Anda di halaman 1dari 3

Resume Filsafat Manusia

Disusun oleh : Sebastian Mehitabel (1120700000225)


Kelas 1D

Manusia dalam Sinaran Filsafat Strukturalisme

Strukturalisme
Strukturalisme merupakan suatu paham atau pandangan yang menyatakan bahwa
masyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalisme datang
sebagai sebuah pembeda mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan pada tahun 1950 sampai
1970, yang terjadi di Perancis. Kata strukturalisme sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu
structuralism, dan dari bahasa latin, yaitu struere, structura yang berarti bentuk bangunan.
Strukturalisme ini berkembang pada abad ke-20 dan muncul sebagai reaksi dari subjektivisme
yang di agungkan oleh para eksistensialisme. Strukturalisme sendiri bukanlah sebuah kepercayaan
seperti eksistensialisme tapi sebuah metode. Metode penyelidikan, cara pendekatan yang khas dan
cara menguraikan sebuah data yang sedang diselidiki.

Claude Levi-Strauss
Levi-Strauss lahir di Belgia pada tahun 1908 dari keluarga Yahudi. Setelah ia mempelajari
filsafat di Paris, sebuah pembelajaran yang ia tidak terlalu sukai, dia menjadi seorang guru untuk
waktu yang singkat, tapi ia mengambil kesempatan untuk pergi ke Brazil di tahun 1934 untuk
mengajar sosiologi dan untuk kerja lapangan bersama grup di pemukiman di sana. Dia melarikan
diri ke New York di tahun 1941 dikarenakan sedang terjadi perang di Perancis. Saat di New York,
ia terpengaruh oleh linguistik struktural.
Levi-Strauss mengidentifikasikan karya hidupnya dengan menggunakan metode
penyelidikan struktural. Ia menyebarkan strukturalismenya pada beberapa bukunya, yaitu Struktur
Elementer Kekerabatan (1949) dan dua volume Antropologi Struktural (1937 dan 1958).
Strukturalisme adalah sebuah metode yang ia percaya dapat menjadikan sebuah data empiris
tentang intuisi kekerabatan, totemisme, dan lainnya dapat lebih dipahami dari sebelumnya.
Kenyataannya, strukturalisme itu melampaui penjelasan atau penguraian data, karena dari data
tersebut ia bisa mengidentifikasikan sifat dasar yang spesifik dan universal dari pikiran manusia.
Levi-Strauss dapat mengkomunikasikan penemuan dan argumennya kepada para pembaca
bukunya, dengan berpegang teguh pada konsistensi metode, rasionalisme dan kefasihannya.
Levi-Strauss menyatakan bahwa dibalik berbagai fakta empiris, terdapat satu struktur
mental yang universal. Levi-Strauss juga menyelidiki gejala antropologi seolah gejala tersebut
adalah bahasa. Strauss dapat melakukan hal tersebut karena ia menggunakan istilah bahasa secara
metamorfosis. Para strukturalis tidak mempunyai program yang sama tapi tidak berarti bahwa
mereka tidak mempunyai asal usul yang sama. Pada prinsipnya mereka mempunyai satu istilah
atau ide yang sama dan kita harus mencari serta menemukannya, di mana letak kekerabatan mereka
yang sebenarnya.
Roland Gerard Barthes
Barthes merupakan tokoh intelektual dan filsuf Perancis yang gagasannya berada pada fase
peralihan strukturalisme ke post-strukturalisme. Walau begitu, ia dan Levi-Strauss merupakan
tokoh awal yang mencetuskan paham struktural dan meneliti sistem tanda awal budaya. Menurut
Barthes, ada sebuah titik temu atau konvergensi antara linguistik dan penelitian budaya yang pada
akhirnya akan memperkaya penelitian semiologi (yaitu ilmu yang membahas tentang praktik
penandaan atau analisis penetapan makna dalam budaya) yang ia kembangkan.
Barthes mempunyai buku yang berjudul “S/Z”, di dalam bukunya itu ia mulai melampaui
strukturalisme ortodoks sekaligus menyajikan jalan bagi post-strukturalisme. Buku ini membahas
tentang sensual pleasure of reading dan active power of the reader. Intinya, ia mengatakan bahwa
tidak ada makna pasti dalam sebuah cerita. Selalu saja ada kemungkinan interpretasi dan kode
lainnya.

