PENDAHULUAN
Organisasi industri adalah salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia
memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa). Produksi merupakan fungsi
pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk
menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu.
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi,
dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang sangat erat
dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah,
meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan
yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi
dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan
bidang fungsional lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain. (Santoso, 2005: Jurnal Teknik
Informatika).
Sistem produksi adalah suatu rangkaian dari beberapa elemen yang saling berhubungan
dan saling menunjang antara satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan demikian yang dimaksud dengan sistem produksi adalah merupakan suatu gabungan
dari beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk
melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan tertentu. Beberapa elemen tersebut
antara lain adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dari fasilitas produksi, lingkungan
kerja dari para karyawan serta standar produksi yang dipergunakan dalamperusahaan tersebut.
Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah
input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif dipasar. (Ahyani, 1996: 8).
Didalam suatu unit usaha dikenal adanya berbagai macam fungsi yang saling berkaitan
antara yang satu dengan lainnya, diantaranya terdapat tiga fungsi pokok yang selalu dijumpai
yaitu :
1. Pemasaran (marketing) yang merupakan ujung tombak dari unit usaha, sebab bagian ini
langsung berkaitan dengan konsumen. Keterkaitan ini dimulai dari identifikasi kebutuhan
konsumen (jenis dan jumlahnya) maupun pelayanan dan pengantaran produk ketangan
konsumen.
2. Keuangan (finance) yang bertanggung jawab atas perolehan dana guna pembiayaan aktivitas
unit usaha serta pengelolaan dana secara ekonomis sehingga kelangsungan dan perkembangan
unit usaha dapat dipertahankan.
3. Produksi (operasi) yang merupakan penghasil dari produk atau jasa yang akan dipasarkan
kepada konsumen.
Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan
tujuan menstranformasi input produksi menjadi output produksi yang memiliki nilai lebih/jual.
Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi.
Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya,
seperti limbah, informasi, dan sebagainya. Sistem pendukung kegiatan produksi antara lain :
a. perencanaan dan pengendalian produksi
b. pengendalian kualitas
c. penentuan standar operasi
d. penentuan fasilitas produksi
e. perawatan fasilitas produksi
f. penentuan harga pokok produksi.
Sistem pendukung kegiatan produksi ini akan membentuk konfigurasi sistem produksi.
Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini akan tergantung dari produk yang dihasilkan
serta bagaimana cara menghasilkannya.
Fasilitas merupakan fixed asset (aset tetap) biasanya aktiva tetap tidak bergerak seperti
struktur gedung, mesin dan sumber daya tak nyata yang mendukung suatu aktivitas produksi.
Fasilitas bersama dengan manusia, uang, material, dan energi menghasilkan sesuatu pada suatu
aktivitas produksi serta untuk meningkatkan kinerja produksinya.
Sistem produksi berhubungan dengan teori ekonomi makro, hukum permintaan dan
penawaran, peramalan permintaan, perencanaan agregat, perencanaan dan pengendalian
persediaan baik yang tradisional maupun semi modern, serta penjadwalan produksi.
Pada makalah ini akan dibahas tentang hubungan teori ekonomi dengan sistem produksi,
sistem produksi, dan juga tentang peramalan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam suatu sistem industri, kegiatan produksi mencakup 3 (tiga) pertanyaan mendasar,
yaitu apa yang diproduksi, bagaimana cara memproduksinya, dan untuk siapa barang yang
diproduksi tersebut. Ketiga pertanyaan mendasar tersebut akan benar-benar menjadi masalah
karena sumber daya untuk kegiatan produksi tersebut tersedia secara terbatas. Sumberdaya-
sumberdaya tersebut tidak seperti udara yang kita hirup, tetapi tersedia secara terbatas sehingga
kita perlu melakukan usaha penghematan. Inilah yang kita sebut dengan hukum kelangkaan
dalam ilmu ekonomi.
Usaha-usaha penghematan itu dilakukan untuk semua input bagi kegiatan produksi,
misalnya menghemat bahan baku, tenaga manusia, modal dan sebagainya. Hukum kelangkaan
sumber daya ini terefleksikan dalam output (barang hasil) produksi. Suatu output yang bersifat
unik dan langka biasanya mempunyai nilai lebih dimata konsumen, sedangkan output yang
bersifat umum akan bernilai lebih rendah. Fenomena ini dalam kegiatan produksi disebut dengan
Sistem Produksi Massal (produknya standar) dan Sistem Produksi Pesanan (produknya khusus).
Dalam ilmu ekonomi, sistem produksi massal berhubungan erat dengan konsep skala
ekonomis, yaitu bila skala operasi kita tingkatkan dengan jalan menambah semua input pada saat
yang sama dengan proporsi yang sama sebanyak dua kali, maka kita akan mampu menjalankan
usaha secara lebih efektif dengan output yang diperoleh akan berjumlah lebih dari dua kali lipat.
Gejala ini biasa disebut dengan hasil yang meningkat terhadap skala. Keuntungan cara ini
disebabkan karena unit input yang lebih banyak akan menanggung biaya tetap yang sama, waktu
set-up mesin akan ditanggung oleh unit input yang lebih banyak, yang demikian juga aktivitas-
aktivitas produksi lainya, sehingga total biaya rata-rata per unit akan menjadi lebih murah.
Gejala hasil yang mungkin meningkat terhadap skala ini sering kali dihubungkan dengan
sistem produksi massal dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Penggunaan tenaga bukan manusia.
Penggunaan peralatan otomatis yang mampu mengatur sendiri.
Penggunaan komponen terstandarisasi dan tersubtitusi.
Pembagian proses produksi yang kompleks kedalam beberapa tingkat operasi yang sederhana.
Spesialisasi fungsi dan pembagian divisi dan tenaga kerja.
Penyusunan desain, analisis dan proses produksi terkomputerisasi.
Sistem produksi pesanan merupakan suatu sistem produksi yang membuat produk
berdasarkan keinginan konsumen dalam jumlah yang sedikit. Karena pembuatan disesuaikan
dengan keinginan konsumen, maka sistem tersebut harus dapat membuat bermacam-macam
variasi produk sehingga dibutuhkan ketrampilan pekerja yang tinggi. Ketrampilan pekerja yang
tinggi ditambah dengan jumlah produksi yang belum tentu berada pada skala ekonomis akan
membuat konsumen bersedia membayar lebih tinggi. Kedua fenomena ini, yaitu karakteristik
sistem produksi massal dan sistem produksi pesanan sebenarnya merupakan refleksi dari Hukum
Permintaan dan Penawaran.
2.2. HUKUM PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Bagian petama diatas merupakan pernyataan yang akan membentuk Kurva Permintaan
(Demand) dengan kemiringan (slope) negatif. Misalnya daging sapi, bila harga daging sapi
meningkat maka hanya orang kaya saja yang mampu membelinya. Apabila harga daging sapi
mulai turun, maka akan terjadi tambahan konsumen dimana orang berpenghasilan menengah
mulai ingin makan daging sapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penurunan harga
akan menarik pembeli baru.
Bagian kedua diatas merupakan pernyataan yang akan membentuk Kurva Penawaran
(supplay) dengan kemiringan positif. Misalnya beras, bila harga beras meningkat, maka petani
akan tertarik untuk menanam padi. Dengan harga beras yang tinggi maka pendapatan petani
akan meningkat sehingga mereka akan mampu berproduksi dengan lebih baik dengan
menambah pupuk, tenaga kerja, dan peralatan. Pada kondisi demikian, padi akan lebih banyak
dihasilkan dari luas areal sawah yang sama.
Kurva permintaan dan penawaran akan saling bergeser hingga mencapai titik
keseimbangan pasar. Pada keadaan ini jumlah yang diminta pembeli dengan harga tertentu sama
dengan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual pada tingkat harga tersebut. Hal ini berarti harga
keseimbangan tersebut merupakan harga pasar yang diterima oleh produsen dan konsumen.
Teknologi Ekonomi
Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu set-up peralatan
produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama karena proses ini
memproduksi secara terus-menerus untuk jenis produk yang sama. Misalnya pada pabrik susu
instan. Sedangkan proses terputus memerlukan total waktu set-up yang lebih lama karena proses
ini memproduksi berbagai proses spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya
pergantian jenis barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda.
Misalnya usaha perbengkelan.
Selain dua jenis ekstrem tersebut, beberapa ahli sistem produksi mengidentifikasikan
adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output yang cukup penting, yaitu Proses
Produksi Repetitif. Heizer (1988) mendefinisikan proses produksi repetitif sebagai kombinasi
antara proses kontinyu dan proses terputus.
Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasi dalam hubunganya dengan pemenuhan
kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Enginering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk
yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).
b. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul opsional
standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai
dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe
produk. Contohnya adalah pabrik mobil, dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara
manual atau otomatis.
c. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhinya jika dan hanya jika
telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut.
d. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan
ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima.
Ada tiga jenis dasar aliran operasi, yaitu flow shop, job shop, dan proyek (Kostas, 1982).
Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi dari
ketiganya, yaitu batch dan continuous). Adapu karakteristikmasing-masing aliran tersebut, yaitu;
a. Flow Shop, yaitu proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-turut melalui urutan
operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya ditempatkan sepanjang suatu lintasan
produksi. Bentuk umum proses flow shop dapat dibagi menjadi jenis produksi flow shop
kontinyu dan flow shop terputus. Pada flow shop kontinyu, proses bekerja untuk memproduksi
jenis output yang sama, misalnya pada industri rokok SKM otomatis. Pada slow shop terputus,
kerja proses secara periodik diinterupsi untuk melakukan set-up bagi pembuatan produk dengan
spesifikasi yang berbeda (meskipun dari desain dasar yang sama).
b. Continuous, proses ini merupakan bentuk ekstrem dari flow shop dimana terjadi aliran material
yang konstan. Contoh dari proses kontinyu adalah industri penyulingan minyak, pemrosesan
kimia, dan industri-industri lain dimana kita tidakdapat mengidentifikasi unit-unit output urutan
prosesnya secara tepat.
c. Job Shop, merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit untuk pesanan yang berbeda
akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokan
berdasarkan fungsinya.
d. Batch, merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job shop dalam hal standarisasi
produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran lintasan
perakitan flow shop.
e. Proyek, merupakan proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit dengan suatu
pendefinisian urutan tugas yang teratur dengan kebutuhan sumber daya dan penyelesaiannya
dibatasi oleh waktu.
2.4. PERAMALAN
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa yang akan
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Baik tidaknya suatu
peramalan yang disusun, disamping ditentukan oleh metode yang digunakan, juga ditentukan
baik tidaknya informasi yang digunakan. Selama informasi yang digunakan tidak dapat
meyakinkan, maka hasil peramalan yang disusun juga akan sukar dipercaya akan ketepatanya.
Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan manajemen.
Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan adalah
ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya
terjadi. Ada 4 ukuran yang biasa digunakan, yaitu:
MAD = │ │
Dimana: = Permintaan Aktual pada periode-t
= Peramalan Permintaan (forecast) pada periode-t
n = Jumlah Periode peramalan yang terlibat
MSE = ∑
MFE =
4. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage Error = MAPE)
MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan
MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan
aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu
tinggi atau terlalu rendah. MAPE dirumuskan sebagai berikut:
Analisis time series sangat tepat untuk dipakai meramalkan permintaan yang pola
permintaan dimasa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama sehingga pola
tersebut dapat diharapkan masih akan tetap berlanjut. Analisis time series didasarkan pada 4
komponen utama, yaitu:
Waktu
Gambar 1. Pola Trend
2) Siklus/Cyckle (C)
Permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik, biasanya
lebih dari satu tahun, sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek.
Pola ini sangat berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang.
Biaya
waktu
Gambar 2. Pola Cycle
Biaya
Waktu
Gambar 3. Pola Musiman
Waktu
Gambar 4. Pola Random
Menurut Hildebrand (1991), komponen tren, siklus, musiman dan kesalahan dari deret
waktu dapat diasumsikan dalam dua model yang berbeda yaitu model multiplikatif dan model
aditif. Model multiplikatif dari metode dekomposisi adalah
Xt = It . Tt . Ct .Et
sedangkan model aditifnya adalah :
Xt = It + Tt + Ct + Et
Xt = data aktual pada periode ke-t dimana,
Tt = komponen Tren pada periode ke-t
Ct = komponen siklus pada periode ke-t
It = komponen musiman pada periode ke-t
Et = komponen kesalahan pada periode ke-t
2.7.1. Rata-rata Bergerak (Moving Average = MA)
MA =
Karena data aktual yang dipakai untuk perhitungan MA berikutnya selalu dihitung dengan
mengeluarkan data yang paling terdahulu, maka:
MA = +
Contoh perhitungan MA tiga bulanan dan enam bulananyang dipakai sebagai dasar peramalan.
WMA = ∑
Dimana: Bobot permintaan Aktual pada periode – t
Permintaan Aktual pada periode – t
Dengan keterbatasan bahwa ∑
Dari tabel diatas, maka dengan MA tiga bulanan, WMA pada bulan maret dapat dihitung sebagai
berikut:
Dik: = 0,25, = 0,25, dan = 0,50
Dimana bila data permintaan aktual yang lama tidak tersedia, maka dapat diganti dengan
nialai pendekatan yang berupa nilai ramalan sebelumnya ( ) sehingga persamaan diatas dapat
ditulis menjadi:
Dari persamaan terakhir terlihat bahwa peramalan dengan teknik ES pada periode t.1 ( )
akan didasarkan atas pembobotan data permintaan aktual terakhir ( ) dengan bobot 1/N dan
pembobotan ramalan yang paling akhir ( ) dengan bobot (1-1/N). Karena N bilangan positif
maka 1/N akan menjadi konstanta yang bernilai antara nol (N = ~) sampai dengan 1 (N = 1).
