Anda di halaman 1dari 32

Tipologi konstitusi merupakan tipologi yang dikembangkan atas

dasar aspek jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi
konstitusi adalah bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk
penampilan fisik maupun yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak,
darah, dan lain sebagainya dalam penentuan ciri-ciri seseorang.
Ada beberapa ahli yang telah mengembangkan tipologi konstitusi, di
antaranya adalah Hippocrates dan Gelenus, De Giovani, Viola, Sigaud,
Sheldon, dan seterusnya. Uraian berikut hanya menyajikan beberapa
tipologi konstitusi. Dalam bab ini juga akan terdapat teori-teori yang tidak
semata-mata membahas soal kontitusional seperti misalnya teori E.
Kretschmer dan teori W.H. Sheldon, tetapi yang apa bila diteliti
benar-benar akan nyata bahwa dasar pandangan atau orientasinya juga
melalui konstitusional. Di antaranya adalah :
1. Tipologi Hypocrates – Galenus
Tipologi ini dikembangkan oleh Gallenus berdasarkan
pemikiran Hippocates. Hippocrates (460-370 SM) adalah dikenal
sebagai bapak ilmu kedokteran, karena itu tidak mengherankan kalau ia
membahas kepribadian manusia berdasar kontitusional, yang
terpengaruh oleh kosmologi empedukles, yang menganggap bahwa
alam semesta beserta isinya tersusun dari empat inti dasar,
yaitu tanah, air, udara dan api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya
ialah kering, basah, dingin dan panas, maka Hippocrates
berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat
yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan
yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu : [1]
a). Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning)
b). Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
c). Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir)
d). Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah)
Menurut Hippocates keempat cairan tersebut ada dalam tubuh
dan dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan tersebut adanya
dalam tubuh dan dalam proporsi selaras (normal), maka orangnya
dalam keadaan normal/sehat, sebaliknya apabila keselarasan proporsi
tersebut terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan
normal/sakit.
Kemudian Galenus (129-199 SM) menyempurnakan ajaran
Hippocrates tersebut dan membeda-bedakan kepribadian manusia atas
dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Galenus
sependapat dengan Hippocrates, bahwa di dalam tubuh manusia ada
empat macam cairan,
yaitu : Chole, Phlegma, Melanchole dan Sanguis.
Cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh manusia secara teori
dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan adanya dalam tubuh itu
melebihi proporsi yang seharusnya (jadi dominan) maka akan
mengkibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat
kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari pada
dominannya salah satu cairan badaniah itu oleh Galenus disebutnya
dengan temperament. Jadi dengan dasar pikiran yang telah
dikemukakan itu sampailah Galenus kepada penggolongan manusia
menjadi empat tipe temperament, berdasar pada dominasi salah satu
cairan badaniahnya.
Pandangan Hippocrates yang kemudian disempurnakan oleh
Galenus selanjutnya disebut tipologi Hippocrates Galenus dapat
disajikan secara ringkas pada tabel berikut :[2]
TABEL 1
Tipologi Hyppocrates – Galenus
Cairan badan
Prinsip Tipe Sifat-sifat khasnya
yang dominan

Hidup (besar semangat),


Keras, hatinya mudah
Chole Tegangan Kholeris terbakar,
Daya juang besar,
optimis,

Mudah kecewa, Muram,


Penegaran penakut
Melanchole Melankholis
(rigity)
Daya juang kecil, pesimis,

Tak suka terburu-buru


(tenang),
Phlegma Plastisitas Phlegmatis Tak mudah untuk
dipengaruhi,
Setia, sabar

lincah, Ramah, mudah


Sanguis Ekspansivitas Sanginis tersenyum, Mudah
berganti haluan,

2. Tipologi Mazhab Italia


a. Teori De-Giovani ; Hukum Deformasi
Pada tahun 1880 De-Giovani menerbitkan karyanya yang
berjudul Morfologia del Corpo Umamo. Dalam buku tersebut dia
merumuskan hukum deformasi, yang berisikan penggolongan
variasi tubuh manusia. Secara singkat pendapat De-Giovani
tersebut adalah bahwa ada tiga macam variasi tubuh manusia,
yaitu :[3]
1). Orang dengan togok[4] kecil cenderung untuk mempunyai
bentuk tubuh yang panjang, yang mempunyai hubungan dengan
habitus phthisis.
2). Orang dengan togok besar cenderung untuk mempunyai bentuk
tubuh pendek, yang mempunyai hubungan dengan habitus
apoplectis.
3). Orang-orang dengan togok normal cenderung untuk mempunyai
proporsi badan yang normal.
b. Tipologi Viola
Berdasarkan atas bahan-bahan penyelidikan serta
teori De-Giovani tersebut, Viola
dalam penyelidikan-penyelidikan kemudian berhasil menemukan
adanya tiga golongan bentuk tubuh manusia, yaitu :[5]
1). Microsplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran
menegaknya lebih dari pada dalam perbandingan biasa,
sehingga tubuh kelihatan jangkung.
2). Macrosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran
mendatarnya lebih dari pada dalam perbandingan biasa,
sehingga tubuh kelihatan pendek.
3). Normosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang ukuran-ukuran
menegak dan mendatarnya selaras, sehingga tubuh kelihatan
selaras.
Pendapat ini ternyata banyak sekali persamaannya dengan
pendapat Kretschmer yang akan dikemukakan beberapa waktu
kemudian.
Rava, seorang pendukung madzhab Italia yang kemudian
menemukan, bahwa :
a). Penderita-penderita neurasthenia dan psychasthenia
kebanyakan terdapat pada golongan microsplanchnis.
b). Penderita-penderita manis-depresif kebanyakan terdapat pada
golongan macrosplanchnis.
Selanjutnya perlu pula kiranya dikemukakan pendapat
madzhab Italia mengenai sebab musabab variasi tubuh manusia itu.
Madzhab Italia berpendapat, bahwa variasi atau
bermacam-ragamnya keadaan jasmani manusia itu berakar pada
keturunan, jadi tergantung kepada dasar yang di bawa sejak lahir
dan dengan demikian tak dapat diubah oleh pengaruh dari luar.
3. Tipologi Mazhab Perancis : Morfologi Konstitusional ; Sigaud
Pada waktu yang bersamaan dengan timbul dan
berkembangnya madzhab Italia, di Perancis terdapat pula kegiatan
yang serupa, yaitu kegiatan dalam penyelidikan mengenai variasi tubuh
manusia, yang dilakukan oleh sekelompok ahli di bawah pimpinan
Sigaud. Para penyelidik Perancis ini menyelidiki variasi tubuh manusia
itu dari segi yang agak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
madzhab Italia.
Dalam menggolongkan manusia yang beradasar pada
jasmaniah kategori yang digunakan sebagai dasar adalah dominasi
sesuatu fungsi fisiologi di dalam pertumbuhan organisme.
Yaitu motorik, pernafasan, pencernaan dan susunan saraf sentral.
Fungsi-fungsi yang manakah yang terkuat pada seseorang, disitulah
orang itu digolongkan, karena itu Sigaud menggolongkan manusia atas
empat golongan, yaitu :[6]
1). Orang yang kuat fungsi motoriknya (berwujud keadaan alam),
termasuk tipe maskuler, dengan ciri-cirinya yaitu anggota
badannya serba panjang, bersipir, serba bersudut dan lain
sebagainya.
2). Orang yang kuat pernafasannya (berwujud udara), termasuk
tipe respiratoris, dengan ciri-cirinya, yaitu bentuk dadanya
membusung, wajahnya lebar dan lain sebagainya.
3). Orang yang kuat percernakannya (berwujud makan-makanan),
termasuk tipe digestif, dengan ciri-cirinya, yaitu perutnya besar,
pinggangnya lebar dan lain sebagainya.
4). Orang yang kuat susunan saraf sentralnya (berwujud keadan
sosial), termasuk tipe serebral, dengan ciri-cirinya, yaitu langsing,
tulang tengkoraknya bagian atas besar sekali dan lain sebagainya.
Dengan dasar pikiran tersebut di atas dan pendapat
penggolongan tersebut, maka untuk lebih mudah memahaminya dalam
uraian ini dapat diikhtisarkan dalam tabel berikut ini :[7]
TABEL 2
Tipologi Madzhab Perancis : Sigaud
Fungsi yang
Tipe Keadaan jasmani yang khas
dominan

