Disusun oleh:
Asisten Laboratorium :
FAKULTAS TEKNIK
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA PERANCANGAN KERJA
Disusun oleh:
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
i
KATA PENGATAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas praktikum Analisa Perancangan Kerja. Kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Kami membuat laporan ini
berdasarkan modul, dan internet sebagai pedoman membuat laporan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
Tujuan…………… ............................................................................... 27
Bata Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) .................. 47
iii
Perhitungan Waktu Siklus, Normal, Dan Baku .................................. 57
Kesimpulan ........................................................................................... 69
Saran…………. .................................................................................... 70
iv
MODUL I PEMBUATAN PRODUK
KOTAK PERHIASAN BAMBU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bambu mempunyai sejarah sosial yang panjang di Indonesia. Praktik olah bambu
dalam berbagai sendi kehidupan di Indonesia juga merentang panjang dari sejak masa
prakolonial hingga saat ini. Begitu dekatnya bambu dengan ruang-ruang hidup manusia
di Indonesia membuatnya termanifestasikan dalam banyak hal, tidak hanya yang terkait
rancang bangun, namun juga dalam dongeng, kepercayaan, hingga falsafah hidup
(Hutagalung, 2017).
Sebagai elemen desain, bambu tidak lagi dipandang hanya sebagai “kayunya orang
miskin”, stigma yang selama ini dilekatkan pada bambu karena banyak dipakai oleh
masyarakat pada struktur sosial rendah. Bambu juga menjadi “kegairahan” baru bagi
masyarakat di negara-negara dunia pertama melalui ragam aplikasi produk yang indah,
kuat, dan kontemporer. Bambu bahkan mampu menjadi pengikat kolektivitas, baik
secara nasional hingga regional, yang jangkauannya melampaui batas-batas lama
secara geografis. Melebarnya spektrum nilai ini turut menyumbang tingkat penerimaan
bambu secara sosial ke level yang lebih tinggi (Hutagalung, 2017).
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendukung kreativitas dan inovasi
bambu sehingga dapat menjadi komoditas ekspor (Zulaikha, 2019). Perdagangan dunia
saat ini menunjukkan bambu adalah salah satu komoditas paling strategis dan
mempengaruhi perekonomian dunia. Sebagai komoditas ekspor, bambu Indonesia
memang menjadi salah satu primadona setelah Tiongkok. Data statistik tahunan sejak
1999-2012 mengenai perdagangan bambu dan rotan yang dirilis INBAR menunjukkan
bahwa Tiongkok, Indonesia, dan Vietnam masih menjadi tiga negara Asia pemasok
bambu ekspor terbesar saat ini (Hutagalung, 2017). Menurut data LIPI, dari 1.439 jenis
bambu di dunia, 162 jenis bambu terdapat di Indonesia dengan komposisi 124 jenis asli
Indonesia dan 88 jenis endemis. Persebarannya pun tak hanya di Jawa, sekitar 56 jenis
v
ditemukan di Sumatra, 60 jenis ditemukan di Jawa dan Bali, sisanya tersebar di Flores,
Sulawesi, dan Papua (Hutagalung, 2017).
Industri bambu di Indonesia tidak akan pernah tumbuh, dan bambu tidak akan
pernah mempunyai tempat sebagai material utama, jika bambu tidak bisa dilepaskan
dari dominasi arsitek dan arsitektur (Hutagalung,2017).
Arsitek memang punya andil dalam menaikkan “harkat” bambu menjadi material
premium, namun ketika bambu hanya diarahkan untuk mendukung desain, akan sulit
menemukan skema bisnis yang berkelanjutan terkait “fair price” dan sistem suplai
karena bambu tersegmentasi hanya ke satu bidang dengan daya serap yang rendah
(Hutagalung,2017).
Berdasarkan uraian di atas perlu dibuat produk inovasi berbahan bambu yaitu
Kotak Perhiasan Bambu.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan Kotak Perhiasan Bambu yaitu analisis perancangan kerja dan
studi waktu yang digunakan.
vi
1.4 Pelaksanaan
vii
BAB II
LANDASAN TEORI
viii
untuk mendapatkan rancangan atau desain yang terbaik dari sistem kerja. Rancangan
kerja yang terbaik tersebut dapat dianalisis menggunaka Peta Kerja.
Peta kerja merupakan alat yang alat komunikasi yang menggambarkan kegiatan
kerja secara sistematis dan jelas. Analisis menggunakan peta kerja dilakukan untuk
menghilangkan operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi
lainnya, menemukan urutan operasi yang lebih baik, menemukan mesin yang lebih
ergonomis, dan menghilangkan waktu menunggu atar operasi (Annisah, 2019).
Annisah (2019) menyebutkan bahwa Peta kerja dibagi menjadi dua, yaitu Peta
kerja Keseluruhan dan Peta Kerja Setempat.
Peta kerja keseluruhan merupakan peta kerja yang menggambarkan seluruh proses
suatu bahan baku diterima oleh ware house hingga menjadi produk jadi. Aktivitas yang
termasuk di dalamnya yaitu penerimaan, transportasi, penyimpanan, pemeriksaan,
perakitan, dan lain sebagainya. Fungsi peta kerja keseluruhan yaitu menganalisis
proses kerja secara keseluruhan. Peta kerja keseluruhan dibagi menjadi empat, yaitu
Peta Proses Operasi (Operation Process Chart), Peta Aliran Proses (Flow Process
Chart), Diagram Alir Proses (Flow Diagram), dan Peta Proses Kelompok Kerja (Group
Process Chart) (Annisah, 2019).
Peta kerja setempat merupakan peta kerja yang menggambarkan proses kerja pada
area atau stasiun kerja tertentu. Aktivitas kerja yang digambarkan di Peta kerja
setempat pekerja dan fasilitas dalam jumlah yang terbatas. Fungsi peta kerja setempat
yaitu menganalisis proses kerja pada stasiun kerja tertentu.Peta kerja setempat dibagi
menjadi dua, yaitu Peta Pekerja dan Mesin dan Peta Kerja Tangan Kiri dan Tangan
Kanan (Annisah, 2019).
Jenis-jenis peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat dijelaskan sebagai
berikut.
ix
Sebelum dilakukan studi di setiap stasiun kerja, perlu diketahui proses yang terjadi
secara keseluruhan dengan menggunakan Peta Proses Operasi. Peta proses operasi
menggambarkan langkah-langkah proses pengolahan bahan baku hingga jadi produk.
Peta kerja operasi dapat digunakan menganalisis, waktu yang dibutuhkan, material
yang digunakan, tempat yang digunakan, dan alat atau mesin yang digunakan
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015) menyebutkan lambang-lambang
yang digunakan dalam Peta proses operasi dijelaskan sebagai berikut.
x
Gambar 2.1 Contoh Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
xi
3. Diagram Alir Proses (Flow Diagram)
Diagram alir process menggambarkan proses transportasi dalam suatu proses
yang disertai dengan lokasi aktvitas berlangsung. Salah satu fungsi dari Diagram alir
proses yaitu dapat menganalisis dan memperbaiki tata letak proses (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).
xii
Gambar 2.4 Peta Proses Kelompok Kerja (Group Process Chart)
xiii
c. : Kondisi dimana pekerja dan mesin melakuukan aktivitas yang saling
berkatan dan bersamaan.
Peta tangan kanan kiri dan kanan bertujuan mendapatkan gerakan-gerakan yang
lebih terperinci, sehingga dapat menyempurnakan cara kerja di setiap stasiun kerja
dengan mengurangi gerakan yang tidak perlu selanjutnya dapat mengatur kembali
gerakan (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).
xiv
Gambar 2.6 Lambang-lambang yang digunakan dalam Peta Kerja Tangan Kiri dan
Tangan Kanan
Gambar 2.7 Contoh Peta Kerja Tangan Kiri dan Tangan Kanan
xv
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Kotak Perhiasan Bambu merupakan Kotak yang dibuat untuk wanita berusia 25
tahun ke atas. Kotak Perhiasan Bambu terbuat dari bambu yang dikombinasi dengan
Akrilik sebagai tutup. Kotak Perhiasan bambu memiliki dimensi panjang 30 cm, lebar
15 cm, dan tinggi 15 cm. Sedangkan Tutup akrilik memiliki dimensi panjang 33 cm,
lebar 18 cm, dan tinggi 18 cm.
2. Tampak Belakang
xvi
3. Tampak Atas
4. Tampak Bawah
5. Diagonal Kiri
6. Diagonal Kanan
xvii
3.3 Operation Process Chart
3.4 Assembly Process Chart
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis yang dilakukan pada Operation Process Chart yaitu material, operasi,
pemeriksaan, dan waktu (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015). Total waktu
pembuatan kotak perhiasan bambu yaitu 210 menit. Metode yang dapat diperbaiki yaitu pada
operasi memotong bambu dan akrilik dengan gergaji, dan mengamplas potongan bambu.
Proses memotong dan menglamplas bambu secara manual dapat digantikan dengan mesin
sehingga proses pengerjaan menjadi lebih cepat dan tepat.
Assembly Process Chart pembuatan kotak perhiasan bambu menunjukkan bahwa jumlah
material yang akan dirangkai yaitu 14 bagian. Proses perakitan terjadi secara berurutan untuk
masing-masing bagian material sehingga terdapat 10 sub assembly. Assembly Process Chart
membantu mengetahui urutan merangkai bagian material hingga menjadi kotak perhiasan
bambu.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Analisis kerja yang dilakukan menggunakan Operation Process Chart dan Assembly
Process Chart. Operation Process Chart menunjukkan waktu pembuatan Kotak Perhiasan
Bambu adalah 210 menit. Tahapan yang dilakukan yaitu menyiapkan material, memotong
material sesuai ukuran, dan merangkai material menjadi satu kesatuan.
Assembly Process Control menunjukkan terdapat 14 bagian material yang dirangkai
hingga membentuk 10 sub assembly.
5.2 Saran
Metode yang dapat diperbaiki yaitu pada operasi memotong bamboo dan akrilik dengan
gergaji dan mengamplas potongan bambu. Proses memotong dan menglamplas bambu secara
manual dapat digantikan dengan mesin sehingga proses pengerjaan menjadi lebih cepat dan
tepat.