Dengan mengganti 1/N dengan α maka persamaan tersebut akan menjadi:
α
Bila kita notasikan sebagai peramalan permintaan pada periode – t sehingga maka
persamaan diatas menjadi:
α + (1-α)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa teknik ES banyak mengurangi kelemahan teknik
MA dalam penyimpanan data karena hanya data permintaan aktual terakhir, ramalan terakhir,
dan suatu nilai konstanta α yang harus disimpan. Rumus lain untuk persamaan diatas adalah:
α ( )
Dari persamaan terakhir terlihat bahwa bila α mempunyai nilai mendekati satu maka
ramalan yang baru akan menyesuaikan kesalahan dengan yang besar pada ramalan sebelumnya.
Penentuan besarnya nilai α harus dipertimbangkan dengan baik. Salah satu metode yang
dapat dipakai adalah dengan memilih nilai α berdasarkan nilai N yang dilibatkan dalam teknik
MA. Untuk menghitung nilai α dalam hubungannya dengan N, maka:
Misal dalam bidang pemasaran, volume penjualan bergantung pada cara pemasaran,
bentuk promosi, dan daerah pemasaran, yang masing-masing faktor tersebut lebih dari satu
macam, sehingga jika analisis peramalan hanya didasarkan pada volume penjualan saja, tanpa
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka informasi untuk pembuatan norma
atau ukuran keberhasilan pemasaran, apalagi untuk keperluan proses kontrol dan perencanaan
menjadi tidak lengkap, sehingga tujuan peramalan tidak tercapai secara utuh.
Contoh lain analisis data deret waktu adalah produksi total tahunan produk pertanian
indonesia, harga penutupan harisan sebuah saham di pasar modal untuk kurun waktu satu bulan,
suhu udara per jam, dan penjualan total bulanan sebuah pasar swalayan dalam waktu satu tahun.
2.8. METODE PERAMALAN KAUSAL
ŷ = a + bx
dimana: ŷ = perkiraan permintaan
x = variabel bebas yang mempengaruhi y
a = nilai tetap y bila x = 0 (merupakan perpotongan dengan sumbu y)
b = derajat kemiringan persamaan garis regresi
Nilai y yang diperoleh dari hasil pengamatan tidak akan jatuh tepat pada garis perkiraan
karena adanya kesalahan acak pada data. Pada setiap titik pengamatan, kesalahan ditunjukan
sebagai , dan total varian atau kesalahan kuadrat untuk seluruh titik pengamatan tersebut adalah:
= ∑
Analisis regresi bertujuan meminimasi persamaan kesalahan diatas dengan memilih nilai
a dan b yang sesuai. Kesalahan terkecil akan diperoleh dengan cara derivatif, dimana hasil
akhirnya adalah:
a =
b =
karena model ini menyatakan hubungan kausal antara variabel yang mempengaruhi (x)
dengan perkiraan peramalan yang dipengaruhi (y), maka kita bisa menghitung keeratan
hubungan y dengan x dengan menggunakan koefisien determinasi Nilai merupakan bagian
variasi dari y yang menunjukkan keeratan hubungan dengan x, sedangkan bagian sisanya 1-
menunjukkan peluang faktor-faktor diluar variabel x. Jadi semakin dekat nilai dengan 1 maka
akan semakin disukai.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi,
dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang sangat erat
dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah,
meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan
yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi
dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan
bidang fungsional lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain.
Sistem produksi merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berinteraksi
dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat
berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi
merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya, sperti limbah, informasi dan
lain sebagainya. Subsistem-subsistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah:
Perencanaan dan pengendalian produksi
Pengendalian kualitas
Perawatan fasilitas produksi
Penentuan standar-standar operasi
Penentuan fasilitas produksi
Dan penentuan harga pokok produksi
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa yang akan
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Baik tidaknya suatu
peramalan yang disusun, disamping ditentukan oleh metode yang digunakan, juga ditentukan
baik tidaknya informasi yang digunakan. Selama informasi yang digunakan tidak dapat
meyakinkan, maka hasil peramalan yang disusun juga akan sukar dipercaya akan ketepatanya.
Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan manajemen.
Analisis time series sangat tepat untuk dipakai meramalkan permintaan yang pola
permintaan dimasa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama sehingga pola
tersebut dapat diharapkan masih akan tetap berlanjut. Analisis time series didasarkan pada 4
komponen utama, yaitu:
Trend atau kecenderungan (T)
Siklus atau Cycle (C)
Pola Musiman atau Season (S)
Variasi Acak atau Random (R)