Muka penuh (well-formed), anggota


badan kokoh, otot-otot tumbuh dengan
Motorik Maskuler
baik, oragan-oragan berkembang
secara selaras

Thorax dan leher lebih bersar dari pada


Pernafasan Respiratoris
yang lain, muka lebar

Thorax pendek besar, pinggang besar,


Pencernaan Digestif
rahang besar, mata kecil, leher pendek

Susunan saraf Dahi menonjol ke depan dengan


Serebral
sentral rambut di tengah, mata bersinar, daun
telinga lebar, tangan dan kaki kecil

4. Morfologi konstitusional di Jerman : Kretschmer


Teori Kretschmer merupakan salah satu hasil karya yang besar
pada permulaan abadnya yang di usung oleh Kretschmer seorang ahli
penyakit jiwa bangsa Jerman, dalam permulaan abad
itu Kretschmer tidak semata-mata membahas masalah konstitusi, dia
juga membahas masalah temperamen, sebagaimana terbukti dalam
karyanya : Korperbau und Character (1921), walaupun pada dasarnya
pandangan atau orientasinya tetap menggunakan dasar konstitusional.
Sehingga tokoh ini menyusun tipologinya berdasarkan pada
tipologi konstitusi fisis dan tipologi konstitusi psikis. Dari dua macam
tipologinya itu kemudian ditunjukkan adanya hubungan satu sama
lainnya, sehingga pendapatnya sangat menarik bagi para ahli-ahli lain
dan sempat mendapat sambutan yang positif. Keterkenalan
tipologi Kretschmer ini disebabkan oleh adanya hubungan antara
tipologi jasmani dan rohani, yang pada dasarnya manusia adalah
makhluk monodualisme psikhofisis, yang itu merupakan hakekat hidup
manusia.
Berdasar pada pengalaman-pengalamannya selama bekerja
sebagai dokter jiwa, ia kemudian menyimpulkan bahwa antara bentuk
tubuh dengan sifat-sifat temperamen ada hubungan erat. Sehingga ia
mengklasifikasinya sebagai berikut ;[8]
a. Tipologi konstitusi jasmani (biasanya disebut konstitusi saja)
Berdasarkan atas penyelidikannya terhadap orang-orang
yang dirawatnya, maka Kretschmer menggolong-golongkan
manusia atas dasar tubuh jasmaninya menjadi empat macam,
dengan keterangan sebagai berikut :
1). Piknis atau Stenis
Ukuran mendatar lebih dari keadaan biasa, sehingga
kelihatan pendek-gemuk, maka sifat-sifat khas tipe ini adalah
badan agak pendek, dada membulat, perut besar, bahu tidak
lebar, leher pendek dan kuat, lengan dan kaki agak lemah,
kepala agak merosot ke muka di antara kedua bahu, sehingga
bagian atas dari tulang punggung tampak sedikit melengkung,
banyak lemak sehingga urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan
nyata dan sebagainya. Dalam tipe ini bisa memperoleh
bentuknya yang jelas setelah orang berumur sekitar 40 tahun.
2). Laptosom atau Asthenis
Ukuran menegak lebih dari keadaan biasa, sehingga tubuh
kelihatan jangkung, maka sifat-sifat khas tipe ini adalah badan
langsing kurus, rongga dada kecil-sempit, rusuknya mudah
dihitung, perut kecil, bahu sempit, lengan dan kaki kurus,
tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan
jelas, muka bulat telur, berat relatif kurang dan sebagainya.
3). Atletis
Ukuran mendatar dan menegak dalam perbandingan
seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras, tipe ini merupakan
perpaduan antara piknis dan asthenis, maka sifat-sifat khas tipe
ini adalah tulang-tulang dan otot-otot kuat, badan kokoh dan
tegap, tinggi cukupan, bahu lebar dan kuat, dada besar dan kuat,
perut kuat, panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan
bahu dan dada kelihatan agak kecil, tengkorak cukup besar dan
kuat, kepala dan leher tegak, muka bulat telur, lebih pendek dari
pada tipe asthenis dan sebagainya.
4). Displatis
Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang
telah dikemukakan sebelumnya, tidak dapat dimasukkan ke
dalam salah satu di antara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki
ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe tersebut. Bermacam-macam
bagian seolah-olah bertentangan satu sama
lainnya. Kretschmer menganggap tipe displastis ini menyimpang
dari konstitusi normal. Dalam pada itu perlu dicatat bahwa :
(a). Tipe-tipe itu lebih nyata pada pria dan kurang nyata pada
wanita.
(b). Prakteknya yang menjadi penting ialah pertentangan piknis
dan asthenis.
(c). Tipe-tipe tersebut terdapat baik pada orang yang mengalami
gangguan jiwa maupun pada orang yang sehat.
b. Tipologi konstitusi rohani-kejiwaan (temperamen)
Pendapat Kretschmer dalam lapangan ini sangat dipengaruhi
oleh pendapat Kraepelin dalam lapangan psikiatri. Kraepelin
menggolong-golongkan penderita psikosis menjadi dua golongan
yaitu :
a. Dementia praecox yang kemudian disebut schizophrenia
Golongan ini masih hidup di antara orang-orang lain,
tetapi seperti telah mengubur dirinya sendiri, mereka tidak lagi
suka menghiraukan apa-apa yang ada di sekitarnya, mereka
kehilangan kontak dengan dunia luar dan seolah-olah hidup
untuk dan dengan dirinya sendiri (autisme).
b. Manis-depresif
Golongan ini sifat jiwanya selalu berubah-ubah,
merupakan siklus atau lingkaran yaitu dari sifat manis (giat,
lincah) ke sifat depresif (lemah, tak berdaya), kembali ke sifat
manis lagi lalu gampang berubah menjadi depresif dan
seterusnya.
Dalam lapangan psikiatri, sebagaimana ahli-ahli
lain Kretschmer menerima pendapat ini. Selanjutnya ia menemukan
bahwa gejala-gejala seperti yang terdapat pada para penderita
psikosis itu terdapat pula pada orang sehat, kendatipun sangat tidak
jelas, sehingga ia merumuskan bahwa kedua macam sifat-sifat
kejiwaan yang terdapat pada para penderita psikosis itu adalah
temperamen normal yang menjadi sangat jelas. Jadi perbedan
antara penderita psikosis dan orang sehat hanyalah perbedaan
kuantitatif. Maka manusia berdasarkan termperamennya (manusia
yang sehat) menurut Kretschmer dapat dibedakan menjadi dua
golongan atau tipe, yaitu :
a. Tipe schizothym
Orang yang bertemperamen schizothym sifat-sifat jiwanya
bersesuaian dengan penderita schizophrenia, hanya sangat
tidak jelas. Golongan ini mempunyai sifat sukar mengadakan
kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, ada
kecenderungan ke arah uathisme dan menutup diri sendiri.
Sebenarnya tipe ini dapat pula disebut "supra-tipe" karena ke
dalam tipe ini dimasukkan sejumlah golongan (tipe) tertentu,
yaitu :
1). Die Vernehm Feinsinnigen 3). Die
Weltfremden Idealisten
2). Die Kuhlen Herrensturen und Egoisten 4). Die
Trockenen und Loahmen
b. Tipe cyclthym
Orang yang bertemperamen cyclthym sifat-sifat jiwanya
bersesuaian dengan penderita manis-depresif, hanya sangat
tidak jelas. Golongan ini mudah mengadakan kontak dengan
dunia sekitar, mudah bergaul, mudah menyesuaikan diri dengan
orang lain, mudah turut merasa akan suka dan duka, jiwanya
terbuka. Tipe ini juga mencakup sejumlah golongan (tipe)
tertentu, yaitu :
1). Die Geschwatzig Heitern 4). Die
Bequenen Genieazer
2). Die Ruhigen Humoristen 5). Die
Tatkraftigen Praktiker
3). Die Stillen Gemutsmenschen
5. Psikologi Konstitusional di Amerika Serikat : W. H. Sheldon
Sebagaimana halnya Sigaud dan Kretschmer, bahwa W. H.
Sheldon juga berpendapat tentang kepribadian seseorang dalam
banyak hal berhubungan dengan keadaan jasmani yang nampak.
Struktur jasmani merupakan hal yang utama yang berpengaruh pada
pribadi seseorang. faktor-faktor genetis dan biologis memainkan
peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian seseorang.
maka untuk memudahkan dalam memahami teori kepribadian Sheldon
ini, dalam uraian ini dibedakan menjadi dua bagian penting, yaitu
1. Struktur Fisis
Berbeda dari kebanyakan ahli-ahli dalam lapangan psikologi
kepribadian di Amerika Serikat yang umumnya mengemukakan
kompenen-komponen yang banyak sekali, maka Sheldon
menentukan sejumlah kecil variabel jasmaniah dan temperamen
yang tegas, yang dianggapnya merupakan hal yang terpenting
dalam tingkah laku manusia (kendatipun dia tidak menutup
kemungkinan untuk penyelidikan-penyelidikan yang lebih teliti).
Seperti seorang ahli-ahli konstitusional yang terdahulu
Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran dari pada
komponen-komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu
diinsafi bahwa Sheldon tidak hanya ingin mendapatkan apa yang
disebut biological identification tag. Sheldon berpendapat bahwa
faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang
menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga,
bahwa orang mukmin mendapatkan representasi dari pada
faktor-faktor tersebut dengan melalui sejumlah pengukuran yang
didasarkan pada jasmani. Dalam pandangan Sheldon ada suatu
struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe yang menjadi
dasar jasmani yang nampak (phenotipe) dan yang memainkan
peranan penting tidak saja dalam menentukan perkembangan
jasmani, tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku. Somatipe
merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu,
walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama
bersandar kepada pengukuran jasmaniah (phenotipe).
Di sini akan dibicarakan cara pendekatan Sheldon untuk
mengukur aspek jasmaniah individu dan selanjutnya dikaji
usahanya untuk menentukan komponen terpenting yang menjadi
dasar tingkah laku atau kerpibadian manusia. Dalam hal ini melalui
dimensi-dimensi jasmaniah dapat di bedakan menjadi dua
komponen, yaitu[9]
a. Komponen jasmani primer
Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti dari
beberapa obyek penelitiannya, Sheldon dengan
pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa ada tiga
komponen atau dimensi jasmaniah itu. Ketiga dimensi itu
merupakan inti dari pada tehnik pengukuran struktur tubuh, di
antaranya yaitu : 1). Endomorphy, 2). Mesomorphy dan
3). Ectomorphy.
Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan ketiga
lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm,
mesoderm dan ectoderm). Dominasi alat-alat yang berasal dari
lapisan tertentu menentukan dominasi dari pada komponen
tertentu. Dengan demikian maka menurut Sheldon ada tiga tipe
pokok dari pada jasmani manusia, yaitu
1). Tipe Endomorph
Individu yang komponen endomorphynya tinggi
sedangkan kedua komponen lainnya rendah. Endomorph
yang berasal dari endoderm, yaitu lapisan terdalam dari
embrio yang sesudah berkembang akan menjadi bagian
penting dari sistem pencernaan. Tubuh semacam ini
cenderung mudah menjadi gemuk dengan tanda utama halus
dan bulat, tulang dan otot relatif kurang berkembang dan fisik
secara umum tidak cocok untuk kegiatan fisik berat.
2). Tipe Mesomorph
Individu yang komponen mesomorphynya tinggi
sedangkan kedua komponen lainnya rendah. Mesomorph
berasal dari mesoderm, yaitu lapisan tengah dari embrio
yang kemudian berkembang menjadi otot, persendian dan
sistem sirkulasi. Tubuh semacam ini cenderung ditandai
dengan wujud ototnya bersegi-segi, kokoh dan tahan sakit,
sehingga cocok untuk kegiatan yang menggunakan kekuatan
fisik.
3). Tipe Ectomorph
Pada golongan ini relatif didominasi oleh kulit dan
sistem saraf. Ectomorph berasal dari ectoderm, yaitu lapisan
terluar dari embrio yang berkembang menjadi kulit dan
sistem saraf. Tubuh yang ectomorph ditandai dengan bentuk
tubuh yang tipis, tinggi dan otot yang lemah, dada kecil dan
pipih, otot-ototnya hampir tidak kelihatan. Tubuh ini memiliki
permukaan yang paling luas dibanding dengan dua tipe
lainnya, dalam hal proporsi ectomorph mempunyai otak dan
sistem saraf yang paling besar, peka dengan stimulasi dan
memiliki perangkat peralatan yang buruk untuk diupakai
kompetisi dalam hal kekuatan fisik.
Selain itu tiga tipe yang telah diuraikan di atas, menurut
Sheldon ada enam tipe campuran, yaitu di antara tiap dua tipe
ada dua tipe campuran, ialah sebagai beriktu :
1). Endomorph yang Mesomorphis 4). Mesomorphis
yang Ectonorphis
2). Endomorph yang Ectonorphis 5). Ectonorphis
yang Endomorph
3). Mesomorphis yang Endomorph 6). Ectonorphis
yang Mesomorphis
b. Komponen jasmani skunder
Di samping komponen-komponen jasmani primer
sebagaimana disebutkan di atas, Sheldon juga mengemukakan
tiga komponen jasmani skunder, yaitu :
1). Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretschmer, istilah itu
dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap
ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga
komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh.
Dalam penyelidikan-penyelidikan yang mula-mula Sheldon
menemukan bahwa banyak displasia berhubungan dengan
ectomorphy, dan lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki,
penyelidikan yang lebih kemudian membuktikan, bahwa lebih
banyak displasia pada para penderita psikosis dari pada
pada mahasiswa.
2). Gynandromorphy
Komponen ini menunjukkan sejauh manakah jasmani
memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin
lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh Sheldon dengan
indeks huruf "g". Gynandromorphy adalah campuran sifat
fisik antar seks laki-laki dan perempuan, yang kalau
campuran itu bersifat psikis biasa disebut "androgini".
Laki-laki yang mempunyai indeks "g" yang tinggi, memiliki
tubuh yang lembut, panggul lebar, bulu mata yang panjang
dan sifat feminin lainnya.
3). Texture
Komponen yang menggambarkan ukuran kehalusan
dan kelembutan fisik yang ditandai dengan komponen "t".
komponen ini menilai keindahan dan kemenarikan yang
sukar dilakukan secara obyektif. Komponen ini berhubungan
dengan persepsi estetik dari penampilan fisik manusia.
Adapun yang dimaksud dengan texture (tampang) oleh
Sheldon ialah bagaimana individu-individu itu tampak dari
luar (dalam bahasa jawa disebut dedeg-piyadeg).
2. Analisa Kepribadian
Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai
aspek jasmaniah dari pada manusia, namun ahli-ahli psikologi
konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk
menilai tingkah laku atau kepribadian. Dalam hal ini Sheldon
bermula dari pangkal duga bahwa walaupun nampaknya ada
banyak dimensi atau variabel dalam tingkah laku, tetapi pada
dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar
yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak
kompleks itu. Sheldon menyusun suatu cara untuk mengukur
komponen-komponen dasar itu atas dasar pendapat-pendapat yang
telah ada dan kemudian disempurnakan dengan dasar pengetahuan
klinisnya serta pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Dalam hal ini Sheldon melakukannya dalam dimensi-dimensi
temperamen, yaitu sebagai berikut :[10]
a. Cara kerja Sheldon
1. Sheldon mengumpulkan sifat-sifat yang telah terdapat di
dalam kepustakaan mengenai kepribadian. Dan dari
penelitiannya ini dia mendapatkan sejumlah 650 macam sifat,
jumlah ini ditambah dengan penemuan Sheldon sendiri.
Kemudian semua sifat itu direduksikan dengan jalan
menyatukan sifat-sifat yang mempunyai overlapping dan
menghilangkan yang tidak signifikan. Akhirnya Sheldon
dengan pembantu-pembantunya mendapatkan 50 sifat yang
merupakan represesntasi dari pada semua sifat-sifat
tersebut.
2. Kemudian dicari kelompok sifat (cluster of traits) dengan
pedoman untuk memasukkan dalam satu kelompok harus
punya angka kolerasi serendah-rendahnya 0, 60 dan masuk
dalam kelompok yang berbeda harus punya angka kolerasi
setinggi-tingginya 0, 30. dengan cara tersebut maka dapat
didapatkan tiga kelompok komponen primer temperamen.
b. Komponen-komponen primer dari pada temperamen
Ketiga kelompok dari pada sifat-sifat temperamen itu
meliputi 22 dari 50 sifat yang telah diketahui. Ketiga komponen
itu mula-mula dinamakan faktor I, II dan III, kemudian dinamakan
komponen I, II dan III, dan pada akhirnya dinamakan
viscerotonia, somatotonia dan cerebrotonia.
1). Komponen primer temperamen yang pertama
dinamakan viscerotonia, karena kelompok sifat-sifat yang
dicakupnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi
alat-alat visceral / digestif. Orang yang viscerotonis itu
mempunyai alat pencernaan yang relatif besar dan panjang
dengan hati besar. Yang kemudian mempunyai sifat-sifat
temperamen sebagai berikut :
a). Sikapnya tidak tegang dan suka hiburan
b). Gemar makan-makan
c). Besar kebutuhannya akan resonasi dari orang lain
d). Tidurnya nyenyak
e). Bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain
2). Komponen primer kedua dinamakan somatotonia, karena
sifat-sifat yang dicakupnya berhubungan dengan dominasi
dan anatomi struktur somatis. Orang yang somatotomatis
aktifitas ototnya sekehendaknya dominan. Orang yang
termasuk golongan ini gemar akan ekspresi maskuler, suka
mengerjakan sesuatu yang menggunakan otot, suka
mendapatkan pengalaman fisik. Yang kemudian mempunyai
sifat-sifat temperamen sebagai berikut :
a). Sikapnya gagah
b). Perkasa (energetic)
c). Kebutuhan bergerak besar
d). Suka terus terang
e). Suara lantang
f). Nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya
g). Bila menghadapi kesukaran butuh melakukan
gerakan-gerakan tertentu.
3). Komponen primer ketiga dinamakan cerebrotonia.
Sebenarnya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan
ini. Dinamakan demikian karena dikirakan bahwa aktifitas
pokok adalah perhatian dengan sadar, serta inhibisi terhadap
gerakan-gerakan jasmaniah. Kemudian mempunyai sifat-sifat
temperamen sebagai berikut :
a). Sikapnya ragu-ragu, kurang gagah
b). Kurang berani bergaul dengan orang banyak
(sociophopial)
c). Kurang berani berbicara dengan orang banyak
d). Suara kurang bebas
e). Tidurnya kurang nyenyak (sulit tidur)
f). Nampak lebih muda dari sebenarnya
g). Bila menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri

B. Tipologi Temperamen
Aspek kedua yang merupakan dasar penyusunan tipologi psikologi
kepribadin adalah tipologi temperamen, hal ini juga sering dinyatakan
sebagai konstitusi psikis, artinya sifat-sifat dasar tertentu dari kelakuan,
prinsip-prinsip elementer yang dapat ditemui kembali dalam semua
perbuatan kita dan mentipe kelangsungan jalannya kelakuan kita tersebut.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa perumusan tipologi
temperamen merupakan aspek kejiwaan dari pada kepribadian, yang
kemudian temperamen dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah. Sehingga
temperamen tersebut berasal dari apa yang dibawa sejak lahir dan
karenanya sukar untuk dirubah oleh pengaruh dari luar.
Dalam hal ini secara singkat pula akan diuraikan bahasan tentang
tipologi temperamen menurut beberapa tokoh yang ada, dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Tipologi-tipologi berdasarkan sifat kejiwaan semata :
a. Tipologi Plato[11]
Dalam bahasan ini Plato membedakan adanya tiga
fungsi/bagian jiwa, yaitu ;
1). Pikiran (logos), yang berkedudukan di kepala.
2). Kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada.
3). Hasrat (epithumid) yang berkedudukan diperut.
Kemudian Plato menjelaskan sumber dari pada ketiga fungsi
jiwa tersebut di atas yang mengacu pada kebajikan, di antaranya
adalah :
1). Pikiran (logos), yang bersumber atas kebijaksanaan.
2). Kemauan (thumos) yang bersumber atas keberanian.
3). Hasrat (epithumid) yang bersumber atas penguasaan diri.
Keselarasan atas macam kebajikan tersebut akan
mewujudkan kebenaran atau keadilan. Menurut uraian ketiga
macam tersebut dapat disimpulkan bahwa tentu ada tipe manusia
tertentu, sebab dari ketiganya tentu tidak sama kuatnya, sehingga
ada orang yang paling kuat kebijaksanaannya, atau keberaniaannya
atau bahkan kuat menahan hawa nafsu (penguasaan diri).
Kemudian atas dasar dominasi salah satu di antara ketiga bagian
jiwa itu, maka manusia digolongkan menjadi tiga tipe yaitu ;
1). Orang yang terutama dikuasai oleh daya pikirnya.
2). Orang yang terutama dikuasai oleh kemauannya.
3). Orang yang terutama dikuasai oleh hasratnya.
b. Mazhab Perancis
Sebagaimana dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
lain, ahli-ahli Perancis tampil di depan dengan madzhabnya,
demikian pula dalam lapangan yang dibicarakan sekarang ini dapat
disaksikan adanya madzhab Perancis. Dengan dirintis oleh Fourier,
sederetan ahli-ahli seperti Bourdt (1858), Azam (1887), Peres (1892)
Ribot (1892) Queyrat (1896), Malapert (1902) dan lain-lain.
Kalau Characterologie di Jerman mula-mula menjadi
monopolinya ahli-ahli filsafat serta ahli-ahli ilmu pendidikan dan baru
kemudian dibicarakan juga ahli-ahli psikiatri, maka Perancis hal
tersebut mula-mula dibahas oleh ahli filsafat sosial, lewat ahli-ahli
psikiatri, kemudian dilanjutkan ahli-ahli psikologi. Di antaranya
adalah teori Queyrat dan teori Malapert. Dengan uraian sebagai
berikut :[12]
1). Tipologi Queyrat
Queyrat (1896) menyusun tipologi atas dasar dominasi
daya-daya jiwa, yaitu daya kognitif, daya afektif dan daya konatif.
Berdasarkan atas daya-daya tersebut, mana yang lebih dominan,
maka dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut :
a). Salah satu daya yang dominan, yaitu :
(1). Tipe meditatif, atau intelektual di mana daya kognitif
dominan
(2). Tipe emosional, di mana daya afektif dominan
(3). Tipe aktif, di mana daya konatif dominan
b). Dua daya yang dominan yaitu :
(1). Tipe meditatif-emosional atau sentimental, dimana
daya kognitif dan daya afektif dominan
(2). Tipe aktif-emosional atau orang garang, dimana daya
konatif dan daya afektif dominan
(3). Tipe aktif-meditatif atau orang kemauan, dimana daya
konatif dan daya kognitif dominan
c). Ketiga daya dalam proporsi yang seimbang
(1). Tipe seimbang
(2). Tipe amoroph
(3). Tipe apathis
d). Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak teratur
(1). Tipe tak stabil
(2). Tipe tak teguh hati
(3). Tipe kontradiktoris
e). Ada tiga macam tipe yang tidak sehat
(1). Tipe hypochondris
(2). Tipe melancholis
(3). Tipe histeris
Kesembilan tipe yang pertama adalah tipe-tipe orang
sehat, berikutnya tipe orang-orang yang dalam keadaan antara
sehat dan tidak sehat, sedangkan tiga tipe terakhir adalah
tipe-tipe orang yang menderita sakit.
2). Tipologi Malapert
Malapert (1902) termasuk dari golongan Perancis juga
menggolong-golongkan manusia atas dasar dominasi daya-daya
jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat Malapert itu
dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
a). Tipe intelektual, yang terdiri atas ;
(1). Golongan analitis
(2). Golongan reflektif
b). Tipe afektif, yang terdiri atas ;
(1). Golongan emosional
(2). Golongan bernafsu
c). Tipe volunter, yang teridi atas ;
(1). Golongan tanpa kemauan
(2). Golongan besar kemauan
d). Tipe aktif, yang terdiri atas ;
(1). Golongan tak aktif
(2). Golongan aktif
2. Tipologi Kant & Neo-Kantinisme :
Biasanya orang mengenal Imanuel Kant serta
pengikut-pengikutnya yaitu tokoh-tokoh Kantianisme dan
Neo-Kasntianisme : dalam lapangan filsafat. Namun seperti telah
dikemukakan, Characterologie di Jerman mula-mula menjadi
monopolinya ahli-ahli filsafat serta ahli-ahli ilmu pendidikan dan baru
kemudian dibicarakan juga ahli-ahli psikologi. Demikianlah Kant beserta
pengikut-pengikutnya banyak juga berbicara tentang kepribadian. Yaitu
dengan uraian sebagai berikut :[13]
a. Tipologi Kant
Teori Immanuel Kant (1724-1804) tentang kepribadian
manusia sebagian terdapat dalam kritik der praktischen
Vernunft (1788), tetapi terutama terdapat
dalam Anthropologie (1799). Maka Kant mencakup kedua arti
pengertian watak (character), yaitu :
1). Watak dalam arti etis atau normatif, yang terutama dikupasnya
dalam kritik der praktischen Vernunft.
2). Watak sebagai kualitas-kualitas yang membedakan orang yang
satu dari yang lain secara khas (watak dalam arti deskritif atau
kepribadian), yang terutama di kupasnya dalam Anthropologie.
Di samping yang dua hal itu Kant mengemukakan kualitas
yang ketiga, yaitu temperamen. Temperamen dianggapnya sebagai
corak kepekaan atau sinneart, sedangkan karakter dipandangnya
sebagai corak pikiran atau denkungsart. Selanjutnya temperamen
dianggapnya mengandung dua aspek, yaitu
1). Aspek fisiologis, yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau susunan
cairan-cairan jasmaniah.
2). Aspek Psikologis, yaitu kecenderungan-kecenderungan
kejiwaan yang disebabkan oleh komposisi darah. Yang dalam
aspek psikologis ini terdiri dari dua macam temperamen, yaitu
sebagai berikut :
a). Temperamen perasaan, yang mencakup dua tipe
temperamen, yaitu :
(1). Sanguinis
(2). Melancholis
b). Temperamen kegiatan, yang mencakup dua tipe
temperamen, yaitu :
(1). Choleris
(2). Phlegmatis
Selanjutnya pendapat Kant yang telah diuraikan itu kiranya
dapat diikhtisarkan dengan bagan sebagai berikut :
(BAGAN : 1)

Selanjutnya Kant mencandra temperamen-temperamen


tersebut sebagai berikut :
1). Temperamen sanguis
Temperamen ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat
menerima kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi yang tidak
mendalam dan tidak tahan lama. Adapun sifat-sifat khas
golongan ini adalah :
 Suasana perasaannya selalu penuh harapan, segala
sesuatu pada suatu waktu dipandangnya penting tetapi
sebentar kemudian tidak dipikirkan lagi.
 Sanguisinicus sering menjanjikan sesuatu tetapi jarang
ditepapti, karena apa yang dijanjikan itu tak dipikirkannya
secara mendalam apakah dia dapat memenuhinya atau
tidak.
 Dengan senang menolong orang lain, tetapi tidak dapat
dipakai sandaran.
 Dalam pergaulan peramah dan periang.
 Umumnya bukan penakut, tetapi kalau bersalah sukar
bertaubat, dia menyesal tetpi sesal itu lekas lenyap.
 Menegnai soal-soal "zekelijk" lekas bosan, tetapi mengenai
soal permainan atau hiburan tidak jemu-jemu.
2). Temperamen melancholis
Sifat-sifat khas temperamen ini adalah :
 Semua hal yang bersangkutan dengan dirinya dipandangnya
penting dan selalu disertai dengan syakwasangka atau
kebimbangan.
 Perhatiannya terutama tertuju kepada segi permasalahan
kesukaran-kesukarannya.
 Tidak mudah membuat janji, karena dia berusaha akan
selalu menempati janji yang telah dibuatnya, tetapi hal ini
dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan moral melainkan
karena kalau tidak menempati janji itu sangat merisaukan
jiwanya : hal ini juga menyebabkan dia kurang percaya dan
tidak mudah menerima keramahtamahan orang lain.
 Suasana perasaanya umumnya juga bertentengan dengan
suasana perasaan sanguinicus : hal ini menyebabkan
mengurangi kepuasan akan keadaannya, dan kurang dapat
melihat kesenangan orang lain.
3). Temperamen choleris
Sifat-sifat khas golongan temperamen ini adalah :
 Lekas terbakar tetapi juga lekas padam atau tenang, tanpa
membenci.
 Tindakan-tindakannya cepat tetapi tidak constant.
 Selalu sibuk, tetapi dalam kesibukannya itu dia lebih suka
memerintah dari pada mengerjakannya sendiri.
 Nafsunya yang terutama ialah mengejar kehormatan ; suka
sibuk di mata orang banyak dan suka dipuji secara
terang-terangan.
 Suka pada sikap semu dan formal.
 Suka bermurah hati dan melindungi, tetapi hal ini
dilakukannya bukan karena dia sayang kepada orang lain
melainkan karena sayang diri sendiri, sebab dengan berbuat
demikian itu dia akan mendapatkan penghargaan.
 Dalam berpakaian selalu cermat dan rapi, karena dengan
demikian itu dia Nampak lebih cendekia dari pada yang
sebenarnya.
4). Temperamen phlegmatis
Phlegma berarti ketidaklembaman, jadi berarti tidak malas.
Phlegma sebagai kelemahan ialah kecenderungan ke arah
ketidakpekaan ; alasan yang kuat tidak cukup merangsangnya
untuk bertindak ; ketidakpekaan ini menyebabkan adanya
kecenderungan ke arah kejemuan dan mengantuk. Phlegma
sebagai kekuatan sebaliknya, merupakan sifat yang tidak mudah
bergerak tetapi kalau sudah bergerak lalu tahan lama. Dengan
demikian sifat-sifat khas dari golongan ini adalah sebagai
berikut :
 Lambat menjadi panas tetapi panasnya itu tahan lama.
 Tidak mudah marah.
 Darah yang dingin itu tak pernah dirisaukannya
 Cocok untuk tugas-tugas ilmiah.
Dengan sengaja pencandraan Kant ini dikemukakan dengan
agak mendetail, karena pencandraan ini nanti ternyata besar
pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian. Dalam pada
itu masih ada satu hal yang perlu dikemukakan, yaitu masalah
temperamen campuran. Menurut Kant temperamen campuran itu
tidak ada karena dengan beberapa alasan sebagai berikut :
a). Temperamen-temperamen yang bertentangan dan mungkin
berkombinasi, jadi tak aka ada kombinasi antara melancholis
dan sanguinis, ataupaun antara choleris dengan phlegmatis.
b). Kombinasi-kombinsani yang lain, seperti kombinasi antara
sanguinis dan choleris ataupun melancholis dengan phlegamtis
akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.
b. Tipologi Neo-Kantinisme
Salah seorang neo-Kantianis yang terkenal adalah
Ensellhans. Karyanya dalam lapangan psikologi kepribadian
adalah characterbildung (1908). Berbeda dari Kant, dia membatasi
temperamen pada segi perasaaan saja, sebab dia berpendapat
memang hanya itulah yang ada, apa yang disebut Kant temperamen
kegiatan itu menurut dia pada hakikatnya adalah konstitusi afektif
yang menentukan kegiatan dalam hubungan dengan kehidupan
kemauan. Kepribadian (character) orang nampak dari
tindakan-tindakannya dan tindakan-tindakan itu selalu tindakan
kemauan. Sedang kemauan itu adalah penjelmaan dari pada
temperamen. Seperti secara alur dalam bagan berikut :
(BAGAN : 2)

Adapun temperamen itu tergantung kepada dua hal pokok,


yaitu
a. Kepekaan kehidupan afektif, yaitu mendalam dan tidaknya
pengaruh perangsang.
b. Bentuk kejadian afektif, ini tergantung kepada dua hal sebagai
berikut :
1). Mobilitas perasaan
2). Kekuatan perasaan
Kedua hal di atas, yaitu kepekaan kehidupan afektif dan
bentuk kejadian afektif dapat menimbulkan kekuatan penggerak dari
pada perasan, dan selanjutnya ini merupakan impuls bagi motif
kemauan. Jadi apa yang telah dikemukakan pada bagan (bagan : 2)
tadi dapat dijelaskan dengan bagan sebagai berikut :
(BAGAN : 3)

Atas dasar variasi berbagai hal yang merupakan


unsur-unsur temperamen itu Enselhans menggolongkan manusia
ke dalam empat tipe sesuai dengan pendapat ahli-ahli yang lebih
dahulu ; dalam pada itu masing-masing tipe itu dikhusukan lagi
menjadi dua golongan. Dengan demikian terdapat delapan
golongan manusia. Adapun tipe-tipe manusia menerut Enselhans itu
dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
TABEL 3
Tipologi Madzhab Perancis Neo-Kantinisme : Enselhans
Kepekaa Kekuatan
n Bentuk Kejadia Golongan
n Penggera / Sifat
Temperam
Kehidup Afektif k
en Kekuat Khas
an
Mopbilitas an dp.Perasa Orangnya
Afektif an

a. Kuat Orang giat


penuh
dengan
cita-cita
Melancholi Mendala
Tetap Kuat b. Lemah Orang
s m
murung
yang
pengelam
un

a. Kuat Orang
kemauan
yang
garang
Tidak / hebat
Berganti-g
Choleris Mendala Kuat
anti b. Lemah Orang
m
Perasaan,
mudah
terseinggu
ng

a. Kuat Orang
berdarah
dingin,
pemikir
yang kritis
Mendala
Phlegmatis Tetap Lemah b. Lemah Orang
m
yang
bersikap
masa
bodoh /
apathis

Tidak a. Kuat
Sanguistis Mendala
m b. Lemah

Dalam pada itu Enselhans mengemukakan adanya dua


aspek watak (character), yaitu :
a. Aspek formal, yang mencakup sifat-sifat :
1). Konsekuen, yang menggambarkan keseragaman
tindakan-tindakan
2). Kekuatan (kekuatan kemauan)
3). Keuletan
4). kebebasan
b. Aspek material, yaitu arah dari pada kemauan, atau lebih
jelasnya arah tindakan, apakah arah tindakan itu baik ataukah
buruk.
3. Tipologi J. Bahnsen
Julius Bahnsen (1830-1881) dengan karyanya Beitrage zur
Charaterologie (1867) yang terdiri dari dua jilid. Rumke (1951)
menyebut Julius Bahnsen sebagai orang yang pertama dalam
menggunakan istilah Charaterologie. Bahnsen berpendapat bahwa
kepribadian ditentukan oleh tiga macam kejiwaan, yaitu :[14]
a. 1. Temperamen
Dalam hal ini temperamen ditentukan oleh empat faktor,
yaitu :
1). Spontanitas (spontaneity)
Spontanitas nampak jika orang menentukan sikap
atau bertindak, terlepas dari pengaruh orang lain, jadi sikap
atau tindakan itu benar-benar berpangkal pada jiwa sendiri.
Sikap atau tindakan disebut spontan apabila diambil atau
dilakukan tanpa adanya paksaan dari luar (orang lain). Dalam
congritnya variasi spontanitas ini boleh dikata tak terhingga,
akan tetapi secara teori dapat dilakukan dikhotomisasi,
sehingga ada dua macam spontanitas, yaitu (a). yang lemah
dan (b). yang kuat.
2). Reseptivitas (receptivity)
Yang dimaksud dengan reseptivitas ialah cara
bagaimana orang menerima kesan, apakah cepat atau
lambat. Juga di sini secara teori terdapat dua macam
reseptivitas, yaitu (a). yang cepat dan (b). yang lambat.
3). Impresionabilitas (impressionability)
Yang dimaksud dengan impresionabilitas ialah
mendalam atau tidaknya pengaruh sesuatu keadaan
terhadap jiwa. Juga kualitas ini dalam congritnya tidak
terhingga variasinya, akan tetapi secara teori dapat
dibedakan adanya dua macam impresionabilitas, yaitu (a).
yang mendalam dan (b). yang tidak mendalam.
4). Reaktivitas (reactivity)
Adapun yang dimaksud dengan reaktivitas ialah
lama atau tidaknya sesuatu kesan mempengaruhinya.
Secara teori kualitas ini juga dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (a). yang lama dan (b). yang tidak lama.
Dengan demikan, dari keempat faktor pokok itu dapat
diketemukan adanya 16 macam kombinasi, sehingga secara
teori juga ada 16 macam variasi temperamen, yang terdiri dari
empat macam temperamen pokok, yaitu
a). Golongan temperamen choleris
b). Golongan temperamen sanguinis
c). Golongan temperamen phlegmatis
d). Golongan temperamen anamatisch
Adapun dari ke-16 kombinasi tersebut dapat lebih jelas
diperiksa pada bagan serta tabel berikut ini :
(BAGAN : 4)

Apabila kualitas kuat / cepat / mendalam / lama diberi


tanda (+), sedangkan yang sebaliknya kita beri tanda (-), maka
kesimpulan dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
TABEL : 4
Kombinasi Faktor-Faktor Temperamen : Julius Bahnsen
Spontanitas Receptivitas Impresionabilitas Reaktifitas
No.
Kualitas tanda Kualitas tanda Kualitas tanda Kualitas tanda

1 2 3 4 5

1 Kuat + Cepat + Mendalam + Lama +


Tak
2 Kuat + Cepat + Mendalam + -
Lama

3 Kuat + Cepat + Tak.Men. - Lama +

Tak
4 Kuat + Cepat + Tak.Men. - -
Lama

5 Kuat + Lambat - Mendalam + Lama +

Tak
6 Kuat + Lambat - Mendalam + -
Lama

7 Kuat + Lambat - Tak.Men. - Lama +

Tak
8 Kuat + Lambat - Tak.Men. - -
Lama

9 Lemah - Cepat + Mendalam + Lama +

Tak
10 Lemah - Cepat + Mendalam + -
Lama

11 Lemah - Cepat + Tak.Men. - Lama +

Tak
12 Lemah - Cepat + Tak.Men. - -
Lama

13 Lemah - Lambat - Mendalam + Lama +

Tak
14 Lemah - Lambat - Mendalam + -
Lama

15 Lemah - Lambat - Tak.Men. - Lama +

Tak
16 Lemah - Lambat - Tak.Men. - -
Lama

Dengan berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan


untuk mengetahui temperamen menurut Bahnsen, dalam beberapa
pedoman berikut ini.
 Spontanitas kuat, reseptivitas cepat : Choleris
 Impresionabilitas tak mendalam, reaktifitas tak lama : Sanguinis
 Reseptivitas lambat, reaktifitas lama : ph;egmatis
 Spontanitas lemah, impresionabilitas mendalam : anamatisch
2. Kemauan
Kemauan oleh Bahnsen dipandang penting dan
mengendalikan sebagian besar dari pada tingkah laku manusia.
b. Posodynie
Yang dimaksud dengan posodyne ialah ketabahan manusia
dalam menghadapi kesukaran atau dalam menderita. Dalam hal ini
ada dua macam, yaitu
1). Posodynie kuat, yang ternyata pada kesabaran serta keteguhan
hati pada waktu menderita atau menghadapai kesukaran,
kepercayaan akan datangnya hari yang baik (eukologi) dan
sebagainya.
2). Posodynie lemah, yang ternyata pada sifat lekas putus asa,
lekas berkeluh kesah, lekas kehilangan kepercayaan terhadap
akan datangnya hari yang lebih baik (dyskologi) dan sebagainya.
c. Daya Susila
Yang dimaksud dengan daya susila ialah kecakapan
manusia untuk membedakan dan meyakini hal-hal yang baik dan
yang buruk (dalam berbagai bentuknya, seperti adil dan tidak adil,
patut dan tidak patut, susila dan tidak susila dan sebagainya), serta
untuk mengatur tingkah lakunya sesuai dengan hal tersebut.
Nyata sekali, bahwa kombinasi ketiga macam keadaan yang
telah dikemukakan itu dapat merupakan variasi yang banyak sekali.
Dipandang dari soal yang terakhir ini teori Bahnsen itu lebih dekat
kepada cara pendekatan pensifatan (traits aproach), karena dia
mengemukakan banyak sekali segi-segi kejiwaan yang harus
diperhitungkan dalam memperbandingkan kepribadian manusia.
4. Tipologi E. Meumann
Ernst Meumann (1862-1915) boleh dikatakan seorang sarjana
yang ideal pada zamannya. Ia belajar di Tubingen, Berlin, Halle, Bonn
dalam ilmu-ilmu theology, fisiologi, kedokteran, fisika, filsafat dan
psikologi, kemudian menjadi guru besar di Zurich, Konigsberg, Munster,
Halle, Leipzig dan Hamburg.
Bukunya yang mengupas soal kepribadian berjudul intelligenz
und wille. Seperti gurunya yaitu Wundt, Meumann berpandangan
Voluntaristis : watak diberinya batasan sebagai disposisi kemauan,
secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut :
(BAGAN : 5)

Oleh karena itu watak (character) adalah disposisi kemauan


yang manifest dalam perbuatan, maka pembahasan tentang watak
dapat dikerjakan dengan melalui pembahasan kemauan. Menurutnya
kemauan mengandung tiga aspek pokok, yaitu :[15]
a. Aspek yang mempunyai dasar kejasmanian
Dipandang dari segi ini Meumann dapat disebut bersifat
fisiologis. Sifat-sifat kemauan itu mempunyai dasar fisiologis dan
pada pokoknya tergantung kepada sistem saraf. Sehingga aspek ini
mencakup :
1). Intensitas atau kekuatan kemauan : ada orang yang mempunyai
konstitusi saraf yang kuat dan karenanya mempunyai kekuatan
yang besar dan sebaliknya.
2). Lama atau tidaknya orang melakukan tindakan kemauan : juga
di sini dengan mempergunakan hasil-hasil penyelidikan Mosso,
Krapelin dan Stern ditunjukkan bahwa perbedaan dalam hal ini
berpangkal pada perbedaan dalam kekuatan saraf.
3). Sebagai taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai
individu yang juga punya dasar fisiologie, taraf-taraf tersebut
adalah :
a). Disposisi untuk bertindak secara instinktif atau impulsif, dan
lawannya yaitu bertindak hati-hati dan menjangkau ke depan
(melihat lebih jauh).
b). Disposisi untuk bersikap menaruh perhatian (attentive).
c). Disposisi untuk menentukan persetujuan ; dalam hal ini yang
segera menentukan dan ada yang lama
menimbang-nimbang.
d). Disposisi untuk bertindak secara kebiasaan atau mekanis.
b. Aspek afektif, yang menjelma dalam temperamen
Temperamen oleh Meumann diberinya batasan sebagai
bentuk afektif aktifitas yang tergantung kepada kerja sama antara
disposisi-disposisi afektif dan volisional. Bagaimanakah kita
mempengaruhi disposisi-disposisi afektif itu ? Meumann menjawab
soal ini dengan menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan.
Jadi dengan demikian analisis tentang temperamen lalu menjadi
analisis tentang perasaan. Sifat-sifat fundamental tersebut adanya
pada manusia dalam conretonya boleh dikata tak terhingga
banyaknya variasinya, tetapi dalam abstractonya secara teori, dapat
dilakukan dikhotomosasi, yaitu penggolongan menjadi dua
golongan. Adapun sifat-sifat fundamental perasaan itu adalah
sebagai berikut :
1). Berdasarkan atas mudah dan tidaknya terpengaruh oleh
perangsang, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a).
mudah dan (b). sukar.
2). Berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu (a). senang dan (b). tak senang.
3). Berdasarkan intensitas (kekuatan atau kejelasannya) dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). kuat / mendalam dan
(b). tak kuat / tak mendalam.
4). Berdasarkan atas lama berlangsungnya, yaitu lama atau
tidaknya ada dalam kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (a). lama dan (b). tak lama.
5). Berdasarkan atas pengaruhnya (effect) setelah pernah tidak lagi
disadari, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). lama,
selalu kemabli kesadaran dan (b). singakat.
6). Berdasar atas genesisnya, dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (a). terutama ditimbulkan oleh perangsang dari
luar atau dari dalam dan (b). terutama ditimbulkan oleh isi-isi
kesadaran.
7). Berdasarkan atas hubungannya dengan lain-lain isi kesadaran,
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). rapat / erat, ada
penyatuan dan (b). tak rapat.
8). Berdasarkan atas hubungannya dengan subyek, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). diobyekkan, misalnya
hari yang menggembirakan, pagi yang riang dll. dan (b).
disubyekkan, yaitu perasaan dipandang sebagai afeksi subyek
semata-mata.
Kemudian berdasarkan atas bahan-bahan yang baru saja
dikemukakan itu, telah dapat disusun suatu rangka teori
temperamen, namun dalam hal ini Meumann masih mencari
segi-segi fisiologinya. Modus atau bentuk terlahirnya perasaan itu
dapat bermacam-macam dan tendens-tendens ekspresif ini
mempengaruhi keadaan fisiologis tertentu yaitu :
a). Susunan saraf pusat
b). Alat-alat motoris
c). Fungsi-fungsi vaso-motoris
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa kegembiraan
biasanya meningkatkan kegiatan, mendorong ke arah aktif,
sedangkan kesedihan biasanya menghilangkan atau menurunkan
kegiatan, menyebabkan pasif. Dalam pada itu harus diingat pula,
orang akan berlain-lainan reaksinya, misalnya saja orang malu
dapat menjadi marah dapat pula menjadi pucat.
c. Aspek kecerdasan (intelligenz)
Aspek kecerdasan ini mencakup tiga macam kualitas,
sebagai berikut :
1). Yang berhubungan dengan sifat kerja mental, dalam hal ini
dapat dibedakan adanya tiga kualitas berfikir, yaitu :
 Berfikir produktif
 Berfikir reproduktif
 Berfikir tidak produktif
2). Yang melingkupi taraf kebebasan intelektual, dalam hal ini dapat
dibedakan adanya :
 Yang tinggi taraf kebebasannya – bebas
 Yang rendah taraf kebebasannya – tak bebas
3). Yang melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir,
dalam hal ini ada dua, yaitu :
 Berfikir analitis dan lawannya berfikir sentesis
 Berfikir intuitif dan lawannya berfikir diskurtif
5. Teori Heymans
Hasil karya Heymans merupakan kemajuan satu langkah dalam
lapangan tipologi atas dasar temperamen. Dia tidak lagi seperti ahli-ahli
yang lebih dahulu yang menyusun teorinya yang atas dasar pemikiran
spekulatif, tetapi dia atas dasar data-data penyelidikan empiris. Dengan
mempergunakan data-data yang berasal dari biografi, keterangan
tentang keturunan serta keadaan anak-anak sekolah menengah di
Nederland, secara komparatif dengan mempergunakan tehnik statistik
Heymans menarik kesimpulan-kesimpulannya yang terutama
dirumuskan dalam Inleiding tot de speciale psychology (1948).
Data yang dianalisis oleh Heymans adalah berupa :
a. Bahan biografis : 110 biografi orang-orang yang berbeda waktu
hidupnya, tempat tinggalnya dan kebangsaannya.
b. Keturunan mengenai 458 keluarga meliputi 2523 orang.
c. Keterngan mengenai murid-murid sebesar 3938 orang
d. Hasil penelitian laboratorium.
Dari hasil penelitian berdasar pada data-data di atas, Heymans
berpendapat bahwa manusia itu sangat berlain-lainan kepribadiaannya,
dan tipe-tipe kepribadian itu bukan main banyak macamnya, boleh
dikata tak terhingga. Artinya tiap orang memiliki kualitas dalam taraf
tertentu, dalam concretonya adanya kualitas-kualitas tersebut tak
terhingga variasinya, akan tetapi dalam abctractonya atau secara
teorinya dapat dilakukan dikhotomisasi, dan secara garis besarnya
dapat digolongakan menjadi tiga macam kualitas kejiwaan seseorang,
yaitu :[16]
a. Emosionalitas
Yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh
kesan-kesan. Pada dasarnya semua orang memiliki kecakapan ini,
yaitu kecakapan untuk menghayati sesuatu perasaan karena
pengaruh sesuatu kesan, tetapi kecakapan tersebut dapat
berlain-lainan dalam tingkatannya, dan dalam dikhotomi terdapat :
1). Golongan yang emosianal, artinya yang emosionalitasnya tinggi,
yang sifat-sifatnya antara lain impulsif, mudah marah, suka
tertawa, perhatian tidak mendalam, tidak praktis, tetap di dalam
pendapatnya, ingin berkuasa, dapat dipercaya dalam soal
keuangan.
2). Golongan yang tidak emosional, yaitu golongan yang
emosionalitasnya tumpul atau rendah, yang sifat-sifatnya antara
lain berhati dingin, zakelijk, berhati-hati dalam menentukan
pendapat, praktis, jujur dalam batas-batas hukum, pandai
menahan nafsu birahi dan memberi kebebasan kepada orang
lain.
b. Proses pengiring (skunder)
Yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap
kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tidak lagi ada dalam
kesadaran. Di sini ada beberapa tingkatan, yang dalam dikhotomi
ada dua tingkatan, yaitu :
1). Golongan yang proses pengiringnya kuat (berfungsi skunder),
yang sifat-sifatnya antara lain tenang tak lekas putus asa,
bijaksana (verstanding), suka menolong, ingatan baik, dalam
berfikir bebas, teliti, konsekuen dalam politik moderat atau
konservatif.
2). Golongan yang proses pengiringnya lemah (berfungsi primer),
yang sifat-sifatnya antara lain tidak tenang, lekas putus asa,
ingatan kurang baik, tidak hemat, tidak teliti, tidak konsekuen,
suka membeo, dalam politik radikal (egois).
c. Aktifitas
Adapun yang dimaksud dengan aktifitas di sini ialah banyak
sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan
perasaan-perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang
spontan. Dalam hal ini oleh Heymans digolongkan menjadi dua
macam, yaitu :
1). Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan lemah
saja telah berbuat, sifat-sifat golongan ini antara lain suka
bergerak, sibuk, riang gembira, dengan kuat menentang
penghalang, mudah mengerti, praktis loba akan uang,
pandangan luas dan setelah bertengkar lekas mau berdamai.
2). Golongan yang tidak aktif, yaitu golongan yang walaupun ada
alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak, sifat-sifat
golongan ini antara lain lekas mengalah, lekas putus asa, segala
soal dipandang berat, perhatian tak mendalam, tidak praktis,
suka membeo, nafsu birahi kerap kali menggelora, boros dan
segan membuka diri.
Dengan dasar tiga kategori di atas, yang masing-masing terdiri
atas dua golongan, maka Heymans menemukan delapan tipe, hal ini
dapat dilihat dalam bagan berikut ini :
(BAGAN : 6)

Kemudian jika golongan yang emosianal, yang proses


pengiringnya kuat, serta yang aktif diberi tanda (+), sedangkan yang
sebaliknya diberi tanda (-), maka ikhtisar demikian dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
TABEL : 5
Ikhtisar Tipologi Temperamen : Heymans
Proses
Emosional Aktifitas
No. Pengiring Tipe
Sifat tanda Sifat tanda Sifat tanda

1 Emosional + Kuat + Aktif + Gepasionir

Tak
2 Emosional + Kuat + - Sentimentil
Aktif

3 Emosional + Lemah - Aktif + Choleris

Tak
4 Emosional + Lemah - - Nerveus
Aktif

Tak
5 - Kuat + Aktif + Phlegmatis
Emosional
Tak Tak
6 - Kuat + - Apathis
Emosional Aktif

Tak
7 - Lemah - Aktif + Sanguinis
Emosional

Tak Tak
8 - Lemah - - Amoprh
Emosional Aktif

6. Teori G Ewald
G. Ewald memepunyai titik berangkat dan sudut pandangan
yang berbeda dari ahli-ahli yang telah dibicarakan sebelumnya. Dia
berangkat dari sudut pandangan psikiatrik, karya utamanya dalam
bidang teori kepribadian dalam Temperamen und Character (1924). Di
dalam tnjauannya yang beisfat psikiatrik itu Ewald membuat perbedaan
secara tajam antara temperamen dan watak. Sebagaimana dijelaskan
dalam keterangan berikut ini :[17]
a. Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan
dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar
memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan
lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat
bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus
(tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu
intensitas serat irama hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan
adanya pada diri seseorang constant, terutama tergantung kepada
konstelasi hormon-hormon.
Biotonus ini tergantung faktor kejiwaan yang merupakan
temperamen, yaitu :
1). Intensitas dan tempo hidup
2). Perasaan-perasaan vital yang menyertainya (suasana perasaan
individu)
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam
temperamen, yang perbedaanya terutama bersifat kuantitatif,
berdasarkan atas kuat atau lemahnya biotonus itu, yaitu :
1). Temperamen sanguinis atau hipomanis, dengan biotonus kuat
2). Temperamen melancholis atau depresif, dengan biotonus lemah
3). Temperamen biasa atau normal, dengan biotonus sedang
b. Watak (character)
Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari
keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang.
Secara teoritis dia membedakan antara : watak yang dibawa sejak
lahir dan watak yang diperoleh, dengan keterangan berikut :
1). Watak yang dibawa sejak lahir
Watak yang dibawa sejak lahir (angeborener Charakter,
watak genotipis), yaitu aspek yang merupakan dasar dari pada
watak, watak genotipis ini sangat erat hubungannya dengan
keadaan fisiologis, yakni watak kualitas susunan saraf pusat.
2). Watak yang diperoleh
Watak yang diperoleh (erworbener Character, watak
phaenoripis), yakni watak yang telah dipengaruhi oleh
lingkungan, pengalaman dan pendidikan.
Sebagai kesimpulan atas perbedaan temperamen dan watak
menurut Ewald adalah bahwa temperamen boleh dikata tetap selama
hidup, jadi tidak mengalami perkembangan, karena temperamen
tergantung kepada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi
hormon-hormon itu tetap selama hidup. Adapun watak, walaupun pada
dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau
perkembangan, watak sangat tergantung kepada faktor-faktor eksogen.
Dengan demikian telah nyata aspek-aspek atau
komponen-komponen apa yang ada pada manusia, namun dalam
menyusun tipologinya Ewald menggunakan prinsip-prinsip lain, yang
pada pokoknya didasarkan kepada "busur refleks" (menurut psikologi
lama), yang menyatakan bahwa tingkah laku itu tersusun atas tiga
stadia yaitu :
a. Penerimaan rangsang
b. Penyimpanan dan pengolahan kesan perangsang
c. Reaksi, yakni penjelmaan perangsang yang telah disimpan dan
diolah itu dalam tindakan
Untuk memperjelas pendapat tersebut dapat dilukiskan dalam
bagan busur reflek : tiga stadia tingkah laku, berikut ini :
(BAGAN : 7)
Masing-masing stadium yang digambarkan di atas, oleh Ewald
dapat digunakan dalam menggolongan tipologi, dengan keterangan
sebagai berikut :
1). Stradium I, disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit, yakni
kecakapan menerima kesan-kesan atau kepekaan terhadap
perangsang (yang diberi lambang Ed). Dalam hal ini masih
dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Kepekaan terhadap perasaan-perasaan tinggi
atau empfinadlichkeit (yang diberi lambang E)
b. Kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif
atau triebesfahigkeit (yang diberi lambang Tr)
2). Stadium II, terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Retentionsfahigkeit (yang diberi lambang R), yakni retensi,
proses pengiring dari pada apa yang tersebut di atas (stadium I).
Jadi masalahnya ialah apakah pengalaman-pengalaman
mempunyai bekas yang mempengaruhi tingkah laku selanjutnya.
Maka dalam hal ini ada orang yang dapat menyimpan
kesan-kesan dalam waktu yang lama dan ada yang tidak lama.
b. Intrapsychische (yang diberi lambang IA), yaitu kecakapan jiwa
untuk mengolah kesan-kesan.
3). Stadium III, disebut Leitsfahigkeit (yang diberi lambang L), yaitu
kecakapan untuk menjalankan apa yang telah diolah atau
dipertimbangkan itu dalam perbuatan, jadi masalahnya ialah apakah
individu dapat merealisasikan apa yang telah diolah atau
dipertimbangkan itu.
Dengan berdasar pada pembicaraan di atas, maka bagan yang
telah dikemukakan (bagan : 7) dapat disempurnakan dengan bagan
berikut ini :

Anda mungkin juga menyukai