Anda di halaman 1dari 6

MODUL PERKULIAHAN

Pemodelan
Sistem
Sistem dan Pemodelan Sistem

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Fakultas Teknik Teknik Industri 190551005 Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T.
02
Abstrak Kompetensi
Membahas kompleksitas dalam Mahasiswa mampu menjelaskan
pengambilan keputusan, efektivitas konsep berpikir secara sistem,
dan efisiensi, serta konsep berpikir melakukan pengambilan keputusan
secara sistem. pada sistem yang kompleks.
Pengambilan Keputusan
Para manajer operasi merupakan para pengambil keputusan. Untuk membawa
organisasinya sampai pada tujuan, manajer harus mengerti bagaimana keputusan harus
dibuat dan mengetahui alat-alat apa yang tersedia bagi pengambil keputusan itu. Pada
umumnya keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan tergantung pada kualitas
keputusan yang mereka ambil. Model dan teknik-teknik manajemen sains dapat membantu
seorang manajer untuk:
 Memahami dengan mendalam sifat perilaku hubungan bisnis
 Menemukan cara terbaik untuk menilai hubungan-hubungan yang ada.
 Melihat cara untuk mengurangi atau paling tidak memahami rencana bisnis dan tindakan-
tindakannya.

Pengambilan keputusan menggunakan analisis yang ilmiah didasarkan atas logika,


mempertimbangkan semua data yang tersedia, semua alternatif yang mungkin dan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
 Tetapkan masalahnya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
 Konstruksikan kriteria keputusan dan tujuan.
 Rumuskan hubungan antara tujuan dan varibael-variabel yang ada.
 Identifikasi dan evaluasi alternatif yang ada.
 Pilih alternatif terbaik.
 Laksanakan keputusan.

Teori keputusan merupakan pendekatan analitik untuk memilih alternatif terbaik atau cara
terbaik untuk bertindak. Ini digunakan secara luas bukan saja didalam manajemen produksi
dan operasional seperti analisis produk baru, tetapi juga digunakan untuk analisis apa saja
yang berkaitan dengan pengambilan keputusan manajerial. Ada empat teori keputusan
diantaranya adalah:
1. Pengambilan keputusan dibawah kondisi kepastian. Dalam hal ini pengambil keputusan
mengetahui dengan pasti konsekuensi atau hasil dari setiap alternatif keputusan yang
dipilih. Sebagai contoh pengambil keputusan mengetahui dengan pasti bahwa Rp. 1 juta
disimpan didalam rekening bank akan menambah Rp. 1 juta pada neraca
pembukuannya.
2. Pengambilan keputusan dibawah risiko. Pengambil keputusan mengetahui kemungkinan
(probabilitas) akan terjadinya suatu kejadian atau konsekuensi dari tiap pilihan. Contoh:
kemungkinan terjadi hujan esok adalah 0.3 atau 30 persen.

‘20 Pemodelan Sistem Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T. http://www.widyatama.ac.id
3. Pengambilan keputusan dibawah ketidakpastian. Pengambil keputusan tidak mengetahui
probabilitas kejadian yang akan terjadi untuk tiap alternatif. Misalnya Mr. X yang akan
menjadi presiden pada pemilihan umum yang akan datang tidak diketahui
probabilitasnya.
4. Pengambilan keputusan dengan hierarki (Analytical Hierarchy Process dari Thomas
Saaty) Pengambilan keputusan dengan hierarki disini didasarkan atas prioritas, dimana
penyusunan prioritas itu memuat tiga prinsip: prinsip menyusun hierarki, prinsip
menetapkan prioritas dan prinsip konsistensi logic.

Efektivitas dan Efisiensi


Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau suatu yang
dilakukan berhasil dengan baik. Konsep efisiensi dan efektivitas mempunyai pengertian
yang berbeda. Efisiensi lebih menitik-beratkan pada pencapaian hasil yang besar dengan
pengorbanan yang sekecil mungkin. Sedangkan pengertian efektif lebih terarah pada tujuan
yang dicapai tanpa mementingkan pengorbanan yang dikeluarkan.

Menurut S. Wojowisoto, kata efektif berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki dalam suatu perbuatan. Kata efektif berarti berhasil, tepat dan manjur. Menurut
Handoko, efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Liang Gie, efektivitas
merupakan keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau
akibat yang dikehendaki, maka perbuatan itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat
atau mencapai maksud sebagaimana yang dikehendaki.

