Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

Penerapan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) Untuk Meningkatkan


Efektivitas Kerja di Gudang PT.Semen Padang

NANDA PRATAMA JUANDRI PUTRA


1910024425010

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
2023
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah........................................................................ 3
1.4 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.5 Tujuan Penelitian....................................................................... 4
1.6 ManfaatPenelitian...................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Dasar-Dasar Teori..................................................................... 6
2.1.1 Penerapan ....................................................................... 7
2.1.2 Efektivitas dan ukuran efektivitas.................................... 7
2.1.3 5S..................................................................................... 8
2.1.4 Efektivitas penerapan...................................................... 10
2.2 Penelitian Yang Relevan........................................................... 38
2.3 Kerangka Konseptual................................................................ 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian......................................................................... 47
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 47
3.2.1 Tempat Penelitian ........................................................... 47
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 47

ii
3.3 Data Dan jenis Data.................................................................. 47
3.3.1 Data.................................................................................. 47
3.3.2 Jenis Data......................................................................... 48
3.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 48
3.4.1 Populasi dan Sampel........................................................ 48
3.5 Teknik Pengolahan Data........................................................... 49
3.6 Kerangka Metodologi............................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 55

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Relavan .......................................................................... 32

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan efektifitas .................................................................... 7


Gambar 2.2 Kerangka konseptual..................................................................... 18
Gambar 2.3 Kerangka Metodologi .................................................................. 14

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gudang merupakan salah satu fasilitas yang terdapat pada setiap perusahaan
untuk memperlancar operasionalnya. Gudang yang merupakan tempat
penyimpanan persediaan barang sebelum barang tersebut digunakan atau
dikeluarkan memiliki beberapa aktivitas. Beberapa aktivitas yang terdapat pada
gudang suku cadang di sebuah perusahaan semen padang yaitu penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Gudang sangat berperan penting dalam
mendukung kegiatan kerja yang ada di perusahaan sehingga membuat kegiatan di
lapangan menjadi lebih lancar dan lebih baik lagi. Kelancaran di dalam
perusahaan tentu saja akan mengangkat nama besar perusahaan dan mampu
bersaing dan memberikan motivasi bagi karyawan-karyawan yang bekerja di
perusahaan tersebut. Sistem pergudangan yang baik adalah sistem pergudangan
yang mampu memanfaatkan ruang besar ataupun kecil untuk penyimpanan
barang-barang secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan produktivitas
barang yang ada di perusahaan.
Apabila kondisi gudang dalam keadaan baik maka sistem pergudangan akan
selalu berjalan dengan lancar . Fungsi gudang suku cadang di perusahaan semen
padang pada umumnya sama dengan gudang lainnya, yaitu sebagai tempat
penyimpanan barang dan alat-alat kerja. Hanya saja barang dan alat yang di
simpan pada gudang tersebut adalah barang-barang suku cadang dan peralatan
yang akan digunakan untuk kegiatan operasional di lapangan, Aktivitas yang
dilakukan harus mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku di gudang. Karyawan
gudang harus melakukan penyimpanan barang sesuai dengan jenis serta
spesifikasi masing-masing barang tersebut, sehingga dapat mempermudah pada
saat pengambilan dan pengeluaran barang serta dapat menghemat waktu dalam
melakukan pencarian barang yang dibutuhkan.

1
2

Pengontrolan gudang yang tidak efektif akan berdampak pada lingkungan


gudang dan barang-barang serta alat-alat yang ada di dalam gudang, sehingga
dapat menghambat kinerja kerja karyawan gudang karena terjadinya
ketidakefektivan dalam bekerja karena banyaknya jam kerja yang habis terbuang
sia-sia. Oleh karena itu, pengawasan terhadap gudang suku cadang harus benar-
benar dikontrol dan dicek sehingga persediaan yang ada tidak akan mengalami
kekurangan ataupun kehilangan dan kondisi gudang akan selalu teratur dan tertata
dengan baik. Pengontrolan gudang secara optimal akan meminimalisir kesalahan-
kesalahan yang terjadi ketika melakukan aktivitas di dalam gudang suku cadang,
seperti pemborososan waktu, terjadinya pergesekan pada barang karena kurang
adanya penataan dan perawatan yang baik, tidak adanya kerapian di dalam gudang
dan sampah-sampah yang berserakan membuat kegiatan pada saat pengambilan
barang menjadi terhambat. Oleh karena itu dibutuhkan kedisiplinan dalam
melakukan pengontrolan gudang yang akan membuat keadaan lingkungan gudang
menjadi aman dan nyaman bagi yang melakukan aktivitas di dalam gudang
tersebut.
Berdasarkan pengamatan langsung di gudang suku cadang tersebut,

terdapat permasalahan Dimana ada beberapa karyawan yang datang ke

kantor/workshop tidak tepat waktu atau bisa dikatakan telat. Hal ini bisa

mengakibatkan jam efektif kerja dalam sehari bisa berkurang, tidak sesuai dengan

target normalnya.Disamping itu, budaya kerja mekanik di gudang suku cadang

yang tidak bisa mengembalikan dan menata ulang peralatan-peralatan yang telah

digunakan sesuai dengan keberadaan semula menjadikan salah satu faktor

penghambat dalam kelancaran bekerja Banyak peralatan-peralatan yang tidak

tertata rapi gudang. Akibatnya ketika mekanik tersebut mencari salah satu

peralatan membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan bila mekanik tersebut

membiasakan menata ulang peralatan-peralatan tersebut. Hal ini menjadikan


3

efisiensi waktu dalam melakukan pekerjaan kurang maksimal.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan efisiensi

waktu kerja adalah dengan menerapkan budaya kerja 5S. Budaya kerja 5S ini

berasal dari Jepang, 5S terdiri dari seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke. Takashi

Osada menyampaikan bahwa 5S adalah serangkaian aktivitas ditempat kerja

seperti kegiatan pemisahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan, dan

pembiasaan, yang semuanya diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan

baik. "The five keys to a total quality environment" (Takashi Osada 2004).

PT Semen Padang merupakan salah satu industri manufaktur yang

memiliki management workshop cukup baik. Dimana untuk mengatur kinerja

karyawan dan segala hal yang berhubungan dengan workshopnya menggunakan

metode 5S. 5S merupakan singkatan dari seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan

shitsuke. 5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara

intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha

memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus

meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh

(http://id.wikipedia.org/wiki/5s).

Adapun tujuan dari penerapan metode 5S di Gudang Suku Cadang di

PT Semen Padang yaitu untuk mengembangkan kemandirian karyawan, untuk

menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan untuk mengembangkan

kepemimpinan.

Secara visual, dapat dilihat di Gudamg Suku Cadang di PT.Semen Padang

sudah menerapkan 5S dengan baik. Tapi sejauh mana penerapan 5S di PT Semen


4

Padang dan sudah efektifkah 5S yang berjalan, hal ini yang belum bisa diketahui.