Paul-Michel Foucault
Foucault membongkar sebuah mitos dalam pengetahuan dengan menggunakan dua
metode, yaitu arkeologi dan genealogi. Menurut Foucault, arkeologi adalah pendekatan bahasa
tapi tidak merujuk pada subjek yang melampauinya. Ia mengusulkan mode analisis yang
menyubordinasikan peran subjek. Foucault juga mengusulkan untuk menunda penerimaan
gagasan tentang subjek yang menghasilkan wacana dan juga semua entitas diskursif yang bisa
diterima secara umum. Sebagai gantinya, Foucault ingin melihat permukaan dari apa yang
dikatakan daripada harus mencoba menafsirkan apa yang ada dibalik bahasa, baik itu makan
tersembunyi, struktur ataupun subjek.
Foucault juga mengusung pendekatan genealogis yang bertujuan untuk menelusuri awal
dari pembentukan episteme yang bisa terjadi kapan saja. Genealogi tidak mencari asal usul
episteme melainkan mencoba untuk menggali kedalaman episteme di setiap masa. Genealogi juga
bukan sebuah teori tapi sebuah cara pandang atau perspektif untuk mempertanyakan episteme,
praktik sosial dan diri manusia. Genealogi sendiri merupakan kelanjutan dari arkeologi. Arkeologi
lebih difokuskan untuk menemukan fakta dan menyingkap suatu wilayah, genealogi merupakan
usaha untuk menjelaskan asal usul suatu pemikiran agar dapat menemukan titik tolak tanpa
menghubungkan dengan hakikat ataupun identitas yang hilang. Foucault membuktikan bahwa
sejarah selama ini adalah sejarah yang sudah terdistorsi, bukan sejarah bahasa dan makna tapi
sejarah relasi kekuasaan.

Noam Chomsky
Noam Chomsky merupakan seorang profesor dari MIT, ia mempunyai pendapat bahwa
seorang manusia itu memiliki kreativitas konseptual dan linguistik yang melibatkan beberapa
kemampuan mental serta mensyaratkan perorganisasian mental. Menurutnya, “mind” merupakan
sebuah ekstensi dari modul bawaan yang beroperasi secara otomatis, terbebas dari kontrol individu
yang berdasarkan akan seperangkat aturan domain khusus yang mengambil input penentu untuk
modul yang lainnya. Berbagai modul akan saling berinteraksi dengan cara yang kompleks agar
bisa menghasilkan sebuah persepsi, pemikiran, dan produk kognitif lainnya. Chomsky sendiri
memilih bahasa sebagai contoh bentuk modul bawaan pada diri manusia. Contohnya adalah
seorang pembicara dewasa, dia memiliki kemampuan untuk menjelaskan dengan jelas apa yang
dia maksud kepada orang-orang. Seseorang bisa memiliki pengetahuan tentang bahasa karena dia
mendekati pengetahuan itu dengan skematis yang eksplisit dan juga detail. Skematis tersebut
memberi tahu dia tentang bahasa apa yang akan terekspos pada dirinya. Maka seorang anak akan
memulai mempelajari bahasa bukan dengan mengetahui bahasa apa yang dia dengar tapi dia
mendengar bahasa manusia yang sempit dan eksplisit. Dikarenakan dia memiliki skematis yang
berupa modul bawaan yang terorganisir dan mengikat, dia dapat menghasilkan dari data yang
terpecah menjadi sebuah pengetahuan yang terorganisir.
Chomsky menyatakan bahwa pengetahuan naluriah, skematis inilah yang membuat
manusia dapat memperoleh pengetahuan yang kompleks dan rumit dari data yang tidak lengkap,
ini merupakan unsur fundamental dari Human Nature. Seluruh modul bawaan yang berupa
skematis yang besar, yang menuntun kita untuk bertindak secara sosial dan intelektual serta
individual disebut oleh Chomsky sebagai Human Nature.

Jacques Marie Emile Lacan


Lacan merupakan seorang psikonalis yang bergulat dengan berbagai macam teori, bukan
dengan pengalaman khusus dari dalam ruang konsultasi pada pasien yang juga mengklaim adanya
kuasa yang mengatur berfungsinya psike manusia pada umumnya. Lacan berfokus pada ajaran
Sigmund Freud, dia mengeksplorasi bagian dari alam bawah sadar dalam teori dan praktis analisis
menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Lacan juga mulai menggali lagi fungsi dari Id, impuls bawah sadar yang dianggap bisa
mengganggu, untuk memperkuat penolakannya terhadap otoritas dan stabilitas Ego. Ego dalam
pemikiran Lacan termasuk dalam kuasa simbolis. Menurutnya, manusia mempunyai dorongan dari
alam bawah sadar yaitu desire for others. Dia juga menjelaskan dengan menggunakan seorang
anak yang ingin membahagiakan ibunya tapi juga harus patuh pada peraturan ayahnya. Manusia
juga menurutnya adalah hewan yang berbicara yang ia sebut sebagai parle-etre, sesuatu yang
keinginannya tercampur dengan imperatif dan ditetapkan dalam bahasa alami masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai