Anda di halaman 1dari 17

Filsafat Ilmu: Epistemologi, Ontologi, Etika dan Logika dalam

perkembangan ilmu

MAKALAH

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :
Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang
270110130102

GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014

Kata Pengantar

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Filsafat
Ilmu: Epistemologi, Ontologi, Etika dan Logika dalam perkembangan
ilmu dengan baik dan tepat waktu.
2
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr.
Nana Sulaksana. Makalah ini menjelaskan tentang apa itu dan bagaimana Bagian
dari kajian Filsafat Ilmu : Epistemologi, Ontologi, Etika dan Logika dalam
perkembangan ilmu

Melalui Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


wawasan pembaca tentang Filsafat Ilmu: Epistemologi, Ontologi, Etika dan
Logika dalam perkembangan ilmu. Dalam penulisan makalah ini, tidak luput dari
berbagai macam kesalahan dan kekurangan. Kritik dan Saran yang membangun
penulis terima dengan lapang dada. Demi menambah pengetahuan Penulis dan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 19 November 2014

Penulis

Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..... ii
DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..1
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan...2
3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Epistemologi..........3
2.2 Ruang Lingkup Epistemologi.....3
2.3 Landasan Epistemologi.......4
2.4 Objek dan Tujuan Epistemologi.....5
2.5 Pengaruh Epistemologi...6
2.6 Definisi Ontologi....7
2.7 Objek Ontologi..8
2.8 Aspek Ontologi.9
2.9 Etika dalam Perkembangan ilmu..10
2.10 Logika dalam Perkmebangan Ilmu..12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan........14
DAFTAR PUSTAKA .............16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu,
yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu berusaha
untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan
pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana
ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara
menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah;
macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang
termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat
berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan
jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
2
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut
diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya;
metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles .
Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan.
Didalam makalah ini akan dibahas mengenai filsafat ilmu epistemologi ontologi, etika
dan logika dalam perkembangan ilmu.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
Memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu
Mengetahui Apa itu Filsafat Ilmu
Mengetahui Apa itu Epistemologi
Mengetahui Apa itu Ontologi
Mengetahui Apa itu Etika dan Logika dalam perkembangan ilmu
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Epistemologi


Istilah Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti
pengetahuan dan logos berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata episteme dalam bahasa
Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau
meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual
untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang
mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan
kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).
Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan
konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P.
Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan
mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan
dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau
mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian pengandaian serta secara umum hal itu dapat
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy
which investigates the origin, stukture, methods and validity of knowledge. Itulah sebabnya
kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan
digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994).

2.2 Ruang Lingkup Epistemologi


M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas
pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya,
apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa
kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan
4
sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah
pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi
mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan,
bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan
kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang
tertentu.
Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang
mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa seolah-olah
wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan
aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan.
M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas
pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis.
Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang
membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam
pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman
seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya
bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman
epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode
pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu
komponen-komponen yang terkait langsung dengan bangunan pengetahuan.

2.3 Landasan Epistemologi


Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam
menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang
didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum
dalam metode ilmiah. Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu
disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Pengetahuan
yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan,diantaranya adalah:
5
1. Metode induktif
Induksi merupakan suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil
observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut David Hume
(1711-1716), pernyataan yang berdasarkan observasi tunggal betapa pun besar jumlahnya,
secara logis tak dapat menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas.
2. Metode Deduktif
Deduksi merupakan suatu metode yang menyimpulkan bahwa data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode
deduktif ialah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3. Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia menyampaikan segala uraian atau
persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Menurut Comte perkembangan
pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu teologis, metofisis, dan positif.
4. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda harusnya dikembangkan
suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
5. Metode Dialektis
Merupakan metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.

2.4 Objek dan Tujuan Epistemologi


Kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan
tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat,
sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran sedangkan tujuan
hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi antara objek dan tujuan memiliki
hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau teori pengetahuan yang untuk pertama kali
digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S.
Suriasuamantri berupa segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh
pengetahuan. Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori
pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu
merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujan. Tanpa suatu
sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi
tidak terarah sama sekali. Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut?
Jacques Martain mengatakan, tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
6
memungkinkan saya dapat tahu.hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi bukan
untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang
menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah hal lebih penting dari itu, yaitu ingin
memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. Rumusan tujuan epistemologi tersebut
memiliki makna strategis dalam dinamika pengetuhuan. Rumusan tersebut menumbuhkan
kesadaran seseorang bahwa jangan sampai kita puas dengan sekedar memperoleh
pengetahuan, tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab
keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara memperoleh
pengetahuan melambangkan sikap dinamis.