Sehingga pada kesempatan ini, penulis tertarik untuk membuat penelitian

mengenai “Penerapan Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke (5S) di Gudang

Suku Cadang di PT Semen Padang

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas maka dapat di
identifikasiyang menjadi permasalahan sebagai berikut :
1. Masih banyak sekali yang belum pekerja ketahui tentang sikap dan

perilaku kerja yaitu terhadap waktu, tempat kerja, disiplin, kerapian,

ketelitian, target kerja, kualitas dan sebagainya sering menjadi kendala

dalam bekerja yang baik dan benar

2. Ada beberapa karyawan yang datang ke kantor/workshop tidak tepat

waktu atau bisa dikatakan telat sehingga mengakibatkan jam efektif kerja

dalam sehari bisa berkurang, tidak sesuai dengan target normalnya.

3. Budaya kerja mekanik di workshop yang tidak bisa mengembalikan dan

menata ulang peralatan-peralatan yang telah digunakan sesuai dengan

keberadaan semula menjadikan salah satu faktor penghambat dalam

kelancaran bekerja

1.3 Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan mencakup berbagai aspek karena dipengaruhi

oleh banyak hal yang telah diuraikan pada latar belakang. Guna menghindari

keluasan kajian penelitian, maka permasalahan yang ada akan dibatasi. Batasan

yang diambil dalam penelitian ini adalah mengenai penerapan 5S (Seiri, Seiton,

Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) di Gudang Suku Cadang di PT Semen Padang


5

1.4 Rumusan Masalah


Dari rumusan masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka dapat dirumuskan permasalahnnya yaitu :
1. Berapa prosentase penerapan Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke
(5S) di Gudang Suku Cadang di PT.Semen Padang ?
2. Sudah efektifkah penerapan Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke
(5S) di Gudang Suku Cadang di PT.Semen Padang ?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui prosentase penerapan Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,
dan Shitsuke (5S) di Workshop di Gudang Suku Cadang di PT.Semen
Padang
2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan 5S di di Gudang Suku Cadang
di PT.Semen Padang

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan


bermanfaat untuk :
1. Bagi Penulis
Untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan
serta menerapkannya di lapangan dengan hasil pengamatan dan analisa
yang baik
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan dan saran
yang bermanfaat bagi PT Semen Padang Bagian Gudang suku cadang
sebagai bahan pertimbangan dalam mekasanakan penerapan metode 5S
dalam rangka menciptakan lingkungan fisik tempat kerja yang lebih aman,
sehat dan nyaman, sehingga dapat diperoleh hasil yang optima
3. Bagi Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang (STTIND)
6

4. Sebagai bahan tambahan untuk literatur bagi mahasiswa untuk pembuatan


jurnal dan dapat dijadikan sebagai referensi.

1.7 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tugas akhir yang ditetapkan bagian akademik
STTIND Padang, secara garis besar masing-masing bab akan membahas
beberapa hal sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang
memilih judul, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, , dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR-DASAR TEORI
Pada bab ini menguraikan hasil pustaka tentang landasan teori, dipaparkan
teori-teori, penelitian terdahulu serta tinjauan pustaka yang digunakan
pada waktu penelitian. Teori ini diambil dari buku literatur, jurnal, dan
internet.

BAB III METODE PENELITIAN


Pada bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, jenis dan sumber data, serta teknik pengumpulan data.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Menjelaskan pengumpulan data dan hasil dari penelitian tersebut.

BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA


Berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas serta
memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
LEMBARAN KONSULTASI
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun dasar-dasar teori yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:
2.1 Dasar–dasar Teori

2.1.1 Pengertian Penerapan

Penerapan yaitu kemampuan menggunakan atau menafsirkan

suatu bahan yang sudah dipelajari kedala situasi baru atau situasi kongkrit

seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep prinsip atau teori

(Muhammad Ali, 1995:43). Adapun menurut Lukman Ali, penerapan

adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali, 1995:1044).Berdasarkan

penerapan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan

sebuah tindakan yang dilakukan secara individu maupun kelompok

dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun

unsur-unsur penerapan meliputi :

a) Adanya program/metode yang dilaksanakan


b) Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.
c) Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses
penerapan tersebut.

2.1.2 Efektivitas dan Ukuran Efektivitas

a) Pengertian Efektivitas

Menurut Hani (2009:7) mendefinisikan efektivitas sebagai

berikut: ”Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang

tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
8

ditetapkan”.Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang

dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin

besar output yang dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin

efektiflah unit tersebut (Robert, 2012: 174).

Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya “Manajemen Kinerja

Sektor Publik” mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar

kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin

efektif organisasi, program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92).

Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan

timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output,

maka semakin efektif suatu program atau kegiatan.

Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan

yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan

yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Gambar 1 mengenai hubungan arti efektivitas di bawah

ini.

Efektivitas =

Gambar 2.1. Hubungan efektivitas


(Sumber : Mahmudi, 2005:92)
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas

adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang

mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau

kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan


9

waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti,

bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil

atau tujuan yang dikehendaki.

Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan

hubungan keluaran tanggung jawab dengan sasaran yang harus dicapai.

Semakin besar keluaran yang dihasilkan dari sasaran yang akan dicapai

maka dapat dikatakan efektif dan efisien. Suatu tindakan yang

mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang

dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian

tujuan. Efektivitas umumnya selalu berhubungan dan dipadukan

dengan efisiensi yang merupakan suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan

organisasi. Unit organisasi yang efisien belum tentu efektif, karena

meskipun unit tersebut menghasilkan sejumlah keluaran dengan

menggunakan masukan yang minimal atau menghasilkan keluaran

terbanyak belum tentu tujuan organisasi yang maksimal, sehingga unit

tersebut menjadi kurang efektif atau dengan kata lain efektivitasnya

kurang memadai. Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan

atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan

adanya keterikatan antara nilai-nilai yang bervariasi.

b) Ukuran Efektivitas

Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat keluaran


10

(output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk

dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan.

Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil

(outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan

tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran

efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu)

dalam bentuk pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang

dihasilkan baik, maka efektivitasnya baik pula.Menurut pendapat David

Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey dalam bukunya

“Individual and Society” yang dikutip Sudarwan Dani dalam bukunya

“Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok”


menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut:
a) Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa
kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil
dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input)
dengan keluaran (output).
b) Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini
dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat
kualitatif (berdasarkan pada mutu).
c) Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif
dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas
dan kemampuan.
d) Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi
dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling
memiliki dengan kadar yang tinggi.(Danim, 2004:119-120).
Berdasarkan uraian di atas, bahwa ukuran daripada efektifitas

harus adanya suatu perbandingan antara masukan dan keluaran, ukuran


11

daripada efektifitas harus adanya tingkat kepuasan dan adanya penciptaan

hubungan kerja yang kondusif serta intensitas yang tinggi, artinya ukuran

daripada efektivitas adanya keaadan rasa saling memiliki dengan tingkatan

yang tinggi. Studi tentang efektivitas bertolak dari variabel-variabel

artinya konsep yang mempunyai variasi nilai, dimana nilai-nilai tersebut

merupakan ukuran daripada efektivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat

Sudarwan Danim dalam bukunya “Motivasi Kepemimpinan dan

Efektivitas Kelompok” yang menyebutkan beberapa variabel yang

mempengaruhi efektivitas, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable)


Yaitu variabel pengelola yang mempengaruhi variabel terikat yang
sifatnya given dan adapun bentuknya, sebagai berikut:
a. Struktur yaitu tentang ukuran;
b. Tugas yaitu tugas dan tingkat kesulitan;
c. Lingkungan yaitu keadaan fisik baik organisasi, tempat kerja maupun
lainnya;
d. Pemenuhan kebutuhan yaitu kebutuhan fisik organisasi,
kebutuhan di tempat kerja dan lain-lain.
e. Variabel terikat (dependent variable)
Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau dapat diikat oleh variabel lain
dan berikut adalah contoh dari variabel terikat, yaitu:
a) Kecepatan dan tingkat kesalahan pengertian;
b) Hasil umum yang dapat dicapai pada kurun waktu tertentu.
c) Variabel perantara (interdependent variable)
Yaitu variabel yang ditentukan oleh suatu proses individu atau organisasi
yang turut menentukan efek variabel bebas.(Danim, 2004:121-122).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka hal-hal yang


12

mempengaruhi efektivitas adalah ukuran, tingkat kesulitan, kepuasan,

hasil dan kecepatan serta individu atau organisasi dalam melaksanakan

sebuah kegiatan/program tersebut. Disamping itu adanya evaluasi

apabila terjadi kesalahan pengertian pada tingkat produktivitas yang

dicapai, sehingga akan tercapai suatu kesinambungan

(sustainabillity).Pengukuran merupakan penilaian dalam arti tercapainya

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan

sasaran yang tersedia. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai

sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila

suatu tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, maka tidak efektif. Efektivitas merupakan fungsi dari

manejemen, dimana dalam sebuah efektivitas diperlukan

adanyaprosedur, strategi, kebijaksanaan, program dan pedoman.

Tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab mempunyai efek atau

pengaruh yang besar terhadap kepentingan bersama.

2.1.3 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke)


a. Pengertian 5S
Menurut Yashuhiro Monden (1995:247), 5S adalah kependekan
kata Jepang seiri, seiton, seiso, seiketshu dan shitsuke; secara keseluruhan
diterjemahkan menjadi aktivitas pembersihan di tempat kerja. Yasuhiro
Monden (1995:248) mengatakan bahwa 5S adalah proses pembersihan
semua kotoran agar dapat menggunakan benda yang diperlukan pada
waktu yang diperlukan dalam jumlah secukupnya. Dengan melaksanakan
5S, tingkat mutu, waktu pemesanan, dan pengurangan biaya dapat
diperbaiki. Sehingga dapat diartikan ketika suatu perusahaan bisa
melaksanakan konsep 5S bisa melakukan perbaikan dalam usahanya.
13

Kerap kali solusi paling sederhana adalah solusi paling baik. dalam

berbagai kasus ketika orang-orang tidak dapat melihat potensi perbaikan,

memulai dengan konsep dasar seperti 5S adalah ide baik. Konsep ini

menggunakan lima kata bahasa Jepang yang dimulai dengan huruf S

(seiri, seton, seiso, seiketsu, dan shitsuke). Istilah ini dapat

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yang setara, tetapi sebagian makna

biasanya terhilang dalam prosesnya. Lima S lebih dari sekedar

membersihkan. Lima S melibatkan perbaikan seluruh proses dalam hal

managemen. Lima S tidak hanya membersihkan dan mengatur suatu area,

tetapi biasanya juga menemukan masalah dan peluang untuk perbaikan

(Isao, 2011: 55-56). Menurut Masaaki Imai (1999: 60) Lima langkah

pemeliharaan tempat kerja dalam bahasa jepang disebut sebagai 5S (seiri,

seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke). Dalam bahasa Indonesia Lima

Langkah pemeliharaan tempat kerja ini disebut sebagai 5R (Ringkas,

Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin)

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik sebuah

kesimpulan awal bahwa: "5S merupakan metode pendekatan secara

sistematik guna mengorganisir area kerja, sesuai dengan peraturan dan

standar serta mempertahankan kedisiplinan untuk melakukan pekerjaan

dengan baik yang disesuaikan dengan keadaan perusahaan dengan tujuan

akhir memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dari tempat kerja".

b. Tujuan 5s
14

Tujuan yang diharapkan dengan menerapkan 5S di perusahaan adalah

sebagai berikut (Osada, 2004):

1) Keamanan

Hampir selama puluhan tahun, kedua kata pemilahan dan penataan

menjadi ciri khas pada poster-poster dan surat kabar bahkan di

perusahaan-perusahaan kecil. Karena pemilahan dan penataan sangat

berperan besar di dalam masalah keamanan.

2) Tempat Kerja yang Rapi

Tempat kerja yang menerapkan 5S dengan teliti tidak perlu terus- menerus

membicarakan keamanan, dan kecelakaan industri yang dialaminya akan

lebih sedikit ketimbang pabrik yang hanya mengutamakan peralatan dan

prosedur yang sedemikian aman sehingga tidak mungkin gagal.

3) Efisiensi

Para ahli diberbagai bidang seperti, juru masak, pelukis, tukang kayu,

akan menggunakan peralatan yang baik dan memeliharanya. Mereka tahu

bahwa waktu yang dipergunakan untuk memelihara peralatan tidak

terbuang percuma, bahkan hal itu menghemat lebih banyak waktu.

4) Mutu

Elektronika dan mesin-mesin modern memerlukan tingkat presisi dan

kebersihan yang sangat tinggi, untuk menghasilkan output yang baik.

Berbagai gangguan yang kecil dapat berakibat terhadap penurunan mutu

dari output yang dihasilkan.

5) Kemacetan
15

Pabrik yang tidak menerapkan 5S akan menghadapi berbagai masalah

kemacetan mulai dari mesin yang disebabkan kotoran yang mengendap

ataupun kemacetan dalam ingatan karyawan, harus disadari bahwa ingatan

seseorang bisa saja salah, maka daripada itu diperlukan berbagai petunjuk

yang melengkapi keterbatasan seorang manusia dalam menjalankan

tugasnya.

c. Seiri (Pemilahan)

Dalam fase pertama ini, kita harus memilah antara barang yang

masih digunakan, dan yang tidak. Antara barang yang tidak layak pakai

dan yang masih bisa dipakai. Menurut Yasuhiro Monden (1995:249), seiri

yaitu memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan,

kemudian menyingkirkan yang tak diperlukan. Seiri ini merupakan

langkah awal dalam membuat 5S akan berjalan.

