Tantangan, Prosiding Temu Profesi Tahunan TPT XVI
Perhapi. Hal
348-363
Balamualikrishnaa, R., and John, C.,D., (1998), SWOT Analysis, Journal of
Vocational and Technical
Education, 12, (1), Iowa State University.
Carlile, J.,C., & Mitchell, A.,H.,G., (1994), Magmatic Arcs and Associated Gold and
Copper Mineralization in
Indonesia, Journal of Geochemical Exploration 50. Page 91-142.
Ekawan, R., (2001), Beberapa Isu Pengelolaan Sumberdaya Mineral Dipandang dari
Ekonomi Sumberdaya
Alam, Prosiding Temu Profesi Tahunan TPT X Perhapi. Hal 75 -85.
Graedel, T.,E., (1998), Life Cycle Assessment in the Service Industries, in Journal
of Industrial Ecology,
Volume 1, Number 4, The MIT and Yale University, Cambridge, Massachusetts.
16