Anda di halaman 1dari 128

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA PERANCANGAN KERJA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Analisa


Perancangan Kerja

Disusun oleh:

Eva Endi ginting 41619110083

Frely Vanesa Sari Tarigan 41619110084

Haslena Siahaan 41619110069

Hergi Kurniawidana 41619110020

Oktaviana Sri Hardyanti 41619110011

Junita Sihombing 41619110076

Asisten Laboratorium :

Indah Puspa Sari

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA PERANCANGAN KERJA

Disusun oleh:

Eva Endi ginting 41619110083

Frely Vanesa Sari Tarigan 41619110084

Haslena Siahaan 41619110069

Hergi Kurniawidana 41619110020

Oktaviana Sri Hardyanti 41619110011

Junita Sihombing 41619110076

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Indah Puspa Sari

i
KATA PENGATAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas praktikum Analisa Perancangan Kerja. Kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Kami membuat laporan ini
berdasarkan modul, dan internet sebagai pedoman membuat laporan.

Praktikum Analisa Perancangan Kerja yang telah kami lakukan memiliki


manfaat yang sangat penting bagi pengetahuan pribadi mengenai mata kuliah
Analisa Perancangan Kerja, sehingga kami mengetahui bagaimana penerapan
materi dalam benda kerjanya.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Analisa Perancangan Kerja,


asisten laboratorium, serta teman mahasiswa yang secara langsung maupun tidak
langsung memberikan motivasi membantu dalam pengembangan laporan ini. Kami
menyadari bahwa laporan ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh karena
itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.

Jakarta, 9 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGATAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

MODUL I TIME AND MOTION STUDY

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 26

Latar Belakang ...................................................................................... 26

Tujuan…………… ............................................................................... 27

Alat dan Bahan yang digunakan ............................................................ 27

Prosedur Praktikum ............................................................................... 27

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 28

Studi Waktu .......................................................................................... 28

Peta Therblig ......................................................................................... 36

Studi Gerakan ....................................................................................... 45

Gerakan Efektif Dan Tidak Efektif ........................................................ 46

Standar Devisiasi .................................................................................. 46

Bata Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) .................. 47

Uji Kecukupan Data .............................................................................. 47

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA................................ 48

Layout Tata Letak 1 .............................................................................. 48

Pengujian Data ................................................................................. 50

Perhitungan Waktu Siklus, Normal, Dan Baku .................................. 51

Studi Gerakan ................................................................................... 52

Gerakan Efektif Dan Tidak Efektif.................................................... 53

Layout Tata Letak 2 .............................................................................. 54

Pengujian Data ................................................................................. 56

iii
Perhitungan Waktu Siklus, Normal, Dan Baku .................................. 57

Studi Gerakan ................................................................................... 58

Gerakan Efektif Dan Tidak Efektif.................................................... 59

Layout Tata Letak 3 .............................................................................. 60

Pengujian Data ................................................................................. 62

Perhitungan Waktu Siklus, Normal, Dan Baku .................................. 63

Studi Gerakan ................................................................................... 64

Gerakan Efektif Dan Tidak Efektif.................................................... 65

BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................... 66

Analisis Perbandingan Waktu Baku ...................................................... 66

Analisis Perbandingan Studi Gerakan .................................................... 67

Analisis Perbandingan Waktu Efektif dan Tidak Efektif ........................ 68

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 69

Kesimpulan ........................................................................................... 69

Saran…………. .................................................................................... 70

iv
MODUL I PEMBUATAN PRODUK
KOTAK PERHIASAN BAMBU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bambu mempunyai sejarah sosial yang panjang di Indonesia. Praktik olah bambu
dalam berbagai sendi kehidupan di Indonesia juga merentang panjang dari sejak masa
prakolonial hingga saat ini. Begitu dekatnya bambu dengan ruang-ruang hidup manusia
di Indonesia membuatnya termanifestasikan dalam banyak hal, tidak hanya yang terkait
rancang bangun, namun juga dalam dongeng, kepercayaan, hingga falsafah hidup
(Hutagalung, 2017).
Sebagai elemen desain, bambu tidak lagi dipandang hanya sebagai “kayunya orang
miskin”, stigma yang selama ini dilekatkan pada bambu karena banyak dipakai oleh
masyarakat pada struktur sosial rendah. Bambu juga menjadi “kegairahan” baru bagi
masyarakat di negara-negara dunia pertama melalui ragam aplikasi produk yang indah,
kuat, dan kontemporer. Bambu bahkan mampu menjadi pengikat kolektivitas, baik
secara nasional hingga regional, yang jangkauannya melampaui batas-batas lama
secara geografis. Melebarnya spektrum nilai ini turut menyumbang tingkat penerimaan
bambu secara sosial ke level yang lebih tinggi (Hutagalung, 2017).
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendukung kreativitas dan inovasi
bambu sehingga dapat menjadi komoditas ekspor (Zulaikha, 2019). Perdagangan dunia
saat ini menunjukkan bambu adalah salah satu komoditas paling strategis dan
mempengaruhi perekonomian dunia. Sebagai komoditas ekspor, bambu Indonesia
memang menjadi salah satu primadona setelah Tiongkok. Data statistik tahunan sejak
1999-2012 mengenai perdagangan bambu dan rotan yang dirilis INBAR menunjukkan
bahwa Tiongkok, Indonesia, dan Vietnam masih menjadi tiga negara Asia pemasok
bambu ekspor terbesar saat ini (Hutagalung, 2017). Menurut data LIPI, dari 1.439 jenis
bambu di dunia, 162 jenis bambu terdapat di Indonesia dengan komposisi 124 jenis asli
Indonesia dan 88 jenis endemis. Persebarannya pun tak hanya di Jawa, sekitar 56 jenis

v
ditemukan di Sumatra, 60 jenis ditemukan di Jawa dan Bali, sisanya tersebar di Flores,
Sulawesi, dan Papua (Hutagalung, 2017).
Industri bambu di Indonesia tidak akan pernah tumbuh, dan bambu tidak akan
pernah mempunyai tempat sebagai material utama, jika bambu tidak bisa dilepaskan
dari dominasi arsitek dan arsitektur (Hutagalung,2017).
Arsitek memang punya andil dalam menaikkan “harkat” bambu menjadi material
premium, namun ketika bambu hanya diarahkan untuk mendukung desain, akan sulit
menemukan skema bisnis yang berkelanjutan terkait “fair price” dan sistem suplai
karena bambu tersegmentasi hanya ke satu bidang dengan daya serap yang rendah
(Hutagalung,2017).
Berdasarkan uraian di atas perlu dibuat produk inovasi berbahan bambu yaitu
Kotak Perhiasan Bambu.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan Kotak Perhiasan Bambu yaitu analisis perancangan kerja dan
studi waktu yang digunakan.

1.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dijelaskan sebagai berikut.


a. Alat :
o Gergaji
o Palu
o Meteran
o Pensil
o Spidol
o Penggaris
o Amplas
o Kertas untuk pola
b. Bahan :
o Bambu
o Akrilic
o Lem Akrilic
o Lem Kayu
o Paku

vi
1.4 Pelaksanaan

Pembuatan Kotak Perhiasan Bambu dilakukan selama 7 hari. Lokasi pembuatan


Kotak Perhiasan Bambu yaitu di Work Shop ABC. Proses visualisasi desain
dituangkan dalam sudut pandang 3 dimensi. Aplikasi yang digunakan dalam visualisasi
3 dimensi yaitu Solid Works 2016.

1.5 Batasan Masalah


Keluaran dari pembuatan Kotak Perhiasan Bambu yaitu Desain dengan rincian
Ilustrasi 3 dimensi dari 6 sudut pandang, alat dan bahan yang digunakan, cara
pembuatan dalam Operation Process Chart dan Assembly Process Chart.

vii
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Analisis Perancangan Kerja

Martin-Vega (2014) menyebutkan bahwa bekerja adalah suatu kelompok aktivitas


dimana pekerja berjuang untuk suatu kepemilikan. Perkembangan jaman menuntut
proses kerja yang efektif, efisien, dan mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi,
dengan demikian dibutuhkan suatu analisis perancangan kerja.
Akiyama dan Kamata (1994) menyebutkan analisis perancangan kerja meliputi
metode study yang tersistematis untuk proses desain dan improvement dari metode
kerja yang sudah ada. Penelitian mengenai analisis perancangan kerja berkembang
pesat sejak diprakarsai oleh Frederick W. Taylor, Frank B. Gilbreth, dan Lillian M.
Gilbreth.
Fredelick W. Taylor berkontribusi besar dalam pengembangan Time Study. Sistem
yang dipaparkan meliputi analisis dan improvement metode kerja, mengurangi waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan, dan mengembangan metode kerja
standar (Martin-Vega, 2014).
Frank B. Gilbreth, dan Lillian M. Gilbreth merupakan sepasang suami istri yang
mengembangkan konsep ilmu manajemen untuk identifikasi, analisis, dan gerakan
dasar dalam bekerja. Penelitian yang mereka lakukan menggunakan Kamera Motion
Picture. Berdasarkan penelitian mereka, dapat dikategorikan gerakan dasar manusia
yang disebut sebagai 18 gerakan dasar Therblig (Martin-Vega, 2014).

2.2 Peta Kerja

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015) menyebutkan bahwa analisis


perancangan kerja merupakan ilmu yang terdiri atas teknik-teknik dan prinsip-prinsip

viii
untuk mendapatkan rancangan atau desain yang terbaik dari sistem kerja. Rancangan
kerja yang terbaik tersebut dapat dianalisis menggunaka Peta Kerja.
Peta kerja merupakan alat yang alat komunikasi yang menggambarkan kegiatan
kerja secara sistematis dan jelas. Analisis menggunakan peta kerja dilakukan untuk
menghilangkan operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi
lainnya, menemukan urutan operasi yang lebih baik, menemukan mesin yang lebih
ergonomis, dan menghilangkan waktu menunggu atar operasi (Annisah, 2019).
Annisah (2019) menyebutkan bahwa Peta kerja dibagi menjadi dua, yaitu Peta
kerja Keseluruhan dan Peta Kerja Setempat.
Peta kerja keseluruhan merupakan peta kerja yang menggambarkan seluruh proses
suatu bahan baku diterima oleh ware house hingga menjadi produk jadi. Aktivitas yang
termasuk di dalamnya yaitu penerimaan, transportasi, penyimpanan, pemeriksaan,
perakitan, dan lain sebagainya. Fungsi peta kerja keseluruhan yaitu menganalisis
proses kerja secara keseluruhan. Peta kerja keseluruhan dibagi menjadi empat, yaitu
Peta Proses Operasi (Operation Process Chart), Peta Aliran Proses (Flow Process
Chart), Diagram Alir Proses (Flow Diagram), dan Peta Proses Kelompok Kerja (Group
Process Chart) (Annisah, 2019).
Peta kerja setempat merupakan peta kerja yang menggambarkan proses kerja pada
area atau stasiun kerja tertentu. Aktivitas kerja yang digambarkan di Peta kerja
setempat pekerja dan fasilitas dalam jumlah yang terbatas. Fungsi peta kerja setempat
yaitu menganalisis proses kerja pada stasiun kerja tertentu.Peta kerja setempat dibagi
menjadi dua, yaitu Peta Pekerja dan Mesin dan Peta Kerja Tangan Kiri dan Tangan
Kanan (Annisah, 2019).
Jenis-jenis peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat dijelaskan sebagai
berikut.

2.2.1 Peta Kerja Keseluruhan

Jenis-jenis peta kerja keseluruhan dijelaskan sebagai berikut.


1. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)

ix
Sebelum dilakukan studi di setiap stasiun kerja, perlu diketahui proses yang terjadi
secara keseluruhan dengan menggunakan Peta Proses Operasi. Peta proses operasi
menggambarkan langkah-langkah proses pengolahan bahan baku hingga jadi produk.
Peta kerja operasi dapat digunakan menganalisis, waktu yang dibutuhkan, material
yang digunakan, tempat yang digunakan, dan alat atau mesin yang digunakan
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015) menyebutkan lambang-lambang
yang digunakan dalam Peta proses operasi dijelaskan sebagai berikut.

a. Operasi : Operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat,


baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan
informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan
kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses yang terjadi pada suatu
mesin atau stasiun kerja.

b. Pemeriksaan : Lambang ini digunakan ketika terdapat aktivitas


membandingkan objek tertentu dengan suatu standar.

c. Penyimpanan : Proses benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang


cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya
memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk
menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen, yaitu
ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu. Prosedur
perizinan dan lamanya waktu adalah hal yang membedakan antara kegiatan
menunggu dan penyimpanan.

d. Aktivitas gabungan : Gabungan antara aktivitas operasi dan


pemeriksaan yang dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu
tempat kerja yang sama.

x
Gambar 2.1 Contoh Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)

2. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)


Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas dasar operasi pemeriksaan,
delay (menunggu), transportasi dan penyimpanan setiap komponen. Perbedaan peta
aliran proses dengan peta proses operasi yaitu, pada peta proses operasi hanya
menyatakan aktivitas operasi, pemeriksaan, dan penyimpanan. Sementara, pada peta
aliran proses selain aktivitas operasi, pemeriksaan, dan penyimpanan juga mencakup
aktivitas menunggu dan transportasi (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).

Gambar 2.2 Contoh Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)

xi
3. Diagram Alir Proses (Flow Diagram)
Diagram alir process menggambarkan proses transportasi dalam suatu proses
yang disertai dengan lokasi aktvitas berlangsung. Salah satu fungsi dari Diagram alir
proses yaitu dapat menganalisis dan memperbaiki tata letak proses (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).

Gambar 2.3 Contoh Diagram Alir Proses (Flow Diagram)

4. Peta Proses Kelompok Kerja (Group Process Chart)


Peta proses kelompok kerja digunakan sebagai alat untuk menganalisis aktivitas
suatu kelompok kerja. Tujuan utama dari analisis peta proses kelompok kerja untuk
meminimumkan waktu menunggu atau delay sehingga dapat mengurangi ongkos
produksi atau proses dan mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).

xii
Gambar 2.4 Peta Proses Kelompok Kerja (Group Process Chart)

2.2.2 Peta Kerja Setempat

Jenis-jenis Peta kerja setempat dijelaskan sebagai berikut.


1. Peta Kerja Pekerja dan Mesin
Peta pekerja dan mesin merupakan suatau grafik yang menggambarkan koordinasi
antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).
Lambang yang digunakan dalam Peta kerja pekerja dan mesin dijelaskan sebagai
berikut.

a. : Kondisi dimana salah satu di antara pekerja atau mesin menunggu


sedangkan yang lainnya melakukan aktivitas.

b. : Kondisi dimana di antara pekerja dan mesin tidak saling bergantung.

xiii
c. : Kondisi dimana pekerja dan mesin melakuukan aktivitas yang saling
berkatan dan bersamaan.

Gambar 2.5 Contoh Peta Kerja Pekerja dan Mesin

2. Peta Tangan Kiri dan Kanan (Two Handle Process Chart)

Peta tangan kanan kiri dan kanan bertujuan mendapatkan gerakan-gerakan yang
lebih terperinci, sehingga dapat menyempurnakan cara kerja di setiap stasiun kerja
dengan mengurangi gerakan yang tidak perlu selanjutnya dapat mengatur kembali
gerakan (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).

xiv
Gambar 2.6 Lambang-lambang yang digunakan dalam Peta Kerja Tangan Kiri dan
Tangan Kanan

Gambar 2.7 Contoh Peta Kerja Tangan Kiri dan Tangan Kanan

xv
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Gambaran Produk

Kotak Perhiasan Bambu merupakan Kotak yang dibuat untuk wanita berusia 25
tahun ke atas. Kotak Perhiasan Bambu terbuat dari bambu yang dikombinasi dengan
Akrilik sebagai tutup. Kotak Perhiasan bambu memiliki dimensi panjang 30 cm, lebar
15 cm, dan tinggi 15 cm. Sedangkan Tutup akrilik memiliki dimensi panjang 33 cm,
lebar 18 cm, dan tinggi 18 cm.

3.2 Desain Kotak Perhiasan Bambu


Desain kotak perhiasan bamboo dalam visualisasi 3 dimensi digambarkan sebagai
berikut.
1. Tampak Depan

2. Tampak Belakang

xvi
3. Tampak Atas

4. Tampak Bawah

5. Diagonal Kiri

6. Diagonal Kanan

xvii
3.3 Operation Process Chart
3.4 Assembly Process Chart
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisis Operation Process Chart

Analisis yang dilakukan pada Operation Process Chart yaitu material, operasi,
pemeriksaan, dan waktu (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015). Total waktu
pembuatan kotak perhiasan bambu yaitu 210 menit. Metode yang dapat diperbaiki yaitu pada
operasi memotong bambu dan akrilik dengan gergaji, dan mengamplas potongan bambu.
Proses memotong dan menglamplas bambu secara manual dapat digantikan dengan mesin
sehingga proses pengerjaan menjadi lebih cepat dan tepat.

4.2 Analisis Assembly Process Chart

Assembly Process Chart pembuatan kotak perhiasan bambu menunjukkan bahwa jumlah
material yang akan dirangkai yaitu 14 bagian. Proses perakitan terjadi secara berurutan untuk
masing-masing bagian material sehingga terdapat 10 sub assembly. Assembly Process Chart
membantu mengetahui urutan merangkai bagian material hingga menjadi kotak perhiasan
bambu.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Analisis kerja yang dilakukan menggunakan Operation Process Chart dan Assembly
Process Chart. Operation Process Chart menunjukkan waktu pembuatan Kotak Perhiasan
Bambu adalah 210 menit. Tahapan yang dilakukan yaitu menyiapkan material, memotong
material sesuai ukuran, dan merangkai material menjadi satu kesatuan.
Assembly Process Control menunjukkan terdapat 14 bagian material yang dirangkai
hingga membentuk 10 sub assembly.