Barang-barang tersebut harus dipilah sesuai dengan tempatnya


masing-masing agar suasana kerja menjadi lebih ringkas. Beberapa hal
yang menjadi pertimbangan dalam meringkas adalah sebagai berikut.
1) Frekuensi penggunaan barang (jarang, sering, selalu)
2) Fungsi kerja barang (rusak, perlu perbaikan, bagus)
Dengan melakukan fase yang pertama ini, kita akan mendapatkan
keuntungan antara lain:
a) Area kerja praktik menjadi lebih luas dan banyak space yang bisa

dimanfaatkan.

b) Mencegah dis-fungsional dari barang yang ada.

c) Mengurangi jumlah penggunaan media penyimpanan dan material

handling tools. Misalnya barang yang tadinya letaknya berjauhan, karena


16

sudah diringkas menjadi lebih dekat dan mengurangi jarak tempuh.

d) Seiton (Penyusunan)

Menyusun dengan rapi dan mengenali benda untuk mempermudah

penggunaan disebut juga seiton. Kata Jepang “seiton” secara harfiah

berarti menyusun berbagai benda dengan cara yang menarik. Dalam

konteks 5S, in berarti mengatur barang-barang sehingga tiap orang dapat

menemukan dengan cepat. Untuk mencapai langkah ini, salah satu cara

menggunakan plat petunjuk yang digunakan untuk menetapkan nama tiap

barang atau alat dan tempat penyimpanannya. Proses penyusunan atau

perapihan juga dapat dikerjakan sesuai dengan metode penyimpanan yang

dilakukan. Misal barang disimpan berdasarkan materialnya, maka barang-

barang tersebut juga harus dirapikan sesuai dengan jenis materialnya.

e) Seiso (Pembersihan)

Konsep ketiga dari 5S adalah seiso yang berarti resik. Pada

umumnya. istilah ini berarti membersihkan barang-barang sehingga

tempat kerja menjadi bersih. Tempat kerja yang gelap, kumuh dan kotor

dapat mengganggu proses kerja dan mengurangi estetika keindahan. Orang

harus bertahan sambil bekerja di tempat kerja seperti itu. Tempat kerja

yang kotor, berdebu, lembab dan berjamur tidaklah sehat.

Keadaan tempat kerja yang kotor dan kumuh berdampak pada

kesulitan pemeriksaan mesin maupun peralatan kerja. Tempat kerja perlu

resik karena pengaruh resik terhadap produktivitas, kualitas dan

keselamatan kerja sangatlah jelas.


17

Pada umurnya, ada 3 langkah pembersihan yang benar. Pertama,

aktivitas tingkat makro, membersihkan segala sesuatu dan mencari cara

untuk menemukan penyebab keseluruhan yang berkaitan dengan

keseluruhan gambaran. Kedua, tingkat individual,menangani tempat kerja

khusus dan mesin khusus. Ketiga, tingkat mikro, dimana penyebab

terjadinya kotoran dicari dan dihilangkan.

f) Seiketsu (Pemantapan)

Konsep keempat dari 5S adalah seiketsu yang berarti pemantapan.

Prinsip utama dari seiketsu adalah memelihara keadaan area kerja yang

bersih dan rapi dengan meningkatkan disiplin kerja mengikuti disiplin 3S

yang telah ada sebelumnya. Tujuan dari seiketsu adalah untuk menjaga

lingkungan agar dalam kondisi tetap baik, menjaga agar alat kerja selalu

siap untuk dipakai, menjaga kualitas hasil kerja, lebih mudah melatih

karyawan baru. Dalam hal ini, diupayakan pemeliharaan terhadap kondisi

tata graha yang telah baik agar terjaga dalam kondisi yang baik,

melaksanakan standarisasi ditempat kerja, mempertahankan kondisi

optimum dan mewujudkan tempat kerja yang bebas kesalahan.

g) Shitsuke (Pembiasaan)

Semua “S” yang telah dibahas diatas tidak dapat diterapkan tanpa

sentuhan manusia. Manusia menjadi kunci dari setiap usaha, termasuk

usaha penerapan 5S. Konsep kelima dari 5S adalah shitsuke yang berarti

rajin. Prinsip utama dari shitsuke adalah secara rutin dan kontinyu dengan

penuh disiplin melakukan prosedur dan semua aktivitas yang telah


18

ditetapkan dengan benar. Adapun tujuan utama dari konsep shitsuke

adalah membudayakan 4S sebelumnya sebagai sarana untuk menciptakan

kondisi tempat kerja yang lebih kondusif (lebih baik).

Shitsuke (Pembiasaan) berkaitan dengan kebiasaan karyawan yang

harus dibina agar dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik.

Rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat

kerja. Apa yang sudah baik harus selalu dalam keadaan prima setiap saat

Dengan adanya sikap rajin yang diterapkan secara terus menerus dan

berkelanjutan, keadaan tempat kerja makin terpelihara dan meningkat.

Sikap rajin pun merupakan sikap yang dapat mendukung efisiensi dan

produktivitas kerja. Disamping itu, karyawan ini juga akan mempunyai

kecintaan dan rasa ikut memiliki terhadap perusahaan dalam arti yang

sangat positif. Tugas apapun juga yang dikerjakan oleh karyawan, baik itu

operator yang bersimbah peluh atau staf yang berdasi, mereka memiliki

suatu kebanggaan yang tak ternilai harganya "kebanggaan professional"

yang mendukung kemajuan perusahaannya.

2.1.4 Efektivitas Penerapan 5S

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa efektivitas merupakan

gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai

sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterikatan antara nilai-nilai

yang bervariasi. Pengukuran merupakan penilaian dalam arti tercapainya

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sasaran

yang tersedia. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai
19

dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila

suatu tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, maka tidak efektif. 5S merupakan metode pendekatan secara

sistematik guna mengorganisir area kerja, sesuai dengan peraturan dan

standar serta mempertahankan kedisiplinan untuk melakukan pekerjaan

dengan baik yang disesuaikan dengan keadaan perusahaan dengan tujuan

akhir memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dari tempat kerja

Jadi, efektivitas penerapan 5S merupakan tingkat keberhasilan atau

ketercapaian dalam penerapan seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke

(5S) sesuai tujuan/sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga

bisa dikatakan bila dalam penerapan 5S bisa tercapai sesuai dengan tujuan

atau sasaran yang ditentukan maka dinyatakan efektif. Sebaliknya, apabila

dala penerapannya tidak memenuhi tujuan tersebut, bisa dikatakan belum

efektif/tidak efektif.

2.2 Penelitian Relevan


Penelitian yang relevan adalah suatu penelitian yang suah pernah dibuat
dan di anggap cukup relevan dan mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik
yang akan diteliti yang berguna untuk menghindari terjadinya perngulangan
dengan pokok permasalahan yang sama.