21
PIPA PVC
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada intinya adalah, air bekas dapat langsung masuk ke dalam saluran kota, sedangkan
untuk air kotor akan masuk ke instalasi septic tank maupun STP. Namun saat ini kita akan
sedikit membahas sedikit tentang Fungsi dari Pipa PVC.
1.2 Tujuan
Untuk Saluran Supply Air bersih dan Saluran air kotor / buangan.Pelindung kabel listrik
yang di tanam di dinding rumah / tanah yang bersifat tidak membusuk / berkarat karena
pengaruh cuaca dan alam.
1.4 Pelaksanaan
Untuk tahap perancangan ,menggunakan software Autocad 2018.
22
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Menjadi saluran supply untuk air bersih maupun kotor atau buangan.
Menjadi pelindung kabel listrik yang ditanam di tanah atau dinding rusak, yang
sifatnya tak berkarat atau membusuk akibat pengaruh alam dan cuaca.
Bisa digunakan untuk pemakaian tekanan tinggi seperti sprinkler, saluran bahan
kimia, irigasi, dan air minum.
Bisa digunakan untuk pemakaian tekanan menengah seperti venting pada bangunan,
pembuangan, irigasi, dan air minum.
Menjadi saluran bahan kimia dengan berbagai macam fungsi kegunaan.
Bisa digunakan untuk tekanan rendah seperti air hujan, pembuangan air di jalan raya,
pembuangan bahan kimia. Pembangunan limbah dan selokan.
Digunakan oleh Telkom untuk Telkom Duct System (Subduct System).
Elbow merupakan jenis fitting pipa yang membungkuk pada sudut atau kurva untuk
membuat pipa menjadi lurus sehingga bisa mempermudah menyatu pada sudut. Sedangkan
fungsi dari fitting elbow ini adalah untuk mengubah arah aliran, diameter pipa, atau
membuat percabangan agar fluida (berupa gas, cairan atau plasma) mengalir lancar.
23
Ada beberapa jenis yang dimiliki elbow, yang tergantung pada kebutuhan konsumen mulai
dari dimensi derajat maupun jenis dratnya, seperti elbow 45 derajat, elbow 90 derajat, elbow
dengan drat luar atau dalam.
Tampak Depan
Detail Unit
Tampak Depan
24
3.3 Operation process Chart (OPC)
Merangkai
SA 1
Merangkai
Pipa
peya
mbu
ng
25
3.1 Assembly Process Chart
Pipa
PVC 1
Pipa
Elbow
Pipa
elbow
Pipa
PVC 2
A1
26
BAB IV
ANALISIS DATA
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fungsi pipa yaitu sebagai sarana untuk menyalurkan bahan fluida cair,gas maupun
uap dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan mempertimbangkan
efek,temperature dan tekanan fluida yang dialirkan,lokasi serta pengaruh lingkungan
sekitar. Selain fungsi di atas jenis pipa tertentu bisa juga digunakan sebagai
konstruksi bangunan gedung,gudang dan lain-lain.
5.2 Saran
Demi keamanan dalam bekerja semua diharapkan menjaga keselamatan kerja .
28
RAK DWI FUNGSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Hasil dan pembahasan berisikan tentang ukuran-ukuran dari masing-masing
komponen pembentuk rak dwi fungsi. Hasil dan pembahasan juga mencantumkan waktu
serta biaya yang diperlukan untuk membuat sebuah rak dwi fungsi. Data-data tersebut
disajikan dalam bentuk
Operation Process Chart (OPC), Assembly Process Chart (APC).
1.4 Pelaksanaan
Pada praktiknya, pada tahap terdapat 6 divisi, yaitu divisi pengukuran, divisi
pemotongan, divisi pengeboran, divisi penghalusan, divisi perakitan dan divisi pengecekan
atau quality control
Divisi pertama berfungsi untuk mengukur bahan baku sesuai dengan yang diinginkan.
Langkah selanjutnya setelah bahan baku diukur, bahan baku masuk kedalam divisi
pemotongan. Divisi ini berfungsi untuk memotong bahan baku menjadibeberapa komponen
29
dengan menggunakan alat potong sesuai ukuran.
30
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tampak Depan
31
Tampak Atas
Tampak Samping
32
3.3 Operation Process Chart
33
3.4 Assembly Process Chart
34
BAB IV
ANALISIS DATA
35
BAB V
PENUTUP
5.3 Kesimpulan
Hasil yang didapat pada waktu siklus adalah sebesar 9,495 menit.Hasil tersebut
yang berarti bahwa operator dapat menyelesaikan suatuproduk rak dwi fungsi dalam waktu
9,495 menit. Data waktu siklus inidigunakan untuk mengetahui berapa lama waktu normal
operator dapatmenyelesaikan produk. Data waktu normal dapat diketahui ataupun
dicarisetelah mengetahui berapa hasil yang diperoleh berdasarkan perhitunganwaktu siklus
dan berapa besar faktor penyesuaian yang diberikan kepada operator.
5.4 Saran
Diharapkan untuk selalu mengutamakan keselamatan dalam bekerja apapun
pekerjaannya dan dimanapun tempatnya.
36
BEARING PULLER
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Pelaksanaan
Pada praktiknya, pada tahap perancangan menggnakan software FreeCad 0.18 untuk
membuat 3D design. Adapun untuk proses pembuatan tidak dilakukan dikarenakan
membutuhkan tanur pengecoran yang cukup memadai.
37
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Adapun ukuran bearing bervariasi dalam range yang sesuai spesifikasi dikarenakan
tuas bearing puller (bagian hanger) bisa di adjust. Material nya biasanya berupa high quality
carbon steel (casting). Dan di machining pada bagian ulirnya.
Tampak Depan
Tampak Atas
38
Tampak Bawah
Tampak Samping
Isometric View
39
3.7 Operation Process Chart
40
3.8 Assembly Process Chart
41
BAB IV
ANALISIS DATA
42
BAB V
PENUTUP
5.5 Kesimpulan
Bearing puller memudahkan operator atau teknisi untuk melakukan pekerjaannya.
Dan juga meningkatkan efesiensi dari maintenance activity. Dengan menggunakan
peralatan yang sesuai dengan peruntukannya diharapkan kesalahan atau defect saat
pengerjaan aktifitas maintenance dapat di hindari.
Proses pembuatan dengan mengacu kepada Operation Process Chart menghasilkan
production cycle yang cukup lama, dikarenakan proses pengecoran yang bisa
memakan waktu. Adapun waktu assembly nya akan lebih singkat dikarenakan
komponen yang tidak terlalu banyak dan mudah untuk di rakit.
5.6 Saran
Diharapkan untuk selalu mengutamakan keselamatan dalam bekerja apapun
pekerjaannya dan dimanapun tempatnya.
43
MODUL 2 TIME AND MOTION STUDY
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman dan teknologi masa kini, dunia teknik industri
sangat berperan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan manusia dimana banyak
aspek dan faktor yang penting untuk pemenuhan konsumen. Pada saat ini banyak
perusahaan dalam bidang manufaktur dan jasa mulai berkembang yang akan
memunculkan persaingan secara ketat. Setiap perusahaan, memiliki target untuk
meningkatkan produktivitasnya dan menjaga produktivitasnya agar tetap stabil.
Usaha peningkatan produktivitas suatu perusahaan, dapat dilakukan dengan Time
Motion Study.
Time Motion Study merupakan suatu ilmu yang dapat digunakan untuk
menentukan lama kerja dari seorang operator handal dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam kondisi yang normal dan juga dalam lingkungan kerja terbaik. Pada
awalnya, time motion study ini terbagi menjadi 2, yaitu time study dan motion study.
Time study ditemukan oleh Frederick W. Taylor, bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi kinerja para pekerja. Sedangkan motion study ditemukan oleh Frank B.
Gilberth dan juga istrinya yaitu Lilian M. Gilberth, bertujuan meningkatkan kinerja
para pekerja.
Tujuan khusus dari praktikum ini adalah dapat menganalisis Lay Out terbaik
dari opsi Lay Out berdasarkan hasil perhitungan :
a. Waktu Siklus
b. Waktu Normal
c. Waktu Baku
d. Efektivitas aktivitas yang operator lakukan berdasarkan Peta Therblig
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Time and Motion Study yaitu :
1. Baut 10 buah
2. Mur 10 buah
3. Ring 10 buah
4. Meteran gulung 1 buah
5. Stopwatch 1 buah
6. Lembar Data
7. Alat tulis serta alat bantu lain yang dibutuhkan
1. Membuat layout tata letak untuk penempatan mur, baut, dan ring.
2. Mengambil dan merangkai menjadi 1 produk (output). Menghitung waktu
pengerjaan mulai start, hingga produk jadi dan menempatkan di pada area
Finish Good sebagai out put.
3. Mengulang aktivitas poin 1 dan 2 sebanyak 10 kali (menyelesaikan 10
produk), menghitung masing-masing pengerjaannya.
4. Mengulang poin 1 sampai 3 dengan 3 tata letak layout yang berbeda.
5. Jika semua data sudah terkumpul, menghitung keseragaman, kecukupan
data, waktu siklus, normal, dan waktu baku.
45
6. Membuat therblig chart, mengukur jarak ke benda dan waktu masing-
masing gerakannya.
46
BAB II
LANDASAN TEORI
Studi gerakan merupakan salah satu metode pemetaan sistem kerja dengan
menganalisis gerakan anggota badan saat bekerja yang diuraikan dalam elemen-
elemen gerakan.
Analisis bertujuan menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak efektif,
sehingga dapat menghemat waktu kerja, pemakaian peralatan, dan fasilitas kerja.
Salah satu penguraian elemen gerakan yang sering digunakan adalah Therblig yang
dikembangkan oleh Frank dan Lilian Gilbreth.
47
Gerakan untuk menemukan suatu obyek yang tercampur menggunakan tangan
dan mata, baru berhenti bila obyek sudah ditemukan. Memilih termasuk dalam
elemen gerakan Therblig yang tidak efektif.
Contoh :
a) Mencari sebuah file pada tumpukan berkas
b) Mencari sebuah pena pada kumpulan alat tulis
3. Memegang (graps) disimbolkan ‘G’
Gerakan untuk memegang obyek, biasanya didahului dengan gerakan
menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. Memegang adalah elemen
Therblig yang diklasifikasikan sebagai elemen gerakan efektif yang biasanya tidak
bisa dihilangkan tetapi dalam beberapa hal dapat diperbaiki.