5.2 Saran

Metode yang dapat diperbaiki yaitu pada operasi memotong bamboo dan akrilik dengan
gergaji dan mengamplas potongan bambu. Proses memotong dan menglamplas bambu secara
manual dapat digantikan dengan mesin sehingga proses pengerjaan menjadi lebih cepat dan
tepat.

21
PIPA PVC

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pipa adalah sebuah selongsong bundar yang digunakan untuk mengalirkan fluida – cairan
atau gas. Terminologi pipa biasanya disamakan dengan istilah tube, namun biasanya istilah
untuk pipa memiliki diameter lebih dari 1/2 inch.Untuk jenis pipa menurut fungsinya, pipa ini
terbagi ke dalam 4 bagian, yaitu pipa saluran untuk air bersih, pipa saluran air bekas, pipa
saluran air kotor, serta pipa saluran air hujan. Perbedaannya air kotor serta air bekas yaitu
dibedakan dari sumbernya, untuk air bekas bersumber pada air bekas pakai maupun air bekas
cucian, sedangkan untuk air kotor merupakan air yang bersumber dari toilet maupun dari
urinoir.

Pada intinya adalah, air bekas dapat langsung masuk ke dalam saluran kota, sedangkan
untuk air kotor akan masuk ke instalasi septic tank maupun STP. Namun saat ini kita akan
sedikit membahas sedikit tentang Fungsi dari Pipa PVC.

1.2 Tujuan
Untuk Saluran Supply Air bersih dan Saluran air kotor / buangan.Pelindung kabel listrik
yang di tanam di dinding rumah / tanah yang bersifat tidak membusuk / berkarat karena
pengaruh cuaca dan alam.

1.3 Alat dan Bahan


Bahan terdiri dari polimer termoplastik dan Elbow 90 Derajat.

1.4 Pelaksanaan
Untuk tahap perancangan ,menggunakan software Autocad 2018.

1.5 Batasan Masalah


Pada laporan pembuatan produk kali ini yang penulis akan sampaikan adalah pembuatan
pemodelan 3D dan bagaimana proses produksi itu akan di rencanakan (OPC dan APC).
Protype 3D bisa dilihat dengan jelas pada bab selanjutnya.

22
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Gambaran produk


3.1.1 Pengertian Pipa PVC
Pipa PVC (PolyVinyl Chloride) adalah produk termoplastik yang pertama kali dipakai untuk
saluran air dan pipa PVC merupakan jenis pipa yang paling banyak digunakan hingga saat
ini. Hal tersebut dikarenakan pipa PVC menawarkan banyak sekali manfaat. Pipa ini dibuat
dari bahan baku berupa polivinil klorida yang juga bisa disebut dengan PVC. Material ini
adalah salah satu produk polimer termoplastik pada urutan ketiga. Kelebihannya adalah
memiliki harga murah serta mudah untuk dirangkai. Maka dari itu tak heran jika digunakan
di banyak tempat.

3.1.2 Fungsi Pipa PVC


Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pipa PVC terbuat dari bahan Polivinil Klorida. Pipa
yang satu ini juga memiliki beberapa fungsi yang bisa kita rasakan secara langsung. Berikut
ini beberapa fungsi dari pipa PVC tersebut.

 Menjadi saluran supply untuk air bersih maupun kotor atau buangan.
 Menjadi pelindung kabel listrik yang ditanam di tanah atau dinding rusak, yang
sifatnya tak berkarat atau membusuk akibat pengaruh alam dan cuaca.
 Bisa digunakan untuk pemakaian tekanan tinggi seperti sprinkler, saluran bahan
kimia, irigasi, dan air minum.
 Bisa digunakan untuk pemakaian tekanan menengah seperti venting pada bangunan,
pembuangan, irigasi, dan air minum.
 Menjadi saluran bahan kimia dengan berbagai macam fungsi kegunaan.
 Bisa digunakan untuk tekanan rendah seperti air hujan, pembuangan air di jalan raya,
pembuangan bahan kimia. Pembangunan limbah dan selokan.
 Digunakan oleh Telkom untuk Telkom Duct System (Subduct System).

Elbow merupakan jenis fitting pipa yang membungkuk pada sudut atau kurva untuk
membuat pipa menjadi lurus sehingga bisa mempermudah menyatu pada sudut. Sedangkan
fungsi dari fitting elbow ini adalah untuk mengubah arah aliran, diameter pipa, atau
membuat percabangan agar fluida (berupa gas, cairan atau plasma) mengalir lancar.

23
Ada beberapa jenis yang dimiliki elbow, yang tergantung pada kebutuhan konsumen mulai
dari dimensi derajat maupun jenis dratnya, seperti elbow 45 derajat, elbow 90 derajat, elbow
dengan drat luar atau dalam.

3.2 Desain Pipa PVC

Tampak Depan

Detail Unit

Tampak Depan

24
3.3 Operation process Chart (OPC)

PIPA PVC 1 PIPA ELBOW PIPA PVC 1

Merangkai

SA 1

Merangkai

Pipa
peya
mbu
ng

25
3.1 Assembly Process Chart

Pipa
PVC 1

Pipa
Elbow

Pipa
elbow

Pipa
PVC 2

A1

26
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisa Operation Process Chart (OPC)


Dalam pembuatan peta proses atau OPC dari Pipa Pvc 1 dapat terhubung dengan pipa
elbow dan kemudian untuk penghubungnya dipasang kembali pipa PVC 2 ,dimana
fungsinya untuk menyambung aliran dan mempermudah kelancaran aliran.

4.2 Analisa Assembly Process Chart (APC)


Peta selanjutnya adalah Assembly Process Chart yang menjelaskan mengenai proses
perakitan
dari produk. Terdapat 3 komponen yang akan dirakit menjadi satu kesatuan dan
terdapat 1sub
Assembly final

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Fungsi pipa yaitu sebagai sarana untuk menyalurkan bahan fluida cair,gas maupun
uap dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan mempertimbangkan
efek,temperature dan tekanan fluida yang dialirkan,lokasi serta pengaruh lingkungan
sekitar. Selain fungsi di atas jenis pipa tertentu bisa juga digunakan sebagai
konstruksi bangunan gedung,gudang dan lain-lain.

5.2 Saran
Demi keamanan dalam bekerja semua diharapkan menjaga keselamatan kerja .

28
RAK DWI FUNGSI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi dibutuhkan untuk membantu ataupun meringankan pekerjaan manusia.
Seiring berkembangnya teknologi manufaktur, begitu pula dengan alat penunjangnya.
Sebagai contoh berkembangnya ban tubeless maka semakin berkembang pula alat
pengecekan pressure dan pengisian nitrogen. omponen utama terdiri dari papan
belakang,papan samping kanan, papan rak tas, papan pembatas tengah, papansekat sepatu,
papan sekat tas, papan atas bawah dan sekrup 3 cm sebagaikomponen tambahan. Terdapat
6 divisi, yaitu divisi pengukuran, divisipemotongan, divisi pengeboran, divisi penghalusan,
divisi perakitan dandivisi pengecekan atau
quality control. Divisi pertama berfungsi untukmengukur bahan baku sesuai dengan
yang diinginkan. Langkah selanjutnya setelah bahan baku diukur, bahan baku masuk
kedalam divisi pemotongan. Divisi ini berfungsi untuk memotong bahan baku
menjadibeberapa komponen dengan menggunakan alat potong sesuai ukuran.

1.2 Tujuan
Hasil dan pembahasan berisikan tentang ukuran-ukuran dari masing-masing
komponen pembentuk rak dwi fungsi. Hasil dan pembahasan juga mencantumkan waktu
serta biaya yang diperlukan untuk membuat sebuah rak dwi fungsi. Data-data tersebut
disajikan dalam bentuk
Operation Process Chart (OPC), Assembly Process Chart (APC).

1.3 Alat & Bahan


Rak Minimalis Papan

1.4 Pelaksanaan
Pada praktiknya, pada tahap terdapat 6 divisi, yaitu divisi pengukuran, divisi
pemotongan, divisi pengeboran, divisi penghalusan, divisi perakitan dan divisi pengecekan
atau quality control
Divisi pertama berfungsi untuk mengukur bahan baku sesuai dengan yang diinginkan.
Langkah selanjutnya setelah bahan baku diukur, bahan baku masuk kedalam divisi
pemotongan. Divisi ini berfungsi untuk memotong bahan baku menjadibeberapa komponen
29
dengan menggunakan alat potong sesuai ukuran.

1.5 Batasan Masalah


Pada laporan pembuatan produk kali ini yang penulis akan sampaikan adalah
pembuatan pemodelan dan bagaimana proses produksi itu akan di rencanakan (OPC dan
APC).

30
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.2 Gambaran Produk


Produk yang dibuat adalah rak dwi fungsi yang memiliki dimensiukuran sebesar 96 cm x 39
cm x 50 cm yang berfungsi untuk menyimpantas dan sepatu atau dapat juga digunakan untuk
menyimpan benda lainyang memiliki ukuran yang sesuai dengan rak dwi fungsi. Rak dwi
fungsimemiliki beberapa kelebihan yaitu dapat diletakkan dengan berbagaiposisi, dapat
didirikan dan dapat diletakkan dengan posisi mendatar sertadapat digantung dengan
menambahkan siku. Selain kelebihan tersebutkelebihan lain dari rak dwi fungsi dapat
menyimpan dua benda sekaligusyaitu tas dan sepatu. Kekurangan dari produk tersebut adalah
sulitdiletakan pada ruangan yang kecil karena produk tersebut memiliki ukuranyang cukup
besar

Tampak Depan

31
Tampak Atas

Tampak Samping

32
3.3 Operation Process Chart

33
3.4 Assembly Process Chart

34
BAB IV
ANALISIS DATA

4.3 Analisa Operation Process Chart (OPC)


Berdasarkan Operation Process Chart

(OPC) rak dwi fungsimenggambarkan urutan-urutan operasi dan pemeriksaan yang


dilakukanmulai dari bahan baku sampai menjadi suatu produk. Produk tersebutadalah rak dwi
fungsii. Proses pembuatan rak dwi fungsi terdiri darimengukur, memotong, menghaluskan,
melubangi, hingga ke prosesperakitan dengan mesin dan alat yang digunakan adalah meteran,
mesin potong .

(OPC) tersebut merupakan Operation ProcessChart (OPC) interminten, karena prosesnya


dilakukan per komponendengan pengerjaan mengukur, memotong, menghaluskan
sertamelubangi, kemudian dilanjutkan dengan komponen selanjutnya sampaidengan komponen
terakhir yaitu papan atas.

4.4 Analisa Assembly Process Chart


Berdasarkan Assembly Process Chart
(APC) rak dwi fungsi hanyamenelaskan proses perakitan dari setiapa komponen yang ada
hinggamenjadi rak dwi fungsi. Dalam peta proses perakitan meja rak dwi fungsiini terdapat enam
perakitan yang masing-masing perakitan dirakit denganmenggunakan komponen tambahan, yaitu
sekrup 3 cm. Waktu yangdibutuhkan oleh untuk merakit rak dwi fungsi ini, yaitu selama 8,77
menit.Dengan perakitan pertama dilakukan yaitu papan belakang dengan papansamping kanan dan
seterusnya.

35
BAB V
PENUTUP

5.3 Kesimpulan
Hasil yang didapat pada waktu siklus adalah sebesar 9,495 menit.Hasil tersebut
yang berarti bahwa operator dapat menyelesaikan suatuproduk rak dwi fungsi dalam waktu
9,495 menit. Data waktu siklus inidigunakan untuk mengetahui berapa lama waktu normal
operator dapatmenyelesaikan produk. Data waktu normal dapat diketahui ataupun
dicarisetelah mengetahui berapa hasil yang diperoleh berdasarkan perhitunganwaktu siklus
dan berapa besar faktor penyesuaian yang diberikan kepada operator.
5.4 Saran
Diharapkan untuk selalu mengutamakan keselamatan dalam bekerja apapun
pekerjaannya dan dimanapun tempatnya.

36
BEARING PULLER

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Teknologi dibutuhkan untuk membantu ataupun meringankan pekerjaan manusia.
Seiring berkembangnya teknologi manufaktur, begitu pula dengan alat penunjangnya.
Sebagai contoh berkembangnya ban tubeless maka semakin berkembang pula alat
pengecekan pressure dan pengisian nitrogen. Pada laporan ini, penulis memberikan contoh
pada sebuah bearing puller. Bearing adalah part umum yang digunakan pada industry
modern. Digunakan secara umum sebagai bagian penerus putaran yang efektif dan efesien.
Tipe nya pun beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan, tetapi yang umum adalah
untuk dipasang pada poros dan lubang dalam. Pada kesempatan ini, bearing puller yang di
design adalah untuk dua prinsip kerja yaitu poros dan lubang dalam. Dengan adjustment
untuk beberapa ukuran.
1.2 Tujuan
Pembuatan bearing puller diperuntukan untuk bisa mengakomodir beberapa ukuran
(range ukuran yg lebih luas) diharapkan akan lebih efesien dalam pengadaan alat bantu untuk
keperluan maintenance dengan tujuan akhir bisa menekan maintenance cost dan
meningkatkan
performa mesin.

1.3 Alat & Bahan


Bahan terdiri dari Carbon Steel.

1.4 Pelaksanaan
Pada praktiknya, pada tahap perancangan menggnakan software FreeCad 0.18 untuk
membuat 3D design. Adapun untuk proses pembuatan tidak dilakukan dikarenakan
membutuhkan tanur pengecoran yang cukup memadai.

1.5 Batasan Masalah


Pada laporan pembuatan produk kali ini yang penulis akan sampaikan adalah
pembuatan pemodelan 3D dan bagaimana proses produksi itu akan di rencanakan (OPC dan
APC). Protype 3D bisa dilihat dengan jelas pada bab selanjutnya.

37
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.5 Gambaran Produk


Bearing Puller adalah alat yang digunakan untuk melepaskan set bearing dari poros
mesin yang berputar atau lubang bearing. Aplikasi yang paling umum adalah melepas satu
rumah bola bearing atau tapered bearing dari poros yang berputar, contoh pada transmisi
mobil.

Adapun ukuran bearing bervariasi dalam range yang sesuai spesifikasi dikarenakan
tuas bearing puller (bagian hanger) bisa di adjust. Material nya biasanya berupa high quality
carbon steel (casting). Dan di machining pada bagian ulirnya.

3.6 Desain Bearing Puller

Tampak Depan

Tampak Atas

38
Tampak Bawah

Tampak Samping

Isometric View

39
3.7 Operation Process Chart

40
3.8 Assembly Process Chart

41
BAB IV
ANALISIS DATA

4.5 Analisa Operation Process Chart (OPC)


Dalam pembuatan peta proses atau OPC dari bearing puller kita dapat melihat
gambaran aliran pembuatan produk ini. Pada tiap pos nya disebutkan proses apa yang
dilalui dan dibutuhkan berapa lama pada setiap prosesnya. Proses pengeceoran
menjadikan proses yang paling lama dikarenakan waktu menunggu untuk pengerasan
produk tersebut. Dari OPC dapat ditarik kesemipulan bahwa total 1 cycle time adalah 201
menit.

4.6 Analisa Assembly Process Chart (APC)


Peta selanjutnya adalah Assembly Process Chart yang menjelaskna mengenai proses
perakitan dari produk. Terdapat 4 komponen yang akan di rakit menjadi satu kesatuan.
Terdapat 2 sub assembly sampai menjadi assembly final dan 1 proses inspeksi final.

42
BAB V
PENUTUP

5.5 Kesimpulan
Bearing puller memudahkan operator atau teknisi untuk melakukan pekerjaannya.
Dan juga meningkatkan efesiensi dari maintenance activity. Dengan menggunakan
peralatan yang sesuai dengan peruntukannya diharapkan kesalahan atau defect saat
pengerjaan aktifitas maintenance dapat di hindari.
Proses pembuatan dengan mengacu kepada Operation Process Chart menghasilkan
production cycle yang cukup lama, dikarenakan proses pengecoran yang bisa
memakan waktu. Adapun waktu assembly nya akan lebih singkat dikarenakan
komponen yang tidak terlalu banyak dan mudah untuk di rakit.

5.6 Saran
Diharapkan untuk selalu mengutamakan keselamatan dalam bekerja apapun
pekerjaannya dan dimanapun tempatnya.

43
MODUL 2 TIME AND MOTION STUDY

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman dan teknologi masa kini, dunia teknik industri
sangat berperan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan manusia dimana banyak
aspek dan faktor yang penting untuk pemenuhan konsumen. Pada saat ini banyak
perusahaan dalam bidang manufaktur dan jasa mulai berkembang yang akan
memunculkan persaingan secara ketat. Setiap perusahaan, memiliki target untuk
meningkatkan produktivitasnya dan menjaga produktivitasnya agar tetap stabil.
Usaha peningkatan produktivitas suatu perusahaan, dapat dilakukan dengan Time
Motion Study.

Time Motion Study merupakan suatu ilmu yang dapat digunakan untuk
menentukan lama kerja dari seorang operator handal dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan dalam kondisi yang normal dan juga dalam lingkungan kerja terbaik. Pada
awalnya, time motion study ini terbagi menjadi 2, yaitu time study dan motion study.
Time study ditemukan oleh Frederick W. Taylor, bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi kinerja para pekerja. Sedangkan motion study ditemukan oleh Frank B.
Gilberth dan juga istrinya yaitu Lilian M. Gilberth, bertujuan meningkatkan kinerja
para pekerja.

Seiring berkembangnya jaman, time motion study memiliki kegunaan yang


semakin berkembang, diantaranya dapat digunakan untuk mengatur penjadwalan,
menjaga keseimbangan proses, sebagai dasar untuk membuat anggaran dan
pengendalian biaya untuk para pegawai, serta dapat digunakan dalam rencana
pemberian insentif untuk para pegawai. Time Motion bertujuan menemukan waktu
baku yang terbaik dari beberapa metode pengerjaan yang mungkin dapat dilakukan
dalam penyelesaian suatu barang tertentu, sehingga akan didapatkan hasil dengan
metode pengerjaan yang paling tepat dan terbaik dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan sehingga akan didapatkan solusi terbaik terhadap masalah penyelesaian
suatu pekerjaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan praktikum Time


Motion Study.
44
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu


menggunakan konsep perbaikan cara kerja untuk memperbaiki sistem kerja.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari praktikum ini adalah dapat menganalisis Lay Out terbaik
dari opsi Lay Out berdasarkan hasil perhitungan :
a. Waktu Siklus
b. Waktu Normal
c. Waktu Baku
d. Efektivitas aktivitas yang operator lakukan berdasarkan Peta Therblig

1.3 Alat dan Bahan yang digunakan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Time and Motion Study yaitu :
1. Baut 10 buah
2. Mur 10 buah
3. Ring 10 buah
4. Meteran gulung 1 buah
5. Stopwatch 1 buah
6. Lembar Data
7. Alat tulis serta alat bantu lain yang dibutuhkan

1.4 Prosedur Praktikum

Prosedur praktikum Time Motion Study dijelaskan sebagai berikut.

1. Membuat layout tata letak untuk penempatan mur, baut, dan ring.
2. Mengambil dan merangkai menjadi 1 produk (output). Menghitung waktu
pengerjaan mulai start, hingga produk jadi dan menempatkan di pada area
Finish Good sebagai out put.
3. Mengulang aktivitas poin 1 dan 2 sebanyak 10 kali (menyelesaikan 10
produk), menghitung masing-masing pengerjaannya.
4. Mengulang poin 1 sampai 3 dengan 3 tata letak layout yang berbeda.
5. Jika semua data sudah terkumpul, menghitung keseragaman, kecukupan
data, waktu siklus, normal, dan waktu baku.
45
6. Membuat therblig chart, mengukur jarak ke benda dan waktu masing-
masing gerakannya.

46
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Motion Study (Studi Gerakan)

Studi gerakan merupakan salah satu metode pemetaan sistem kerja dengan
menganalisis gerakan anggota badan saat bekerja yang diuraikan dalam elemen-
elemen gerakan.
Analisis bertujuan menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak efektif,
sehingga dapat menghemat waktu kerja, pemakaian peralatan, dan fasilitas kerja.
Salah satu penguraian elemen gerakan yang sering digunakan adalah Therblig yang
dikembangkan oleh Frank dan Lilian Gilbreth.

2.2 Manfaat Motion Study (Studi Gerakan)


Manfaat dari Motion Study ( Studi Gerakan ) dijelaskan sebagai berikut.
1. Memperbaiki kemampuan pekerja karena menerapkan metode yang baik,
penggunaan alat yang baik dan menghentikan kegiatan yang tidak perlu.
2. Life time mesin dapat ditingkatkan.
3. Mengurangi kelelahan pekerja.
4. Mengurangi biaya tenaga kerja karena pemborosan dalam pabrik.

2.3 Tujuh Belas (17) Elemen Gerakan Therblig


Efektif atau tidaknya metode kerja dapat dianalisis denga metode Therblig.
Metode Therblig terdiri atas 17 elemen gerakan. 17 elemen gerakan dasar yang
diteliti oleh Frank B. Gilbert dan Istrinya dijelaskan sebagai berikut.
1. Mencari (search) disimbolkan ‘SH’
Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar pegawai untuk menemukan
lokasi objek, menggunakan mata. Mencari termasuk dalam gerakan Therblig yang
tidak efektif.
Contoh :
a) Mencari letak komputer yang akan digunakan mengetik
b) Menemukan lokasi / letak telepon yang berdering
2. Memilih (select) disimbolkan ‘ST’

47
Gerakan untuk menemukan suatu obyek yang tercampur menggunakan tangan
dan mata, baru berhenti bila obyek sudah ditemukan. Memilih termasuk dalam
elemen gerakan Therblig yang tidak efektif.
Contoh :
a) Mencari sebuah file pada tumpukan berkas
b) Mencari sebuah pena pada kumpulan alat tulis
3. Memegang (graps) disimbolkan ‘G’
Gerakan untuk memegang obyek, biasanya didahului dengan gerakan
menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. Memegang adalah elemen
Therblig yang diklasifikasikan sebagai elemen gerakan efektif yang biasanya tidak
bisa dihilangkan tetapi dalam beberapa hal dapat diperbaiki.
Contoh :
a) Memegang file yang telah ditemukan kemudian membawanya ke meja kerja
4. Reach (menjangkau) disimbolkan ‘RT’
Gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati
maupun menjauhi obyek. Gerakan ini diklasifikasikan sebagai elemen Therblig yang
efektif dan sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari suatu siklus kerja.
Meskipun demikian gerakan ini dapat diperbaiki dengan memperpendek jarak
jangkauan serta memberikan lokasi yang tetap untuk obyek yang harus dicapai
selama siklus kerja berlangsung.
Contoh :
a) Menjangkau mouse komputer ketika menggunakan komputer.
b) Menjangkau benda yang berada lebih tinggi ketika kita ingin mengambil file
diatas lemari.
5. Membawa (move) disimbolkan ‘M’
Gerakan berpindah tangan dimana tangan dalam keadaan dibebani. Elemen
gerak membawa termasuk Therblig yang efektif sehingga sulit untuk dihindarkan.
Tetapi waktu yang digunakan untuk elemen kegiatan ini dapat dihemat dengan cara
mengurangi jarak perpindahan, meringankan beban yang harus dipindahkan, dan
memperbaiki tipe pemindahan beban dengan prinsip gravitasi atau mempergunakan
peralatan material handling.
Contoh:
a) Membawa laptop ke ruang meeting
b) Membawa tumpukan file ke ruang arsip.
6. Memegang untuk memakai (hold) dilambangkan dengan huruf ‘H’
48
Gerakan memegang tanpa menggerakan objek yang sedang dipegang. Elemen
memegang untuk memakai adalah elemen kerja yang efektif yang bisa dihilangkan
dengan memakai alat bantu untuk memegang obyek.
Contoh:
a) Menggunakan komputer ketika mengetik
b) Menghidupkan mesin cetak misalnya printer ketika ingin mencetak berkas.
7. Melepas (release) disimbolkan ‘RL’
Terjadi ketika pegawai melepaskan obyek yang dipegangnya. Berawal dari
pegawai mulai melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya
tidak menyentuh objek lagi. Elemen gerak melepas termasuk elemen Therblig yang
efektif dan dapat diperbaiki.
Contoh:
a) Menutup telepon
b) Meletakkan kunci inggris setelah memperbaiki mesin.
8. Mengarahkan (position) disimbolkan ‘P’
Didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan merakit
(assembling). Misalnya memutar, menggeser ketempat yang diinginkan dan berakhir
pada saat obyek sudah dirakit atau mulai dipakai. Elemen gerak ini termasuk Therblig
yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus diusahakan untuk dihilangkan. Waktu
untuk mengarahkan dapat diefisiensikan dengan mempergunakan alat bantu.
Contoh:
a) Menggeser meja kerja ke dekat dinding
b) Memindahkan printer kedekat komputer kemudian menyambungkannya
dengan komputer.
9. Mengarahkan sementara (preposition) disimbolkan ‘PP’
Elemen gerak menuju pada tempat sementara. Tujuan mengarahkan
sementara adalah mempermudah operator memegang obyek yang akan dipakai
kembali. Mengarahkan sementara adalah elemen gerakan efektif.
Contoh:
a) Memindahkan pena dari tempat pena dan diletakkan dimeja didekat posisi
kita duduk.
b) Meletakkan laptop didepan posisi duduk.
10. Pemeriksaan (inspect) disimbolkan ‘I’
Pekerjaan memeriksa obyek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi
syarat tertentu atau belum. Elemen ini termasuk elemen Therblig yang tidak efektif.
49
Contoh:
a) Memeriksa tinta printer
b) Memeriksa kembali dokumen laporan yang akan diserahkan pada atasan
11. Perakitan (assamble) disimbolkan ‘A’
Gerakan untuk menghubungkan satu obyek dengan obyek lain sehingga
menjadi satu kesatuan. Elemen ini merupakan elemen Therblig yang efektif, dimana
tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi dapat diperbaiki.
Contoh:
a) Menyambungkan mouse pada laptop.
b) Menyambungkan printer pada komputer.
12. Lepas rakit (dissamble) disimbolkan ‘DA’
Gerakan untuk memisahkan dua bagian objek dari satu kesatuan. Elemen ini
termasuk gerakan Therbligh yang efektif.
Contoh:
a) Melepaskan mouse pada laptop ketika selesai digunakan.
b) Melepaskan kabel proyektor dari laptop ketika selesai presentasi.
13. Memakai (use) disimbolkan ‘U’
Gerakan satu tangan atau kedua tangan untuk menggunakan alat. Elemen ini
termasuk dalam gerakan efektif, dimana salah satu atau kedua tangan digunakan
untuk memakai atau mengontrol suatu alat untuk tujuan-tujuan tertentu selama kerja
berlangsung.
Contoh:
a) Mengetik file
b) Menulis menggunakan pena
c) Menstempel suatu berkas, dll.
14. Kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (un avoidable delay) disimbolkan
‘UD’
Kelambatan yang dimaksud adalah kelambatan yang terjadi diluar
kemampuan pengendalian operator. Kondisi ini diakibatkan oleh hal-hal diluar
kontrol dari operator dan merupakan interupsi terhadap proses kerja yang sedang
berlangsung. Elemen ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Ketika ingin mencetak berkas printernya ternyata rusak.
15. Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) disimbolkan ‘AD’
Kelambatan disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu
50
kerja oleh pegawai baik disengaja maupun tidak. Kegiatan ini menunjukan situasi
yang tidak produktif yang dilakukan oleh operator, sehingga perbaikan yang dapat
dilakukan lebih ditujukan kepada operator sendiri tanpa harus merubah proses kerja
lainnya. Elemen ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Pegawai yang sedang mengalami masalah pribadi tidak bisa
berkonsentrasi pada pekerjaannya.
16. Merencana (plan) disimbolkan ‘Pn’
Elemen ini merupakan proses mental dimana operator berhenti sejenak
bekerja dan berpikir untuk mentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan.
Elemen ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Seorang pegawai telah selesai mengerjakan suatu pekerjaannya ia
berencana menyerahkannya kepada atasannya.
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (rest to overcome fatique)
disimbolkan ‘R’
Terjadi pada setiap siklus kerja tetapi secara periodik waktu untuk
memulihkan kembali kondisi badan dari rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-
beda. Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung secara
periodik. Ini termasuk gerakan Therbligh yang tidak efektif.
Contoh:
a) Hari sabtu libur bekerja
b) Adanya waktu istirahat makan siang yang cukup panjang dari jam 12.00
– 13.00
Tabel 2.1 Klasifikasi Gerakan Therbligh berdasarkan Efektivitas Gerakan
Efektif Tidak efektif
Memegang (Graps) Mencari (Search)
Memegang untuk memakai (Hold) Memilih (Find)
Melepas (Released Load) Memeriksa (Inspection)
Kelambatan Tak Terhindar
Menjangkau (Reach)
(Unavoidable Delay)
Kelambatan Dapat Dihindarkan
Membawa dengan beban (Move)
(Avoidable Delay)

Merakit (Assemble) Istirahat Menghilangkan Capek

51
(Rest to Overcome Fatique)

Lepas Rakit (disassemble) Pengarahan semestara (preposition)

Memakai (Use)

Perencanaan ( Plan )
Mengarahkan (Position)

2.4 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan


Peta tangan kiri dan tangan kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk
menemukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang diperlukan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini menggambarkan semua gerakan-
gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan
tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada
tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan. Dalam membuat
peta operator akan lebih efektif kalau hanya 8 elemen gerakan Therbligh berikut ini
yang digunakan, yaitu Reach (RE), Use (U), Grasp (G), Release (RL), Move (M),
Delay (D), Position (P), Hold (H).

2.5 Studi Waktu


Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian
pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.
Peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi
seperti untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata
letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana dkk, 2004 dalam Rohman,
2008). Studi waktu dibagi menjadi waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku,
dimana masing-masing dijelaskan sebagai berikut.

2.5.1 Waktu Siklus (Ws)


Semua kegiatan kerja akan mempunyai waktu dalam pengerjaanya, baik
dihitung menggunakan stopwatch atau perkiraan. Pengukuran waktu siklus
menggunakan stopwatch demi menghitung waktu dari setiap gerakan yang terjadi.
Dimana setiap personil atau operator dapat menghasilkan waktu yang berbeda di
setiap gerakannya, sehingga disini dapat dilihat waktu siklus standar yang dilakukan

52
operator yang mempunyai kemampuan yang baik. Waktu siklus diukur dari rata-rata
waktu pengukuran yang diujikan. Waktu siklus dirumuskan sebagai berikut.

𝛴𝑋𝑖
Ws = (2.1)
𝑁

Dimana:
Ws = waktu siklus
X1 = data pengamatan
N = banyaknya pengamatan

2.5.2 Waktu Normal (Wn)


Syuaib (2012) menyatakan bahwa waktu normal merupakan waktu yang
digunakan oleh seorang pekerja untuk bekerja secara wajar tanpa usaha-usaha yang
berlebihan sepanjang hari kerja, pada sistem dan kondisi lingkungan kerja yang wajar
dan secara alami relatif termudah untuk dikerjakan, dengan prosedur yang umum dan
si pekerja menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Setelah
didapatkan waktu normal, yaitu waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang dianggap
wajar, langkah selanjutnya adalah menentukan waktu baku. Tiga unsur yang belum
ditambahkan sebelum mendapatkan waktu baku adalah dengan menambahkan unsur
kebutuhan pribadi pekerja, menghilangkan rasa lelah dan hambatan-hambatan yang
tidak dapat dihindarkan. Ketiga faktor ini disebut dengan faktor kesulitan. Waktu
normal dihitung menggunakan persamaan berikut.

Wn = Ws x P (2.2)
Dimana :
Wn = waktu normal
Ws = Waktu Siklus
p = faktor penyesuaian (westinghouse)

Nilai p merupakan penilaian subyektif yang didasarkan pada Metode Shummard.


Data yang digunakan dijelaskan sebagai berikut.

53
2.5.3 Waktu Baku (Wb)
Waktu baku (Wb) adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk
bekerja secara wajar pada sistem dan kondisi lingkungan (dengan tingkat kesulitan
tertentu), dengan prosedur yang umum, dan si pekerja menunjukan kesungguhan
dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan kata lain, dimaknai sebagai “waktu
acuan yang dapat dijadikan patokan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara
wajar pada kondisi kerja tertentu. Waktu baku dihitung menggunakan persamaan
berikut.
Wb = Wn + (Wn x i) (3)

Dimana:
Wb = waktu baku
Wn = waktu normal
i = besar kelonggaran

Dalam Sutalaksana, dkk., (2006), penyesuaian dilakukan dengan mengalikan


waktu siklus rata‐rata atau waktu elemen rata‐rata dengan suatu harga P yang
disebut faktor penyesuaian. Metode penyesuaian yang digunakan adalah metode
Westinghouse.
Menurut Sutalaksana (2004), Kelonggaran terdiri dari atas, Pertama,
kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, yang termasuk ke dalam kebutuhan
pribadi seperti minum, kekamar kecil dan bekerja. Besarnya kelonggaran yang
diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda . Kedua,
kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique). Ketiga, kelonggaran
untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan.
Besar kelonggaran (i) dihitung berdasarkan table kelonggaran berikut.

54
55
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Lay Out Tata Letak 1

Gambar 3.1 Lay Out Tata Letak 1


Sumber : Pengolahan Data 2019

Tabel 3.1 Tabel Percobaan Tiap 1 Output untuk Lay Out Tata Letak 1

Perubahan (Xi-
Waktu (s) Xi Xi^2 Xi-Xrat
Ke- Xrat)^2
1 16 256 2,89 8,3521
2 9,3 86,49 -3,81 14,5161
3 16,4 268,96 3,29 10,8241
4 10,1 102,01 -3,01 9,0601
5 11,4 129,96 -1,71 2,9241
6 15,1 228,01 1,99 3,9601
7 11,7 136,89 -1,41 1,9881
8 16,6 275,56 3,49 12,1801
9 11,1 123,21 -2,01 4,0401
10 13,4 179,56 0,29 0,0841
Total 131,1 1786,65 5E-15 67,929
Rata-rata 13,11 178,665 5E-16 6,7929

56
Tabel 3.2 Tabel Sub Grup Lay Out Tata Letak 1

Sub Rata-
Waktu Penyelesaian Berturut-turut Total
Grub rata
1 16 9,3 16,4 10,1 11,4 63,2 12,64
2 15,1 11,7 16,6 11,1 13,4 67,9 13,58
Total 131,1 13,11

Sumber : Pengolahan Data, 2019


3.1.1 Pengujian Data

1. Standar Deviasi
2 𝛴(𝑋𝑖−𝑋𝑟𝑎𝑡)²
σ=√ 𝑁−1

2 67,929
=√ 9−1

= 2,747

𝜎
σX =
√𝑛
2,747
=
√5

= 1,23

2. Batas Kendali Atas dan Batas Kendali Bawah


BKA = Xrat + Z.σX
= 13,11 + 1,64 (1,23)
= 15,57
BKB = Xrat – Z.σX
= 13,11 – 1,64 (1,23)
= 10,65

57
Lay Out 1
20

15
Xi
10 UCL
Xi
5
LCL

0
0 2 4 6 8 10
Periode

3. Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data diambil tingkat ketelitian 5%
𝑍
N’ =[ 𝑠
√𝑁𝛴𝑋𝑖 2 −(𝛴𝑋𝑖)²
𝛴𝑋𝑖
]
1,64

=[ ]
√10(1786,65)−(131,1)²
0,05
131,1
= 42,52
4. Waktu Siklus, Normal, dan Baku
a. Waktu Siklus
𝛴𝑋𝑖
Ws =
𝑁
131,1
= 10
= 13,11
b. Waktu Normal
Faktor penyesuaian (p) dicari dengan metode Shummard, dimana
performance operator dinilai good, maka mendapat nilai 70.
70
P = 60
= 1,17
Wn = Ws x P
= 13,11 x 1,17
= 15,295
c. Waktu Baku
Wb = Wn + (Wn x i)
= 15,295 + (15,295 x 0,19)
= 18,2

58
Uraian Tangan Simbol Waktu Simbol
Uraian Tangan Kanan
Kiri Therblig (Detik) Therblig
Menjangkau Baut RE 0,5 RE Menjangkau Ring
Menggenggam
G 0,3 G Menggenggam Ring
Baut
Membawa Baut
Membawa Ring ke
ke Tempat M 0,3 M
Tempat Perakitan
Perakitan
Mengarahkan Ring ke
Menahan Baut H 0,5 P
Baut
Melepas Genggaman
0,3 A
dari Ring
0,5 RL Menjangkau Mur
0,3 G Memegang Mur
0,41 M Membawa Mur
Memposisikan Mur
0,6 P
pada Baut
Memasukan Mur ke
8 A
Baut
Melepas Genggaman
0,3 RL
dari Mur
Menggenggam Produk
0,3 G
Jadi
Memindahkan Produk
0,5 M Jadi ke Tempat Finish
Good
Melepaskan Produk
0,3 RL
Jadi

Ringkasan
Tangan Tangan
Simbol Jumlah
Kanan Kiri
RE 2 1 3
G 3 1 4
M 3 1 4
H 0 1 1
P 2 0 2
A 2 0 2
RL 3 0 3
Total 15 4 19

59
Ringkasan Waktu
Gerakan
Tangan Tangan Gerakan Tangan Tangan
Simbol Tidak Jumlah
Kanan Kiri Efektif Kanan Kiri
Efektif
RE 2 1 √ 3 Total 11,51 1,6

G 3 1 √ 4 Efektif 1,1 1,1


Tidak
M 3 1 √ 4 10,41 0,5
Efektif
H 0 1 √ 1
P 2 0 √ 2
A 2 0 √ 2
RL 3 0 √ 3
Total 15 4 19

3.2 Layout Tata Letak 2

5 cm
5 cm M R 7 cm

FG B

16 cm 14 cm
20 cm
25 cm

60
Tabel 3.7 Tabel Percobaan Tiap 1 Output
Waktu (s)
Perubahan Ke- Xi^2 Xi-Xrat (Xi-Xrat)^2
Xi
1 10,8 116,64 0,459 0,210681
2 11 121 0,659 0,434281
3 10,8 116,64 0,459 0,210681
4 11,6 134,56 1,259 1,585081
5 11,6 134,56 1,259 1,585081
6 9,7 94,09 -0,641 0,410881
7 9 81 -1,341 1,798281
8 10,11 102,2121 -0,231 0,053361
9 9,6 92,16 -0,741 0,549081
10 9,2 84,64 -1,141 1,301881
Total 103,41 1077,5021 5E-15 8,13929
Rata-rata 10,341 107,75021 5E-16 0,813929

Tabel 3.8 Tabel Subgroups Layout 2


Sub Harga Rata-
Waktu Penyelesaian Total
Groups rata
1 10.8 11.0 10.8 11.6 11.6 55.8
2 9.7 9 10.11 9.6 9.2 47.61
Jumlah 103.41 10.341

3.2.1 Pengujian Data


1. Standar Deviasi

∑(𝑋𝑖−𝑋) ̅̅̅̅̅
2
8,08
σ =√ = √ = 0,95
𝑁−1 9

σ 0,94 0,94
σX = = = 2.24 = 0,419
√𝑁 √5

2. Batas Kendali Atas (BKA) & Batas Kendali Bawah (BKB)


Dengan tingkat keyakinan 95%, maka nilai Z = 1,64
BKA = Xrat + Z . σ
= 10.341 + 1,64
= 10.341 + 0.838
= 11.17
BKB = X - Z . σ
= 10.341 – 1,64 (0,419)
= 10.341 - 0.838
61
= 9.50

Lay Out 2
14
12
10
8
Xi
UCL
6
4 Xi
2 LCL
0
0 2 4 6 8 10
Periode

3. Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data diambil tingkat ketelitian 5%
𝑍
N’ =[ 𝑠
√𝑁𝛴𝑋𝑖 2 −(𝛴𝑋𝑖)²
𝛴𝑋𝑖
]
1,64

=[ ]
√10(1077,5)−(1077,5)²
0,05
103,41
= 8,19
4. Waktu Siklus, Normal, dan Baku
d. Waktu Siklus
𝛴𝑋𝑖
Ws = 𝑁
103,41
= 10
= 10,34
e. Waktu Normal
Faktor penyesuaian (p) dicari dengan metode Shummard, dimana
performance operator dinilai good, maka mendapat nilai 70.
70
P=
60
= 1,17
Wn = Ws x P
= 10,34 x 1,17
= 12,06
f. Waktu Baku
Wb = Wn + (Wn x i)
= 12,06 + (12,06 x 0,19)
= 14,36

62
Simbol Simbol
Uraian Tangan kiri Waktu Uraian Tangan Kanan
Therblig Therblig
Menjangkau Baut RE 0.84 RE Menjangkau Ring
Menggenggam Baut G 0.39 G Menggenggam Ring
Membawa Baut ke Tempat M 0.52 M Membawa Ring ke Tempat
Perakitan Perakitan
Menahan baut H 0.16 P Mengarahkan Ring Ke Baut
0.46 A Memasukkan Ring ke Baut
0.19 RL Melepas Genggaman dari
Ring
1.19 RE Menjangkau Mur
0.12 G Memegang Mur
0.89 M Membawa Mur
0.44 P Memposisikan Mur pada Baut
7.16 A Memasukkan Mur ke Baut
0.11 RL Melepas genggaman dari Mur
Mengenggam Produk Jadi G 0.14
Memindahkan Produk Jadi
M 0.21
Ke
Tempat Finish Good
Melepaskan Produk Jadi RL 0.49

Ringkasan
Tangan
Simbol Tangan Kiri Jumlah
Kanan
RE 1 2 3
G 2 2 4
M 2 2 4
H 1 0 1
P 0 2 2
A 0 2 2
RL 1 2 3
Jumlah 7 12 19

63
Ringkasan Waktu
Gerakan
Tangan Tangan Gerakan Tangan Tangan
Simbol Tidak Jumlah
Kiri Kanan Efektif Kanan Kiri
Efektif
RE 1 2 3 Total 12.47 2.75
G 2 2 4 Efektif 11.87 2.59
Tidak
M 2 2 4 0.60 0.16
Efektif
H 1 0 1

3.3 Layout Tata Letak 3

5 cm
5 cm R M 7 cm

FG B

16 cm 14 cm
20 cm
25 cm

64
Tabel 3.1 Tabel Percobaan Tiap 1 Output

Waktu (s)
Perubahan Ke- Xi^2 Xi-Xrat (Xi-Xrat)^2
Xi
1 11,9 141,61 2,5 6,25
2 10,9 118,81 1,5 2,25
3 8,3 68,89 -1,1 1,21
4 7,6 57,76 -1,8 3,24
5 8,6 73,96 -0,8 0,64
6 8,1 65,61 -1,3 1,69
7 11,7 136,89 2,3 5,29
8 9,6 92,16 0,2 0,04
9 8,7 75,69 -0,7 0,49
10 8,6 73,96 -0,8 0,64
Total 94 905,34 -5E-15 21,74
Rata-rata 9,4 90,534 -5E-16 2,174
Total Waktu 10
126 126 126 126
Baut

Tabel 3.2 Tabel Subgroups Layout 1


Sub Harga Rata-
Waktu Penyelesaian Total
Groups rata
1 16.0 19.3 16.4 10.1 11.4 73.2
2 15.1 11.7 16.6 11.1 13.4 67.9
Jumlah 141.1 14.11
Sumber : Pengolahan Data, 2019

3.3.1 Pengujian Data


1. Standar Deviasi

̅̅̅̅̅
∑(𝑋𝑖−𝑋) 2 21,74
σ =√ = √ = 1,5
𝑁−1 9

σ 1,5
σX = = = 0,7
√𝑁 √5

2. Batas Kendali Atas (BKA) & Batas Kendali Bawah (BKB)


Dengan tingkat keyakinan 95%, maka nilai Z = 1,64
BKA = Xrat + Z . σX
= 9,64 + 1,64 (0,7)
= 10,5

65
BKB = Xrat - Z . σX
= 9,64 – 1,64 (0,7)
= 8,3

Lay Out 3
14
12
10
8
Xi

UCL
6
Xi
4
LCL
2
0
0 2 4 6 8 10
Periode

5. Waktu Siklus, Normal, dan Baku


g. Waktu Siklus
𝛴𝑋𝑖
Ws = 𝑁
94
= 10
= 9,4
h. Waktu Normal
Faktor penyesuaian (p) dicari dengan metode Shummard, dimana
performance operator dinilai good, maka mendapat nilai 70.
70
P = 60
= 1,17
Wn = Ws x P
= 9,4 x 1,17
= 10,97
i. Waktu Baku
Wb = Wn + (Wn x i)
= 10,97 + (10,97 x 0,19)
= 13,05

66
Tabel 3.3 Tabel Faktor Kelonggaran

Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 4,5
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Normal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 7,5 6,7
Keadaan temperatur tempat kerja (Normal) 0-5 4,0
Keadaan atmosfer (Baik) 0 0
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 2,0
Subtotal 17,5
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 1,5
Total kelonggaran 19

Tabel 3.4 Peta Therblig

Simbol Simbol
Uraian Tangan kiri Waktu Uraian Tangan Kanan
Therblig Therblig
Menjangkau Ring RE 1.19 RE Menjangkau Baut
Menggenggam Ring G 0.43 G Menggenggam Baut
Membawa Ring ke Tempat M 0.38 M Membawa Baut ke Tempat
Perakitan Perakitan
Mengarahkan Ring Ke Baut P 0.13 H Menahan Baut
Memasukkan Ring ke Baut A 0.54
Melepas Genggaman dari Ring RL 0.21
Menjangkau Mur RE 0.09
Memegang Mur G 0.15
Membawa Mur M 0.41
Memposisikan Mur pada Baut P 0.51
Memasukkan Mur ke Baut A 7.89
Melepas genggaman dari Mur RL 0.23
Mengenggam Produk Jadi G 0.16
Memindahkan Produk Jadi Ke
M 0.45
Tempat Finish Good
Melepaskan Produk Jadi RL 0.61

67
Ringkasan Peta Therblig

Tabel 3.5 Ringkasan Peta Therblig

Ringkasan
Tangan
Simbol Tangan Kiri Jumlah
Kanan
RE 2 1 3
G 3 1 4
M 3 1 4
H 0 1 1
P 2 0 2
A 2 0 2
RL 3 0 3
Jumlah 15 4 19

Gerakan Efektif Dan Tidak Efektif

Tabel 3.6 Gerakan Efektif dan Tidak Efektif

Ringkasan Waktu
Gerakan
Tangan Tangan Gerakan Tangan Tangan
Simbol Tidak Jumlah
Kiri Kanan Efektif Kanan Kiri
Efektif
RE 2 1  3 Total 2.13 13.38
G 3 1  4 Efektif 2.00 12.74
Tidak
M 3 1  4 0.13 0.64
Efektif
H 0 1  1
P 2 0  2
A 2 0  2
RL 3 0  3
Jumlah 15 4 19

68
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisis Perbandingan Waktu Baku


Tabel 4.1 Analisis Perbandingan waktu baku pada percobaan 1,2 dan 3

Indikator Layout 1 Layout 2 Layout 3


Waktu assembling per produk 12,6 10,1 9,5
Waktu siklus 13,11 10,34 9,4
Waktu normal 15,3 12,06 10,97
Waktu baku 18,2 14,36 13,05
Sumber : Pengolahan Data, 2019

Dari ketiga percobaan diatas maka dapat diketahui bahwa waktu baku yang
paling efektif adalah waktu baku pada percobaan ke 3, yaitu dengan waktu baku
sebesar 13,05 detik. Dan sebaliknya waktu baku yang paling tidak efektif yaitu pada
percobaan 1 dengan waktu sebesar 18,2 detik. Dengan demikian sistem kerja
terbaik dari segi waktu baku adalah dengan layout penempatan part baut, mur, ring,
finish good (layout percobaan 3). Lay out 3 menjadi lay out yang paling efektif,
karena proses pengambilan baut dan ring dapat dilakukan secara bersamaan, selain
itu jarak yang diatur juga lebih dekat.

4.2 Analisis Perbandingan Studi Gerakan


Tabel 4.2 Analisis perbandingan studi gerakan pada percobaan 1,2, dan 3

Indikator Layout 1 Layout 2 Layout 3

Gerakan effective kiri 3 5 11


Gerakan effective kanan
11 6 4
Total gerakan effective
14 11 15
Gerakan ineffective kiri
1 1 2
Gerakan ineffective kanan
2 0 1
Total gerakan ineffective
3 1 3

69
Selisih gerakan effective
dengan gerakan tidak effective 11 10 11
Sumber : Pengolahan Data, 2018

Dari tabel analisa studi gerakan tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah
selisih gerakan Lay out 2 bernilai 10, sedangkan pada lay out 1 dan3 bernilai 11.

70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan praktikum Motion Study yang telah dilakukan yaitu, Lay out terbaik
yaitu lay out 3 dengan nilai waktu normal 9,5 detik; waktu sikus 9,4 detik; dan waktu baku
10,97 detik, dengan selisih efektivitas gerakan yaitu 11.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum assembly baut, mur dan ring sebaiknya


dilakukan pada ruangan yang cukup luas agar terdapat jarak dari masing-masing
kelompok sehingga konsentrasi operator tidak terganggu, selain itu kondisi pencahayaan
ruangan dan kondisi benda kerja yang berkarat lebih diperhatikan agar kecepatan
perakitan produk oleh operator tidak terhambat dikarenakan benda kerja yang sudah
berkarat.

Saran yang dapat diberikan kepada operator dalam perakitan pembuatan baut
adalah sebagai berikut:

a. Operator membuat perencanaan perakitan baut sebelum memulai perakitan


(assembly) agar tidak terjadi pemborosan waktu.
b. Operator menyiapkan dan membersihkan bagian part yang akan dirakit menjadi
baut.
c. Operator merakit baut dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan pada setiap
pemasangan partnya
d. Operator memerhatikan setiap tahap proses perakitan agar didapat data yang
valid.
MODUL 3 LINGKUNGAN KERJA FISIK
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Pada era modern saat ini, masyarakat yang saling berkompetisi dalam bekerja di dalam
ruangan yang sejuk dan dingin atau di luar ruangan yang cenderung lebih panas
dibandingkan dengan bekerja di dalam ruangan. Kondisi lingkungan kerja tersebut
akan mempengaruhi kinerja yang berkaitan keefektifan dan keefisienan pekerja
tersebut, karena kondisi lingkungan kerja merupakan seluruh keadaan yang ada di
sekitar tempat kerja seperti temperatur, sirkulasi udara, kelembaban udara,
pencahayaan, getaran mekanis, kebisingan, aroma-aroma, serta hal-hal lain yang
terkait dengan lingkungan fisik. Hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari
pekerjaan orang tersebut, kondisi tubuh dari pekerja tersebut akan mengalami
perubahan-perubahan secara otomatis menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar ia
melakukan pekerjaan. Tubuh mempunyai batas untuk penyesuaian terhadap suhu di
luar, batas tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi
dingin.
Dengan lingkungan kerja yang baik dan sesuai, maka kinerja dari pekerja akan lebih
maksimal sehingga hasil pekerjaan dapat memuaskan.Oleh sebab itu, sangat
diperlukan kajian lebih lanjut mengenai penyesuaian lingkungan fisik terhadap
pekerja. Untuk mempelajari tentang kondisi lingkungan fisik, maka dilakukan
beberapa percobaan di laboratorium dengan suhu yang berbeda (dingin, normal, dan
panas) untuk mengetahui produktivitas kerja dari operator dalam menghitung data
pada tiga suhu tersebut (dingin, normal, dan panas).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum lingkungan fisik adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidak mengenai perbedaan suhu terhadap
kinerja kerja,
2. Untuk mengetahui tingkat kesalahan dan waktu rata-rata dari kinerja kerja pada suhu
yang berbeda-beda,
3. Untuk mengetahui suhu optimal yang dapat memberikan waktu tercepat dan hasil
penghitungan data yang benar, dan
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mengurangi tingkat ketelitian pada suhu yang
tidak optimal.
BAB II

LANDASAN TEORI

Lingkungan fisik (menurut Moekijat, 1995) adalah sesuatu yang berada di sekitar para
pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara, serta musik yang mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. The Liang Gie (2000) juga
berpendapat bahwa lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang bersama-
sama merupakan suatu suasana fisik yang melingkupi suatu tempat kerja.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan fisik adalah keadaan di sekitar pekerja/operator yang
meliputi: cahaya, warna, siklus udara, kebisingan, suhu, dan temperature yang
mempengaruhi pekerja/operator dalam menjalankan aktivitasnya.
2.1 Kondisi Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Kerja

Berikut beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kerja, antara lain:
1. Temperatur
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi
sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang
disebut dengan suhu tubuh (core temperature). Suhu inti ini diperlukan agar alat- alat
itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah shell
temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang
menunjukkan variasi tertentu.

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal tubuh


(mempunyai kemampuan untuk beradaptasi). Kapasitas untuk beradaptasi inilah
yang membuat manusia mudah untuk mentolerir kekurangan panas secara temporer
yang berjumlah ratusan kilo kalori pada seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh
manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses
konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang
membebaninya. Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur
luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk
kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh. Perbedaan
tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda, yaitu sebagai
berikut (Sutalaksana, 1979):
a. 49 C, temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik
dan mental,
b. 30 C, aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk
membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik,
c. 24 C, kondisi kerja optimum, dan
d. 10 C, kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Hasil penyelidikan didapatkan bahwa produktivitas manusia akan mencapai tingkat
yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24-27°C.
2. Kelembaban
Banyaknya kadar air yang terkandung di dalam udara (dinyatakan dalam %) disebut
kelembaban. Kelembaban sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur
udara. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan
mengakibatkan penguapan panas dari tubuh secara berlebihan (karena sistem
penguapan). Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena
makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.
3. Siklus Udara (Ventilation)
Kotornya udara di sekitar kita dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan
mempercepat proses kelelahan. Udara di sekitar kita mengandung sekitar 21%
oksigen, 0,03% karbon dioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Sirkulasi udara
akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih, agar sirkulasi terjaga
dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang cukup (lewat jendela),
dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan kebutuhan akan oksigen
yang cukup.
4. Pencahayaan (Lighting)
Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang
baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan dan
meningkatkan produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan
pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat
meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih besar. Cahaya
merupakan sumber yang memancarkan energi, sebagaian dari energi diubah menjadi
cahaya tampak.
Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan
kondisi penglihatan yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik akan
memberikan kemudahan bagi seorang operator dalam melihat dan memahami
display, simbol-simbol dan benda kerja secara baik pula. Indra yang yang
berhubungan dengan pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan batasan daya lihat
menusia penting untuk dipahami oleh seorang desainer display.
Penerangan akan mempengaruhi seorang pekerja untuk dapat melihat dengan baik.
Untuk dapat melihat dengan baik maka dibutuhkan suatu penerangan yang baik pula.
Ciri-ciri penerangan yang baik yaitu:
a. Sinar / cahaya yang cukup,
b. Sinar / cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan,
c. Kontras yang tepat,
d. Kualitas pencahayaan (brightness) yang tepat, dan
e. Pemilihan warna ruangan yang tepat.
5.Sumber Pencahayaan
Beberapa sumber pencahayaan yang umumnya dikenal yaitu :
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sumber pencahayaan ini kurang efektif karena matahari tidak dapat memberikan
intensitas cahaya yang tetap. Untuk pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela
yang besar, dinding kaca, dinding yang banyak dilubangi. Untuk mendapatkan
pencahayaan alami yang cukup pada suatu ruangan diperlukan jendela sebesar 15 –
20% dari luas lantai. Keuntungan dari penggunaan sinar matahari sebagai sumber
cahaya adalah pengurangan terhadap energy listrik.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar
penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:

- Variasi intensitas cahaya matahari


- Distribusi dari terangnya cahaya
- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
- Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya
alami. Fungsi pokok pencahayaan buatan di lingkungan kerja yaitu :
- Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
- Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
- Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
- Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
- Meningkatkan lingkungan visual nyaman dan meningkatkan prestasi.
6.Kebisingan (Noise)
Salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh telinga adalah kebisingan, karena dalam jangka
panjang bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran
dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Dalam kaitan ini kebisingan memiliki efek yang berbeda
terhadap kinerja. Definisi ini dapat meliputi variasi yang luas dari situasi bunyi yang dapat merusak
pendengaran. Suara radio tetangga bisa anda anggap sebagai bising/mengganggu karena musik
yang mereka senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda.

Bising juga berasal dari dunia sekitar yang bisa benar-benar merusak indra pendengaran. Ada
pengaruh kebisingan pada produktivitas khususnya untuk pekerjaan yang rumit dan memerlukan
konsentrasi penuh. Ada tiga aspek yang menetukan kualitas bunyi yang menentukan tingkat
gangguan terhadap manusia yaitu:

f. Lama waktu bunyi tersebut terdengar,


g. Intensitas biasanya diukur dengan desibel (dB) yang menunjukan besarnya arus energi per satuan
luas, dan
h. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah gelombang suara yang sampai ditelinga seseorang setiap
detik (Hz).
Peralatan kerja bertenaga listrik maupun mekanis yang konvensional, seperti misalnya gergaji
lingkar (circular saws), drill, gerinda, pengencang mur-baut dan lainnya yang sejenis, akan
menghasilkan tingkat kebisingan yang dapat menimbulkan masalah serius bagi indera pendengaran
kita bahkan dapat menyebabkan ketulian atau yang disebut dengan Noise Induced Deafness.
Sumber kebisingan dapat berupa apa saja, mulai dari mesin-mesin dipabrik (suara bernada tinggi
dari mesin bubut, suara hempasan dari mesin tekan), suara “klik“ dari keyboard, pesawat yang
melintas diangkasa, lalu-lintas dijalan raya (kendaraan bermotor).

Pada prinsipnya kebisingan merupakan suara yang mengganggu atau suara yang tidak dikehendaki
oleh yang mendengarnya. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras atau
lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber
bunyi tersebut.
7. Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat mengganggu konsentrasi
pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
8.Getaran Mekanis
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan getaran-getaran
osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang bergetar dan memajani pekerja melalaui
transmisi. Adapun besar getaran ditentukan oleh:
i. Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari vibrasi.
j. Mekanika input indenpen, yaitu tahanan yang diberikan oleh struktur tubuh terhadap getaran.

Getaran dapat didefinisikan dalam beberapa arti, seperti : osilasi mekanik, gerakan partikel di
sekitar equilibrium (salah satu bagian otak) yang memberikan efek pada kesehatan, kenyamanan,
dan performance dari seseorang. Getaran dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas getaran itu
sendiri. Frekuensi diukur dengan hertz (Hz) dan intensitas getaran dapat diukur dengan berbagai
cara misalnya : tinggi amplitudo, akselerasi, kecepatan dan tinggi penempatan getaran (Pulat,
1996).
Ada beberapa istilah umum yang digunakan dalam Vibrasi, antara lain:
a. Osilasi, osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi
keseimbangannya,
b. Frekuensi, frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya osilasi dalam setiap detik,
c. Amplitudo, amplitudo adalah simpangan penuh yang terjadi ketika bergetar,
d. Periode, periode didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan satu osilasi
penuh,
e. Resonansi, resonansi adalah keadaan tertentu yang terjadi pada suatu benda ketika padanya datang
stimulus berupa gaya periodik yang frekuensinya sama dengan frekuensi alamiah benda yang dapat
bergetar itu,
f. Akselerasi, akselerasi sering disebut percepatan atau perlajuan,
g. Kecepatan, kecepatan itu sendiri dapat diartikan sebagai satuan yang dibutuhkan suatu benda untuk
berpindah tempat sejauh satu meter dalam satu detik, dan
h. Intensitas, intensitas dapat diartikan banyaknya osilasi dalam jarak yang sama. Seperti
yang dijelaskan di awal konsep, getaran mekanis dapat memberikan efek kepada kesehatan,
kenyamanan, dan performance dari seseorang.

2.2 Lingkungan Kerja

Menurut Mardiana (2005), Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan
pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat
mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja,
maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu
kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja
tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja
antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Lingkungan kerja
(menurut Nitisemito, 2001) adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas- tugas yang diembankan.

Telah dikatakan sebelumnya bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak optimal dapat
memberikan beban tambahan kepada operator dalam menjalankan aktivitasnya yang jelas akan
sangat mempengaruhi hasil kerjanya. Sebaliknya lingkungan kerja yang optimal, yang meliputi
pencahayaan yang optimal, siklus udara yang baik, serta tingkat kebisingan yang relative kecil akan
meningkatkan etos kerja dan motivasi operator yang nantinya diharapkan dapat memberikan hasil
yang optimal.

Lingkungan kerja dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial dan kedua-
duanya saling keterkaitan terhadap kesehatan fisik dan emosional operator. Lingkungan fisik
mencakup pencahayaan, kebisingan, siklus udara, suhu dan temperatur, kondisi bangunan, dan
sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan emosi antara operator itu sendiri baik dengan
rekan kerja maupun dengan atasan serta tingkat ketelitian (Nitisemito, 2001).

2.3 ANOVA (Analysis of Variances).

Teknik statistik yang memungkinkan kita untuk mengetahui apakah dua atau lebih mean populasi
akan bernilai sama dengan menggunakan data dari sampel masing-masing populasi disebut dengan
analisis varians. Akan tetapi, biasanya analisis varians lebih efektif digunakan untuk menguji tiga
atau lebih populasi. Tentunya jumlah variabel yang berkaitan dengan sampel bisa satu atau lebih.

Dalam terjemahan Bahasa Indonesia, ANOVA adalah “sidik ragam” atau “analisis ragam”, pertama
kali diperkenalkan oleh R.A. Fisher pada tahun 1925 yang kemudian dianugerahi gelar Baronet
oleh Ratu Inggris.

Sidik ragam merupakan pengembangan dari uji t untuk dua sampel bebas. Jadi, ANOVA
dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata lebih dari dua macam
perlakuan atau lebih. Bila tetap dipergunakan uji t untuk membandingkan lebih dari nilai rata-rata
akan memerlukan banyak uji secara terpisah. Hal akan menjemukan dan kemungkinan akan
menjadi besarnya galat jika uji itu dilakukan berulang-ulang. Perlakuan dalam statistika tidak harus
memberikan sesuatu terhadap unit eksperimen, tetapi dapat berbentuk seperti jenis kelamin, ras,
umur, waktu siang dan malam serta yang lainnya. Pada ANOVA jumlah kuadrat total dibagi
menjadi komponen-komponen berdasarkan sumber keragaman yang diketahui. ANOVA dapat
dikelompokkan menjadi ANOVA satu arah dan ANOVA dua arah.

1.ANOVA satu arah adalah ANOVA yang terdiri atas satu peubah bebas atau faktor dengan taraf
lebih dari dua. Sampel dibagi menjadi beberapa kategori dan ulangan. Komponen-komponen Tabel
Analisis Variansi satu arah dapat dijelaskan pada persamaan-persamaan Tabel 2.2 sebagai berikut

Tabel 2.2 ANOVA Ekaarah (Satu Arah)


Sumber: Walpole, Ronald E. 1995. hal. 532

dimana: k : banyaknya kolom


N : banyaknya pengamatan keseluruhan data
n : banyaknya ulangan di kolom ke-i
JKT : jumlah kuadrat total
2. ANOVA 2 Arah tanpa interaksi
Dalam kategori, terdapat blok/sub-kelompok sebagai berikut: Kolom :
kategori-1
Baris : blok, kategori-2
Setiap sel berisi satu data. Apabila terdapat himpunan data random yang saling independent, dan
tidak ada faktor yang mempengaruhi, maka data tersebut akan bervariasi terhadap meannya. Pada
data random yang dipengaruhi oleh suatu faktor, variasi terhadap pengaruh faktor ikut
berkontribusi.

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.9 Pengumpulan Data


3.1.1 Layout Perakitan
Gambar 3.1 Layout Assembly

3.1.2 Material Objek Perakitan


Berikut ini adalah beberapa material pada objek perakitan praktikum
Lingkungan Kerja Fisik ini diantaranya :
Tabel 3.1 Bill Of Material

Nama Material Jumlah


Besi Penghantar 10
Cover Steker 1 5
Cover Steker 2 5
Mur 5
Baut 5

3.1.3 Peta APC (Assembly Process Chart)


Dalam praktikum yang sudah dilakukan yaitu merakit stekker, peta proses
perakitannya adalah sebagai berikut :

Cover Steker 2 Mur Baut Besi Pengantar Cover Steker 1

Merangkai

SA 1
Merangkai

SA 2

Merangkai

SA 3

Merangkai

Stek
er

Gambar 3.2 Peta APC

Sumber : Pengolahan Data, 2019

3.1.4 Kondisi Ruangan


Dibawah ini adalah tabel kondisi percobaan pada praktikum Lingkungan Kerja Fisik
yaitu :
Tabel 3.2 Kondisi Lingkungan Kerja
Kondisi Suhu (°C) Cahaya Kebisingan (dB)
1 20 Terang 87.9
2 25 Gelap 86.7
3 30 Redup 86.8

Sumber Pengolahan Data,2019

3.1.5 Waktu Pengerjaan

Tabel 3.3 Data Waktu Pengerjaan Percobaan 1

Suhu 𝟐𝟎𝒐 ,kebisingan rendah dan cahanya rendah


Kondisi 2
Percobaan Waktu (detik)
1 87
2 36
3 49.3
4 76
5 39
Total 287.3
Rata-rata 57.46

Sumber Pengelohan Data,2019


Tabel 3.4 Data Waktu Pengerjaan Percobaan 1

Suhu 𝟐𝟓𝒐 ,kebisingan sedang dan cahaya sedang

Kondisi 2
Percobaan Waktu (detik)
1 43
2 47
3 55
4 25
5 41
Total 211
Rata-rata 42.2

Sumber Pengelohan Data,2019

Tabel 3.5 Data Waktu Pengerjaan Percobaan 1

Suhu 𝟑𝟎𝒐 ,kebisingan tinggi dan cahanya tinggi

Kondisi 3
Percobaan Waktu (detik)
1 35
2 32
3 28
4 27.7
5 31.7
Total 154.4
Rata-rata 30.88

Sumber Pengelohan Data,2019


3.10 Pengolahan Data

Percobaan 1 (Suhu 𝟐𝟎𝒐 ,kebisingan rendah dan cahanya rendah )

a.Waktu Siklus

∑𝑋𝑖 287,3
Ws = =
𝑁 5

= 57,46

b.Waktu Normal

Faktor penyesuaiannya (p) dicari dengan menggunakan metode Shummard,dimana performance


operator diniai fair+ ,maka mendapat nilai 55.

P = 55/60 = 0,91
Wn = Ws x p
= 57,46 x 0,91
= 52,28 detik

c.Waktu Baku

Faktor kelonggaran (allowance) yang diberikan kepada pekerja berdasarkan tabel faktor
kelonggaran seperti yang dijelaskan sebagai berikut yaitu.
Tabel 3.6 Tabel Faktor Kelonggaran

Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 3,0
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Normal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 7,2
7,5
Keadaan temperatur tempat kerja (Rendah) 0 - 13 10
Keadaan atmosfer (Cukup) 0-5 3,0
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 3,0
Subtotal 26,5
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 2,5
Total kelonggaran 29,0

Wb = Wn + (Wn x i)
= 52,28 + (52,28 x 29%)
= 67,74 detik

Percobaan 2 (Suhu 𝟐𝟓𝒐 ,kebisingan sedang dan cahanya sedang )

a.Waktu Siklus

∑𝑋𝑖 211
Ws = =
𝑁 5

= 42,2

b.Waktu Normal
Faktor penyesuaiannya (p) dicari dengan menggunakan metode Shummard,dimana
performance operator diniai fair+ ,maka mendapat nilai 55.
P = 55/60 = 0,91
Wn = Ws x p
= 42,2 x 0,91
= 38,4
c.Waktu Baku

Faktor kelonggaran (allowance) yang diberikan kepada pekerja berdasarkan tabel faktor
kelonggaran seperti yang dijelaskan sebagai berikut yaitu

Tabel 3.7 Tabel Faktor Kelonggaran

Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 3,0
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Nomal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 7,0
7,5
Keadaan temperatur tempat kerja (Sedang) 13 - 22 14,7
Keadaan atmosfer (Cukup) 0-5 3,0
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 2,0
Subtotal 31,2
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 2,0
Total kelonggaran 33,2

Wb = Wn + (Wn x i)
= 38,4 + (38,4 x 33,2%)
= 51,14 detik

Percobaan 2 (Suhu 𝟑𝟎𝒐 ,kebisingan Tinggi dan cahanya Tinggi )

a.Waktu Siklus

∑𝑋𝑖 154,4
Ws = =
𝑁 5

= 30,88

b.Waktu Normal
Faktor penyesuaiannya (p) dicari dengan menggunakan metode Shummard,dimana
performance operator diniai fair+ ,maka mendapat nilai 55.
P = 55/60 = 0,91
Wn = Ws x p
= 30,88 x 0,91
= 28,1

c.Waktu Baku

Faktor kelonggaran (allowance) yang diberikan kepada pekerja berdasarkan tabel faktor
kelonggaran seperti yang dijelaskan sebagai berikut yaitu.

Tabel 3.8 Tabel Kelonggaran

Kelonggaran (%)
Faktor Kelonggaran
Ref Yang diambil
Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) 0,0 - 6,0 3,0
Sikap kerja (Duduk) 0,0 - 1,0 0,3
Gerakan Kerja (Normal) 0 0
Kelelahan mata (Pandangan yang hamper terus menerus) 6,0 – 6,8
7,5
Keadaan temperatur tempat kerja (Tinggi) 5 - 40 25,0
Keadaan atmosfer (Cukup) 0-5 3
Keadaan Lingkungan (Siklus kerja berulang antara 0-5 detik) 1-3 2,0
Subtotal 41,1
Kebutuhan pribadi 0 - 2,5 2,0
Total kelonggaran 43,1

Wb = Wn + (Wn x i)
= 28,1 + (28,1 x 43,1%)
= 56,63 detik
3.2 Perbandingan Waktu Baku Dari Setiap Percobaan
Berdasarkan perhitungan waktu baku yang telah dilakukan percobaan 1, 2 dan 3 dapat
dibuat diagram perbandingannya yaitu :

Perbandingan Waktu Baku


80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
Percobaan 1 2 3
Waktu (detik) 67,74 51,14 56,53

Percobaan Waktu (detik)


BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisis Perbandingan Waktu

Tabel 4.1 Analisis Perbandingan waktu pada percobaan 1,2 dan 3

Percobaaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

Indikator (Suhu 30º, (Suhu 25º, (Suhu 20º,


Kebisingan Tinggi, Kebisingan Sedang, Kebisingan Rendah,
Cahaya Terang) Cahaya Sedang) Cahaya Redup)

Waktu Pengerjaan 154,4detik 211 detik 287,3 detik

Waktu siklus 30,88detik 42,2detik 57,46 detik

Waktu normal 28,1detik 38,4 detik 52,28detik

Waktu baku 56,63detik 51,14detik 67,74 detik

Sumber : Pengolahan Data, 2018

Dari ketiga percobaan diatas maka dapat diasumsikan bahwa waktu baku yang
paling efektif adalah waktu baku pada percobaan ke 2, yaitu dengan waktu baku sebesar
51,14 detik. Dan sebaliknya waktu baku yang paling tidak efektif yaitu pada percobaan 3
dengan waktu sebesar 67,74 detik. Dengan demikian lingkungan kerja terbaik dari segi
waktu baku adalah percobaan kedua dengan suhu 20 º, kebisingan rendah , dan cahaya
redup.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut.
1. Operator 1 tidak ada pengaruh iklim terhadap kinerja kerja karena H0 diterima, sedangkan terdapat
pengaruh iklim terhadap kinerja kerja untuk operator 2 karena H 0 ditolak .
2. Pada suhu dingin waktu rata-rata operator 1 adalah 33,21 detik dan memiliki tujuh kesalahan, dan
waktu rata-rata dari operator 2 adalah 40,82 detik dan memiliki tujuh kesalahan. Pada suhu panas
waktu rata-rata dari operator 1 adalah 30,66 detik dan mempunyai sembilan kesalahan, dan waktu
rata-rata dari operator 2 adalah 35,56 detik dan mempunyai lima kesalahan. Pada suhu normal
waktu rata-rata operator 1 adalah 31,39 detik dan mempunyai sepuluh kesalahan, dan waktu rata-
rata dari operator 2 adalah 33,78 detik dan mempunyai tiga kesalahan.
3. Perbedaan suhu sangat mempengaruhi optimalnya operator dalam bekerja, ini dapat dilihat
pada suhu dingin kerja operator 1 lebih optimal dibandingkan dengan suhu normal dan panas.
Operator 1 melakukan tujuh kesalahan dan memiliki waktu rata-rata sebesar 33,21 detik sedangkan
operator 2 memiliki kinerja yang optimal pada suhu normal yaitu melakukan tiga kesalahan dan
memiliki waktu rata-rata 33,78 detik, ini lebih baik dibandingkan dengan di suhu panas dan normal.
4. Berdasarkan pengolahan data dan analisa pada bab sebelumnya, kedua operator tidak
melakukan kinerja yang optimal pada ruangan dengan suhu panas, ini di karenakan panas di dalam
ruangan mengakibatkan ketelitian operator terganggu oleh faktor-faktor yang mengurangi
efektifitas kerja, seperti kebisingan, panas, bau- bau, ruangan sempit sehingga pengap dan sesak

5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


1. Dalam praktikum suhu dalam ruangan sebaiknya diukur dengan memperlihatkan hasil
pengukuran suhu tersebut kepada praktikan agar data yang dilaporkan lebih valid sehingga
benar-benar berpengaruh pada aktivitas kerja.
MODUL 3 ANTROPOMETRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang

Prinsip-prinsip ergonomi, pengetahuan dan data dapat diterapkan secara efektif untuk desain
produk, pekerjaan, dan tempat kerja yang optimal dan juga aman dalam organisasi industri. Kinerja
manusia dapat ditingkatkan secara signifikan dengan menerapkan rpinsip-prinsip tersebut. Dalam
desain sistem kerja di industri manufaktur, perhatian utama biasanya adalah peningkatan kinerja
peralatan saja. Sedikit pertimbangan diberikan terhadap kesesuaian kemampuan operator dengan
persyaratan tugas. Akibatnya, banyak stasiun kerja industri dirancang dengan buruk, sehingga
produktivitas pekerja lebih rendah dan cedera yang tidak perlu di tempat kerja.
Oleh karena itu, dalam merancang sistem kerja manufaktur, perancang tidak hanya harus
berupaya memaksimalkan produktivitas pekerja, tetapi juga mencoba meningkatkan kepuasan
pekerja dan meminimalkan bahaya keselamatan. Dimungkinkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan melalui penerapan prinsip-prinsip ergonomi dan data antropometrik yang tepat.
Pendekatan ergonomi untuk desain workstation industri berusaha untuk mencapai keseimbangan
yang tepat antara kemampuan pekerja dan persyaratan kerja. Meskipun penting, sistem kerja
manufaktur yang dirancang buruk umumnya ditemukan di industri.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Antropometri ini adalah sebagai berikut:
5. Mampu melakukan pengurukuran dimensi tubuh dengan mengugunakan alat bantu
bangku Antropometri.
6. Mampu mengolah datan dengan menggunakan pendekatan statistic
7. Mampu mengaplikasikan data hasil pengukuran dimensi tubuh
8. Mampu memahami konsep perancnagan lat dengan perhitungan persentil.

1.5 Alat & Bahan yang digunakan


1. Kursi antropometri
2. Meteran
3. Seperangkat alat ukur dimensi tubuh
4. Alat tulis & form dat
BAB II

LANDASAN TEORI

Antropometri adalah cabang ergonomi yang berhubungan dengan bentuk dan ukuran tubuh.
Orang memiliki ukuran yang berbeda dan ada kebutuhan untuk memperhitungkan variasi
karakteristik fisik ini setiap kali ada sesuatu yang dirancang untuk mereka gunakan, dari sesuatu
yang sederhana seperti pensil hingga sesuatu yang kompleks seperti kursi atau mobil. Lebih
tepatnya, Antropometri dapat didefinisikan sebagai pengukuran manusia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengukuran antropometrik termasuk perbedaan gender, perbedaan etnis,
pertumbuhan dan perkembangan, penuaan, kelas sosial dan pekerjaan dll. Tabel antropometri
memberikan pengukuran bagian-bagian tubuh yang berbeda untuk pria dan wanita, dan dipecah
menjadi berbagai negara, dan kelompok umur. Oleh karena itu, saat mendesain produk atau tempat
kerja, pertama-tama perlu mengetahui dengan tepat untuk siapa desain dilakukan. Kelompok
orang yang melakukan perancangan dilakukan disebut 'populasi pengguna'. Dalam konteks ini,
Antropometri dianggap sebagai ilmu yang mengukur kisaran ukuran tubuh dalam populasi
pengguna.

2.4 Pengelompokan Ergonomi menurut bidang penelitiannya

Menurut (Sutasulaksana 1979), dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasi penelitian Ergonomi
dapat dikelompokan dalam 4 bidang penelitian, yaitu :

 Penelitian tentang Display


Display adalah alat yang menyajikan informasi tentang lingkungan yang dikomnikasikan
dalam bentuk tanda-tanda atau lambing-lambang, displau dibagi menjadi 2 bagian yaitu
Display Statis dan Display Dinamis
Display Statis adalah adalah display yang memberikan informasi tanpa dipengaruhi oleh
variable waktu misalnya peta. Sedangkan display dinamis adalah display yang dipengruhi
oleh variable waktu misalnya spidometer yang memberikan infirmasi kecepatan kendaraan
dalam segala kondisi.
 Penelitian tentang kekuatan fisik manusia
Penelitian ini mencakup mengukur kekuatan daya fisik amnusia ketika bekerja dan
mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancangn agar sesuai dengan
kempapuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas terserbut penelitian ini merupakan
bagian dari biomekanik
 Penelitian tentan Ukuran & Dimensi dari tempat kerja
Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan ukuran tempat kerja yang sesuai degna ukuran
tubuh manusia, dipelajari dalam antropometri.
 Penelitian tentang lingkungan fisik
Penelitian ini berkenaan dengan pernancangan kondoso lingkungan dfisi dari ruangan dan
fasilitias-fasilitas dimana manusia berkerja. Hal ini meliputi pernacnagan cahaya sura waena
temperature kemebabab, bau-bauan dan geteran pada suatu fasilitas kerja. Masalah ini kan
dibahas lebih jelas pada praktikum kerja fisik.

2.2 Antropometri
Istilah antropometri berasal dari kata “anhtropos (man)” yang berarti manusia dan “metron
(measure)” yang berate ukuran (Bridger, 1995). Secara definitive antropometri dapat dinyatakan
sebagai suati studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi manusia. Antropometri secara lkuas
digunakan untuk pertimbagnan ergonomis dalam suatu perancangan produk maupun system kerja
yang memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomic dalam suatu konsep rancang bangun
fasilitas merupkan factor penting dalam menunjang penginkaran pelayanan produksi. Setiap desain
produk, baik produk yang sederahan maupun produk yang komplek harus berpedoman kepada aspek
antropometri pemakainya. Menurut Sanders & McCormicck (1987): Pheasant (1988), dan Pulat
(1992), antropometri adalah pengurukuran dimensi tubuh atau karakterisktik fisik tubuh lainya yang
relecan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.

Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomic sebagai data
antropomteri yang di aplikasikan (sutasulaksana, 1979 dan Sritomo, 1995) yaitu :
1. Perancangan oriduk bagi individu dengan ukuran ekstrim
Contoh : penetapan ukuran minimal dari lebar ringgi dari pintu darurat
2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antra rentang ukuran tertentu
Contoh : perancngan kursi mobil yang leraknya bisa digeser maju dan mundur, dan sudur
sandarannyapun bisa diubah-ubah
3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata
Contoh desain fasilitas umum seperti toilet umum

Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimim dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi
maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah factor-faktor seperti Panjang dari suaru dimensi
tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang diamati adalah seperti berat dan
pusat massa (center of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, ebntuk tubuh, jarak untuk
pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki, dll.

2.3 Faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia

1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkuran ukuran tubuhnya saat
berumur 60 tahun
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya prian memiliki tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul
3. Suku bangsa (ethnis )
Variasi dimensi terjadi karena di pengaruhi etnis.
4. Pekerjaan
Aktifitas kerja sehari-hari juga akan meneybabkan perbedaan ukuran tubuh manusia

Faktor khusus :
1. Cacat tubuh
Data antropometriakan diperlukan untuk perncangan produk bagi orang yang cacat
2. Tebal tipis pakaian, dikarenakan factor iklim yang berbeda akan memberkan varias yang
berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian, artinya dimensi orang akan
berbeda dalam satu tempat dan lainnya.
3. Kehamilan
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh dan tentu saja
memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segementasi seperti
itu.

2.4 Metoda perancangan dengan Antropometri


Beberapa metode & tahapan nya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan perancngan dan kebutuhannya
2. Medefiniskan dan mendeskripsikan
3. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya
4. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil)
5. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang
akan dipakai
6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai
7. Pengambilan data
8. Pengolahan data
a. Uji kecukupan data
b. Uji kenormalan data
c. Uji keseragaman data
d. Perhitungan persentil data
9. Visualisasi rancangan yang memperhatikan
a. Posisi tubuh secara normal
b. Kelonggran (pakaian & ruang)
c. Variasi gerak

2.5 Posisi pengukuran Dimensi


Adapun posisi-posisi pada saat pengukuran yang diambil ketika praktikum adalah sebagai
berikut
1. pengukuran tubuh posisi berdiri tegak
No. Data Yang Diukur Cara Pengukuran
1 Tinggi Badan Berdiri (TBB) Jarak vertical kaki sampai ujung kepala
yang paling atas, sementara subjek berdiri
tegak dengan mata memandang lurus ke
depan.
2 Tinggi Jangkauan Tangan Tangan menjangkau ke atas tinggi –
(TJT) tinggi. Ukur jarak vertical lantai sampai
ujung jari tengah pada saat subjek berdiri
tegak.
3 Jangkauan Tangan (JT) Ukur jarak horizontal dari punggung
sampai ujung jari tengah, subjek berdiri
tegak dengan betis, pantat dan punggung
merapat ke dinding, tangan direntangkan
secara horizontal ke depan.
4 Rentang Tangan (RT ) Ukur jarak horizontal dari ujung jari
terpanjang tangan kiri sampai ujung jari
terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri
tegak dan kedua tangan direntangkan
horizontal ke samping sejauh mungkin.
5 Tebal Badan (TB) Subjek berdiri tegak, ukur jarak dari dada
( bagian hulu hati ) sampai punggung
secara horizontal.
2. Pengukuran posisi duduk

No. Data Yang Diukur Cara Pengukuran


1 Tinggi duduk tegak (TDT ) Ukur jarak vertical dari permukaan alas
duduk sampai ujung atas kepala. Subjek
duduk tegak dengan memandang lurus ke
depan, dan lutut membentuk sudut siku –
siku.
2 Tinggi mata duduk (TMD) Ukur jarak vertical dari permukaan alas
duduk sampai ujung mata bagian dalam.
Subjek duduk tegak dan memandang lurus
ke depan.
3 Lebar sandaran (LS ) Ukur jarak horizontal antara kedua tulang
belikat, subjek duduk tegak dengan lengan
atas merapat ke badan dan lengan bawah
direntangkan ke depan.
4 Siku ke siku (SKS ) Subjek duduk tegak. Subjek duduk tegak
dengan lengan atas merapat ke badan dan
lengan bawah direntangkan ke depan.
Ukur jarak horizontal dari bagian terluar
siku sisi kiri sampai bagian terluar siku sisi
kanan.
5 Lebar pinggul (LP) Subjek duduk tegak. Ukuran jarak
horizontal dari bagian terluar pinggul sisi
kiri sampai bagian terluar pinggul sisi
kanan.
6 Tinggi sandaran (TS) Subjek duduk tegak. Ukur jarak vertical
dari permukaan alas sampai pucuk belikat
bawah.
7 Panjang Sandaran (PS) * Subjek duduk tegak. Ukur jarak vertical
dari pucuk belikat bawah sampai pangkal
bahu.
8 Tinggi siku duduk (TSD) Ukur jarak vertical dari permukaan alas
duduk sampai ujung bawah siku kanan.
Subjek duduk tegak dengan lengan atas
vertical di sisi badan dan lengan bawah
membentuk sudut siku – siku dengan
lengan bawah.
9 Tinggi popliteal (TPL) Ukur jarak vertical dari lantai sampai
bagian bawah paha.
10 Pantat popliteal (PPL) Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal
dari bagian terluar pantat sampai lekukan
lutut sebelah dalam ( popliteal ). Paha dan
kaki bagian bawah membentuk sudut siku
– siku.
11 Pantat ke lutut ( pkl )** Subjek duduk tegak, ukur jarak horizontal
dari bagian terluar pantat sampai ke lutut.
Paha dan kaki bagian bawah membentuk
sudut siku – siku.
3. Pengukuran Dimensi Tangan ( Jari )

No. Data Yang Diukur Cara Pengukuran


1 Panjang jari 1,2,3,4,5 Diukur dari masing – masing pangkal ruas
( pj 1,2,3,4,5 ) jari sampai ujung jari. Jari – jari subjek
merentang lurus dan sejajar.
2 Pangkal ke tangan ( pkt ) Diukur dari pangkal pergelangan ke
tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan
bawah sampai tangan subjek lurus.
3 Lebar jari 2,3,4,5 ( lj ) Diukur dari sisi luar jari telunjuk sampai
sisi luar jari kelingking. Jari – jari subjek
lurus dan merapat satu sama lain.
4 Lebar telapak tangan ( ltt ) Dikur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar
jari kelingking posisi jari seperti No.3
5 Panjang telapak tangan Diukur dari ujung jari tengah sampai
( ptt ) pangkal pergelangan tangan.
4. Pengukuran Dimensi Kaki

No. Data Yang Diukur Cara Pengukuran


1 Panjang telapak kaki ( ptk ) Diukur dari ujung telapak ibu jari kaki
sampai ujung tumit.
2 Panjang telapak lengan kaki ( Diukur dari telapak kaki atas yang paling
ptlk ) lebar di bawah jari kaki sampai tumit.
3 Panjang kaki sampai jari Diukur dari ujung telapak jari kelingking
kelingking ( pksjk ) sampai tumit.
4 Lebar kaki ( lk ) Diukur pada telapak kaki bagian atas yang
paling lebar.
5 Lebar tangkai kaki ( ltk ) Diukur pada telapak kaki bagian bawah (
tumit ) yang paling lebar.
6 Tinggi mata kaki ( tmk ) Diukur dari mata kaki sampai ke telapak
kaki tempat berpijak.
7 Tinggi bagian tengah telapak Diukur dari permukaan kaki yang paling
kaki ( tbttk ) tinggi ( tebal ) sampai telapak kaki tempat
berpijak.
8 Jarak horizontal tangkai mata Diukur dari mata kaki ke belakang atas
kaki ( jhtmk ) tumit tegak lurus dengan tumit.

5. Pengukuran Dimensi Kepala


Untuk pengukuran dimensi kepala dapat dilakukan dengan mengukur langsung dimensi
kepala yang akan diukur menggunakan meteran jahit dan mistar atau untuk bagian tertentu
harus digambar terlebih dahulu menggunakan fleksible curve. Bagian dimensi kepala dapat
dilihat pada gambar antropometri kepala.
Adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

No. Data Yang Diukur Cara Pengukuran


1 Lebar kepala (LKA) Diukur kepala bagian belakang atas yang
paling besar dari kiri ke kanan secara tegak
lurus dari sisi samping kiri dan kanan.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.11 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan metode yang dibahasa pada bab sebelumnya.
Dimana dilakukan pengukuran langsung menggunakan alat bantu ukur terhadap 2 subject ( 2
wanita) dengan postur badan yang berbeda. Adapun data dan hasil olah data akan di tampilkan
pada tabel 3.1.

3.12 Pengolahan Data

Beberapa pengolahan data yang dilakukan pada data antropometri (Nurmianto, 1996 &
Tayyari) adalah :

1. Kecukupan Data

K= Tingkat kepercayaan ( 95% = 2)


S =Derajat ketelitian = 0.05
X = rata-rata
N = banyaknya data

2. Keseragaman data

Batas Kontrol Atas & Batas control bawah (BKA/BKB)

BKA/BKB = X + Z . σ
∑(𝑿𝒊−𝑿) ̅̅̅̅̅
𝟐
σ =√ 𝑵−𝟏 = Standard deviasi

3. Percentile
Persentil yang digunakan adalah P5.P10,P50,P90,P95
X (persentil) = μ + ( z . σ )
X = persentil yang dicari
Μ = rata-rata populasi
Σ = standard deviasi

3.3 Tabel pengolahan data

Pada table dibawah ini adalah kumpulan dari data yang telah diambil dari 2
subject wanita dengan beda postur. Untuk mendapatkan data-data antropometri
yang dibuthukan dalam praktikum dengan menggunkan alat-alat yang sudah
disediakan.
NILAI PERSENTIL N'
EVA LENA Xi- x̅ Xi- x̅ (Xi- x)̅ ² (Xi- x)̅ ² STANDARD
No. DATA YANG DIUKUR SIMBOL ∑( Xi- x̅ )² ∑ Xi ∑ Xi² x̅ (KECUKUPAN
BKA BKB KETERANGAN
(cm) (cm) (EVA) (LENA) (EVA) (LENA) DEVIASI 5 10 50 90 95 DATA)
(z=-1.56) (z=-1.12) (z=0) (z=1.29 (z=2.1)
1 TINGGI BADAN BERDIRI TBB 160 157 1.50 -1.50 2.25 2.25 4.50 317.00 50249.00 158.5 2.12 155.19 156.12 158.50 161.24 162.95 0.14 162.74 154.26
2 TINGGI JANGKAUAN TANGAN TJT 201 191 5.00 -5.00 25.00 25.00 50.00 392.00 76882.00 196 7.07 184.97 188.08 196.00 205.12 210.85 1.04 210.14 181.86
3 JANGKAUAN TANGAN JT 75 71 2.00 -2.00 4.00 4.00 8.00 146.00 10666.00 73 2.83 68.59 69.83 73.00 76.65 78.94 1.20 78.66 67.34
4 RENTANG TANGAN RT 164 160 2.00 -2.00 4.00 4.00 8.00 324.00 52496.00 162 2.83 157.59 158.83 162.00 165.65 167.94 0.24 167.66 156.34
5 TEBAL BADAN TB 18.5 24 -2.75 2.75 7.56 7.56 15.13 42.50 918.25 21.25 3.89 15.18 16.89 21.25 26.27 29.42 26.80 29.03 13.47 N<N' (Sampling kurang)

6 TINGGI DUDUK TEGAK TDT 83 85 -1.00 1.00 1.00 1.00 2.00 168.00 14114.00 84 1.41 81.79 82.42 84.00 85.82 86.97 0.23 86.83 81.17
7 TINGGI MATA DUDUK TMD 73 77 -2.00 2.00 4.00 4.00 8.00 150.00 11258.00 75 2.83 70.59 71.83 75.00 78.65 80.94 1.14 80.66 69.34
8 LEBAR SANDARAN LS 35 40 -2.50 2.50 6.25 6.25 12.50 75.00 2825.00 37.5 3.54 31.98 33.54 37.50 42.06 44.92 7.11 44.57 30.43 N<N' (Sampling kurang)
9 SIKU KE SIKU SKS 41 46 -2.50 2.50 6.25 6.25 12.50 87.00 3797.00 43.5 3.54 37.98 39.54 43.50 48.06 50.92 5.28 50.57 36.43 N<N' (Sampling kurang)
10 LEBAR PINGGUL LP 20.5 23 -1.25 1.25 1.56 1.56 3.13 43.50 949.25 21.75 1.77 18.99 19.77 21.75 24.03 25.46 5.28 25.29 18.21 N<N' (Sampling kurang)
11 TINGGI SANDARAN TS 40 56 -8.00 8.00 64.00 64.00 128.00 96.00 4736.00 48 11.31 30.35 35.33 48.00 62.59 71.76 44.44 70.63 25.37 N<N' (Sampling kurang)
12 PANJANGN SANDARAN PS 20 24 -2.00 2.00 4.00 4.00 8.00 44.00 976.00 22 2.83 17.59 18.83 22.00 25.65 27.94 13.22 27.66 16.34 N<N' (Sampling kurang)
13 TINGGI SIKU DUDUK TSD 23 22 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 45.00 1013.00 22.5 0.71 21.40 21.71 22.50 23.41 23.98 0.79 23.91 21.09
14 TINGGI POPLITEAL TPL 40 39 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 79.00 3121.00 39.5 0.71 38.40 38.71 39.50 40.41 40.98 0.26 40.91 38.09
15 PANTAT POLITEAL PPL 46 45 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 91.00 4141.00 45.5 0.71 44.40 44.71 45.50 46.41 46.98 0.19 46.91 44.09
16 PANTAT KE LUTUT PKL 59 53 3.00 -3.00 9.00 9.00 18.00 112.00 6290.00 56 4.24 49.38 51.25 56.00 61.47 64.91 4.59 64.49 47.51 N<N' (Sampling kurang)

Tabel 3.1 – Hasil Pengolahan Data


17 PANJANG JARI 1 PJ1 6.5 7 -0.25 0.25 0.06 0.06 0.13 13.50 91.25 6.75 0.35 6.20 6.35 6.75 7.21 7.49 2.19 7.46 6.04 N<N' (Sampling kurang)
18 PANJANG JARI 2 PJ2 9 8.5 0.25 -0.25 0.06 0.06 0.13 17.50 153.25 8.75 0.35 8.20 8.35 8.75 9.21 9.49 1.31 9.46 8.04
19 PANJANG JARI 3 PJ3 10 9 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 19.00 181.00 9.5 0.71 8.40 8.71 9.50 10.41 10.98 4.43 10.91 8.09 N<N' (Sampling kurang)
20 PANJANG JARI 4 PJ4 8.5 9 -0.25 0.25 0.06 0.06 0.13 17.50 153.25 8.75 0.35 8.20 8.35 8.75 9.21 9.49 1.31 9.46 8.04
21 PANJANG JARI 5 PJ5 7 7.5 -0.25 0.25 0.06 0.06 0.13 14.50 105.25 7.25 0.35 6.70 6.85 7.25 7.71 7.99 1.90 7.96 6.54
22 LEBAR JARI LJ 7 7 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.00 98.00 7 0.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 0.00 7.00 7.00
23 LEBAR TELAPAK TANGAN LTT 9 9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.00 162.00 9 0.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 0.00 9.00 9.00
24 PANJANG TELAPAK TANGAN PTT 19 18 0.50 -0.50 0.25 0.25 0.50 37.00 685.00 18.5 0.71 17.40 17.71 18.50 19.41 19.98 1.17 19.91 17.09

25 PANJANG TELAPAK KAKI PTK 24 22.5 0.75 -0.75 0.56 0.56 1.13 46.50 1082.25 23.25 1.06 21.60 22.06 23.25 24.62 25.48 1.66 25.37 21.13
26 LEBAR KAKI LK 9 9 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.00 162.00 9 0.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 0.00 9.00 9.00
27 TINGGI MATA KAKI TMK 8 8 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16.00 128.00 8 0.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 0.00 8.00 8.00

28 LEBAR KEPALA LKA 19 19.5 -0.25 0.25 0.06 0.06 0.13 38.50 741.25 19.25 0.35 18.70 18.85 19.25 19.71 19.99 0.27 19.96 18.54
BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Hasil Pengukuran

Data dari 2 subject wanita (Eva & Lena) hamper 40% data yang diukur kurang jumlah data yang
diambil atau N’ > N .
Dikarenakan hanya sebgai sarana praktikum , maka hasil tersebut diabaikan.

NILAI PERSENTIL
No. DATA YANG DIUKUR
5 10 50 90 95
(z=-1.56) (z=-1.12) (z=0) (z=1.29 (z=2.1)
1 TINGGI BADAN BERDIRI 155.19 156.12 158.50 161.24 162.95
2 TINGGI JANGKAUAN TANGAN 184.97 188.08 196.00 205.12 210.85
3 JANGKAUAN TANGAN 68.59 69.83 73.00 76.65 78.94
4 RENTANG TANGAN 157.59 158.83 162.00 165.65 167.94
5 TEBAL BADAN 15.18 16.89 21.25 26.27 29.42

6 TINGGI DUDUK TEGAK 81.79 82.42 84.00 85.82 86.97


7 TINGGI MATA DUDUK 70.59 71.83 75.00 78.65 80.94
8 LEBAR SANDARAN 31.98 33.54 37.50 42.06 44.92
9 SIKU KE SIKU 37.98 39.54 43.50 48.06 50.92
10 LEBAR PINGGUL 18.99 19.77 21.75 24.03 25.46
11 TINGGI SANDARAN 30.35 35.33 48.00 62.59 71.76
12 PANJANGN SANDARAN 17.59 18.83 22.00 25.65 27.94
13 TINGGI SIKU DUDUK 21.40 21.71 22.50 23.41 23.98
14 TINGGI POPLITEAL 38.40 38.71 39.50 40.41 40.98
15 PANTAT POLITEAL 44.40 44.71 45.50 46.41 46.98
16 PANTAT KE LUTUT 49.38 51.25 56.00 61.47 64.91

Tabel 4.1 – Nilai Persentil dari masing-masing data yang diukur

Data persentil adalah nilai yang akan dipakai ketika dibuthkan untuk merancang sebuah
produk.Tentunya dengan sample yang cukup. Persentil bawah biasanya digunakan untuk sesuatu
yang dapat dijangkau dengan mudah, misalnya pengaturan letak batas bawah kaca, pengaturan beban,
dll. Sedangkan persentil atas digunakan untuk mendesign system yang membutuhkan kelonggaran
misalnya tinggi pintu, lebar gang, lebar pintu, dll. Pada praktikum kali ini, subject terdiri dari 2 wanita
dengan berbeda postur. Sebagai contoh jika kita akan merancang sebuah jok mobil kita akan
menggunakan data nomer 10 sebagai referesni lebar jok (duduk) penggunakan P95. Begitu juga
sebagai contoh perancangan pintu, akan memakai persentil P95 sebagai referensi tinggi pintu.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
1. Tentukan terlebih dahulu dimensi dari produk yang menjadi titik kritis design (dalam hal
ini terkait dengan keefektifan, keamanan dan kenyamanan).

2. Tentukan dimensi tubuh yang berhubungan dengan design produk tersebut.

3. Pilih populasi bagi pengguna (pengguna produk, alat, atau orang yang berkaitan langsung
dengan tempat kerja yang akan di design)

4. Jika data sekunder ada dalam referensi hal tersebut bs digunakan dengan melihat
karakteristik populasi haruslah mirip. Jika tidak ada, maka dapat melihat referensi tentang
bagaimana pengukuran dilakukan.

5. Pilih nilai persentil yang akan digunakan. (sesuai produk yang akan dibuat)

5.2 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


 Alat bantu pengukuran mayoritas sudah baik, dan jumlah kelompok yang melakukan
pengukuran dalam satu waktu sudah sesuai.

 Alat bantu pengukuran Panjang (roll meter) tidak mencukupi untuk 1 tinggi manusia,
disarankan untuk mengganti / upgrade ke spesifikasi lebih tinggi
MODUL 4 BEBAN KERJA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan sebuah organisasi tidak akan lepas dari keberadaan serta pengaruh sumber
daya manusia yang ada didalamnya. Sumber daya manusia menjadi motor utama
organisasi dalam menjalankan segala kegiatannya dalam upaya mencapai tujuan. Di
dalam organisasi, manusia merupakan salah satu unsur yang terpenting. Tanpa peran
manusia meskipun berbagai faktor yang dibutuhkan telah tersedia, organisasi tidak akan
berjalan. Karena manusia merupakan penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu organisasi adalah
kinerja karyawan. Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2013:126) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, diantaranya adalah dengan
memperhatikan stres kerja. Stres kerja menurut Mangkunegara (2013:95) dapat
didefinisikan sebagai perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaanya. Dan stres kerja bisa disebabkan karena komunikasi
antar sesama karyawan dalam suatu perusahaan yang kurang baik. Hal ini dapat
mengakibatkan kesalah pahaman yang dapat memicu konflik yang harusnya tidak
sampai terjadi. Oleh karena itu perusahaan harus pintar-pintar menjadikan karyawan
lebih solid. Tentunya dengan team work yang bagus akan menunjang kinerja karyawan.
Stres kerja yang dialami oleh karyawan tentunya akan merugikan organisasi yang
bersangkutan karena kinerja yang dihasilkan menurun, tingkat absensi rendah serta turn
over yang tinggi yang pada akhirnya menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan.
Selain stres, faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah beban kerja, beban
kerja yang tinggi dapat meningkatkan kinerja karyawan, namun beban kerja yang terlalu
berlebihan dapat menimbulkan penurunan kinerja karyawan. Hal ini karena
ketidakmampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan karena
kapasitas dan kemampuan karyawan tidak sesuai dengan tuntutan yang harus dikerjakan.
Beban kerja menurut Danang Sunyoto (2012:64) adalah yang terlalu banyak dapat
menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat
keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi,
keterbatasan waktu yang singkat, volume kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya.
Beban kerja dapat terjadi apabila karyawan tidak mampu menyelesaikan tugas sesuai
kapasitas kemampuanya akibat dari tuntutan pekerjaan yang terlalu menumpuk. Terlalu
banyak pekerjaan yang harus terselesaikan disebabkan karena keterbatasan waktu yang
singkat dan bisa juga karena kekurangan pegawai dalam suatu perusahaan. Oleh karena
itu perusahaan harus mampu memperkirakan jumlah karyawan berdasarkan jumlah
output atau hasil kerja yang mampu dihasilkan oleh setiap karyawan, dapat diketahui
berapa jumlah karyawan yang sesungguhnya diperlukan oleh perusahaan untuk
mencapai target. Hal tersebut dapat dilakukan melalui suatu pengukuran kapasitas kerja,
sehingga karyawan dapat bekerja optimal sesuai kemampuannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Beban kerja ini adalah sebagai berikut:
9. Mampu menggunakan alat pengukur beban kerja
10. Mampu menghitung konsumsi energi ,heart rate sebelum bekerja dan sesudah
bekerja
11. Mampu merancang simulasi kelelahan dengan tread mill
12. Mampu menganalisis kelelahan dengan dampaknya

1.3 Alat & Bahan yang digunakan


5. Tread Mill
6. Stopwatch
7. Lembar Pengambilan Data
8. Alat Tulis
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Beban Kerja

Pengertian beban kerja adalah sejumlah atau sekumpulan kegiatan yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu oleh seorang pemegang jabatan ataupun
suatu unit organisasi (Menpan, 1997). Beban kerja timbul dikarenakan adanya
interaksi antara pekerja dengan tugas yang diterima. Pengukuran beban kerja sangat
diperlukan oleh suatu perusahaan guna mengakomodasi faktor psikologis manusia
dalam bekerja, sehingga tidak terjadi hal-hal yang parah dan dapat menimbulkan
penurunan motivasi kerja. Suma’mur (1984) menyatakan bahwa kemampuan kerja
seorang operator berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut sangat
bergantung 7 dengan keadaan gizi, keterampilan, kesehatan jasmani, usia, jenis
kelamin dan ukuran tubuh dari pekerja tersebut.

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas kerja seharihari. Adanya
massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh barat tubuh, memungkinkan kita
untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak
mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi. Di pihak lain ,
dengan pekerjaan berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata
lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut
dapat berupa beban fisik maupun beban mental. Dari sudut pandang ergonomi, setiap
beban kerja diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap
kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima
beban tersebut Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja menurut Rodahl (1989),
Adiputra (1998), dan Manuaba (2000) menyatakan bahwa secara umum hubungan
beban kerja dengan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang begitu
kompleks, baik dari segi faktor eksternal maupun faktor internal.
a. Beban Kerja yang disebabkan oleh Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
manusia. Faktor yang mempengaruhi beban kerja eksternal adalah lingkungan
kerja, tugas yang diterima, dan faktor organisasi. Ketiga aspek ini sering disebut
sebagai stressor. Ketiga aspek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
i. Lingkungan kerja yang dapat menimbulkan adanya beban tambahan yang
diterima pekerja adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan kerja fisik meliputi intesitas penerangan, suhu udara,
kelembaban udara, suhu radiasi, pada stasiun kerja, kecepatan rambat udara,
intensitas kebisingan dan lain sebagainya.
2. Lingkungan kerja kimiawi meliputi gas-gas yang dapat mencemari udara,
debu yang dihasilkan dari proses produksi, uap logam dan lain sebagainya.
3. Lingkungan kerja biologis meliputi adanya virus, bakteri, parasit, jamur
dan lain sebagainya.
4. Lingkungan kerja psikologis meliputi hubungan antara pekerja dengan
pekerja, pemilihan dan penempatan tenaga kerja, pekerja dengan atasan,
pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang akan
memberi dampak terhadap perfomansi kerja.

ii. Tugas yang dilterima baik yang bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata letak
tempat kerja, sarana dan alat kerja, kondisi kerja, medan kerja, sikap kerja,
beban yang diangkat-angkut, cara angkat-angkut, penggunaan alat bantu
dalam kerja, sarana informasi display dan control, alur kerja, dan lain-lain.
Tugas-tugas yang bersifat mental meliputi tingkat 8 kesulitan pekerjaan yang
mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan,
dan lain-lain.
iii. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya
waktu dalam bekerja, lamanya waktu istirahat yang diterima, shift kerja,
sistem pengupahan, sistem kerja, adanya musik dalam melakukan aktivitas
kerja, struktur organisasi, pelimpahan wewenang, tugas dan lainlain.

b. Beban Kerja yang disebabkan oleh Faktor Internal Menurut Tarwaka dkk,
(2004) faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam
dalam diri manusia yang disebabkan adanya reaksi dan beban kerja eksternal
tersebut. Secara ringkas faktor internal yang mempengaruhi beban kerja
adalah sebagai berikut:

i. Faktor somatic yaitu, umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi kesehatan,
gizi dan lain-lain.
ii. Faktor psikis yaitu, motivasi, kepercayaan, persepsi, kepuasan, keinginan
dan lain-lain.

2.2 Dampak Beban Kerja


Kelebihan beban kerja dapat memberikan dampak timbulnya kelelahan baik mental
maupun fisik serta timbulnya reaksi-reaksi yang berdampak pada emosional seperti
gangguan pencernaan, mudah marah dan sakit kepala. Lain halnya jika seorang pekerja
mengalami beban kerja yang terlalu sedikit karena akibat gerakan dalam pekerjaan yang
sedikit, maka hal ini akan menimbulkan rasa kebosanan dan rasa monoton saat bekerja.
Dampak dari kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari karena tugas maupun kegiatan
adalah akan mengakibatkan timbulnya rasa kurangnya perhatian pada tugas sehingga
berpotensi membahayakan operator tersebut (Manuaba, 2000).

2.3 Jenis Beban

Jenis Beban Kerja Setiap pekerjaan apapun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran, adalah merupakan beban bagi pelakunya. Beban ini dapat
berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si
pelaku. Masing–masing orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya
dengan beban kerja. Ada orang yang lebih cocok untuk menanggung beban fisik, tetapi ada
orang lain akan lebih cocok melakukan pekerjaan yang lebih banyak pada beban mental
atau sosial. Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai
sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut juga, manual operation dimana performans
kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga
(power) ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat dikonotasikan dengan kerja berat
atau kerja kasar karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat
selama periode kerja berlangsung. Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor
utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat/ ringannya suatu pekerjaan. Secara garis
besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental.
Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang
erat antar satu dengan lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-
alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui :
 Konsumsi oksigen
 Denyut jantung
 Peredaran udara dalam paru-paru
 Temperatur tubuh
 Konsentrasi asam laktat dalam darah
 Komposisi kimia dalam darah dan air seni
 Tingkat penguapan

Faktor lainnya Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan
konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan pengukuran :
1. Kecepatan denyut jantung
2. Konsumsi Oksigen Pengeluaran energi relatif yang banyak dan pada jenis tersebut dapat
dibedakan dalam beberapa kerja sesuai fisik yaitu:

a. Kerja Statis, yaitu: 1. Tidak menghasilkan gerak. 2. Kontraksi otot bersifat isometris
(tegang otot bertambah sementara tegangan otot tetap). Kelelahan lebih cepat terjadi.
b. Kerja Dinamis, yaitu: 1. Menghasilkan gerak. 2. Kontraksi otot bersifat isotonis (panjang
otot berubah sementara tegangan otot tetap). 3. Kontraksi otot bersifat ritmis (kontraksi dan
relaksasi secara bergantian). 4. Kelelahan relatif agak lama terjadi. Berat ringannya beban
kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa
lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan
atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Di mana semakin berat beban kerja, maka akan
semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis
yang berarti atau sebaliknya. Sebaliknya, bila beban kerja yang diberikan terlalu ringan
maka akan menimbulkan kebosanan pada seseorang atau operator. Kebutuhan utama dalam
pergerakkan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darh ke otot untuk
pembakaran zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan
oleh tubuh merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian
setiap aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran.
Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai indikator untuk
menentukan besar ringannya beban kerja.
1. Beban kerja ringan: 100-200 Kilo kalori/ jam
2. Beban kerja sedang: > 200-350 Kilo kalori/ jam
3. Beban kerja berat: > 350-500 Kilo kalori/ jam

Salah satu yang dapat digunakan untuk menghitung denyut jantung adalah telemetri dengan
menggunakan rangsangan Electrocardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak
tersedia dapat memakai stopwatch dengan metode 10 denyut. Dengan metode tersebut dapat
dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :

Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan denyut nadi
dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik. Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat
ringanya beban kerja memiliki beberapa keuntungam. Selain mudah, cepat, dan murah juga
tidak memerlukan peralatan yang mahal, tidak menggangu aktivitas pekerja yang dilakukan
pengukuran. Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan pembebanan,
baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.13 Pengumpulan Data

3.13.1 Biodata Responden

 Nama : Hargi

 Usia : 33 Tahun

 Jenis Kelamin : Pria

 Tinggi Badan : 169 cm

3.14 Pengolahan Data

Beberapa pengolahan data yang dilakukan pada data antropometri (Nurmianto, 1996 &
Tayyari) adalah :

1. Menentukan beban kerja


a. Menentukan Max HR
Max HR = 220 – age
= ..... bpm

b. Menentukan HR rata2
Rata – rata HR Sp 2 = Jumlah HR/Banyak Data
Rata – rata HR Sp 3 = Jumlah HR/Banyak Data
Rata – rata HR Sp 5 = Jumlah HR/Banyak Data

2. Konsumsi Energi
Persamaan 1 (kamalakanaan et al, 2007)
E-cost = -1967 + 8,58 HR(rata-rata) + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G
Persamaan 2 (Astuti 1985

X (RHR) = .... bpm

Y (istirahat) = 1,8041 – 0,0229038 X + 4,71733 . 𝟏𝟎−𝟒 .𝑿𝟐


= ..... kkal/min

X (Rata – rata HR) = ...... denyut/menit


Y (Kerja) = 1,8041 – 0,0229038 X + 4,71733 . 𝟏𝟎−𝟒 .𝑿𝟐
= ... kkal/min

KE (konsumi Energi) = Ykerja- Yistirahat


= ...... kkal/min
Pengeluaran Energi (kkal/menit)
Kategori Pekerjaan

Light < 2,5


Moderate 2,5 – 5
Heavy 5 – 7,5
Very Heavy 7,5 – 10

Extremaly Heavy > 10

3. WAKTU ISTIRAHAT
𝑬𝒘𝒐𝒓𝒌−𝑬𝒓𝒆𝒄
R = 𝑬𝒘𝒐𝒓𝒌−𝑬𝒓𝒆𝒔𝒕
= .... %
Pengeluaran
Kategori
Energi
Pekerjaan
(kkal/men)
Time Speed 2 km/h Speed 3 km/h Speed 5 km/h Rest Speed 2 : 110 bpm Light <2,5
(detik) Distance (km)
Energy (kkal)Pulse HR (bpm) Distance (km) Energy (kkal) Pulse HR (bpm) Distance (km) Energy (kkal)Pulse HR (bpm) Rest Speed 3 : 74 bpm Moderate 2,5-5
30 0 0,001 89 0 0,002 78 0 0,004 86 Rest Speed 5 : 123 bpm Heavy 5-7,5
60 0 0,003 108 0 0,004 101 0 0,008 100 Very Heavy 7,5-10
90 0 0,004 116 0 0,006 103 0,1 0,019 92 Age : 33 years Extremle Heavy >10
120 0 0,006 114 0 0,008 100 0,1 0,018 101 Height : 67,6 inc
150 0 0,007 111 0,1 0,011 97 0,1 0,02 109 Erec = 5 kkal/
180 0 0,009 109 0,1 0,013 103 0,2 0,023 104 Work Load Heart Rate (bpm)
210 0,1 0,011 109 0,1 0,015 99 0,2 0,027 101 Light <90
240 0,1 0,012 108 0,2 0,011 102 0,3 0,031 108 Moderate 90-110
270 0,1 0,014 108 0,2 0,02 101 0,3 0,035 95 Heavy 110-130
300 0,1 0,015 108 0,2 0,022 101 0,4 0,039 106 Very Heavy 130-150
Rata-rata 108 Rata-rata 98,5 Rata-rata 100,2 Extremely Heavy 150-170

Max HR = 220 - Age


Max HR = 220 - 33
Max HR = 187 bpm
Ecost 1 = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A - 7,47 RHR + 67,8 G
= -1967 + 8,58 108 + 25,1 67,6 + 4,5 33 - 7,47 110 + 67,8 0
= -16,8 watt * 0,0143 -0,24024

Ecost 2 = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A - 7,47 RHR + 67,8 G


= -1967 + 8,58 98,5 + 25,1 67,6 + 4,5 33 - 7,47 74 + 67,8 0
= 170,61 watt * 0,0143 2,439723

Ecost 3 = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A - 7,47 RHR + 67,8 G


= -1967 + 8,58 100,2 + 25,1 67,6 + 4,5 33 - 7,47 123 + 67,8 0
= -180,834 watt * 0,0143 -2,5859262
Persamaa Astuti
Percobaan 1
Yistirahat = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2
= 1,8041 - 0,0229038 110 + 0,000471733 12100
= 4,99265 kkal/min

Ykerja = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2


= 1,8041 - 0,0229038 108 + 0,000471733 11664
= 4,83278 kkal/min

KE = Y kerja - Yistirahat
= -0,1599 kkal/min

Ework - Erec
R =
Ework - Erest
4,83278 - 5
=
4,83278 - 4,9926513
= 1,04597 %
Percobaan 2
Yistirahat = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2
= 1,8041 - 0,0229038 74 + 0,000471733 5476
= 2,69243 kkal/min

Ykerja = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2


= 1,8041 - 0,0229038 98,5 + 0,000471733 9702,25
= 4,12495 kkal/min

KE = Y kerja - Yistirahat
= 1,43252 kkal/min

Ework - Erec
R =
Ework - Erest
4,12495 - 5
=
4,12495 - 2,692428708
= -0,6108 %
Percobaan 3
Yistirahat = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2
= 1,8041 - 0,0229038 123 + 0,000471733 15129
= 6,12378 kkal/min

Ykerja = 1,8041 - 0,0229038 X + 0,000471733 X^2


= 1,8041 - 0,0229038 100,2 + 0,000471733 10040,04
= 4,24536 kkal/min

KE = Y kerja - Yistirahat
= -1,8784 kkal/min

Ework - Erec
R =
Ework - Erest
4,24536 - 5
=
4,24536 - 6,123781157
= 0,40174 %
BAB IV
ANALISIS DATA

4.2 Hasil Pengukuran

4.2.1 Pengolahan Data


Setelah dilakukan perhitungan dari data yang diambil dalam praktikum, berikut ini adalah
hasil dari pengolahan data dari responden pertama dalam pengolahan data tersebut
dilakukan dengan menghitung maksimum heart rate, energi cost dengan 2 persamaan
,konsumsi energi, menentukan beban kerja dan waktu istirahat .
Berikut adalah hasil pengolahan data :

1. (Speed 2)
1. Max Heart Rate (HR) : 187
2. Rata-Rata Heart Rate : 108
3. Workload Moderate : Moderate
4. Persamaan I (Kamalakannan et.al, 2007) E cost : 0,24 Kcal/min
5. Persamaan II (Astusi .1985) : Ykerja : 4,89 , Yistirahat : 4,99
6. Konsumsi Energy : 0,15 kkal/min
7. Waktu Istirahat : 1,04 % (Light)

2. (Speed 3)
8. Max Heart Rate (HR) : 187
9. Rata-Rata Heart Rate : 98,5
10. Workload Moderate : Moderate
11. Persamaan I (Kamalakannan et.al, 2007) E cost : 2,439 kcal/min
12. Persamaan II (Astusi .1985) : Ykerja : 4,12 , Yistirahat : 2,69
13. Konsumsi Energy : 1,43 kkal/min
14. Waktu Istirahat : 0,61 % (Light)
3. (Speed 5)
15. Max Heart Rate (HR) : 187
16. Rata-Rata Heart Rate : 100,2
17. Workload Moderate : Moderate
18. Persamaan I (Kamalakannan et.al, 2007) E cost : 2,58 kcal/min
19. Persamaan II (Astusi .1985) : Ykerja : 4,24 , Yistirahat : 6,12
20. Konsumsi Energy : 1,87 kkal/min
21. Waktu Istirahat : 0,40 % (Light)
Data diatas merupakan hasil pengolahan data responden semua speed yaitu 2,3, dan 5 .
Dari data diatas dapat terlihat perbedaan pengeluaran energi setiap speednya. Pada data
diatas, konsumsi energy terbesar yaitu pada speed 5 karena speed 5 detak jantung
responden merupakan terbesar dibandingkan speed lainnya karena pada speed 5 kinerja
jantung meningkat untuk menunjang gerakan tubuh yang meningkat pula.Semakin tinggi
speed maka semakin banyak tenaga / energi yang dikeluarkan semakin lama pula waktu
istirahat yang dibutuhkan .
BAB V
PENUTUP

5.3 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut.
 Mengumpulkan data dengan mengukur denyut jantung responden .

 Terdapat tiga buah speed dalam pengukuran denyut jantung jantung responden
dalam sebuah tridmild yaitu pada speed 2,3,dan 5 .

 Semakin tinggi speed yang digunakan ,maka hasil rata-rata denyut jantung semakin
besar.

 Semakin tinggi speed yang digunakan, maka energi yang digunakan semakin besar .

5.4 Saran

Adapun saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


 Operator yang melaksanakan kerja sebaiknya dipilih memiliki kondisi stabil dan fisik
yang ideal .

 Dalam melakukan penghitungan denyut jantung peralatan otomatis memang


seharusnya digunakan sehingga jumlah denyut jantung per menit dapat diketahui
dengan benar .

 Pada saat melakukan pekerjaan ,sebaiknya operator focus pada perkerjaannya , agar
tidak mengganggu perkerjaan yang bias berakibat ke perubahan denyut jantung
/menitnya .
DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, Moriyoshi dan Hideaki Kamata. 1994. Methods Engineering and Workplace Design.
Tokyo : JMA

Annisah. 2014. Modul perkuliahan Analisis dan Perancangan Kerja : Pengenalan Peta kerja.
Jakarta : Universitas Mercubuana.

Hutagalung, Sylvania. 2017. Membaca Masa Depan Bambu. [Online],


https://sarasvati.co.id/news/11/membaca-masa-depan-bambu/. Diakses : 17
November 2019.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Teknik Industri Analisis
Perancangan Kerja. Jakarta : Kementrian pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia.

Martin-Vega, Louis A. 2014. The Puspose and Evolution of Industrial Engineering. Virginia :
National Science Foundation.

Zulaikha, Mimi. 2019. Bekraf Dukung Bambu sebagai Komoditas Ekspor. [Online],
https://www.bekraf.go.id. Diakses : 17 November 2019.

170

Anda mungkin juga menyukai