Efektivitas menurut Sedarmayati merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau


keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara
nilai-nilai yang bervariasi. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran
sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila
efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum
tentu efisiensi meningkat. Menurut Effendy efektivitas adalah sebagai berikut, komunikasi
yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang
dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan. Pengertian
efektivitas menurut Hadayaningrat adalah adalah pengukuran dalam arti tercapainya
sasaran atau tujuan. Efisiensi adalah usaha pada produksi untuk memberantas segala
pemborosan bahan dan tenaga kerja maupun gejala yang merugikan. Selanjutnya
pengertian efisiensi terus berkembang meliputi hampir semua bidang ilmu pengetahuan.
Bekerja dengan efisien adalah bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang

‘20 Pemodelan Sistem Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T. http://www.widyatama.ac.id
sedikit mungkin. Cara bekerja yang efisien dapat diterapkan oleh setiap pegawai untuk
semua pekerjaan, baik kecil maupun yang besar.

Menurut Drucker dalam Amirullah, efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar.
Dalam bahasa yang lebih sederhana efisiensi itu menunjukkan kemampuan organisasi
dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Stoner
mendefenisikan efisiensi sebagai kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber
daya dalam mencapai tujuan organisasi. Seorang yang bertindak secara efisien mampu
meminimalkan biaya sumber daya yang diperlukan. Efisiensi kerja adalah merupakan
pelaksanaan cara-cara tertentu dengan tanpa mengurangi tujuannya merupakan cara yang
termudah dalam mengerjakannya, termurah dalam biayanya, tersingkat dalam waktunya,
teringan dalam bebannya dan terpendek dalam jaraknya. Efisiensi kerja juga merupakan
perbandingan antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai. Efisiensi kerja adalah
merupakan pelaksanaan cara-cara tertentu dengan tanpa mengurangi tujuannya merupakan
cara yang termudah dalam mengerjakannya, termurah dalam biayanya, tersingkat dalam
waktunya, teringan dalam bebannya dan terpendek dalam jaraknya. Efisiensi kerja juga
merupakan perbandingan antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai.oleh kerja tersebut.
Perbandingan itu dapat dilihat dalam 2 segi yaitu:
 Segi Usaha
Suatu kegiatan dapat dikatakan efisien apabila sesuatu hasil tertentu dapat dicapai
dengan usaha yang kecil atau sedikit. Pengertian usaha dapat dilihat dari 5 sumber kerja
yaitu pikiran, tenaga, waktu, ruang dan benda (termasuk uang).
 Segi hasil
Suatu kegiatan dapat disebut efisien apabila dengan suatu usaha tertentu memberikan
hasil yang banyak.

Dari beberapa uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
efisiensi kerja adalah suatu proses kegiatan yang mencapai hasil sebesar mungkin dan
dengan pengorbanan yang sekecil mungkin untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Mengoperasikan berbagai bagian sistem dengan cara yang paling efisien tidak selalu berarti
sistem secara keseluruhan efektif dalam mencapai tujuannya. Pertimbangkan operasi rumah
sakit. Fakta bahwa laboratorium penguji, layanan fisioterapi, layanan bank darah, dll.,
Semuanya beroperasi secara efisien secara teknis dan ekonomis tidak cukup bagi rumah
sakit secara keseluruhan untuk beroperasi secara efektif. Misalnya, tes yang dipesan dari
laboratorium mungkin jenis yang salah atau mungkin berlebihan dalam arti tidak
menambahkan informasi tambahan apa pun untuk diagnosis yang benar. Fakta bahwa

‘20 Pemodelan Sistem Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T. http://www.widyatama.ac.id
mereka dieksekusi secara efisien tidak menyiratkan bahwa penggunaannya efektif.
Efektivitas menyiratkan bahwa layanan ini digunakan dan dikoordinasikan dengan benar
untuk mencapai tujuan sistem secara keseluruhan.

