Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT MODERN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Pengantar Ilmu Filsafat

Disusun oleh

RISTIANA ALFIYAH

Dosen pengampu:

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ULUM

TERATE PANDIAN SUMENEP

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman
modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-
15), yang ditandai dengan muncuknya gerakan Renaissance. Renaissance berarti kelahiran
kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di
Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan
pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen.
Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis
dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan
yang baik dan mengikuti kultur klasik.
Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-
sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan
masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat
kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu
keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga
pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap  kepercayaan yang
dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir “dunia
baru” yang penghuninya (manusia-manusianya) dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan
akal yang sehat.
Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu
kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20,
munculah berbagai aliran pemikiran : Rasionalisme, Empirisme, Kritisme, Idealisme,
Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup,
Fenomenologi, Eksistensialisme.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana latar belakang munculnya filsafat modern?


2. Apa saja macam-macam aliran pemikiran dalam filsafat modern dan tokoh-
tokohnya?
3. Apa penyebab keruntuhan filsafat modern ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya filsafat modern.
2. Untuk mengetahui apa saja macam macam aliran pemikiran dalam filsafat modern
dan tokoh tokohnya.
3. Untuk mengetahui apa penyebab keruntuhan filsafat modern.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT MODERN


Filsafat zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut
dengan “Renaissance” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung di abad ke-18 itu,
didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pertama, semakin berkurangnya
kekuasaan Gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan. Pengaruh dari
gerakan Renaissance dan Aufklaerung itu telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan
zaman modern berkembang dengan pesat dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-
dogma Gereja. Terbebasnya manusia barat dari otoritas Gereja dampak semakin
dipercepatnya perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Sebab pada zaman Renaissance
dan Aufklaerung perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada
otoritas dogma-dogma Gereja, melainkan didasarkan atas kesesuaiannya dengan akal. Sejak
itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian
intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode,
perkiraan, dan pemikiran yang dapat diuji. Kebenaran yang dihasilkan tidak bersifat tetap,
tetapi dapat berubah dan dikoreksi sepanjang waktu. Kebenaran merupakan “ a never ending
process”, bukan sesuatu yang berhenti, selesai dalam kebekuan normatif atau dogmatis.
Pada umumnya, para sejarawan sepakat bahwa zaman modern lahir sekitar tahun
1500-an di Eropa. Peralihan zaman ini ditandai dengan semangat anti Abad Pertengahan yang
cenderung mengekang kebebasan berpikir. Sesuai dengan istilah “modern” yang memiliki arti
baru, sekarang, atau saat ini, filsafat modern merupakan sebuah pemikiran yang menganalis
tentang kekinian, sekarang, subjektivitas, kritik, hal yang baru, kemajuan, dan apa yang harus
dilakukan pada saat ini. Semangat kekinian ini tumbuh sebagai perlawanan terhadap cara
berpikir tradisional Abad Pertengahan yang dianggap sudah tidak relevan.
B. Macam-macam Aliran Pemikiran dalam Filsafat Modern dan Tokoh-tokoh
1. RASIONALISME (DESCARTES – SPINOZA – LEIBNIZ)
Rasionalisme adalah paham filsafat yang  mengatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan. Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-
kaidah logika. (Ahmad Tafsir, 2013 : 127)
Descartes (1596-1650)

2. EMPIRISME (LOCKE – HUME)


Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan
mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa
Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Empirisme adalah
lawan rasionalisme. (Ahmad Tafsir, 2013: 173)
John Locke (1632 – 1704)
Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689), ditulis
berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini
berarti tidak ada yang dapat dijadikan ide atau konsep tentang sesuatu yang
berada di belakang pengalaman. Sebab, sebelum manusia mengalami sesuatu,
pikiran atau rasio seperti tabula rasa (kertas putih kosong). Dengan contoh lain,
bagi Locke, pikiran ibarat papan tulis yang masih polos dan kosong sebelum
guru masuk kelas.
Proses Memperoleh Pengetahuan
Bagaimana proses memperoleh pengetahuan yang berdasarkan pada
pengalaman itu? Pertama-tama sebelum manusia mengetahui sesuatu, ia
melakukan proses pengindraan, pengamatan, atau observasi terhadap dunia di
luar dirinya, seperti mengamati keluasan, warna, dan bau, serta mendengarkan
sesuatu. Segala sesuatu yang ditangkap dari dunia luar melalui indra, oleh John
Locke disebut “pandangan sederhana” atau “ide-ide sederhana” (simple ideas).
Selanjutnya, pandangan sederhana atau ide-ide sederhana itu terolah di
dalam pikiran dengan cara digabung-gabungkan dan diabstraksikan, sehingga
menghasilkan “pandangan kompleks” atau “ide-ide kompleks” (complex ideas),
seperti ide kemanusiaan, keadilan, pepohonan dan lainnya.
Contoh sederhana mengenai pandangan John Locke tersebut ialah :
pertama-tama seseorang mengamati “ide-ide sederhana”, seperti materi, manis,
berair dan berwarna kemerahan yang terdapat pada suatu objek. Kemudian, ide-
ide sederhana itu digabungkan dan diabstraksikan menjadi “ide kompleks”,
sehingga menghasilkan nama “buah anggur”. Nama “buah anggur” yang tak lain
adalah ide kompleks merupakan hasil penggabungan dari ide-ide sederhana tadi.
Jadi, “ide kompleks” merupakan kumpulan dari “ide-ide sederhana” yang
didapat dari pengalaman. Dengan demikian, ide kompleks yang oleh kaum
rasionalis sering disebut sebagai ide bawaan sebenarnya juga adalah dari
pengalaman.[1]1 (Masykur Arif Rahman, 2013: 265)
David Hume (1711 – 1776)
Hume menolak anggapan kaum rasionalis yang meyakini bahwa
manusia mempunyai ide-ide bawaan. Baginya, manusia tidak memiliki ide-ide
bawaan. Pengetahuan atau kesadaran yang terbentuk dalam diri manusia berasal
dari pengalaman indrawi. Tak ada pengetahuan yang tidak berasal dari
pengalaman indrawi.
3. KRITISME
Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru dimana seorang ahli
pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan
empirisme. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (Aufklarung). Zaman
pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa
(dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, setelah Kant mengadakan
penyelidikan (kritik) terhadap peran pengetahuan akal. Setelah itu, manusia
terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi kemajuan atau
peradaban manusia.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu
pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat, dan sejarah) telah mencapai hasil yang
menggembirakan. Di sisi lain, jalanya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu
diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu
pengetahuan alam. Isaac Newton (1642-1772) memberikan dasar-dasar berpikir
dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan
mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan
analisis.
Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, dan sselanjutnya
menyebar ke seluruh Eropa, termasuk ke Jerman. Di Jerman pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme semakin beerlanjut. Masingh-masing berebut
otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa yang sebenarnya dikatakan sebagai
sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau
empiri?
Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mencoba
menyelesaikan persoalan diatas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme,
tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant
tidak begitu mudah menrimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme
1 Karena pandangannya itu, John Locke masuk dalam barisan filsuf empirisme, yang meyakini bahwa  pengetahuan didapat
berdasarkan pengalaman, dan pengalaman di sini adalah pengalaman indrawi.
terkandung skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan
dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran.
Akhirnya, Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian
dicobanya menggunakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada
akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme).
Ibarat burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empirii).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia
mendasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari
adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal mengenal
batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima
kenyataanya.
4. IDEALISME
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat  yang berpaham bahwa
pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah
manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering
disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas
feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Setelah Kant mengetengahkan kemampuan akal manusia, maka para
murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasanya karena akal
murni tidak akan dapat mengenai hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu,
dicarinya suatu dasar, yaitu suatu sisitem metafisika yang ditemukan lewat dasar
tindakan : aku sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut
dipakai sebagai dasar untuk membuat suatu kesimpulan tentang keseluruha yang
ada.
Pelopor Idealisme J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-
1854), G.W.F Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembanganya pada
Hegel.[2].2 Pengaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu
filsafat sampai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak puas
tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya,
segala peristiwa didunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi,
yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah  secara otomatis mengandung penjelasan-
penjelasanya. Ide yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan
gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti
tesis (gerak yang bertentangan). Kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis
baru, yang nantinya menimbulkan antitesis dan seterusnya. Inilah yang
2 Hegel lahir di Stuttgart, Jerman
disebutnya sebagai dialetika. Proses dialetika inilah yang menjelaskan segala
peristiwa. (Asmoro Achmadi, 2013;118)
5. POSITIVISME
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata “positif” disisni sama
artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut
positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta-fakta. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang
pengetahuan. Kemudian filasafat pun harus meneladani contoh itu. Oleh karena
itu pulalah, positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan
“hakikat” benda-benda atau “penyebab yang sebenarnya”, bagi positivisme,
tidaklah mempunyai arti apa-apa. Ilmu pengetahuan, ternasuk juga filsafat,
hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta.
Tugas khusus filsafat ialah mengoordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang
beragam coraknya. Tentu saja maksud positivisme berkaitan erat dengan apa
yang di cita-citakan oleh empirisme. Positivisme pun mengutamakan
pengalaman. Hanya saja berbeda dengan empirisme Inggris yang menerima
pengalaman batiniah atau subjektif sumber pengetahuan. Positivisme tidak
menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah tersebut. Ia
hanyalah mengandalkan fakta-fakta belaka.
6. EVOLUSIONISME
Aliran dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh
sampai saat ini  yaitu, Charles Robbets Darwin (1809-1882).[3]3
Pada tahun 1938 membaca bukunya Malthus An Essay on the Prinsiple
of Population. Buku tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin untuk
membentuk kerangka berpikir dari teorinya. Menurut Malthus, manusia akan
cenderung meningkat jumlahnya (deret ukur), diatas batas bahan-bahan makanan
(deret ukur). Dengan demikian, Darwin memberikan kesimpulan bahwa untuk
mengatasi hal tersebut manusia harus bekerja sama, harus berjuang diantara
sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena itu hanya hewan yang ulet
yang mampu untuk menyesaikan diri dengan iklim sekitarnya.
Dalam pemikirannya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan
tentang segala sesuatu termasuk manusia yang di atur oleh hukum-hukum
mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life.
7. MATERIALISME

3  Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.


Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya
adalah materi belaka. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbach (1804-1872
M). Menurutnya hanya alamlah yang ada dan manusia merupakan bagian dari
alam
C. Sebab Keruntuhan Filsafat Modern
Proyek filsafat modern yang ingin menguasai dunia lewat satu pemikiran rasional dan
utuh, setelah dievaluasi oleh beberapa filsuf, ternyata diketahui mengandung kelemahan. Tak
heran jika kemudian bermunculan filsuf-filsuf yang mengkritisi proyek filsafat modern
tersebut. Fenomena ini, oleh beberapa kalangan diangggap sebagai suatu periode baru dalam
sejarah filsafat, yaitu periode yang disebut postmodern. Lalu, para filsuf yang mengkritisi
proyek filsafat modern dikatakan sebagai tokoh-tokoh filsafat postmodern.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut
dengan “Renaissance” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung di abad ke-18 itu.
Sehingga mucullah beberpapa aliran diantaranya rasionalisme, empirisme, kritisisme,
idealisme, positivisme, evolusionisme, materialisme, Neokantianisme, pragmatisme, filsafat
hidup, fenomenologi, dan Eksistensialisme.
Dan penyebab Keruntuhan Filsafat Modern ialah  Proyek filsafat modern yang ingin
menguasai dunia lewat satu pemikiran rasional dan utuh, setelah dievaluasi oleh beberapa
filsuf, ternyata diketahui mengandung kelemahan. Tak heran jika kemudian bermunculan
filsuf-filsuf yang mengkritisi proyek filsafat modern tersebut. Fenomena ini, oleh beberapa
kalangan diangggap sebagai suatu periode baru dalam sejarah filsafat, yaitu periode yang
disebut postmodern. Lalu, para filsuf yang mengkritisi proyek filsafat modern dikatakan
sebagai tokoh-tokoh filsafat postmodern.

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Asmoro, Filsafat Umum, Rajawali Pers,  Jakarta:2013.

A. Wiramihardja Sutardjo, Pengantar Filsafat, Refika Aditama, Bandung:2006.

Hakim, Atang Abdul, Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi,

Bandung: Pustaka Setia, 2008.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/sejarah-perkembangan-

ilmu-pada-masa-modern-4/

K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Yayasan Kanisius,

1981.

Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, 2009.

Rahman, Masykur Arif, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat,

Yogyakarta: IRCiSoD, 2013.

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai

Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Anda mungkin juga menyukai