NIM : 1196000051
Kelas : A
Fitrah bertauhid pada manusia adalah hal yang tidak bisa disangkal. Segelintir orang
yang mengingkari hal tersebut adalah mereka yang tidak menggunakan akal sebagaimana
fungsinya. Karena akal yang sehat akan mengetahui bahwa setiap yang tampak di alam
ini pasti ada yang menciptakannya.
Erick Fromm pernah mengungkapkan bahwa mustahil ada manusia di bumi ini yang
tidak ber-Tuhan, sekalipun mengaku Atheis. Yang ada, lanjut Fromm, hanyalah peluang
perbedaan konsepsi mengenai Tuhan, yakni Tuhan menurut konsepsi masing-masing.
Manusia hakikatnya mengakui kehadiran Allah dalam dirinya sebagai bawaan yang
bersifat inhern, embedded, melekat secara bawaan (buit in), terlepas bisa dibuktikan
berdasarkan pemahaman manusia yang sungguh sangat terbatas untuk menjangkau dunia
luar.
Kemajuan yang dikembangkan ilmu kedokteran atau rekayasa genetika, secara nyata
menunjukkan bahwa Tuhan telah ada dalam gen setiap manusia. Gen manusia telah
membawa informasi tentang Tuhan sehingga manusia dipastikan tak bisa menghindar dari
keimanan terhadap Tuhan atau Yang Agung, ungkap Kazuo Murakami (2008:166).
Sachiko Murata (1997:29) dalam The Tao Of Islam menggambarkan tentang
pengertian Tuhan dalam konsepsi Aku (menurut konsepsi masing-masing diri) da nada
Tuhan yang Hakiki, yakni Tuhan yang tidak terbandingkan dengan kualitas manusia atau
dengan sesuatu apapun. Tetapi meski tidak dapat menjangkau Tuhan yang Hakiki, namun
manusia mengakui sepenuhnya akan adanya Tuhan, kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan
kekuatan Tuhan dalam kehidupannya.
b. Tuhan Sejarah Kehidupan
Fakta sejarah yang tak terbantahkan selalu menunjukkan bahwa manusia
adalah makhluk ber-Tuhan, yakni makhluk yang hidup dengan adanya Tuhan sebagai
keniscayaan. Konsep meniadakan Tuhan berarti bukti adanya Tuhan. Kemudian
ditiadakan, diingkari, dijauhi, dan akhirnya “dibunuh”. Jadi hakikatnya tidak ada
atheism, tidak ada pandangan tanpa pengakuan terhadap Tuhan.