Contoh :
a) Memegang file yang telah ditemukan kemudian membawanya ke meja kerja
4. Reach (menjangkau) disimbolkan ‘RT’
Gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati
maupun menjauhi obyek. Gerakan ini diklasifikasikan sebagai elemen Therblig yang
efektif dan sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari suatu siklus kerja.
Meskipun demikian gerakan ini dapat diperbaiki dengan memperpendek jarak
jangkauan serta memberikan lokasi yang tetap untuk obyek yang harus dicapai
selama siklus kerja berlangsung.
Contoh :
a) Menjangkau mouse komputer ketika menggunakan komputer.
b) Menjangkau benda yang berada lebih tinggi ketika kita ingin mengambil file
diatas lemari.
5. Membawa (move) disimbolkan ‘M’
Gerakan berpindah tangan dimana tangan dalam keadaan dibebani. Elemen
gerak membawa termasuk Therblig yang efektif sehingga sulit untuk dihindarkan.
Tetapi waktu yang digunakan untuk elemen kegiatan ini dapat dihemat dengan cara
mengurangi jarak perpindahan, meringankan beban yang harus dipindahkan, dan
memperbaiki tipe pemindahan beban dengan prinsip gravitasi atau mempergunakan
peralatan material handling.
Contoh:
a) Membawa laptop ke ruang meeting
b) Membawa tumpukan file ke ruang arsip.
6. Memegang untuk memakai (hold) dilambangkan dengan huruf ‘H’
48
Gerakan memegang tanpa menggerakan objek yang sedang dipegang. Elemen
memegang untuk memakai adalah elemen kerja yang efektif yang bisa dihilangkan
dengan memakai alat bantu untuk memegang obyek.
Contoh:
a) Menggunakan komputer ketika mengetik
b) Menghidupkan mesin cetak misalnya printer ketika ingin mencetak berkas.
7. Melepas (release) disimbolkan ‘RL’
Terjadi ketika pegawai melepaskan obyek yang dipegangnya. Berawal dari
pegawai mulai melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya
tidak menyentuh objek lagi. Elemen gerak melepas termasuk elemen Therblig yang
efektif dan dapat diperbaiki.
Contoh:
a) Menutup telepon
b) Meletakkan kunci inggris setelah memperbaiki mesin.
8. Mengarahkan (position) disimbolkan ‘P’
Didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan merakit
(assembling). Misalnya memutar, menggeser ketempat yang diinginkan dan berakhir
pada saat obyek sudah dirakit atau mulai dipakai. Elemen gerak ini termasuk Therblig
yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus diusahakan untuk dihilangkan. Waktu
untuk mengarahkan dapat diefisiensikan dengan mempergunakan alat bantu.
Contoh:
a) Menggeser meja kerja ke dekat dinding
b) Memindahkan printer kedekat komputer kemudian menyambungkannya
dengan komputer.
9. Mengarahkan sementara (preposition) disimbolkan ‘PP’
Elemen gerak menuju pada tempat sementara. Tujuan mengarahkan
sementara adalah mempermudah operator memegang obyek yang akan dipakai
kembali. Mengarahkan sementara adalah elemen gerakan efektif.
Contoh:
a) Memindahkan pena dari tempat pena dan diletakkan dimeja didekat posisi
kita duduk.
b) Meletakkan laptop didepan posisi duduk.
10. Pemeriksaan (inspect) disimbolkan ‘I’
Pekerjaan memeriksa obyek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi
syarat tertentu atau belum. Elemen ini termasuk elemen Therblig yang tidak efektif.
49
Contoh:
a) Memeriksa tinta printer
b) Memeriksa kembali dokumen laporan yang akan diserahkan pada atasan
11. Perakitan (assamble) disimbolkan ‘A’
Gerakan untuk menghubungkan satu obyek dengan obyek lain sehingga
menjadi satu kesatuan. Elemen ini merupakan elemen Therblig yang efektif, dimana
tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi dapat diperbaiki.
Contoh:
a) Menyambungkan mouse pada laptop.
b) Menyambungkan printer pada komputer.
12. Lepas rakit (dissamble) disimbolkan ‘DA’
Gerakan untuk memisahkan dua bagian objek dari satu kesatuan. Elemen ini
termasuk gerakan Therbligh yang efektif.
Contoh:
a) Melepaskan mouse pada laptop ketika selesai digunakan.
b) Melepaskan kabel proyektor dari laptop ketika selesai presentasi.
13. Memakai (use) disimbolkan ‘U’
Gerakan satu tangan atau kedua tangan untuk menggunakan alat. Elemen ini
termasuk dalam gerakan efektif, dimana salah satu atau kedua tangan digunakan
untuk memakai atau mengontrol suatu alat untuk tujuan-tujuan tertentu selama kerja
berlangsung.
Contoh:
a) Mengetik file
b) Menulis menggunakan pena
c) Menstempel suatu berkas, dll.
14. Kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (un avoidable delay) disimbolkan
‘UD’
Kelambatan yang dimaksud adalah kelambatan yang terjadi diluar
kemampuan pengendalian operator. Kondisi ini diakibatkan oleh hal-hal diluar
kontrol dari operator dan merupakan interupsi terhadap proses kerja yang sedang
berlangsung. Elemen ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Ketika ingin mencetak berkas printernya ternyata rusak.
15. Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) disimbolkan ‘AD’
Kelambatan disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu
50
kerja oleh pegawai baik disengaja maupun tidak. Kegiatan ini menunjukan situasi
yang tidak produktif yang dilakukan oleh operator, sehingga perbaikan yang dapat
dilakukan lebih ditujukan kepada operator sendiri tanpa harus merubah proses kerja
lainnya. Elemen ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Pegawai yang sedang mengalami masalah pribadi tidak bisa
berkonsentrasi pada pekerjaannya.
16. Merencana (plan) disimbolkan ‘Pn’
Elemen ini merupakan proses mental dimana operator berhenti sejenak
bekerja dan berpikir untuk mentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan.
Elemen ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Seorang pegawai telah selesai mengerjakan suatu pekerjaannya ia
berencana menyerahkannya kepada atasannya.
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (rest to overcome fatique)
disimbolkan ‘R’
Terjadi pada setiap siklus kerja tetapi secara periodik waktu untuk
memulihkan kembali kondisi badan dari rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-
beda. Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung secara
periodik. Ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Hari sabtu libur bekerja
b) Adanya waktu istirahat makan siang yang cukup panjang dari jam 12.00
– 13.00
Tabel 2.1 Klasifikasi Gerakan Therbligh berdasarkan Efektivitas Gerakan
Efektif Tidak efektif
Memegang (Graps) Mencari (Search)
Memegang untuk memakai (Hold) Memilih (Find)
Melepas (Released Load) Memeriksa (Inspection)
Kelambatan Tak Terhindar
Menjangkau (Reach)
(Unavoidable Delay)
Kelambatan Dapat Dihindarkan
Membawa dengan beban (Move)
(Avoidable Delay)
51
(Rest to Overcome Fatique)
Memakai (Use)
Perencanaan ( Plan )
Mengarahkan (Position)
52
operator yang mempunyai kemampuan yang baik. Waktu siklus diukur dari rata-rata
waktu pengukuran yang diujikan. Waktu siklus dirumuskan sebagai berikut.
𝛴𝑋𝑖
Ws = (2.1)
𝑁
Dimana:
Ws = waktu siklus
X1 = data pengamatan
N = banyaknya pengamatan
Wn = Ws x P (2.2)
Dimana :
Wn = waktu normal
Ws = Waktu Siklus
p = faktor penyesuaian (westinghouse)
53
2.5.3 Waktu Baku (Wb)
Waktu baku (Wb) adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk
bekerja secara wajar pada sistem dan kondisi lingkungan (dengan tingkat kesulitan
tertentu), dengan prosedur yang umum, dan si pekerja menunjukan kesungguhan
dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan kata lain, dimaknai sebagai “waktu
acuan yang dapat dijadikan patokan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara
wajar pada kondisi kerja tertentu. Waktu baku dihitung menggunakan persamaan
berikut.
Wb = Wn + (Wn x i) (3)
Dimana:
Wb = waktu baku
Wn = waktu normal
i = besar kelonggaran
54
55
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 3.1 Tabel Percobaan Tiap 1 Output untuk Lay Out Tata Letak 1
Perubahan (Xi-
Waktu (s) Xi Xi^2 Xi-Xrat
Ke- Xrat)^2
1 16 256 2,89 8,3521
2 9,3 86,49 -3,81 14,5161
3 16,4 268,96 3,29 10,8241
4 10,1 102,01 -3,01 9,0601
5 11,4 129,96 -1,71 2,9241
6 15,1 228,01 1,99 3,9601
7 11,7 136,89 -1,41 1,9881
8 16,6 275,56 3,49 12,1801
9 11,1 123,21 -2,01 4,0401
10 13,4 179,56 0,29 0,0841
Total 131,1 1786,65 5E-15 67,929
Rata-rata 13,11 178,665 5E-16 6,7929
56
Tabel 3.2 Tabel Sub Grup Lay Out Tata Letak 1
Sub Rata-
Waktu Penyelesaian Berturut-turut Total
Grub rata
1 16 9,3 16,4 10,1 11,4 63,2 12,64
2 15,1 11,7 16,6 11,1 13,4 67,9 13,58
Total 131,1 13,11
1. Standar Deviasi
2 𝛴(𝑋𝑖−𝑋𝑟𝑎𝑡)²
σ=√ 𝑁−1
2 67,929
=√ 9−1
= 2,747
𝜎
σX =
√𝑛
2,747
=
√5
= 1,23
57
Lay Out 1
20
15
Xi
10 UCL
Xi
5
LCL
0
0 2 4 6 8 10
Periode
=[ ]
√10(1786,65)−(131,1)²
0,05
131,1
= 42,52
4. Waktu Siklus, Normal, dan Baku
a. Waktu Siklus
𝛴𝑋𝑖
Ws =
𝑁
131,1
= 10
= 13,11
b. Waktu Normal
Faktor penyesuaian (p) dicari dengan metode Shummard, dimana
performance operator dinilai good, maka mendapat nilai 70.