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan yang digunakan dalam
penelitian ini :

Tabel 2.1 Penelitian Relevan


Nama
N Judul
Peneliti dan Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
o Penelitian
Tahun
20

Untuk memperbaiki Penelitian ini menggunakan penerapan 5S juga


tataletak Gudang metode kualitatif, yaitu dapat meningkatkan
sparepart metode 5S. Tahap seiri produktivitas
menggunakan metode dirancangkan dengan karyawan dalam
5S dengan tujuan memilah peralatan yang bekerja sehingga
Implementasi
Adi untuk mempercepat penting, sangat penting, dapat mengurangi
5S (Seiri,
Iswantoro , proses pencarian tidak penting dan sangat waktu downtime
Seiton, Seiso,
Muhamad sparepart dan tidak penting. Tahap seiton Ketika ada
Seiketsu dan
Soleh, Nurul peralatan maintenance dirancangkan dengan kerusakan pada
Shitsuke) Pada
1 Hidayati , jika terjadi kerusakan menata barang sesuai jenis mesin
Gudang
Nuning mesin. Pembuktikan barang
Sparepart PT.
Artati adanya perbaikan
Kemilau
(Tahun setelah penerapan dan
Anugerah
2022) sebelum penerapan
Sejati”
maka perlu dilakukan
uji beda

Penerapan 5S Penelitian ini Penelitian ini menggunakan Bahwa untuk


(Seiri, Seiton, bertujuan untuk metode kualitatif, yaitu meningkatkan
Seiso, Seiketsu, mengimplementasikan metode 5S. Tahap seiri produktivitas di CV
Shitsuke) Pada rancangan 5S terhadap dirancangkan dengan Widjaya Presisi
Muhammad Area Kerja kondisi yang ada. memilah peralatan yang dapat dimulai
Reza1 ,Hery Sebagai Upaya penting, sangat penting, dengan melakukan
Hamdi Peningkatan tidak penting dan sangat implementasi 5S
2
Azwir2 Produktivitas tidak penting. Tahap seiton sehingga dapat
(Tahun Kerja (Studi dirancangkan dengan mengatasi masalah
2019) Kasus Di CV menata barang sesuai pada waste of
Widjaya motion yang terjadi
Presisi)” pada lingkungan
kerja produksi dari
proses stamping.
3 M. Hudori Penerapan Tujuan dari penulisan Metode yang digunakan Hasil penelitian ini
(2017) Prinsip 5S ini adalah untuk dalam penelitian ini adalah menunjukkan
(Seiri, Seiton, memelihara gudang observasi, wawancara bahwa penerapan
Seiso, Seiketsu, zat kimia dengan (interview) dan studi 5S (Seiri, Seiso,
Shitsuke) di menerapkan prinsip literatur yang berkaitan Seiton, Sheiketsu,
Gudang Zat 5S guna menghindari dengan aspek yang dibahas Shitsuke) sangat
Kimia kesulitan dalam baik untuk
Perusahaan penyusunan barang, dilaksanakan di
Perkebunan menjaga kebersihan di gudang, khususnya
Kelapa Sawit dalam gudang dan gudang zat kimia,
menghindari sehingga
21

kecelakaan pada saat pengelolaan gudang


pengambilan barang. menjadi lebih
efektif dan efisien.
untuk menata ulang Setelah dilakukan
Penerapan 5s Penelitian ini menggunakan
penyimpanan perbaikan, terjadi
Dea Legina (Seiri, Seiton, metode kualitatif, yaitu
sparepart di penurunan waktu
Ayu Seiso, Seiketsu, metode 5S
perusahaan, sehingga mengambil
Kusumah* , Shitsuke) untuk
sparepart mudah sparepart sebesar
4 Chaznin R. Reduksi Non
ditemukan dan 95,37% dan
Muhammad Value Added
ketersediaan sparepart penurunan waktu
(2021) Activity di PT
juga dapat diketahui menunggu sparepart
X
sebesar 100%
5. Analisis Tujuan penelitian ini Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian
Penerapan untuk mengetahui metode penelitian kualitatif pada pembangunan
Budaya 5r bagaimana penerapan dengan informan diambil 5 gedung Fakultas
(Ringkas, Rapi, budaya 5R pada responden. Hukum Universitas
Resik, Rawat, pembangunan gedung Sam Ratulangi oleh
Rajin) Pada Fakultas Hukum PT. Adhi Karya
Ramadhan
Pembangunan Universitas Sam terhadap kesesuaian
Sukma
Gedung Ratulangi oleh PT. atau standar budaya
(2018)
Fakultas Adhi Karya (Persero) 5R sudah
Hukum Tbk diterapkan dengan
Universitas Sam baik
Ratulangi Oleh
Pt. Adhi Karya
(Persero) Tbk

3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.2 di bawah ini :

INPUT PROSES OUT PUT


1.kondisi Penerapan 5s 1. Peningkatan
tempat kerja Produktivitas
2. Kepuasan
2.jenis barang Costumer
di gudang
sudu cadang
3. sumber
daya manusia
22

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

dari gambar di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Input, terdiri dari data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu bahan
atau data pendukung dalam proses penelitian.
2. Proses. Pada tahap ini dilakukannya pengolahan data, kemudian melakukan
metode penerapan 5s
3. Dari input dan proses maka akan terbentuk output yaitu hasil yang
diharapkan dari penelitian ini, yaitu :
a. Peningkatan produktivitas
b. dan kepuasaan costumer
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Setiap penelitian pada dasarnya memiliki teknik atau cara untuk
mendekati suatu objek penelitian, karena penentuan pendekatan yang diambil
akan memberikan petunjuk yang jelas bagi rencana penelitian yang akan
dilakukan. Pendekatan penelitian sebagaimana yang dikemukakan Colid
Narbuko (2012:44) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian
yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis data dan
menginterpretasi.
Penelitian mengenai penerapan seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke
di Gudang Suku Cadang di PT Semen Padang workshop ini merupakan
penelitian deskriptif . Menurut Suharsimi (1995:310), mengemukakan bahwa
penelitian dekriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, teteapi
hanya menggambarkan ”apa adanya” tentang suatu variable, gejala dan
keadaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian yang akan dilakukan di PT Semen Padang
bagian gudang suku cadang yang berlokasi di Jl Raya Indarung, Kecamatan
Lubuk Kilangan, Kota Padang Sumatra Barat.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian ini dilakukan pada 03 Agustus 2023 sampai 03
September 2023.

3.3 Data dan Jenis Data


3.3.1 Data

23
24

Data yang digunakan dalam penelitian disini adalah keterangan-


keterangan hasil dari wawancara mendalam serta pengamatan dan dokumentasi.

3.3.1 Jenis Data


Data yang di butuhkan untuk penelitian ini adalah data primer. Data
primer yaitu data yang diambil berdasarkan informasi yang didapat dari gudang
suku cadang di PT Semen Padang yang berkaitan dengan pemecahan masalah
pada penelitian ini.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Pengamatan/Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,
meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra (Arikunto, 2002:133). Jadi observasi merupakan suatu
penyelidikan yang dilakukan secara sistematik sengaja diadakan dengan
menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan
dapat dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi.
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamantan
atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan meggunakan seluruh alat
indra, jadi pengobservasi dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 2002:128)
2. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode
dokumentasi berarti cara pengmpulan data dengan mencatat data-data yang sudah
ada (Yatim, 1996:83). Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan buku, surat, transkip, majalah, agenda, dan lain-
lain.Teknik atau studi dokumnetasai adalah cara pengumpulan data melalui
25

pening galan arsip-arsip dean termasuk juga buku-buku tentang pendapat,


teori, dalili-dalil dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian

3.5 Teknik Pengolahan Data


Dalam mencapai tujuan penelitian maka penulis menggunakan metoda
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui persentase penerapan Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,
dan Shitsuke (5S) di Workshop di Gudang Suku Cadang di PT.Semen
Padang
Adapun tahapan-tahapan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Memberikan penilaian prosentase untuk tiap sub variable.
Seperti yang sudah tertera di kisi-kisi instrumen mengenai daftar cocok
(checklist) menunjukkan ada 4 kriteria untuk setiap sub variable dalam penilaian
penerapan aspek 5S di gudang susku cadang PT Semen Padang Sehingga untuk
mempermudah penilaian mengenai penerapan seiri, seiton, seiso, seiketsu dan
shitsuke (5S) tersebut digunakan penilaian prosentase.
Menurut Suharsimi (1990:349) menyatakan bahwa keuntungan
menggunakan prosentase sebagai alat bantu untuk menyajikan informasi adalah
bahwa dengan prosentase tersebut pembaca laporan penelitian akan mengetahui
sejauh mana sumbangan tiap-tiap bagian (aspek) didalam keseluruhan konteks
permasalahan yang sedang dibicarakan.
Penilaian tersebut dangan cara mengukur kondisi kriteria yang terlaksana
dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan. Kriteria-kriteria tersebut
tentunya menjadi patokan untuk mengetahui sejauh mana penerapan seiri,
seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke (5S) di gudang susku cadang PT Semen
Padang. Sehingga dapat digunakan rumus perbandingan untuk mendapatkan
penilaian prosentase sebagai berikut.
26

Prosentase Penerapan 5S =

(Kriteria terlaksana/Total kriteria tiap sub variable) x 100%

Berdasarkan rumus tersebut diatas, apabila peneliti menentukan

empat ukuran untuk semua kriteria tiap sub variable dan 100% bagi kondisi

sub variable yang memenuhi keempat tolak ukur, maka jika kondisi hanya tiga

kriteria akan dikatakan 75% sesuai kondisi yang diinginkan. Selanjutnya jika

hanya 2 kriteria terlaksana dikatakan penerapannya 50%, hanya


terlaksana 1 kriteria dikatakan penerapannya 25% dan jika tidak ada kriteria
yang terlaksana maka dikatakan penerapananya 0%.
2. Menyajikan data dalam bentuk Diagram Pie
Penilaian prosentase mengenai penerapan sub variable seiri, seiton,
seiso, seiketsu dan shitsuke (5S) perlu adanya penyajian data yang lebih bisa
menggambarkan beberapa aspek 5S tersebut, salah satunya dengan
menggunakan diagram pie. Diagram tersebut berbentuk seperti potongan buah
apel sehingga bisa lebih visualis.
3. Memberikan sebuah predikat mengenai penerapan 5S.
Dari hasil penilaian prosentase mengenai penerapan seiri, seiton, seiso,
seiketsu dan shitsuke (5S) di gudang susku cadang PT Semen Padang masih
bersifat kuantitatif sehingga perlu dirubah kedalam penilaian yang bersifat
kualitatif. Seperti yang disampaikan oleh Suharsimi (1990:352) dalam buku
“Manajemen Penelitian” menyatakan bahwa: Analisis data yang menggunakan
teknik deskiptif kualitatif memanfaatkan prosentase hanya merupakan langkah
awal saja dari keseluruhan proses analisis. Prosentase yang dinyatakan dalam
bilangan sudah jelas merupakan ukuran yang bersifat kuantitatif, bukan
kualitatif. Jadi pernyataan prosentase bukan merupakan hasil analisis kualitatif.
Analisis kualitatif tentu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk
27

pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas.


3.5.2 Untuk mengetahui efektivitas penerapan 5S di Gudang Suku Cadang
PT Semen Padang
Berdasarkan atas uraian tersebut agar hasil penilaian akhir berupa
pernyataan kualitatif maka besarnya prosentase dijadikan dasar bagi penentuan
predikat. Dengan demikian maka:
a. Jika sub variable 5S memenuhi keempat kriteria maka pertama-tama
peneliti memberi angka 100%, kemudian diganti dengan predikat :
penerapannya “Efektif”
b. Jika sub variable 5S memenuhi tiga kriteria maka diberi tingkatan
ketercapaian penerapannya 75%, kemudian diganti dengan predikat
penerapannya “Cukup Efektif”
c. Jika sub variable 5S memenuhi dua kriteria maka diberi tingkatan
ketercapaian penerapannya 50%, kemudian diganti dengan predikat :
penerapannya “Kurang Efektif”
d. Jika sub variable 5S memenuhi satu kriteria maka diberi tingkatan
ketercapaian penerapannya 25%, kemudian diganti dengan predikat :
penerapannya “Tidak Efektif”
e. Jika sub variable 5S sama sekali tidak memenuhi kriteria maka diberi
tingkatan ketercapaian penerapannya 0%, kemudian diganti dengan
predikat : penerapannya “Sangat Tidak Efektif”
3.6 Kerangka Metodologi
Adapun kerangka metodologi dibawah ini menjelaskan tentang beberapa
hal mulai dari survei lokasi sampai dengan selesai

Mulai

Survey lapangan Study Literatur


1. Interview Mempelajari buku, jurnal yang berkaitan dengan
2. Observasi metodologi penelitian, yaitu tentang Penerapan 5S
28

Identifikasi Masalah

1. Masih banyak sekali yang belum pekerja ketahui tentang sikap dan
perilaku kerja
2. Adanya karyawan yang tidak disiplin
3. Budaya kerja mekanik di workshop yang tidak bisa mengembalikan
dan menata ulang peralatan-peralatan yang telah digunakan sesuai
dengan keberadaan semula

Rumusan Masalah
1. Berapa prosentase penerapan Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan
Shitsuke (5S) di Gudang Suku Cadang di PT.Semen Padang ?
2. Sudah efektifkah penerapan ASeiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan
Shitsuke (5S) di Gudang Suku Cadang di PT.Semen Padang ?
Tujuan Penelitian
1. 1. Untuk mengetahui prosentase penerapan Seiri, Seiton, Seiso,
Seiketsu, dan Shitsuke (5S) di Workshop di Gudang Suku Cadang di
PT.Semen Padang
2. Untuk mengetahui efektivitas penerapan 5S di di Gudang Suku
Cadang di PT.Semen Padang

Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
teknik wawancara dan observasi serta dokumentasi
dengan mengumpulkan data-data terkait

Pengolahan Data
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Dengan menggunakan metode 5S pada gudang suku cadang di PT Semen
Padang
29

Analisa Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.3 Kerangka Metodologi

A. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan

sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengindentifikasikan

variabel atau konsep yang digunakan. Definisi operasional digunakan untuk

memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam

penelitian.

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah :

1. Motivasi Belajar (Variabel X)

Perilaku peserta didik yang tidak ada motiavsi belajar yang dapat

diukur dan diamati ciri ciri tertentu :

(1)Kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran

(2)Selalu menunda untuk mengerjakan tugas- tugas sekolah

(3)Tidak focus memperhatikan guru


30

(4)Menganggap Pelajaran tidak penting

2. Self Regulated Learnig (Variabel Y)

Regulasi diri mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam

belajar diantaranya: a) Metakognitif, Metakognisi adalah pemahaman dan

kesadaran tentang proses kognitif atau pikiran tentang berpikir, b)

Motivasi, Motivasi adalah fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol

dan berkaitan dengan kemampuan yang ada pada setiap diri individu

dan, c) Perilaku, Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri,

menyeleksi, dan memanfaatkan, maupun menciptakan lingkungan yang

mendukung aktivitasnya.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto dalam Purwanza dkk., (2022:9) populasi adalah

keseluruhan subjek dalam penelitian. Kemudian Rujakat dalam Purwanza

dkk., (2022:11) menyatakan bahwa populasi dalam penelitian didasarkan

atas pertimbangan bahwa sampel atau responden sangat erat kaitannya

dengan karakteristik dalam suatu variabel yang diteliti. Sugiyono dalam

Purwanza dkk., (2022:52) berpendapat bahwa populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang menjadi kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya.
31

Menurut Yusuf dalam Purwanza dkk., (2022:70) populasi adalah

suatu hal yang penting, mendasar serta perlu mendapatkan perhatian secara

seksama jika peneliti memiliki keinginan untuk menarik suatu kesimpulan

yang meyakinkan dan tepat sasaran terhadap objek yang diteliti. Husaini

Usman dalam Purwanza dkk., (2022:26) juga berpendapat bahwa populasi

adalah cakupan dari semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran,

baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu dari

sekelompok objek yang jelas dan lengkap.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah keseluruhan dari objek penyelidikan atau penelitian yang akan

dijadikan sumber data permasalahan yang akan diteliti. populasi pada

penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA di SMA Negeri 8 Padang.

Berikut rincian sebaran populasi disajikan pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 1.Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah
1 XII IPA 1 31 Orang
2 XII IPA 2 31 Orang
3 XII IPA 3 30 Orang
4 XII IPA 4 28 Orang
Jumlah 120 Orang

Berdasarkan data di atas, populasi dalam penelitian ini adalah

sebanyak 120 orang peserta didik di kelas XII IPA di SMA Negeri 8

Padang.
32

2. Sampel
Menurut Sudaryono dalam Jasmalinda, (2021:2200) menyatakan

bahwa teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Sedangkan

sampel merupakan bagian dari dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik

Probability Sampling dengan jenis cluster random sampling. Pengambilan

sampel dengan cara undian karena memberikan kesempatan kepada setiap

daerah atau kelas untuk menjadi sampel.

N
n= N (d)2 + 1

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah populasi

d : Nilai presisi (presisi yang diterapkan 1% = 0.01)

Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 290 dan tingkat presisi

yang ditetapkam 5%, maka :

n N (d)2 + 1
=
120

= 120 (0.01)2 + 1

= 120
33

120 (0.0001) + 1

= 54,5 dibulatkan menjadi 55

Dalam teknik random sampling, pengambilan sampelnya

dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Dimana

teknik ini dapat dilakukan dengan cara undian. Jadi sampel yang sebanyak

92 itu diambil secara undian. Dimana setelah dilakukan secara acak, maka

pesebaran sampel tersebut adalah:

Tabel 2. Sampel Penelitian

No. KELAS JUMLAH SISWA


1. XII IPA 1 27
2. XII IPA 2 28
Jumlah 55

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen

Menurut Sudaryono dalam Jailani, (2023:4) menyatakan bahwa

instrumen atau teknik pengumpulan data merupakan suatu alat bantu yang

dipilih serta digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah dalam prosesnya.
34

Dalam penelitian ini alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

angket yang berisikan pernyataan yang akan diberikan kepada responden

yang menjadi sampel penelitian tentang Self Regulated Learning.

a) Angket (Kuesioner)

Menurut Arikunto dalam Jailani, (2023:5) angket adalah sebuah

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden tentang pribadinya atau mengenai hal-hal yang diketahuinya.

Dalam penelitian ini, angket yang akan digunakan oleh peneliti adalah

angket tentang Self Regulated Learning dan Motivasi Belajar. Angket

digunakan untuk mencari hubungan antara variabel XII (Regulasi Diri)

dengan Variabel Y (motivasi belajar) pada peserta didik kelas XII IPA di

SMA Negeri 8 Padang.

Dari angket tersebut responden memilih satu dari lima pilihan

jawaban yang ada pada angket dengan menggunakan skala likert, skala

likert adalah dimana memberikan skorsing atau nilai jawaban. Skala

Likert yang dibagikan kepada responden berisikan pernyataan yang

positif (favorable) terdiri dari sekor setiap item memberikan skorsing

atau nilai jawaban. Skala Likert yang dibagikan kepada responden

berisikan pernyataan yang positif (favorable) terdiri dari sekor setiap

item. berkisar dari 5 sampai 1 dan pernyataan yang negative

(unfavorable) terdiri dari sekor setiap item berkisar dari 1 sampai 5 serta
35

memiliki lima alternative jawaban yang masing-masing diberi skor

yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), kurang setuju (KS),

setuju (S), Sangat setuju (SS).

Dibawah ini akan diuraikan penyusunan item, pemberian skor

skala self regulated learning dan skala prokrastinasi serta distribusi

item sebelum uji coba.

1. Pemberian skor skala

a. Skala Self Regulation dan Prokrastinasi Akademik

Pada skala self regulation dan prokrastinasi akademik,

penilaian pernyataan untuk item yang bersifat favorable (positif)

bergerak dari angka 4 sampai 1 dan nilai 1 sampai 4 bagi item

yang bersifat unfavorable (negatif). Pemberian skor tersebut dapat

dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. Alternatif jawaban angket self regulation dan prokrastinasi


akademik

Kategori jawaban Pernyataan


Favorable Unfavorabel
Sangat Tinggi 5 1
Tinggi 4 2
Sedang 3 3
Rendah 2 4
Sangat Rendah 1 5

B. Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self

regulated learning dengan motivasi belajar pada peserta didik kelas XII
36

IPA di SMA Negeri 8 Padang. Oleh karena itu, teknik analisis data yang

digunakan adalah uji korelasi. Uji korelasi dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Penggunaan

Korelasi Product Moment ini bertujuan untuk mencari hubungan antara

dua variabel yang memiliki hubungan yang searah. Uji hipotesis dalam

penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS for

windows versi 12.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam Iii & Penelitian,

(2011:37)menyatakan bahwa mengolah data dan menganalisis data adalah

mengubah data mentah menjadi data yang bermakna yang mengarah pada

kesimpulan dimana analisis data merupakan kelanjutan dari pengolahan

data.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis deskriptif kuantitatif dengan menunjukkan hasil persentase

mengenai hubungan self regulation dengan prokrastinasi akademik.

Menurut Sugiyono dalam Iii & Penelitian, (2011:38) menyebutkan bahwa

stastik deskriptif adalah stastik yang berfungsi mendeskripsikan atau

memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel

atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku umum. Data dalam penelitian ini

adalah data kuantitatif dan teknik teknik analisis yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analasisis deskriptif


37

1. Uji Analisis Deskriptif

Peneliti menggunakan analisis data dengan menggunakan

bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 18 (Statistical Program For

Social Science). Teknik analisis data yang digunakan adalah persentase

untuk mengungkapkan aspek yang diteliti.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung

persentase responden yang termasuk dalam kategori rendah, sedang,

dan tinggi tersebut yang ditentukan dari kelas interval data penelitian

disetiap aspek, sebagai berikut:

F
p= x 100%
N
Keterangan :

p = persentase

f = frekuensi yang sedang dicari

n = jumlah total frekuensi

Pada pengolahan presentase didapatkan hasil presentase dari

frekuensi siswa tiap kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi mengenai

hubungan self regulation dengan prokrastinasi akademik. Presentase

tersebut yang dideskripssikan sebagai kategori hubungan self regulation

dengan prokrastinasi akademik beserta kategorisasi tiap indikatornya.

Frekuensi yang paling tinggi pada setiap kategori merupakan

pencerminan kategori pada aspek tersebut.


38

Untuk menjawab tujuan penelitian yaitu deskripsi dari

batasan 1 dan 2 menggunakan tahap berikut:

a. Verifikasi

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memiliki

data yang memadai untuk diolah. Proses seleksi ditempuh dengan

cara memeriksa dan menyeleksi kelengkapan pengisian yang

dilakukan oleh peserta didik baik identitas maupun jawabanya.

b. Penskoran

Menskor dan menghitung jumlah jawaban dan

memasukannya dalam tabel pengolahan. Data yang dimasukan untuk

diolah kemudian diskor dengan masing-masing kategori yang telah

ditetapkan dengan langkah-langka berikut:

1) Memeriksa dan menyeleksi kelengkapan pengisian angket yang

dilakukan oleh peserta didik identitas maupun jawabannya.

2) Menskor dan menghitung jawaban dan memasukkannya dalam

tabel pengolahan Microsoft excel 2007. Data yang dimasukkan

untuk diolah kemudian diskor dengan masing-masing kategori

yang telah ditetapkan.

3) Mengkonfronmasikan data mentah ke dalam software IBM

Statistical Package for the Social Sciences version 18.0for

windows (IBM SPSS Versi 18.0) dan melakukan analisis statistik

deskriptif.
39

4) Setelah didapatkan hasil dari pengolahan data dicari interval skor

Setelah ditemukan interval Skor dicari pengkategorian dengan

mean hipotetik:

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data

memiliki distribusi sehingga dapat dipakai dalam statistik

parametrik. Data yang berdistribusi normal adalah data yang

memusat pada nilai rata-rata atau median. Uji normalitas data

penelitian diolah dengan menggunakan program uji statistik

deskriptif data penelitian diolah dengan menggunakan program SPSS

Versi18.0.

b. Uji Linieritas

Apabila antara variabel X dan Y dikatakan sudah memiliki

hubungan linier, berarti bisa dikatakan variabel X berpengaruh

terhadap Y.

Langkah uji linieritas dapat diuraikan sebagai berikut.

H0 : = 0 (persamaan adalah tidak linier atau tak ada relasi antara

X dan Y)

H1 : 0 (persamaan adalah linier atau ada relasi X dan Y) Uji linieritas

data penelitian diolah menggunakan program SPSS Versi 18.0.

c. Uji Korelasi
40

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tinggi

rendahnya hubungan antar variabel yang dianalisis. Analisa korelasi

yang digunakan adalah metode Corelation Person Product Moment

dalam Suparto, (2014:3)

Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r)

dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ + 1). apabila

nilai r = - 1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak

ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. sedangkan arti

harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r.

Menurut Riduwan Suparto, (2014:4) interprestasi koefisien korelasi

nilai r.
41

DAFTAR PUSTAKA

Aimah, S., & Ifadah, M. (2013). Pengaruh Self Regulated Learning terhadap
Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Psikologi, 12(1), 21–24.
Analisis, K. M. (2015). Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar:
Kajian Meta Analisis. Jurnal Psikologi, 37(1), 110 – 129–129.
https://doi.org/10.22146/jpsi.7696
Azmi, S. (2016). Self regulated learning salah satu modal kesuksesan belajar dan
mengajar. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 5(1), 19–20.
Hadwin, A. F. (2012). Self-Regulated Learning. 21st Century Education: A
Reference Handbook, 01(01), I-175-I–183.
https://doi.org/10.4135/9781412964012.n19
Hajijah, R. (2023). Hubungan Self Regulated Learning dengan Motivasi Belajar
Siswa SMK Nustar Serta Implikasinya. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 10(1),
67–76.
Hasnah, S. (2018). Learning siswa unggulan di sekolah sekolah menengah
kejuruan negeri 2 Medan Fakultas Psikologi Medan.
Iii, B. A. B., & Penelitian, A. T. (2011). Metode Penelitian Dan Teknik Analisis
Data. 1(2), 33–45.
Jailani, M. S. (2023). Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian Ilmiah
Pendidikan Pada Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. 1, 1–9.
Jasmalinda. (2021). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Motor Yamaha Di Kabupaten Padang
Pariaman. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(10), 2199–2205.
Pratama, F., Firman, F., & Neviyarni, N. (2019). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Hasil Belajar Ipa Di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 1(3), 280–286. https://doi.org/10.31004/edukatif.v1i3.63
Purwanza dkk., S. W. (2022). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Kombinasi. In News.Ge (Issue March).
Rahman, S. (2021). Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar. Merdeka Belajar, November, 289–302.
Sagita, N. N., & Mahmud, A. (2019). Peran Self Regulated Learning dalam
Hubungan Motivasi Belajar, Prokrastinasi dan Kecurangan Akademik.
Economic Education Analysis Journal, 8(2), 516–532.
https://doi.org/10.15294/eeaj.v8i2.31482
42

Study, C., & Makassar, N. (2021). Analisis Motivasi Belajar Rendah Siswa
Selama Masa Pandemi dan Penanganannya ( Studi Kasus di SMA Negeri 8
Makassar ) Analysis Of Student Low Learning Motivation During The
Pandemic And Handling. 2, 1–16.
Suparto. (2014). Analisis Korelasi Variabel -Variabel Yang Mempengaruhisiswa
Dalam Memilih Perguruan Tinggi. Jurnal IPTEK, 18(02), 1–9.
https://ejurnal.itats.ac.id/iptek
Tsusayya, T. D., Umaroh, S. K., & Imawati, D. (2023). Motivasi Belajar dan Self
Regulated Learning pada Mahasiswa dengan Sistem Pembelajaran Jarak
Jauh. Jurnal Psikologi Terapan (JPT), 5(1), 1.
https://doi.org/10.29103/jpt.v4i1.9368
Yam, J. H., & Taufik, R. (2021). Hipotesis Penelitian Kuantitatif. Perspektif :
Jurnal Ilmu Administrasi, 3(2), 96–102.
https://doi.org/10.33592/perspektif.v3i2.1540
43

Anda mungkin juga menyukai