Reductionis dan Sebab Akibat


Russell L. Ackoff, seorang filsuf, peneliti operasi, dan pemikir sistem memberi sebuah
jawaban dalam makalahnya 'Science in the Systems Age'. Ia mengatakan bahwa dasar
intelektual dari model pemikiran ilmiah tradisional didasarkan pada dua gagasan utama.
Pertama adalah reduksionisme: keyakinan bahwa segala sesuatu di dunia dan setiap
pengalamannya dapat direduksi, diuraikan, atau disatukan menjadi bagian-bagian yang
pada akhirnya tidak dapat dipisahkan. Menjelaskan perilaku bagian-bagian ini dan kemudian
menggabungkan penjelasan parsial ini dianggap cukup untuk memungkinkan kita
memahami dan menjelaskan perilaku sistem secara keseluruhan. Dikaitkan dengan konsep
pemecahan masalah, hal tersebut diterjemahkan ke dalam pemecahan masalah menjadi
sekumpulan subproblem yang lebih sederhana, menyelesaikan masing-masing secara
individu dan kemudian menyusun solusi mereka menjadi solusi keseluruhan untuk
keseluruhan masalah. 'Divisi tenaga kerja' dan 'struktur organisasi sepanjang garis
fungsional', seperti keuangan, personalia, pembelian, manufaktur, pemasaran, dan R&D
adalah manifestasi yang jelas dari hal ini. Namun, meskipun masing-masing dioperasikan
dengan efisiensi ekonomi tertinggi, jumlah solusi individual tidak selalu menghasilkan solusi
keseluruhan yang terbaik untuk sistem secara keseluruhan.
Ide dasar kedua adalah bahwa semua fenomena dapat dijelaskan dengan menggunakan
hubungan sebab-akibat. Suatu hal X dianggap sebagai penyebab Y jika X diperlukan dan
cukup agar Y terjadi. Oleh karena itu, 'penyebab X' adalah semua yang diperlukan untuk
menjelaskan 'efek Y'.
Jika memandang dunia dengan cara ini, segala sesuatu dapat dijelaskan dengan
menguraikannya menjadi beberapa bagian dan mencari hubungan sebab-akibat di antara
bagian-bagian tersebut. Tetapi mungkin tidak cukup untuk memeriksa hubungan sebab
akibat satu per satu. Hubungan atau properti baru dapat muncul melalui interaksi antara
berbagai bagian atau aspek dari suatu situasi. Beberapa di antaranya biasanya
direncanakan, sementara yang lain mungkin tidak terduga dan berlawanan dengan intuisi.
Lebih jauh, hubungan sebab akibat mungkin tidak hanya satu arah. Bisa jadi ada hubungan
sebab akibat atau umpan balik antara dua hal, yaitu X mempengaruhi Y, tetapi pada
gilirannya dipengaruhi oleh Y. Keduanya saling bergantung. Berurusan dengan satu saja,
sementara mengabaikan yang lain, mungkin tidak mencapai hasil yang diinginkan. Misalnya,
kemiskinan dapat mengakibatkan kesehatan yang buruk, yang selanjutnya dapat
menyebabkan kemiskinan lebih lanjut. Menangani keduanya secara bersamaan, bukan

‘20 Pemodelan Sistem Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T. http://www.widyatama.ac.id
hanya dengan masing-masing individu, kemungkinan akan jauh lebih efektif dalam
meningkatkan keduanya.

Berpikir Sistem
Berpikir sistem merupakan suatu cara berpikir tentang, dan suatu Bahasa untuk
menguraikan dan memahami, kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan antar pribadi
yang membentuk perilaku sistem. Selain itu pendapat lain mengatakan berpikir sistem
mencakup sekumpulan metode, alat dan prinsip yang agak tidak berbentuk, yang semuanya
diorientasikan untuk melihat kesalingterkaitan antara kekuatan-kekuatan, dan melihatnya
sebagai bagian dari suatu proses bersama.
Sejak tahun 1940, sejumlah peneliti dari berbagai disiplin ilmu seperti biologi, matematika,
teori komunikasi, dan filsafat mulai menyadari bahwa semua hal dan peristiwa adalah
bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Ini tidak menyangkal pentingnya masing-masing
bagian atau peristiwa dasar. Tetapi fokus bergeser dari bagian-bagian ke keseluruhan, yaitu
ke sistem di mana bagian-bagian itu berada. Kondisi tersebut memunculkan cara berpikir
baru yaitu berpikir sistem. Sesuatu untuk dijelaskan dipandang sebagai bagian dari
keseluruhan yang lebih besar, sebuah sistem, dan dijelaskan dalam kaitannya dengan
perannya dalam sistem itu.
Cara berpikir baru ini memiliki konsekuensi langsung untuk pengambilan keputusan dalam
konteks sistem, yaitu bahwa untuk tindakan efektif dalam kaitannya dengan sistem secara
keseluruhan mungkin tidak cukup menggunakan pemikiran reduksionis dan sebab-akibat
dengan mempelajari bagian-bagian individu atau aspek dalam isolasi. Untuk mendapatkan
gambaran yang benar, penting untuk mempelajari peran sistemik mereka dalam sistem.
Namun, ini tidak berarti bahwa seseorang harus membuang pemikiran reduksionis dan
sebab-akibat demi berpikir sistem. Kedua pendekatan tersebut sebenarnya saling
melengkapi. Reduksionisme memberikan perhatian pada detail setiap komponen, pemikiran
sistem hingga peran sistemiknya dalam sistem. Masing-masing mungkin mengabaikan atau
melewatkan aspek penting. Lebih sering daripada tidak, kedua mode berpikir dibutuhkan
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang suatu sistem. Ketika kita
menekankan yang satu, yang lainnya tersirat. Mereka seperti objek dan bayangannya.

Daftar Pustaka

[1] Daellenbach, Hans G., McNickle, Donald C., Management Science Decision Making
Through System Thinking, Palgrave Macmillan, 2005.
[2] Ristono, Agus., Pemodelan Sistem, Graha Ilmu, 2011.

‘20 Pemodelan Sistem Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T. http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai