Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 PERTEMUAN 7

TOYOTA PRODUCTION SYSTEM


IDENTIFIKASI MUDA, MURA, DAN MURI

Dosen Pembimbing :
Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T.

Disusun Oleh:

Rangga Wirabuana (0518104007)


Guruh Kartanegara (0518103005)
Fairuz Majid (0518101003)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
SK.Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor:
204/SK/BAN-PT/Akred/S/I/2018

BANDUNG

2021
PENDAHULUAN
Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat
populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah industri untuk mampu
memproduksi barang ataupun jasa dengan biaya terjangkau (Low cost) , kualitas
produk tinggi (High quality) dan Lead time yang kecil, termasuk dalam goal dari
Toyota Production System atau lebih sering disebut dengan Lean manufacturing.
Banyak perusahaan manufaktur maupun industri kecil melakukan perubahan
sistem, baik fisik maupun budaya secara drastis dengan mengadopsi konsep Lean.

Lean didefinisikan sebagai suatu proses menghilangkan pemborosan/waste. Waste


yang terjadi pada proses produksi tentunya sangat merugikan bagi perusahaan.
Akibat adanya waste di proses produksi menyebabkan waktu proses produksi
menjadi lebih lama dan mengakibatkan pengiriman produk tidak tepat waktu.
Permasalahan keterlambatan pengiriman produk tersebut dialami oleh Pusat
Rekasaya Katalisis Institut Teknologi Bandung (ITB). Didalam lean production
System dikenal Muda, Mura, dan Muri. Dimana Muri lebih menekankan pada
persiapan dan perencanaan proses produksi. Mura memperhatikan aspek
keseimbangan beban kerja melalui desain proses pekerjaan. Muda adalah kegiatan
mengeliminasi sampah produksi atau yang lebih dikenal dengan waste. Dimana
sampah produksi adalah produk cacat (Defective product), produksi berlebih
(Overproduction), menunggu (Waiting), Non-Utilized Talent, Transportation,
Work in process (Inventory), gerakan yang tidak efektif (Unnecessery motion),
Extra Processing.

Pusat Rekasaya Katalisis Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah sebuah


laboratorium yang berada didalam perguruan tinggi negeri ITB yang berkaitan
dengan katalis dan berlokasi di Jl. Ganesa No. 10, Bandung, Jawa Barat. Pusat
Rekasaya Katalisis Institut Teknologi Bandung (ITB) telah mengembangkan
katalis khusus yang akan menjadi pendorong diproduksinya green fuel berbasis
minyak sawit. Katalis bernama merah putih ini dapat memproduksi bahan bakar
beroktan 90 s.d. 120, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. Oleh karena
itu, adanya proses produksi katalis merah putih ini, tentunya terdapat beberapa
waste yang dikenal sebagai muda dan juga perlu memperhatikan keseimbangan
beban kerja sebagai mura dan terdapat pembebanan berlebihan pada proses
produksinya.

IDENTIFIKASI MUDA, MURA, DAN MURI

A. Lokasi Identifikasi

Proses Identifikasi Muda, Mura, dan Muri dilaksanakan di Pusat Rekasaya


Katalisis Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terletak di Jl. Ganesa No. 10,
Bandung, Jawa Barat. Proses identifikasi ini dilakukan pada proses pembuatan
zeolit guna menghasilkan produk katalis merah putih sebagai pendorong produk
green fuel berbasis minyak sawit. Berikut merupakan hasil produk katalis merah
putih :

Gambar 1 Katalis Merah Putih


(Sumber : Pengumpulan Data)
B. Hasil Identifikasi

1. Muda

Muda adalah kegiatan atau proses yang tidak memiliki nilai tambah atau disebut
juga sebagai pemborosan atau waste. Dimana jenis waste nya adalah produk cacat
(Defective product), produksi berlebih (Overproduction), menunggu (Waiting),
Non-Utilized Talent, Transportation, Work in process (Inventory), gerakan yang
tidak efektif (Unnecessery motion), Extra Processing.
Berikut adalah beberapa Waste atau pemborosan di dalam proses produksi katalis
merah putih:

Defect atau produk yang cacat

Pada proses pembuatan katalis merah putih ini, perlu adanya tahapan percetakan
katalis, dengan memperhatikan ukuran mesh, diameter serta ketebalan yang
akurat. Proses percetakan ini menggunakan mesin dan disebut sebagai mesin
extrude. Pada mesin Extrude ini, terdapat lubang dengan diameter yang telah
disesuaikan untuk menghasilkan adonan katalis merah putih yang masih basah.
Namun pada proses percetakannya terdapat defect dalam artian katalis yang keluar
dari mesin extrude ini, masih kurang dari diameter nya tidak sesuai dan
ketebalannya pun sangat tipis. Hal ini dikarenakan adonan yang akan dimasukan
ke mesin percetakan masih terlalu basah dan belum siap untuk dicetak. Adanya
defect ini akan menyebabkan pemborosan material, biaya produksi dan
pengecekan ulang (recheck atau rework) atau perbaikan produk (repair) sehingga
dapat dicetak kembali ke mesin extrude.

Waktu tunggu

Proses yang ideal adalah yang bisa berjalan dengan berkesinambungan tanpa
harus menunggu proses sebelumnya yang lebih lambat. Pada proses pembuatan
katalis merah putih, terdapat tahapan yaitu proses kalsinasi. Pada proses kalsinasi
ini yaitu produk katalis yang sudah di cetak dan masih basah dari output mesin
extrude, kemudian dikeringkan dan di kalsinasi menggunakan alat furnace untuk
menghilangkan kandungan karbon serta membentuk partikel atau produk katalis
yang kering dan tidak mudah rapuh. Namun pada proses kalsinasi ini, alat furnace
yang tersedia hanya ada dua, dan kapasitas isi satu furnace nya hanya mencapai ±
6 kg untuk melakukan proses kalsinasi, serta memakan waktu sebanyak sehari,
dari proses kalsinasi ini lah yang menyebabkan adanya pemborosan atau waste
pada waktu menunggu.

Inventory
Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk keperluan produksi. Inventory ini harus diukur dan dikendalikan
agar sesuai dan tidak berlebihan, namun juga tidak kurang dari kebutuhan. Proses
pembuatan katalis ini melibatkan dua tahapan yang saling berkaitan, yaitu proses
kalsinasi dan proses pencetakan katalis, pada kasus ini proses kalsinasi yang
memakan waktu selama sehari dengan kapasitas isi furnace sebanyak ± 8kg
perhari nya dengan jumlah alat furnace hanya tersedia dua alat, menyebabkan
produk hasil pencetakandari alat extrude dalam bentuk adonan basah akan
mengantri dan menumpuk untuk melanjutkan proses selanjutnya yaitu proses
kalsinasi yang akan dimasukkan kedalam furnace, dikarenakan jumlah alat
furnace yang tersedia kurang.

Motion atau pergerakan

Setiap pergerakan yang dilakukan didalam rantai produksi harus dijalankan sesuai
dengan fungsinya, tidak boleh ada pergerakan yang tidak efisien atau sia-sia.
Gerakan yang menjadi waste atau pemborosan sering terjadi pada proses
pembuatan katalis merah putih ini yang dilakukan oleh operator seperti gerakan
mencari alat loyang sebagai penampung hasil pencetakan alat extrude dikarenakan
loyang tidak tertata dengan rapih, serta adanya gerakan mencari alat atau tools
tambahan seperti alat gelas yang berceceran dan tidak rapih karena digunakan
pada proses pembuatan katalis nya. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan
mengenai pergerakan atau motion, dan salah satunya pada pergerakan operator
yang tidak memberikan nilai tambah untuk proses produksi katalis merah putih.

2. Mura

Mura adalah hal-hal yang tidak teratur, tidak seimbang dan tidak merata didalam
proses produksi. Kejadian yang termasuk kategori ini pada proses pembuatan
katalis merah putih ini :

 Tenaga kerja yang kadang datang terlambat, menyebabkan menambah


waktu pekerjaan dan juga boros dalam waktu.
 Pembagian isi kapasitas furnace 1 dan furnace 2 yang tidak merata untuk
proses kalsinasi
Berbagai ketimpangan yang dilakukan dapat mengakibatkan dampak yang tidak
diinginkan seperti : waktu kerja yang menambah, serta mengakibatkan kelelahan
kerja.