70
P = 60
= 1,17
Wn = Ws x P
= 13,11 x 1,17
= 15,295
c. Waktu Baku
Wb = Wn + (Wn x i)
= 15,295 + (15,295 x 0,19)
= 18,2
58
Uraian Tangan Simbol Waktu Simbol
Uraian Tangan Kanan
Kiri Therblig (Detik) Therblig
Menjangkau Baut RE 0,5 RE Menjangkau Ring
Menggenggam
G 0,3 G Menggenggam Ring
Baut
Membawa Baut
Membawa Ring ke
ke Tempat M 0,3 M
Tempat Perakitan
Perakitan
Mengarahkan Ring ke
Menahan Baut H 0,5 P
Baut
Melepas Genggaman
0,3 A
dari Ring
0,5 RL Menjangkau Mur
0,3 G Memegang Mur
0,41 M Membawa Mur
Memposisikan Mur
0,6 P
pada Baut
Memasukan Mur ke
8 A
Baut
Melepas Genggaman
0,3 RL
dari Mur
Menggenggam Produk
0,3 G
Jadi
Memindahkan Produk
0,5 M Jadi ke Tempat Finish
Good
Melepaskan Produk
0,3 RL
Jadi
Ringkasan
Tangan Tangan
Simbol Jumlah
Kanan Kiri
RE 2 1 3
G 3 1 4
M 3 1 4
H 0 1 1
P 2 0 2
A 2 0 2
RL 3 0 3
Total 15 4 19
59
Ringkasan Waktu
Gerakan
Tangan Tangan Gerakan Tangan Tangan
Simbol Tidak Jumlah
Kanan Kiri Efektif Kanan Kiri
Efektif
RE 2 1 √ 3 Total 11,51 1,6
5 cm
5 cm M R 7 cm
FG B
16 cm 14 cm
20 cm
25 cm
60
Tabel 3.7 Tabel Percobaan Tiap 1 Output
Waktu (s)
Perubahan Ke- Xi^2 Xi-Xrat (Xi-Xrat)^2
Xi
1 10,8 116,64 0,459 0,210681
2 11 121 0,659 0,434281
3 10,8 116,64 0,459 0,210681
4 11,6 134,56 1,259 1,585081
5 11,6 134,56 1,259 1,585081
6 9,7 94,09 -0,641 0,410881
7 9 81 -1,341 1,798281
8 10,11 102,2121 -0,231 0,053361
9 9,6 92,16 -0,741 0,549081
10 9,2 84,64 -1,141 1,301881
Total 103,41 1077,5021 5E-15 8,13929
Rata-rata 10,341 107,75021 5E-16 0,813929
∑(𝑋𝑖−𝑋) ̅̅̅̅̅
2
8,08
σ =√ = √ = 0,95
𝑁−1 9
σ 0,94 0,94
σX = = = 2.24 = 0,419
√𝑁 √5
Lay Out 2
14
12
10
8
Xi
UCL
6
4 Xi
2 LCL
0
0 2 4 6 8 10
Periode
=[ ]
√10(1077,5)−(1077,5)²
0,05
103,41
= 8,19
4. Waktu Siklus, Normal, dan Baku
d. Waktu Siklus
𝛴𝑋𝑖
Ws = 𝑁
103,41
= 10
= 10,34
e. Waktu Normal
Faktor penyesuaian (p) dicari dengan metode Shummard, dimana
performance operator dinilai good, maka mendapat nilai 70.
70
P=
60
= 1,17
Wn = Ws x P
= 10,34 x 1,17
= 12,06
f. Waktu Baku
Wb = Wn + (Wn x i)
= 12,06 + (12,06 x 0,19)
= 14,36
62
Simbol Simbol
Uraian Tangan kiri Waktu Uraian Tangan Kanan
Therblig Therblig
Menjangkau Baut RE 0.84 RE Menjangkau Ring
Menggenggam Baut G 0.39 G Menggenggam Ring
Membawa Baut ke Tempat M 0.52 M Membawa Ring ke Tempat
Perakitan Perakitan
Menahan baut H 0.16 P Mengarahkan Ring Ke Baut
0.46 A Memasukkan Ring ke Baut
0.19 RL Melepas Genggaman dari
Ring
1.19 RE Menjangkau Mur
0.12 G Memegang Mur
0.89 M Membawa Mur
0.44 P Memposisikan Mur pada Baut
7.16 A Memasukkan Mur ke Baut
0.11 RL Melepas genggaman dari Mur
Mengenggam Produk Jadi G 0.14
Memindahkan Produk Jadi
M 0.21
Ke
Tempat Finish Good
Melepaskan Produk Jadi RL 0.49
Ringkasan
Tangan
Simbol Tangan Kiri Jumlah
Kanan
RE 1 2 3
G 2 2 4
M 2 2 4
H 1 0 1
P 0 2 2
A 0 2 2
RL 1 2 3
Jumlah 7 12 19
63
Ringkasan Waktu
Gerakan
Tangan Tangan Gerakan Tangan Tangan
Simbol Tidak Jumlah
Kiri Kanan Efektif Kanan Kiri
Efektif
RE 1 2 3 Total 12.47 2.75
G 2 2 4 Efektif 11.87 2.59
Tidak
M 2 2 4 0.60 0.16
Efektif
H 1 0 1
5 cm
5 cm R M 7 cm
FG B
16 cm 14 cm
20 cm
25 cm
64
Tabel 3.1 Tabel Percobaan Tiap 1 Output
Waktu (s)
Perubahan Ke- Xi^2 Xi-Xrat (Xi-Xrat)^2
Xi
1 11,9 141,61 2,5 6,25
2 10,9 118,81 1,5 2,25
3 8,3 68,89 -1,1 1,21
4 7,6 57,76 -1,8 3,24
5 8,6 73,96 -0,8 0,64
6 8,1 65,61 -1,3 1,69
7 11,7 136,89 2,3 5,29
8 9,6 92,16 0,2 0,04
9 8,7 75,69 -0,7 0,49
10 8,6 73,96 -0,8 0,64
Total 94 905,34 -5E-15 21,74
Rata-rata 9,4 90,534 -5E-16 2,174
Total Waktu 10
126 126 126 126
Baut
̅̅̅̅̅
∑(𝑋𝑖−𝑋) 2 21,74
σ =√ = √ = 1,5
𝑁−1 9
σ 1,5
σX = = = 0,7
√𝑁 √5
65
BKB = Xrat - Z . σX
= 9,64 – 1,64 (0,7)
= 8,3
Lay Out 3
14
12
10
8
Xi
UCL
6
Xi
4
LCL
2
0
0 2 4 6 8 10
Periode
66
Tabel 3.3 Tabel Faktor Kelonggaran
Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 4,5
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Normal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 7,5 6,7
Keadaan temperatur tempat kerja (Normal) 0-5 4,0
Keadaan atmosfer (Baik) 0 0
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 2,0
Subtotal 17,5
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 1,5
Total kelonggaran 19
Simbol Simbol
Uraian Tangan kiri Waktu Uraian Tangan Kanan
Therblig Therblig
Menjangkau Ring RE 1.19 RE Menjangkau Baut
Menggenggam Ring G 0.43 G Menggenggam Baut
Membawa Ring ke Tempat M 0.38 M Membawa Baut ke Tempat
Perakitan Perakitan
Mengarahkan Ring Ke Baut P 0.13 H Menahan Baut
Memasukkan Ring ke Baut A 0.54
Melepas Genggaman dari Ring RL 0.21
Menjangkau Mur RE 0.09
Memegang Mur G 0.15
Membawa Mur M 0.41
Memposisikan Mur pada Baut P 0.51
Memasukkan Mur ke Baut A 7.89
Melepas genggaman dari Mur RL 0.23
Mengenggam Produk Jadi G 0.16
Memindahkan Produk Jadi Ke
M 0.45
Tempat Finish Good
Melepaskan Produk Jadi RL 0.61
67
Ringkasan Peta Therblig
Ringkasan
Tangan
Simbol Tangan Kiri Jumlah
Kanan
RE 2 1 3
G 3 1 4
M 3 1 4
H 0 1 1
P 2 0 2
A 2 0 2
RL 3 0 3
Jumlah 15 4 19
Ringkasan Waktu
Gerakan
Tangan Tangan Gerakan Tangan Tangan
Simbol Tidak Jumlah
Kiri Kanan Efektif Kanan Kiri
Efektif
RE 2 1 3 Total 2.13 13.38
G 3 1 4 Efektif 2.00 12.74
Tidak
M 3 1 4 0.13 0.64
Efektif
H 0 1 1
P 2 0 2
A 2 0 2
RL 3 0 3
Jumlah 15 4 19
68
BAB IV
ANALISIS DATA
Dari ketiga percobaan diatas maka dapat diketahui bahwa waktu baku yang
paling efektif adalah waktu baku pada percobaan ke 3, yaitu dengan waktu baku
sebesar 13,05 detik. Dan sebaliknya waktu baku yang paling tidak efektif yaitu pada
percobaan 1 dengan waktu sebesar 18,2 detik. Dengan demikian sistem kerja
terbaik dari segi waktu baku adalah dengan layout penempatan part baut, mur, ring,
finish good (layout percobaan 3). Lay out 3 menjadi lay out yang paling efektif,
karena proses pengambilan baut dan ring dapat dilakukan secara bersamaan, selain
itu jarak yang diatur juga lebih dekat.
69
Selisih gerakan effective
dengan gerakan tidak effective 11 10 11
Sumber : Pengolahan Data, 2018
Dari tabel analisa studi gerakan tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah
selisih gerakan Lay out 2 bernilai 10, sedangkan pada lay out 1 dan3 bernilai 11.
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan praktikum Motion Study yang telah dilakukan yaitu, Lay out terbaik
yaitu lay out 3 dengan nilai waktu normal 9,5 detik; waktu sikus 9,4 detik; dan waktu baku
10,97 detik, dengan selisih efektivitas gerakan yaitu 11.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada operator dalam perakitan pembuatan baut
adalah sebagai berikut:
LANDASAN TEORI
Lingkungan fisik (menurut Moekijat, 1995) adalah sesuatu yang berada di sekitar para
pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara, serta musik yang mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. The Liang Gie (2000) juga
berpendapat bahwa lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang bersama-
sama merupakan suatu suasana fisik yang melingkupi suatu tempat kerja.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan fisik adalah keadaan di sekitar pekerja/operator yang
meliputi: cahaya, warna, siklus udara, kebisingan, suhu, dan temperature yang
mempengaruhi pekerja/operator dalam menjalankan aktivitasnya.
2.1 Kondisi Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Kerja
Berikut beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kerja, antara lain:
1. Temperatur
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi
sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang
disebut dengan suhu tubuh (core temperature). Suhu inti ini diperlukan agar alat- alat
itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah shell
temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang
menunjukkan variasi tertentu.
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya
alami. Fungsi pokok pencahayaan buatan di lingkungan kerja yaitu :
- Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
- Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
- Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
- Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
- Meningkatkan lingkungan visual nyaman dan meningkatkan prestasi.
6.Kebisingan (Noise)
Salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh telinga adalah kebisingan, karena dalam jangka
panjang bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran
dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Dalam kaitan ini kebisingan memiliki efek yang berbeda
terhadap kinerja. Definisi ini dapat meliputi variasi yang luas dari situasi bunyi yang dapat merusak
pendengaran. Suara radio tetangga bisa anda anggap sebagai bising/mengganggu karena musik
yang mereka senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda.
Bising juga berasal dari dunia sekitar yang bisa benar-benar merusak indra pendengaran. Ada
pengaruh kebisingan pada produktivitas khususnya untuk pekerjaan yang rumit dan memerlukan
konsentrasi penuh. Ada tiga aspek yang menetukan kualitas bunyi yang menentukan tingkat
gangguan terhadap manusia yaitu:
Pada prinsipnya kebisingan merupakan suara yang mengganggu atau suara yang tidak dikehendaki
oleh yang mendengarnya. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras atau
lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber
bunyi tersebut.
7. Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat mengganggu konsentrasi
pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
8.Getaran Mekanis
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan getaran-getaran
osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang bergetar dan memajani pekerja melalaui
transmisi. Adapun besar getaran ditentukan oleh:
i. Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari vibrasi.
j. Mekanika input indenpen, yaitu tahanan yang diberikan oleh struktur tubuh terhadap getaran.
Getaran dapat didefinisikan dalam beberapa arti, seperti : osilasi mekanik, gerakan partikel di
sekitar equilibrium (salah satu bagian otak) yang memberikan efek pada kesehatan, kenyamanan,
dan performance dari seseorang. Getaran dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas getaran itu
sendiri. Frekuensi diukur dengan hertz (Hz) dan intensitas getaran dapat diukur dengan berbagai
cara misalnya : tinggi amplitudo, akselerasi, kecepatan dan tinggi penempatan getaran (Pulat,
1996).
Ada beberapa istilah umum yang digunakan dalam Vibrasi, antara lain:
a. Osilasi, osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi
keseimbangannya,
b. Frekuensi, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya osilasi dalam setiap detik,
c. Amplitudo, amplitudo adalah simpangan penuh yang terjadi ketika bergetar,
d. Periode, periode didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan satu osilasi
penuh,
e. Resonansi, resonansi adalah keadaan tertentu yang terjadi pada suatu benda ketika padanya datang
stimulus berupa gaya periodik yang frekuensinya sama dengan frekuensi alamiah benda yang dapat
bergetar itu,
f. Akselerasi, akselerasi sering disebut percepatan atau perlajuan,
g. Kecepatan, kecepatan itu sendiri dapat diartikan sebagai satuan yang dibutuhkan suatu benda untuk
berpindah tempat sejauh satu meter dalam satu detik, dan
h. Intensitas, intensitas dapat diartikan banyaknya osilasi dalam jarak yang sama. Seperti
yang dijelaskan di awal konsep, getaran mekanis dapat memberikan efek kepada kesehatan,
kenyamanan, dan performance dari seseorang.
Menurut Mardiana (2005), Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan
pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat
mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja,
maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu
kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja
tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja
antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Lingkungan kerja
(menurut Nitisemito, 2001) adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas- tugas yang diembankan.
Telah dikatakan sebelumnya bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak optimal dapat
memberikan beban tambahan kepada operator dalam menjalankan aktivitasnya yang jelas akan
sangat mempengaruhi hasil kerjanya. Sebaliknya lingkungan kerja yang optimal, yang meliputi
pencahayaan yang optimal, siklus udara yang baik, serta tingkat kebisingan yang relative kecil akan
meningkatkan etos kerja dan motivasi operator yang nantinya diharapkan dapat memberikan hasil
yang optimal.
Lingkungan kerja dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan kedua-
duanya saling keterkaitan terhadap kesehatan fisik dan emosional operator. Lingkungan fisik
mencakup pencahayaan, kebisingan, siklus udara, suhu dan temperatur, kondisi bangunan, dan
sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan emosi antara operator itu sendiri baik dengan
rekan kerja maupun dengan atasan serta tingkat ketelitian (Nitisemito, 2001).
Teknik statistik yang memungkinkan kita untuk mengetahui apakah dua atau lebih mean populasi
akan bernilai sama dengan menggunakan data dari sampel masing-masing populasi disebut dengan
analisis varians. Akan tetapi, biasanya analisis varians lebih efektif digunakan untuk menguji tiga
atau lebih populasi. Tentunya jumlah variabel yang berkaitan dengan sampel bisa satu atau lebih.
Dalam terjemahan Bahasa Indonesia, ANOVA adalah “sidik ragam” atau “analisis ragam”, pertama
kali diperkenalkan oleh R.A. Fisher pada tahun 1925 yang kemudian dianugerahi gelar Baronet
oleh Ratu Inggris.
Sidik ragam merupakan pengembangan dari uji t untuk dua sampel bebas. Jadi, ANOVA
dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata lebih dari dua macam
perlakuan atau lebih. Bila tetap dipergunakan uji t untuk membandingkan lebih dari nilai rata-rata
akan memerlukan banyak uji secara terpisah. Hal akan menjemukan dan kemungkinan akan
menjadi besarnya galat jika uji itu dilakukan berulang-ulang. Perlakuan dalam statistika tidak harus
memberikan sesuatu terhadap unit eksperimen, tetapi dapat berbentuk seperti jenis kelamin, ras,
umur, waktu siang dan malam serta yang lainnya. Pada ANOVA jumlah kuadrat total dibagi
menjadi komponen-komponen berdasarkan sumber keragaman yang diketahui. ANOVA dapat
dikelompokkan menjadi ANOVA satu arah dan ANOVA dua arah.
1.ANOVA satu arah adalah ANOVA yang terdiri atas satu peubah bebas atau faktor dengan taraf
lebih dari dua. Sampel dibagi menjadi beberapa kategori dan ulangan. Komponen-komponen Tabel
Analisis Variansi satu arah dapat dijelaskan pada persamaan-persamaan Tabel 2.2 sebagai berikut
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Merangkai
SA 1
Merangkai
SA 2
Merangkai
SA 3
Merangkai
Stek
er
Kondisi 2
Percobaan Waktu (detik)
1 43
2 47
3 55
4 25
5 41
Total 211
Rata-rata 42.2
Kondisi 3
Percobaan Waktu (detik)
1 35
2 32
3 28
4 27.7
5 31.7
Total 154.4
Rata-rata 30.88
a.Waktu Siklus
∑𝑋𝑖 287,3
Ws = =
𝑁 5
= 57,46
b.Waktu Normal
P = 55/60 = 0,91
Wn = Ws x p
= 57,46 x 0,91
= 52,28 detik
c.Waktu Baku
Faktor kelonggaran (allowance) yang diberikan kepada pekerja berdasarkan tabel faktor
kelonggaran seperti yang dijelaskan sebagai berikut yaitu.
Tabel 3.6 Tabel Faktor Kelonggaran
Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 3,0
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Normal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 7,2
7,5
Keadaan temperatur tempat kerja (Rendah) 0 - 13 10
Keadaan atmosfer (Cukup) 0-5 3,0
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 3,0
Subtotal 26,5
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 2,5
Total kelonggaran 29,0
Wb = Wn + (Wn x i)
= 52,28 + (52,28 x 29%)
= 67,74 detik
a.Waktu Siklus
∑𝑋𝑖 211
Ws = =
𝑁 5
= 42,2
b.Waktu Normal
Faktor penyesuaiannya (p) dicari dengan menggunakan metode Shummard,dimana
performance operator diniai fair+ ,maka mendapat nilai 55.
P = 55/60 = 0,91
Wn = Ws x p
= 42,2 x 0,91
= 38,4
c.Waktu Baku
Faktor kelonggaran (allowance) yang diberikan kepada pekerja berdasarkan tabel faktor
kelonggaran seperti yang dijelaskan sebagai berikut yaitu
Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 3,0
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Nomal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 7,0
7,5
Keadaan temperatur tempat kerja (Sedang) 13 - 22 14,7
Keadaan atmosfer (Cukup) 0-5 3,0
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 2,0
Subtotal 31,2
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 2,0
Total kelonggaran 33,2
Wb = Wn + (Wn x i)
= 38,4 + (38,4 x 33,2%)
= 51,14 detik
a.Waktu Siklus
∑𝑋𝑖 154,4
Ws = =
𝑁 5
= 30,88
b.Waktu Normal
Faktor penyesuaiannya (p) dicari dengan menggunakan metode Shummard,dimana
performance operator diniai fair+ ,maka mendapat nilai 55.
P = 55/60 = 0,91
Wn = Ws x p
= 30,88 x 0,91
= 28,1
c.Waktu Baku
Faktor kelonggaran (allowance) yang diberikan kepada pekerja berdasarkan tabel faktor
kelonggaran seperti yang dijelaskan sebagai berikut yaitu.
Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 3,0
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Normal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 6,8
7,5
Keadaan temperatur tempat kerja (Tinggi) 5 - 40 25,0
Keadaan atmosfer (Cukup) 0-5 3
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 2,0
Subtotal 41,1
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 2,0
Total kelonggaran 43,1
Wb = Wn + (Wn x i)
= 28,1 + (28,1 x 43,1%)
= 56,63 detik
3.2 Perbandingan Waktu Baku Dari Setiap Percobaan
Berdasarkan perhitungan waktu baku yang telah dilakukan percobaan 1, 2 dan 3 dapat
dibuat diagram perbandingannya yaitu :
Dari ketiga percobaan diatas maka dapat diasumsikan bahwa waktu baku yang
paling efektif adalah waktu baku pada percobaan ke 2, yaitu dengan waktu baku sebesar
51,14 detik. Dan sebaliknya waktu baku yang paling tidak efektif yaitu pada percobaan 3
dengan waktu sebesar 67,74 detik. Dengan demikian lingkungan kerja terbaik dari segi
waktu baku adalah percobaan kedua dengan suhu 20 º, kebisingan rendah , dan cahaya
redup.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut.
1. Operator 1 tidak ada pengaruh iklim terhadap kinerja kerja karena H0 diterima, sedangkan terdapat
pengaruh iklim terhadap kinerja kerja untuk operator 2 karena H 0 ditolak .
2. Pada suhu dingin waktu rata-rata operator 1 adalah 33,21 detik dan memiliki tujuh kesalahan, dan
waktu rata-rata dari operator 2 adalah 40,82 detik dan memiliki tujuh kesalahan. Pada suhu panas
waktu rata-rata dari operator 1 adalah 30,66 detik dan mempunyai sembilan kesalahan, dan waktu
rata-rata dari operator 2 adalah 35,56 detik dan mempunyai lima kesalahan. Pada suhu normal
waktu rata-rata operator 1 adalah 31,39 detik dan mempunyai sepuluh kesalahan, dan waktu rata-
rata dari operator 2 adalah 33,78 detik dan mempunyai tiga kesalahan.
3. Perbedaan suhu sangat mempengaruhi optimalnya operator dalam bekerja, ini dapat dilihat
pada suhu dingin kerja operator 1 lebih optimal dibandingkan dengan suhu normal dan panas.
Operator 1 melakukan tujuh kesalahan dan memiliki waktu rata-rata sebesar 33,21 detik sedangkan
operator 2 memiliki kinerja yang optimal pada suhu normal yaitu melakukan tiga kesalahan dan
memiliki waktu rata-rata 33,78 detik, ini lebih baik dibandingkan dengan di suhu panas dan normal.
4. Berdasarkan pengolahan data dan analisa pada bab sebelumnya, kedua operator tidak
melakukan kinerja yang optimal pada ruangan dengan suhu panas, ini di karenakan panas di dalam
ruangan mengakibatkan ketelitian operator terganggu oleh faktor-faktor yang mengurangi
efektifitas kerja, seperti kebisingan, panas, bau- bau, ruangan sempit sehingga pengap dan sesak
5.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Prinsip-prinsip ergonomi, pengetahuan dan data dapat diterapkan secara efektif untuk desain
produk, pekerjaan, dan tempat kerja yang optimal dan juga aman dalam organisasi industri. Kinerja
manusia dapat ditingkatkan secara signifikan dengan menerapkan rpinsip-prinsip tersebut. Dalam
desain sistem kerja di industri manufaktur, perhatian utama biasanya adalah peningkatan kinerja
peralatan saja. Sedikit pertimbangan diberikan terhadap kesesuaian kemampuan operator dengan
persyaratan tugas. Akibatnya, banyak stasiun kerja industri dirancang dengan buruk, sehingga
produktivitas pekerja lebih rendah dan cedera yang tidak perlu di tempat kerja.
Oleh karena itu, dalam merancang sistem kerja manufaktur, perancang tidak hanya harus
berupaya memaksimalkan produktivitas pekerja, tetapi juga mencoba meningkatkan kepuasan
pekerja dan meminimalkan bahaya keselamatan. Dimungkinkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan melalui penerapan prinsip-prinsip ergonomi dan data antropometrik yang tepat.
Pendekatan ergonomi untuk desain workstation industri berusaha untuk mencapai keseimbangan
yang tepat antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja. Meskipun penting, sistem kerja
manufaktur yang dirancang buruk umumnya ditemukan di industri.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Antropometri ini adalah sebagai berikut:
5. Mampu melakukan pengurukuran dimensi tubuh dengan mengugunakan alat bantu
bangku Antropometri.
6. Mampu mengolah datan dengan menggunakan pendekatan statistic
7. Mampu mengaplikasikan data hasil pengukuran dimensi tubuh
8. Mampu memahami konsep perancnagan lat dengan perhitungan persentil.
LANDASAN TEORI
Antropometri adalah cabang ergonomi yang berhubungan dengan bentuk dan ukuran tubuh.
Orang memiliki ukuran yang berbeda dan ada kebutuhan untuk memperhitungkan variasi
karakteristik fisik ini setiap kali ada sesuatu yang dirancang untuk mereka gunakan, dari sesuatu
yang sederhana seperti pensil hingga sesuatu yang kompleks seperti kursi atau mobil. Lebih
tepatnya, Antropometri dapat didefinisikan sebagai pengukuran manusia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengukuran antropometrik termasuk perbedaan gender, perbedaan etnis,
pertumbuhan dan perkembangan, penuaan, kelas sosial dan pekerjaan dll. Tabel antropometri
memberikan pengukuran bagian-bagian tubuh yang berbeda untuk pria dan wanita, dan dipecah
menjadi berbagai negara, dan kelompok umur. Oleh karena itu, saat mendesain produk atau tempat
kerja, pertama-tama perlu mengetahui dengan tepat untuk siapa desain dilakukan. Kelompok
orang yang melakukan perancangan dilakukan disebut 'populasi pengguna'. Dalam konteks ini,
Antropometri dianggap sebagai ilmu yang mengukur kisaran ukuran tubuh dalam populasi
pengguna.
Menurut (Sutasulaksana 1979), dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasi penelitian Ergonomi
dapat dikelompokan dalam 4 bidang penelitian, yaitu :
2.2 Antropometri
Istilah antropometri berasal dari kata “anhtropos (man)” yang berarti manusia dan “metron
(measure)” yang berate ukuran (Bridger, 1995). Secara definitive antropometri dapat dinyatakan
sebagai suati studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi manusia. Antropometri secara lkuas
digunakan untuk pertimbagnan ergonomis dalam suatu perancangan produk maupun system kerja
yang memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomic dalam suatu konsep rancang bangun
fasilitas merupkan factor penting dalam menunjang penginkaran pelayanan produksi. Setiap desain
produk, baik produk yang sederahan maupun produk yang komplek harus berpedoman kepada aspek
antropometri pemakainya. Menurut Sanders & McCormicck (1987): Pheasant (1988), dan Pulat
(1992), antropometri adalah pengurukuran dimensi tubuh atau karakterisktik fisik tubuh lainya yang
relecan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.
Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomic sebagai data
antropomteri yang di aplikasikan (sutasulaksana, 1979 dan Sritomo, 1995) yaitu :
1. Perancangan oriduk bagi individu dengan ukuran ekstrim
Contoh : penetapan ukuran minimal dari lebar ringgi dari pintu darurat
2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antra rentang ukuran tertentu
Contoh : perancngan kursi mobil yang leraknya bisa digeser maju dan mundur, dan sudur
sandarannyapun bisa diubah-ubah
3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata
Contoh desain fasilitas umum seperti toilet umum
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimim dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi
maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah factor-faktor seperti Panjang dari suaru dimensi
tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang diamati adalah seperti berat dan
pusat massa (center of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, ebntuk tubuh, jarak untuk
pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki, dll.
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkuran ukuran tubuhnya saat
berumur 60 tahun
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya prian memiliki tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul
3. Suku bangsa (ethnis )
Variasi dimensi terjadi karena di pengaruhi etnis.
4. Pekerjaan
Aktifitas kerja sehari-hari juga akan meneybabkan perbedaan ukuran tubuh manusia
Faktor khusus :
1. Cacat tubuh
Data antropometriakan diperlukan untuk perncangan produk bagi orang yang cacat
2. Tebal tipis pakaian, dikarenakan factor iklim yang berbeda akan memberkan varias yang
berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian, artinya dimensi orang akan
berbeda dalam satu tempat dan lainnya.
3. Kehamilan
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh dan tentu saja
memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segementasi seperti
itu.
Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan metode yang dibahasa pada bab sebelumnya.
Dimana dilakukan pengukuran langsung menggunakan alat bantu ukur terhadap 2 subject ( 2
wanita) dengan postur badan yang berbeda. Adapun data dan hasil olah data akan di tampilkan
pada tabel 3.1.
Beberapa pengolahan data yang dilakukan pada data antropometri (Nurmianto, 1996 &
Tayyari) adalah :
1. Kecukupan Data
2. Keseragaman data
BKA/BKB = X + Z . σ
∑(𝑿𝒊−𝑿) ̅̅̅̅̅
𝟐
σ =√ 𝑵−𝟏 = Standard deviasi
3. Percentile
Persentil yang digunakan adalah P5.P10,P50,P90,P95
X (persentil) = μ + ( z . σ )
X = persentil yang dicari
Μ = rata-rata populasi
Σ = standard deviasi
Pada table dibawah ini adalah kumpulan dari data yang telah diambil dari 2
subject wanita dengan beda postur. Untuk mendapatkan data-data antropometri
yang dibuthukan dalam praktikum dengan menggunkan alat-alat yang sudah
disediakan.