2.5 Pengaruh Epistemologi


Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban,
sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi
manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah
yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan
yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan,
kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan
teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh
penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai
merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh
kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam
merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi
sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih
adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang
berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus
disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.

2.6 Definisi Ontologi


Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita
menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ?pertama kali orang dihadapkan pada adanya
7
dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dak kedua,
kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembicaraan tentang hakikat sangatla luas sekali, yaitu segala yang ada dan mungkin
ada. Hakikat adalah realitas; realita adalah ke-real-an, Riil artnya kenyataan yang sebenarnya.
Jadi kahikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan
yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
Ontologi, dalam bahasa Inggris ontology, berakar dari bahasa Yunani on berarti
ada, dan ontos berarti keberadaan. Sedangkan logos berarti pemikiran (Lorens
Bagus:2000). Jadi, ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya.
Sedangkan menurut Jujun S .Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif
mengatakan, ontology membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
Sidi gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, ontologi mempersoalkan
sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ia disebut ilmu hakikat yang bergantung
pada pengetahuan. Dalam agama antologi memikirkan tentang Tuhan.
Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Menurut bahasa, anologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada,
dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
Teori ontology pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1939 M.
untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Chirtian Wolff (1679-1954) membagi metafisika menjadi dua, yaitu
metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum yang dimaksudkan sebagai istilah
lain dari ontology.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau paling Dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang
metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.
Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang alam
semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakn tentang jiwa
manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan
2.7 Objek Ontologi
1. Objek Materi
Secara antologis, artinya metafisis umum, objek materi yang dipelajari dalam plural ilmu
pengetahuan, bersifat monistik pada tingkat yang paling abstrak. Seluruh objek materi
pluralitas ilmu pengetahuan, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan zat kebendaan
8
berada pada tingkat abstrak tertinggi, yaitu dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai
makhluk. Kenyataan itu mendasari dan menentukan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan.
Dengan kata lain, prulalitas ilmu pengetahuan berhakikat satu, yaitu dalam kesatuan objek
materinya.
Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal
seluruh perbedaan objek materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi pluralitas ilmu
pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses kausalistik. Keberasaan manusia
didahului dengan keberadaan binatang; keberadaan binatang didahului keberadaan tumbuh-
tumbuhan; dan keberadaan tumbuh-tumbuhan didahului oleh zat kebendaan. Secara
sistematis, masing-masing berada dalam sistem saling bergantung ( interdependence ), dan
zat kebendaan terkecil ( atom ) secara eksistensial berfungsi sebagai sumber ketergantungan
makhluk-makhluk lain sesudahnya. Tetapi secara substansial, keberadaan atom sebagai zat
kebendaan terkecil itu bukanlah dalam tingkat kesempurnaan (berdiri sendiri), melainkan
berada pada tingkat aksidental, artinya berada dengan cara ditentukan. Keberadaan zat
kebendaan demikian ditentukan oleh penyebab terdahulu, sekaligus sebagai penyebab
pertama dan terakhir, yang disebut causa prima. Oleh karena itu, pada tingkat substansi
tertinggi, seluruh pluralitas ilmu pengetahuan, sebagai akibat prulalitas objeknya, berada
dalam satu kesatuan di dalam diri causa prima-nya.
2. Obek Forma
Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang, yang selanjutnya
menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu
pengetahuan berkembang menjadi prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara
satu dengan yang lain.
Dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya atau filsafat. Ilmu pengetahuan pada
umumnya atau filsafat, ilmu pengetahuan mempersoalkan kebenaran secara khusus, konkret
dan objektif, yang selanjutnya desebut kebenaran objektif, yang selanjutnya disebut
kebenaran objektif. Kebenaran demikian tingkat kepastiannya lebih kuat, karena didukung
oleh fakta-fakta konkret dan empirik objektif. Dalam hubunganya dengan perilaku,
kebernaran objektif memberikan landasan stabil dan establish sehingga suatu perilaku dapat
diukur nilai kebenarannya, dan bisa dipakai sebagai pedoman bagi semua pihak. Sedangkan
objektifitas suatu objek materi, apapun jenisnya, bukan terletak pada keseluruhan tetapi pada
bagian-bagian kecil dari objek itu. Mengingat di dalam diri objek materi terdapat bagian-
bagian yang prular, dan mengingat keterbatasan subjek, maka dalam kegiatan ilmiah, subjek
9
prular memilah-milah objek studi ke dalam bagian-bagian, dan kemudian memilih salah satu
bagian sebagai lapangan studi. Lapangan studi inilah yang dimaksud dengan objek forma.

2.8 Aspek Ontologi


Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah
oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada
daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai
dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan
secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

Contoh aspek ontologi pada ilmu matematika


Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b. Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-
kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain
c. Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling
bertautan dan tidak bertentangan
d. Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
e. Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari
barbagai sudaut pandang)
f. Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma Universal; ilmu
matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja. [Ani, 2011]

2.9 Etika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari 7 unsur kebudayan universal yang
dihasilkan manusia yakni sistem mata pencaharian,sistem kepercayaan,bahasa,sistem
kemasyarakatan,kesenian,sistem ilmu pengetahuan,dan sistem peralatan hidup.Dalam
penerapannya,ilmu pengetahuan secara otomatis menghasilkan apa yang disebut teknologi
.Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, maka kita pun
mengenal istilah IPTEK(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).Ilmu pengetahuan bersifat teoretis
dan tidak berbentuk sedangkan teknologi bersifat praktis dan berbentuk.Pada hakikatnya,ilmu
10
pengetahuan dipelajari untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia di
bumi.Teknologi diciptakan untuk meringankan dan membebaskan manusia dari kesulitan-
kesulitan hidupnya yang sarat dengan keterbatasan.Apa yang tadinya dikerjakan oleh tangan
manusia telah digantikan oleh mesin sehingga lebih efektif dan efisien.
Sebagai sebuah entitas pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat independen(bebas dari
nilai),tetapi disisi lain sebagai instrumen(alat dan proses) keberadaannya
koheren,tergantung,dan diarahkan.Siapa yang mengarahkan?jawabannya tidak lain adalah
manusia sendiri sebagai subyek ilmu pengetahuan itu sendiri.Etika memang bukan
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi,tetapi penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat memerlukan adanya dimensi etis sebagai alat
kontrol bagi pengembangan iptek agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang ada dalam masyarakat.Dalam hal ini terjadi keharusan untuk memperhatikan
kodrat manusia,martabat manusia,menjaga keseimbangan ekosistem,bertanggung jawan
kepada kepentingan umum,kepentingan generasi mendatang,dan bersifat universal.Adanya
tanggung jawab etis tidak dimksudkan untuk menghambat kemajuan ilmu pengetahuan,tetapi
dengan adanya tanggung jawab etis diharapkan mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi
manusia untuk mengembangkan teknologi yang nantinya akan mengangkat kodrat dan
martabat manusia .

Saat ini,perkembangan teknologi komunikasi sudah banyak sekali menghasilkan alat


yang ditujukan untuk memperlancar komunikasi dan memperpendek jarak yang tadinya
menjadi penghalang bagi sampainya informasi kepada komunikan.Adanya
televisi,komputer,handphone,serta teknologi 3G dan 4G yang mengusung Super Highway
Communication dengan electronic mail telah memungkinkan manusia untuk mendapatkan
dan mengakses informasi dengan cepat dalam waktu yang sangat singkat.Meminjam istilah
yang digunakan oleh Yasraf Pillian(2004),dunia ini telah dilipat ,jarak beribu-ribu kilometer
tidak lagi menjadi penghalang bagi sampainya informasi kepada orang lain meskipun berbeda
negara.Dengan teknologi satelit,berita tentang terjadinya tsunami di Aceh telah sampai ke
telinga berjuta-juta manusia di dunia dalam waktu yang sangat singkat tanpa perlu menunggu
satu dua hari.

Namun dalam penerapannya,ilmu pengetahuan selalu mempunyai bias negatif dan


destruktif.Sekarang ini manusia justru terjebak ke dalam budaya konsumerisme sebagai
akibat dari ketergantungan manusia akan teknologi.Contohyang paling nyata adalah
kehadiran handphone dalam masyarakat.Sebagai teknologi baru,handphone telah merambah
11
ke berbagai kalangan mulai dari kalangan ekonomi atas,menengah,sampai kalangan ekonomi
bawah.Handphone bukanlah barang mewah lagi seperti dulu ,saat ini seorang tukang
becak,pedagang asongan,supir angkot dan keneknya tidak jarang yang telah memiliki benda
kecil ini.Handphone telah menjadi semacam gaya hidup bagi para pemiliknya.Kepemilikan
atas barang-barang yang bersifat material telah menjadi salah satu tolak ukur bagi masyarakat
yang ingin dikatakan modern.Mereka yang tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman akan rela
mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli handphone dan segala aksesorisnya
meskipun banyak hal lain di luar handphone yang lebih penting untuk dibeli.Orang berlomba-
lomba untuk memiliki hanphone dengan fitur-fitur terbaru yang telah muncul di
pasaran.Semakin banyaklah dari mereka berganti-ganti model handphone karena
gengsinya.Di kalangan mahasiswa kita saja dapat dihitung berapa orang yang masih setia
dengan hp monophonicnya, tidak berwarna apalagi berkamera.Tidak berkamera dan tidak
berwarna tidak apa-apa yang penting pholiponic.
Sebenarnya kecanggihan teknologi alat komunikasi sekarang ini sangat membantu
manusia dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari apalagi bagi mereka yang tidak memiliki
banyak waktu karena harus berhadapan dengan setumpuk pekerjaan yang harus segera
diselesaikan.Dengan dilengkapi fitur email dan internet orang tidak perlu lagi pergi ke warnet
untuk mengirim dan mengakses data yang dibutuhkan.Fasilitas kamera dan video yang ada
telah memungkinkan kita untuk dapat membuat film meskipun tidak lama.Namun seperti
yang telah saya katakan diatas,ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya selalu
menimbulkan bias negatif dan destruktif.Maka tidak mengherankan kalau handphone pun
sebagai produk teknologi telah disalahgunakan oleh sebagian orang.Masih segar dalam
ingatan kita kasus slkandal PNS Klaten dan kasusYahya Zaini dan pedangdut Maria Eva
tentang rekaman video porno mereka berdua yang telah tersebar luas di kalangan publik
Kecanggihan teknologi seharusnya digunakan sesuai dengan kebutuhan karena kalau
tidak justru akan mencelakakan kita sendiri bahkan orang lain.Tidak sedikit kita temui kasus
kecelakaan lalu lintas yang disebabkan seorang pengendara mobil yang karena asyik
berbicara dengan lawan bicaranya melalui handphone ketika menyetir.Meskipun saat ini
sudah banyak handphone yang telah dilengkapi dengan alat handsfree agar tangan kita tidak
perlu lagi memegangnya saat menyetir,hal ini tetap saja berbahaya.Melakukan komunikasi-
dalam hal ini adalah berbicara melalui handphone-juga membutuhkan konsentrasi yang tidak
sedikit dan hal ini akan mengurangi konsentrasi kita saat menyetir.
Dari kedua contoh tadi disinilah kita lihat betapa pentingnya peran etika untuk ikut
mengontrol perkembangan iptek dan penerapannya dalam kehidupan agar tidak bertentangan
12
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga tidak merugikan
dirinya sendiri dan juga orang lain.

2.10 Logika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus ( tepat ). Ilmu
pengetahuan mempunyai arti yang luas dan yang sempit. Di dalam bahasa asing
dipergunakan istilah-istilah seperti : Science ( bahasa Inggris ), Wissenschaft ( Jerman ),
Wetensekap. Kata-kata itu ada persamaannya dengan istilah ilmu pengetahuan tetapi tidak
selalu sama.Wissenschaft dan scienza dipakai dalam arti yang luas dan meliputi apa yang di
dalam bahasa Jerman disebut Naturwissenschaften ( ilmu pengetahuan alam, untuk
pengetahuan fisika ) dan Geisteswissenschaften. Science di Inggris mempunyai arti yang
lebih sempit, yaitu apa yang di dalam bahasa Jerman disebut Naturwissenschaften. Kalau kita
membaca literatur Inggris, kita harus memperhatikan arti yang lebih sempit yang diberi
istilah science. Dikatakan bahwa science harus melalui sifat-sifat yang tertentu. Di dalam
science terdapat :? Perbedaan perbedaan secara kritis.? Mempunyai sifat umum dan di
dalamnya terdapat suatu sistema? Harus dapat dilakukan perifikasi ( pengontrolan )Di dalam
science orang harus bersikap kritis, artinya orang harus mampu menemukan kenyataan fakta-
fakta dan mampu membedakan antara fakta yang murni dan apa yang telah diberi corak oleh
pandangan atau keinginan yang tertentu, yang orang cenderung untuk memakai
pandangannya itu, pandangan yang obyektif.Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
tentang pokok yang tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta
memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan ini terjadi dengan
menunjukkan sebab-musababnya.Logika juga merupakan ilmu pengetahuan. Lapangan ilmu
pengetahuan yang dimaksud adalah azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat
dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang ditepati.Logika Sebagai Proses BerfikirLogika identik
dengan masuk akal dan penalaran. Penalaran adalah salah satu bentuk pemikiran. Pemikiran
adalah pengetahuan tak langsung yang didasarkan pada pernyataan langsung.pemikiran
mungkin benar dan mungkin juga tak benar.Definisi LogikaDefinisi logika sangat sederhana
yaitu ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid
menurut aturan yang berlakuFaedah LogikaPelajaran logika menimbulkan kesadaran untuk
menggunakan prinsip-prinsip untuk berfikir secara sistematis.Faedah tersebut antara lain :
Logika menyatakan, menjelaskan dan emmpergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat
digunakan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan
Menambah daya berfikir abstrak yang menimbulkan sikap intelektual
13
Mencegah agar tidak tersesat dari segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan authority.
Peranan Logika dalam IPTEK
Logika mengantarkan manusia untuk berdaya abstraksi
Hal ini erat kaitanya dengan alam pikiran manusia. Alam pikiran manusia berkembang
menurut dua hal:
Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purbakala hingga saat ini.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu,
yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Filsafat ilmu berusaha
untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan
pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana
ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara
menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah;
macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan
dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah
teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Objek
epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa segenap proses yang terlibat
dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan
epistemologi tersebut? Jacques Martain mengatakan, tujuan epistemologi bukanlah hal yang
utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-
14
syarat yang memungkinkan saya dapat tahu. Metode ilmiah berperan dalam tataran
transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode
ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara
kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Epistemologi juga membekali daya kritik
yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada.
Menurut bahasa, anologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan
logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, Ontologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. metafisika umum atau ontologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada. Objek anologi terbagi menjadi dua yaitu pertama objek materi, Kesatuan ilmu
pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan
objek materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, secara
sistematis berhubungan dengan proses kausalistik. Kedua objek Forma, Objek forma ini
sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang
lingkup. Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang
menjadi prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain.
15

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/peranan-logika-dalam-pengembangan-
ilmu-pengetahuan
Ani. 2011. Aspek Ontologi dalam Filsafat Ilmu. (http://bermenschool.wordpress.com/
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta
Farina Anis. Ontologi Islam. 2007. (http://permenungan.multiply.com,
Nasution, Harun, Filsafat Agama. Jakarta
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai.
Suriasumantri , Jujun S. Pengantar Ilmu dalam Perspektif.
Noor, J. (2013) Metodelogi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
http://darul-ulum.blogspot.com/2008/05/dasar-dasar-pengetahuan.html
Ahmad tafsir, 2009. filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra. Remaja
Rosdakarya, Bandung.hal 23
http://barabbasayin.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-ruang-lingkup.html
Ahmad Tafsir,2009. Filsafat umum akal dan hati sejak thales
sampai capra.Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Hal 24-28
Achmadi,asmoro,2012. Filsafat umum. PT. Raja grafindo persada, jakarta. Hal 118-119
Hakim, M.A. dan Drs. Bani Ahmad Saebani, M.Si. 2008. filsafat umum dari metologi
sampai teofilosofi. Pustaka Setia, Bandung. Hal 206
http://ebookcollage.blogspot.com/2013/06/pengaruh-epistemologi.html

Anda mungkin juga menyukai