C. Muri

Muri adalah beban yang berlebihan, hal ini bisa terjadi di seluruh sumber daya
perusahaan seperti : mesin, fasilitas dan pekerja. Kejadian yang termasuk pada
kategori ini pada proses pembuatan katalis merah putih yaitu :

 Mesin memiliki batas kemampuan kerja, jika terus dipaksa bekerja


melebihi kemampuannya tersebut maka dapat terjadi kerusakan atau
produk yang cacat. Pada proses pembuatan katalis ini, kadang tiap hari nya
melakukan proses pencetakan sebanyak 6 Kg membuat alat extrude
mencapai batas kemampuannya. Karena menggunakan tekanan hidrolik
yang tinggi, sehingga jika melebihi kemampuan mesin dapat
mengakibatkan rusak.
 Jumlah tenaga kerja yang tersedia pada proses pembuatan katalis ini,
hanya ada 5-6 orang, menyebabkan adanya beban kerja yang berlebihan.
Karena dari beban kerja ini dapat mengalami kelelahan atau stres yang
bisa mengakibatkan cedera atau kecelakaan kerja. Hal ini akan berakibat
ke pemborosan material maupun produk katalis juga.

Dengan menerapkan seluruh metode Muda, Mura dan Muri tersebut, maka proses
yang tidak memberi nilai tambah dapat dikurangi sehingga proses yang efektif
dan efisien dapat tercapai.

USULAN PERBAIKAN

Usulan solusi yang dapat kami berikan berdasarkan dari identifikasi Muda, Mura,
Muri diatas yaitu:

A. Muda (kegiatan tak bernilai tambah)

1. Defect waste

• Ketika perusahaan memproduksi produk cacat, perusahaan bisa


mengurangi penolakan produk cacat.
• Perlu adanya pengendalian kualitas pada produk

• Menetapkan standar untuk bahan baku yang akan digunakan

• Melakukan pengecekan QC terhadap bahan yang datang dari berbagai


supplier dengan lebih teliti dan sampel pengecekannya lebih banyak untuk
memastikan apakah bahan yang datang sesuai dengan kualitas yang ditetapkan
perusahaan atau tidak.

• Perlu dilakukannya perawatan terhadap mesin secara berkala agar tidak


terjadi breakdown pada mesin.

2. Waiting waste

untuk proses pengadaan barang dilakukan perhitungan pengadaan dengan


menetapkan safety stock serta dengan mempertimbangkan proses yang sedang
berjalan. Untuk proses approval yang lama yaitu dengan melakukan revisi
prosedur pemesanan dan penjadwalan.

3. Non-utilized talent waste

Perusahaan perlu memaksimumkan tenaga kerja yang ada dengan melakukan


pelatihan terkait pekerjaan di ruang produksi, yaitu cara penggunaan mesin.
pemeliharaan/perawatan mesin, memahami instruksi-instruksi kerja, serta materi
lain yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Serta ketika proses
rekrutment karyawan mempertimbangkan kompetensi dasar yang sebelumnya
dimiliki.

4. Transportation waste

Bahan baku sementara dan barang jadi hendaknya disimpan di ruang terpisah,
maka dari itu hendaknya dilakukan perbaikan tata letak lantai produksi. Selain itu,
agar tidak terjadi proses yang berlebih bagian yang terkait harus melakukan
perencanaan ataupun penjadwalan produksi yang baik agar produk yang diproses
berjalan dengan lancar hingga proses pendistribusian.

B. Mura (ketimpangan proses produksi)


Untuk barang jadi yang menumpuk di bagian produksi karena belum adanya
proses serah terima ke bagian selanjutnya hendaknya perusahaan melakukan revisi
prosedur serah terima barang jadi ke bagian pengemasan agar bisa lebih cepat,
melakukan peningkatan tingkat pemenuhan pesanan, dan mengurangi waktu
proses administrasi. Kemudian selain itu agar tidak terjadi ketimpangan dalam
proses tersebut, seharusnya bagian yang terkait (PPIC, produksi, pengemasan, dan
distribusi) harus melakukan koordinasi kembali dan menetapkan penjadwalan
ulang.

C. Muri (pembebanan yang berlebihan pada sumber daya)

Agar tidak terjadi pembebanan yang berlebihan terhadap sumber daya seharusnya
dilakukan analisis beban kerja kembali dengan memperhatikan output yang
dihasilkan setiap waktunya. Kemudian selain itu, jika sumber daya mesin maupun
operator yang ada masih kurang efektif terhadap output yang dihasilkan maka
dilakukan proses penambahan mesin atau pun operator.

Anda mungkin juga menyukai