NILAI PERSENTIL N'
EVA LENA Xi- x̅ Xi- x̅ (Xi- x)̅ ² (Xi- x)̅ ² STANDARD
No. DATA YANG DIUKUR SIMBOL ∑( Xi- x̅ )² ∑ Xi ∑ Xi² x̅ (KECUKUPAN
BKA BKB KETERANGAN
(cm) (cm) (EVA) (LENA) (EVA) (LENA) DEVIASI 5 10 50 90 95 DATA)
(z=-1.56) (z=-1.12) (z=0) (z=1.29 (z=2.1)
1 TINGGI BADAN BERDIRI TBB 160 157 1.50 -1.50 2.25 2.25 4.50 317.00 50249.00 158.5 2.12 155.19 156.12 158.50 161.24 162.95 0.14 162.74 154.26
2 TINGGI JANGKAUAN TANGAN TJT 201 191 5.00 -5.00 25.00 25.00 50.00 392.00 76882.00 196 7.07 184.97 188.08 196.00 205.12 210.85 1.04 210.14 181.86
3 JANGKAUAN TANGAN JT 75 71 2.00 -2.00 4.00 4.00 8.00 146.00 10666.00 73 2.83 68.59 69.83 73.00 76.65 78.94 1.20 78.66 67.34
4 RENTANG TANGAN RT 164 160 2.00 -2.00 4.00 4.00 8.00 324.00 52496.00 162 2.83 157.59 158.83 162.00 165.65 167.94 0.24 167.66 156.34
5 TEBAL BADAN TB 18.5 24 -2.75 2.75 7.56 7.56 15.13 42.50 918.25 21.25 3.89 15.18 16.89 21.25 26.27 29.42 26.80 29.03 13.47 N<N' (Sampling kurang)
6 TINGGI DUDUK TEGAK TDT 83 85 -1.00 1.00 1.00 1.00 2.00 168.00 14114.00 84 1.41 81.79 82.42 84.00 85.82 86.97 0.23 86.83 81.17
7 TINGGI MATA DUDUK TMD 73 77 -2.00 2.00 4.00 4.00 8.00 150.00 11258.00 75 2.83 70.59 71.83 75.00 78.65 80.94 1.14 80.66 69.34
8 LEBAR SANDARAN LS 35 40 -2.50 2.50 6.25 6.25 12.50 75.00 2825.00 37.5 3.54 31.98 33.54 37.50 42.06 44.92 7.11 44.57 30.43 N<N' (Sampling kurang)
9 SIKU KE SIKU SKS 41 46 -2.50 2.50 6.25 6.25 12.50 87.00 3797.00 43.5 3.54 37.98 39.54 43.50 48.06 50.92 5.28 50.57 36.43 N<N' (Sampling kurang)
10 LEBAR PINGGUL LP 20.5 23 -1.25 1.25 1.56 1.56 3.13 43.50 949.25 21.75 1.77 18.99 19.77 21.75 24.03 25.46 5.28 25.29 18.21 N<N' (Sampling kurang)
11 TINGGI SANDARAN TS 40 56 -8.00 8.00 64.00 64.00 128.00 96.00 4736.00 48 11.31 30.35 35.33 48.00 62.59 71.76 44.44 70.63 25.37 N<N' (Sampling kurang)
12 PANJANGN SANDARAN PS 20 24 -2.00 2.00 4.00 4.00 8.00 44.00 976.00 22 2.83 17.59 18.83 22.00 25.65 27.94 13.22 27.66 16.34 N<N' (Sampling kurang)
13 TINGGI SIKU DUDUK TSD 23 22 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 45.00 1013.00 22.5 0.71 21.40 21.71 22.50 23.41 23.98 0.79 23.91 21.09
14 TINGGI POPLITEAL TPL 40 39 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 79.00 3121.00 39.5 0.71 38.40 38.71 39.50 40.41 40.98 0.26 40.91 38.09
15 PANTAT POLITEAL PPL 46 45 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 91.00 4141.00 45.5 0.71 44.40 44.71 45.50 46.41 46.98 0.19 46.91 44.09
16 PANTAT KE LUTUT PKL 59 53 3.00 -3.00 9.00 9.00 18.00 112.00 6290.00 56 4.24 49.38 51.25 56.00 61.47 64.91 4.59 64.49 47.51 N<N' (Sampling kurang)
25 PANJANG TELAPAK KAKI PTK 24 22.5 0.75 -0.75 0.56 0.56 1.13 46.50 1082.25 23.25 1.06 21.60 22.06 23.25 24.62 25.48 1.66 25.37 21.13
26 LEBAR KAKI LK 9 9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.00 162.00 9 0.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 0.00 9.00 9.00
27 TINGGI MATA KAKI TMK 8 8 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16.00 128.00 8 0.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 0.00 8.00 8.00
28 LEBAR KEPALA LKA 19 19.5 -0.25 0.25 0.06 0.06 0.13 38.50 741.25 19.25 0.35 18.70 18.85 19.25 19.71 19.99 0.27 19.96 18.54
BAB IV
ANALISIS DATA
Data dari 2 subject wanita (Eva & Lena) hamper 40% data yang diukur kurang jumlah data yang
diambil atau N’ > N .
Dikarenakan hanya sebgai sarana praktikum , maka hasil tersebut diabaikan.
NILAI PERSENTIL
No. DATA YANG DIUKUR
5 10 50 90 95
(z=-1.56) (z=-1.12) (z=0) (z=1.29 (z=2.1)
1 TINGGI BADAN BERDIRI 155.19 156.12 158.50 161.24 162.95
2 TINGGI JANGKAUAN TANGAN 184.97 188.08 196.00 205.12 210.85
3 JANGKAUAN TANGAN 68.59 69.83 73.00 76.65 78.94
4 RENTANG TANGAN 157.59 158.83 162.00 165.65 167.94
5 TEBAL BADAN 15.18 16.89 21.25 26.27 29.42
Data persentil adalah nilai yang akan dipakai ketika dibuthkan untuk merancang sebuah
produk.Tentunya dengan sample yang cukup. Persentil bawah biasanya digunakan untuk sesuatu
yang dapat dijangkau dengan mudah, misalnya pengaturan letak batas bawah kaca, pengaturan beban,
dll. Sedangkan persentil atas digunakan untuk mendesign system yang membutuhkan kelonggaran
misalnya tinggi pintu, lebar gang, lebar pintu, dll. Pada praktikum kali ini, subject terdiri dari 2 wanita
dengan berbeda postur. Sebagai contoh jika kita akan merancang sebuah jok mobil kita akan
menggunakan data nomer 10 sebagai referesni lebar jok (duduk) penggunakan P95. Begitu juga
sebagai contoh perancangan pintu, akan memakai persentil P95 sebagai referensi tinggi pintu.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
1. Tentukan terlebih dahulu dimensi dari produk yang menjadi titik kritis design (dalam hal
ini terkait dengan keefektifan, keamanan dan kenyamanan).
3. Pilih populasi bagi pengguna (pengguna produk, alat, atau orang yang berkaitan langsung
dengan tempat kerja yang akan di design)
4. Jika data sekunder ada dalam referensi hal tersebut bs digunakan dengan melihat
karakteristik populasi haruslah mirip. Jika tidak ada, maka dapat melihat referensi tentang
bagaimana pengukuran dilakukan.
5. Pilih nilai persentil yang akan digunakan. (sesuai produk yang akan dibuat)
5.2 Saran
Alat bantu pengukuran Panjang (roll meter) tidak mencukupi untuk 1 tinggi manusia,
disarankan untuk mengganti / upgrade ke spesifikasi lebih tinggi
MODUL 4 BEBAN KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Beban kerja ini adalah sebagai berikut:
9. Mampu menggunakan alat pengukur beban kerja
10. Mampu menghitung konsumsi energi ,heart rate sebelum bekerja dan sesudah
bekerja
11. Mampu merancang simulasi kelelahan dengan tread mill
12. Mampu menganalisis kelelahan dengan dampaknya
LANDASAN TEORI
Pengertian beban kerja adalah sejumlah atau sekumpulan kegiatan yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu oleh seorang pemegang jabatan ataupun
suatu unit organisasi (Menpan, 1997). Beban kerja timbul dikarenakan adanya
interaksi antara pekerja dengan tugas yang diterima. Pengukuran beban kerja sangat
diperlukan oleh suatu perusahaan guna mengakomodasi faktor psikologis manusia
dalam bekerja, sehingga tidak terjadi hal-hal yang parah dan dapat menimbulkan
penurunan motivasi kerja. Suma’mur (1984) menyatakan bahwa kemampuan kerja
seorang operator berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut sangat
bergantung 7 dengan keadaan gizi, keterampilan, kesehatan jasmani, usia, jenis
kelamin dan ukuran tubuh dari pekerja tersebut.
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja seharihari. Adanya
massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat tubuh, memungkinkan kita
untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak
mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi. Di pihak lain ,
dengan pekerjaan berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata
lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut
dapat berupa beban fisik maupun beban mental. Dari sudut pandang ergonomi, setiap
beban kerja diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap
kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima
beban tersebut Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja menurut Rodahl (1989),
Adiputra (1998), dan Manuaba (2000) menyatakan bahwa secara umum hubungan
beban kerja dengan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang begitu
kompleks, baik dari segi faktor eksternal maupun faktor internal.
a. Beban Kerja yang disebabkan oleh Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
manusia. Faktor yang mempengaruhi beban kerja eksternal adalah lingkungan
kerja, tugas yang diterima, dan faktor organisasi. Ketiga aspek ini sering disebut
sebagai stressor. Ketiga aspek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
i. Lingkungan kerja yang dapat menimbulkan adanya beban tambahan yang
diterima pekerja adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan kerja fisik meliputi intesitas penerangan, suhu udara,
kelembaban udara, suhu radiasi, pada stasiun kerja, kecepatan rambat udara,
intensitas kebisingan dan lain sebagainya.
2. Lingkungan kerja kimiawi meliputi gas-gas yang dapat mencemari udara,
debu yang dihasilkan dari proses produksi, uap logam dan lain sebagainya.
3. Lingkungan kerja biologis meliputi adanya virus, bakteri, parasit, jamur
dan lain sebagainya.
4. Lingkungan kerja psikologis meliputi hubungan antara pekerja dengan
pekerja, pemilihan dan penempatan tenaga kerja, pekerja dengan atasan,
pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang akan
memberi dampak terhadap perfomansi kerja.
ii. Tugas yang dilterima baik yang bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata letak
tempat kerja, sarana dan alat kerja, kondisi kerja, medan kerja, sikap kerja,
beban yang diangkat-angkut, cara angkat-angkut, penggunaan alat bantu
dalam kerja, sarana informasi display dan control, alur kerja, dan lain-lain.
Tugas-tugas yang bersifat mental meliputi tingkat 8 kesulitan pekerjaan yang
mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan,
dan lain-lain.
iii. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya
waktu dalam bekerja, lamanya waktu istirahat yang diterima, shift kerja,
sistem pengupahan, sistem kerja, adanya musik dalam melakukan aktivitas
kerja, struktur organisasi, pelimpahan wewenang, tugas dan lainlain.
b. Beban Kerja yang disebabkan oleh Faktor Internal Menurut Tarwaka dkk,
(2004) faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam
dalam diri manusia yang disebabkan adanya reaksi dan beban kerja eksternal
tersebut. Secara ringkas faktor internal yang mempengaruhi beban kerja
adalah sebagai berikut:
i. Faktor somatic yaitu, umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi kesehatan,
gizi dan lain-lain.
ii. Faktor psikis yaitu, motivasi, kepercayaan, persepsi, kepuasan, keinginan
dan lain-lain.
Jenis Beban Kerja Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran, adalah merupakan beban bagi pelakunya. Beban ini dapat
berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si
pelaku. Masing–masing orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya
dengan beban kerja. Ada orang yang lebih cocok untuk menanggung beban fisik, tetapi ada
orang lain akan lebih cocok melakukan pekerjaan yang lebih banyak pada beban mental
atau sosial. Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai
sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga, manual operation dimana performans
kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga
(power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat dikonotasikan dengan kerja berat
atau kerja kasar karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat
selama periode kerja berlangsung. Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor
utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat/ ringannya suatu pekerjaan. Secara garis
besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental.
Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang
erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-
alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui :
Konsumsi oksigen
Denyut jantung
Peredaran udara dalam paru-paru
Temperatur tubuh
Konsentrasi asam laktat dalam darah
Komposisi kimia dalam darah dan air seni
Tingkat penguapan
Faktor lainnya Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan
konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan pengukuran :
1. Kecepatan denyut jantung
2. Konsumsi Oksigen Pengeluaran energi relatif yang banyak dan pada jenis tersebut dapat
dibedakan dalam beberapa kerja sesuai fisik yaitu:
a. Kerja Statis, yaitu: 1. Tidak menghasilkan gerak. 2. Kontraksi otot bersifat isometris
(tegang otot bertambah sementara tegangan otot tetap). Kelelahan lebih cepat terjadi.
b. Kerja Dinamis, yaitu: 1. Menghasilkan gerak. 2. Kontraksi otot bersifat isotonis (panjang
otot berubah sementara tegangan otot tetap). 3. Kontraksi otot bersifat ritmis (kontraksi dan
relaksasi secara bergantian). 4. Kelelahan relatif agak lama terjadi. Berat ringannya beban
kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa
lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan
atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Di mana semakin berat beban kerja, maka akan
semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis
yang berarti atau sebaliknya. Sebaliknya, bila beban kerja yang diberikan terlalu ringan
maka akan menimbulkan kebosanan pada seseorang atau operator. Kebutuhan utama dalam
pergerakkan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darh ke otot untuk
pembakaran zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan
oleh tubuh merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian
setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran.
Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai indikator untuk
menentukan besar ringannya beban kerja.
1. Beban kerja ringan: 100-200 Kilo kalori/ jam
2. Beban kerja sedang: > 200-350 Kilo kalori/ jam
3. Beban kerja berat: > 350-500 Kilo kalori/ jam
Salah satu yang dapat digunakan untuk menghitung denyut jantung adalah telemetri dengan
menggunakan rangsangan Electrocardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak
tersedia dapat memakai stopwatch dengan metode 10 denyut. Dengan metode tersebut dapat
dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :
Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan denyut nadi
dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik. Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat
ringanya beban kerja memiliki beberapa keuntungam. Selain mudah, cepat, dan murah juga
tidak memerlukan peralatan yang mahal, tidak menggangu aktivitas pekerja yang dilakukan
pengukuran. Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan pembebanan,
baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Nama : Hargi
Usia : 33 Tahun
Beberapa pengolahan data yang dilakukan pada data antropometri (Nurmianto, 1996 &
Tayyari) adalah :
b. Menentukan HR rata2
Rata – rata HR Sp 2 = Jumlah HR/Banyak Data
Rata – rata HR Sp 3 = Jumlah HR/Banyak Data
Rata – rata HR Sp 5 = Jumlah HR/Banyak Data
2. Konsumsi Energi
Persamaan 1 (kamalakanaan et al, 2007)
E-cost = -1967 + 8,58 HR(rata-rata) + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G
Persamaan 2 (Astuti 1985
3. WAKTU ISTIRAHAT
𝑬𝒘𝒐𝒓𝒌−𝑬𝒓𝒆𝒄
R = 𝑬𝒘𝒐𝒓𝒌−𝑬𝒓𝒆𝒔𝒕
= .... %
Pengeluaran
Kategori
Energi
Pekerjaan
(kkal/men)
Time Speed 2 km/h Speed 3 km/h Speed 5 km/h Rest Speed 2 : 110 bpm Light <2,5
(detik) Distance (km)
Energy (kkal)Pulse HR (bpm) Distance (km) Energy (kkal) Pulse HR (bpm) Distance (km) Energy (kkal)Pulse HR (bpm) Rest Speed 3 : 74 bpm Moderate 2,5-5
30 0 0,001 89 0 0,002 78 0 0,004 86 Rest Speed 5 : 123 bpm Heavy 5-7,5
60 0 0,003 108 0 0,004 101 0 0,008 100 Very Heavy 7,5-10
90 0 0,004 116 0 0,006 103 0,1 0,019 92 Age : 33 years Extremle Heavy >10
120 0 0,006 114 0 0,008 100 0,1 0,018 101 Height : 67,6 inc
150 0 0,007 111 0,1 0,011 97 0,1 0,02 109 Erec = 5 kkal/
180 0 0,009 109 0,1 0,013 103 0,2 0,023 104 Work Load Heart Rate (bpm)
210 0,1 0,011 109 0,1 0,015 99 0,2 0,027 101 Light <90
240 0,1 0,012 108 0,2 0,011 102 0,3 0,031 108 Moderate 90-110
270 0,1 0,014 108 0,2 0,02 101 0,3 0,035 95 Heavy 110-130
300 0,1 0,015 108 0,2 0,022 101 0,4 0,039 106 Very Heavy 130-150
Rata-rata 108 Rata-rata 98,5 Rata-rata 100,2 Extremely Heavy 150-170
KE = Y kerja - Yistirahat
= -0,1599 kkal/min
Ework - Erec
R =
Ework - Erest
4,83278 - 5
=
4,83278 - 4,9926513
= 1,04597 %
Percobaan 2
Yistirahat = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2
= 1,8041 - 0,0229038 74 + 0,000471733 5476
= 2,69243 kkal/min
KE = Y kerja - Yistirahat
= 1,43252 kkal/min
Ework - Erec
R =
Ework - Erest
4,12495 - 5
=
4,12495 - 2,692428708
= -0,6108 %
Percobaan 3
Yistirahat = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2
= 1,8041 - 0,0229038 123 + 0,000471733 15129
= 6,12378 kkal/min
KE = Y kerja - Yistirahat
= -1,8784 kkal/min
Ework - Erec
R =
Ework - Erest
4,24536 - 5
=
4,24536 - 6,123781157
= 0,40174 %
BAB IV
ANALISIS DATA
1. (Speed 2)
1. Max Heart Rate (HR) : 187
2. Rata-Rata Heart Rate : 108
3. Workload Moderate : Moderate
4. Persamaan I (Kamalakannan et.al, 2007) E cost : 0,24 Kcal/min
5. Persamaan II (Astusi .1985) : Ykerja : 4,89 , Yistirahat : 4,99
6. Konsumsi Energy : 0,15 kkal/min
7. Waktu Istirahat : 1,04 % (Light)
2. (Speed 3)
8. Max Heart Rate (HR) : 187
9. Rata-Rata Heart Rate : 98,5
10. Workload Moderate : Moderate
11. Persamaan I (Kamalakannan et.al, 2007) E cost : 2,439 kcal/min
12. Persamaan II (Astusi .1985) : Ykerja : 4,12 , Yistirahat : 2,69
13. Konsumsi Energy : 1,43 kkal/min
14. Waktu Istirahat : 0,61 % (Light)
3. (Speed 5)
15. Max Heart Rate (HR) : 187
16. Rata-Rata Heart Rate : 100,2
17. Workload Moderate : Moderate
18. Persamaan I (Kamalakannan et.al, 2007) E cost : 2,58 kcal/min
19. Persamaan II (Astusi .1985) : Ykerja : 4,24 , Yistirahat : 6,12
20. Konsumsi Energy : 1,87 kkal/min
21. Waktu Istirahat : 0,40 % (Light)
Data diatas merupakan hasil pengolahan data responden semua speed yaitu 2,3, dan 5 .
Dari data diatas dapat terlihat perbedaan pengeluaran energi setiap speednya. Pada data
diatas, konsumsi energy terbesar yaitu pada speed 5 karena speed 5 detak jantung
responden merupakan terbesar dibandingkan speed lainnya karena pada speed 5 kinerja
jantung meningkat untuk menunjang gerakan tubuh yang meningkat pula.Semakin tinggi
speed maka semakin banyak tenaga / energi yang dikeluarkan semakin lama pula waktu
istirahat yang dibutuhkan .
BAB V
PENUTUP
5.3 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
Mengumpulkan data dengan mengukur denyut jantung responden .
Terdapat tiga buah speed dalam pengukuran denyut jantung jantung responden
dalam sebuah tridmild yaitu pada speed 2,3,dan 5 .
Semakin tinggi speed yang digunakan ,maka hasil rata-rata denyut jantung semakin
besar.
Semakin tinggi speed yang digunakan, maka energi yang digunakan semakin besar .
5.4 Saran
Pada saat melakukan pekerjaan ,sebaiknya operator focus pada perkerjaannya , agar
tidak mengganggu perkerjaan yang bias berakibat ke perubahan denyut jantung
/menitnya .
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama, Moriyoshi dan Hideaki Kamata. 1994. Methods Engineering and Workplace Design.
Tokyo : JMA
Annisah. 2014. Modul perkuliahan Analisis dan Perancangan Kerja : Pengenalan Peta kerja.
Jakarta : Universitas Mercubuana.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Teknik Industri Analisis
Perancangan Kerja. Jakarta : Kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia.
Martin-Vega, Louis A. 2014. The Puspose and Evolution of Industrial Engineering. Virginia :
National Science Foundation.
Zulaikha, Mimi. 2019. Bekraf Dukung Bambu sebagai Komoditas Ekspor. [Online],
https://www.bekraf.go.id. Diakses : 17 November 2019.
170