(41.14.003)
Gandi Sopian
(41.14.010)
(41.14.017)
Elma T. Rumles
(41.14.023)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Laporan Modul 4 ini, laporan ini disusun untuk membuat mahasiswa lebih memahami
secara rinci seluk-beluk praktikum beserta manfaatnya secara teoritis, tujuan lainnya
ialah agar mahasiswa mampu menganalisa secara keseluruhan tindakan dari proses
produksi dan nantinya akan dapat menemukan kecacatan/kekurangan secara metode
maupun konsep.
Perencanaan dan Pengendalian Produksi atau Planning and Production Control
(PPC) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di studi Teknik Industri
Fakultas Teknik, Universitas Islam Jakarta. Laporan ini disusun sebagai pelengkap
praktikum yang telah dilaksanakan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan moril maupun materil kepada :
1. Bapak Ir. Mulki Siregar, MT selaku Dosen PPC.
2. Sdr/i, Nurhidayati Odini, Muhammad Zabar dan Azhar Fadzilah selaku
pembimbing dan asisten Laboratorium Sistem Produksi.
3. Teman-teman angkatan 2014 yang telah memberikan saran serta bantuan
semangat.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum
ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurang pengetahuan dan pengalaman
kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dan atau dapat
memperbaiki laporan ini akan sangat kami harapkan.
Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat memberi banyak manfaat bagi
penyusun pada khususnya, dan juga berguna bagi orang lain atau pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 5 Mei 2016
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang...............................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3.
Tujuan.............................................................................................2
Lintasan Produksi...........................................................................3
2.3.
Pengumpulan Data.......................................................................12
Pengolahan Data...........................................................................14
Kesimpulan...................................................................................21
5.2.
Saran.............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................22
LAMPIRAN
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
BAB IIndustri manufaktur selalu berada dalam persaingan yang ketat. Menghadapi
kondisi ini, di mana variasi produk tinggi, daur hidup produk yang pendek, permintaan
yang berubah-ubah, dan adanya tuntutan dalam hal pengiriman yang tepat waktu,
menyebabkan perusahaan memerlukan strategi untuk meningkatkan efisiensi dalam
menggunakan fasilitas. Suatu sistem manufaktur harus dapat menghasilkan produkproduk dengan ongkos yang rendah dan kualitas tinggi, serta dapat mengirimkannya
tepat waktu kepada pelanggan. Suatu sistem juga harus dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik dari perancangan proses maupun
permintaan produk.
BAB IISalah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan merancang lintasan produksi atau melakukan konfigurasi ulang tata letak
pabrik. Menurut Nicol dan Hollier 1983, perancangan tata letak tidak hanya diperlukan
saat membangun perusahaan baru, tetapi juga saat mengembangkan perusahaan,
melakukan
konsolidasi
atau
mengubah
struktur
perusahaan
dengan
tujuan
BAB IIITata letak pabrik yang baik dan didukung pula dengan koordinasi kerja yang
bagus antar setiap departemen dalam perusahaan diharapkan membuat perusahaan tetap
bertahan dan sukses dalam persaingan industri di bidangnya.
Bab 1 Pendahuluan
I.2.
Rumusan Masalah
BAB IVBerdasarkan latar belakang di atas, kami menyimpulkan beberapa poin dalam
rumusan masalah yang adalah sbb:
1. Apa yang dapat dilakukan untuk mengefisiensikan sebuah lintasan
produksi?
2. Bagaimana mengatur tata letak dalam sebuah lintasan produksi?
3. Bagaimana cara menganalisa sebuah sistem lintasan produksi?
4. Bagaimana membuat lintasan produksi yang seimbang?
I.3.
Tujuan
BAB VBerdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan penulisan laporan ini ialah
sbb:
1. Dapat memahami tujuan dalam mengefisiensikan lintasan produksi
2. Dapat menganalisa tata letak pabrik yang dalam hal ini adalah lintasan
produksi
3. Dapat menindak lanjuti hasil analisis dan dapat memberikan saran lintasan
produksi yang lebih baik.
Bab 1 Pendahuluan
BAB VI
LANDASAN TEORI
I.4.
Lintasan Produksi
BAB IXSedangkan sifat atau ciri dari proses produksi yang terputus-putus ialah:
1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan
variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan.
2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan
peralatan berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang
sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process
layout atau departmentation by equipment.
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesinmesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan
bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin ini
dikenal dengan nama general purpose machines.
4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis,
maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat
besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau skill yang
tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.
5. Proses produksi tidak mudah/akan terhenti walaupun terjadi kerusakan atau
terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya
besar, maka terhadap pekerjaan yang bermacam-macam menimbulkan
pengawasan yang lebih sukar.
7. Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan
pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan
dalam proses lebih tinggi daripada continuous process karena prosesnya
yang terputus-putus.
Bab 2 Landasan Teori
8. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolakbalik sehingga perlu adanya ruangan gerak yang besar dan ruangan tempat
bahan-bahan dalam proses yang besar.
IX.1.1.
BAB XIBerdasarkan hierarki perencanaan fasilitas dan definisi perancangan tata letak
yang telah diuraikan di atas, maka pengertian perancangan tata letak adalah pengaturan
konfigurasi stasiun kerja produksi yang disusun berdasarkan interaksi antar departemen
yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu sehingga interaksi tersebut optimal dalam
proses transformasi material dari bahan mentah menjadi produk jadi.
BAB XIITerdapat beberapa kategori tata letak pabrik yang umum digunakan, kategori
tersebut ialah:
XII.1.1.1.
BAB XIIITata letak berdasarkan proses, sering dikenal dengan process atau functional
layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja berdasarkan kesamaan
tipe atau fungsinya. Mesin-mesin yang digunakan tata letak proses berfungsi umum
(general purpose). Tata letak proses umumnya digunakan untuk industri manufaktur
yang bekerja dengan volume produksi yang relatif kecil dan jenis produk yang tidak
standar (Wignjosoebroto, 2000).
XIII.1.1.1.
BAB XIVTata letak berdasarkan produk, sering dikenal dengan production line
layout, adalah metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja berdasarkan urutan
operasi dari sebuah produk. Sistem ini dirancang untuk memproduksi produk-produk
dengan variasi yang rendah dan volume yang tinggi (mass production). Untuk itu
dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberikan produktifitas tinggi dengan ongkos
yang rendah.
XIV.1.1.1.
Layout)
BAB XVTata letak posisi tetap, sering dikenal dengan fixed material location, adalah
metode pengaturan dan penempatan stasiun kerja di mana material atau komponen
utama akan tetap pada posisi/lokasinya, sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan,
mesin, manusia, serta komponen lainnya bergerak menuju lokasi komponen utama
tersebut.
XV.1.1.1.
Technology Layout)
BAB XVIHenry C.Co mendefinisikan tata letak teknologi kelompok sebagai teknik
untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan bersama komponen-komponen yang
sama atau berhubungan dalam proses produksi untuk mengoptimalkan aliran produksi.
dalam
perancangan
dan
proses
manufaktur. Teknologi
kelompok
dimaksudkan untuk memperoleh efisiensi yang tinggi pada tata letak produk dan
fleksibilitas yang tinggi pada tata letak proses.
XVI.1.1.
BAB XVIIApabila suatu stasiun bekerja di bawah kecepatan lintasan maka stasiun
tersebut akan memiliki waktu menganggur. Tujuan akhir lintasan produksi adalah
memaksimalkan kecepatan di setiap stasiun kerja sehingga dicapai efisiensi kerja yang
tinggi di setiap stasiun kerja. Kajian ini memiliki input yang diperlukan untuk
merencanakan keseimbangan lintasan, yaitu:
1. Suatu jaringan kerja yaitu terdiri atas rakitan simpul dan anak panah, yang
menggambarkan urutan pekerjaan. Hal tersebut berarti bahwa urutan
pekerjaan ini dimulai dan berakhir pada suatu simpul.
2. Data waktu baku pekerjaan tiap operasi yang diturunkan dari perhitungan
waktu baku pekerjaan operasi pekerjaan.
3. Kecepatan lintasan yang diinginkan. Hal tersebut berarti bahwa kecepatan
lintasan yang ingin dihasilkan dalam satu periode.
BAB XVIIIKendala akan muncul jika salah satu operasi memiliki kecepatan yang
lebih rendah dari kecepatan lintasan yang diinginkan. Penyelesaian masalah tersebut
dapat diatasi dengan dua alternatif pilihan yang ditempuh, yaitu:
1. Kecepatan lintasan yang diinginkan diturunkan berdasarkan waktu operasi
yang terbesar. Konsekuensi dari kecepatan lintas aktual yang lebih besar
dari kecepatan lintas yang diinginkan yaitu lintas pekerjaan tidak mungkin
tepat waktu sesuai permintaan sehingga diperlukan penambahan shift kerja.
2. Kecepatan operasi yang terlambat dinaikkan sehingga menjadi lebih besar.
Caranya ialah dengan menambah jumlah operator per produk.
BAB XXIAdanya kombinasi penugasan kerja terhadap operator atau grup operator
yang menempati stasiun kerja tertentu juga merupakan awal masalah keseimbangan
lintasan produksi, sebab penugasan elemen kerja yang berbeda akan menimbulkan
perbedaan dalam jumlah waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah pekerjaan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran produksi tertentu dalam lintasan tersebut.
Masalah-masalah yang terjadi pada keseimbangan lintasan dalam suatu lintasan
produksi biasanya tampak adanya penumpukan material, waktu tunggu yang tinggi dan
operator yang menganggur karena beban kerja yang tidak teratur. Untuk memperbaiki
kondisi tersebut dengan keseimbangan lintasan yaitu dengan menyeimbangkan stasiun
kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan.
BAB XXII
BAB XXIII
BAB XXIV
I.6.
sehingga untuk
BAB XXVIIIWaktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk membuat suatu
produk dalam suatu lintasan produksi. Waktu siklus harus sama atau lebih besar dari
waktu operasi terbesar, dan waktu siklus harus sama atau lebih kecil dari jam kerja
efektif per hari dibagi jumlah produksi per harinya, maka Waktu Siklus sebagai berikut:
P
Ti
Tc
max
BAB XXIX
Q
BAB XXXStasiun kerja adalah sebuah lokasi pada lintasan produksi di mana satu atau
beberapa elemen kerja dilaksanakan untuk membuat produksi tersebut. Pengelompokan
elemen elemen kerja ke dalam stasiun-stasiun kerja tersebut diusahakan agar
mempunyai waktu operasi yang sama. Tujuan pengelompokan ke dalam stasiun kerja
adalah untuk mendapatkan balance delay yang rendah. Balance delay merupakan
ukuran ketidakseimbangan suatu lintasan produksi. Untuk mencari jumlah minimal dari
stasiun kerja ini dapat diperoleh dengan rumus:
Tei
BAB XXXIIBalance delay (BD) atau yang sering disebut balancing loss. Adalah
perhitungan ketidakefisienan yang disebabkan karena ketidaksempurnaan alokasi kerja
di antara stasiun kerja. Balance delay yang terjadi di seluruh lintasan adalah sebagai
berikut:
BAB XXXIII BD =
N . Tc Tei
100
N . Tc
BAB XXXVI
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
I.7.
Pengumpulan Data
BAB XXXVIIIData waktu baku ialah data waktu perhitungan pada percobaan
sebelumnya yang dibulatkan dengan ditambahkan beberapa penyesuaian termasuk
waktu senggang, sehingga waktu ini baku dan dapat dilanjutkan penggunaannya untuk
analisis berikutnya.
aktu Baku
BAB XLVIII
2
BAB LIII3
BAB LVIII3
BAB LXIII2
BAB LXVIII
2
BAB LXXIII
2
22
23
24
BAB
BAB
XCI
XCII2 BAB XCIII2
5
26
BAB
BAB
CI CII27
BAB CIII4
BAB
BAB
CVI
CVII2 BAB CVIII2
8
BAB
BAB
CXI
CXII2 BAB CXIII1
9
30
BAB CXIX
CXIX.1.1. Data Perhitungan Mps
10
BAB CXXData perhitungan MPS merupakan data hasil pengamatan sebelumnya yang
bertujuan untuk melihat dampak deman pada perencanaan material, kapasitas, dan
BAB X12,9%
aktu Siklus
BAB VII
nv. on
Hand Awal
BAB XXVIII1
BAB CLXV
BAB CLXVI
BAB CLXVIIIBAB CLXXBAB CLXXII
BAB CLXXIVBAB CLXXVI BAB CLXXVIIIDemand
Periode
Hasil
Deman
Deman
Demand
Demand
Robot
Agregat
P.
d
T.T
d
T.T
T.C
T.C
BAB
CLXXIX(unit
BAB CLXVII
BAB CLXIX BAB CLXXI
BAB CLXXIII
BAB CLXXV BAB CLXXVII
b.baku)
(unit
(unit
(unit
(unit
(unit item)
BAB CLXXX
Demand
Robot
BAB CLXXXI
(unit item)
bahan
baku)
b.baku)
item)
b.baku)
BAB CLXXXII
BAB CLXXXIII
BAB CLXXXIV
BAB CLXXXV
BAB CLXXXVI
BAB CLXXXVII
BAB CLXXXVIII3536
1
4387
566
141484
851
709246
BAB CXC BAB CXCI4 BAB CXCIIBAB CXCIII
BAB CXCIV BAB CXCV7
BAB CXCVI3704
2
596
593
148218
892
43003
BAB CXCVIII
BAB CXCIX BAB CC BAB CCI BAB CCII9 BAB CCIII7
BAB CCIV3881
3
4815
621
155272
34
78368
BAB CCVIBAB CCVII BAB CCVIII
BAB CCIXBAB CCX9 BAB CCXI8
BAB CCXII4065
4
5044
651
162663
78
15415
BAB CCXIV
BAB CCXV BAB CCXVI
BAB CCXVII
BAB CCXVIIIBAB CCXIX
BAB CCXX4259
5
5284
682
170405
1025
854226
BAB CCXXII
BAB CCXXIIIBAB CCXXIV
BAB CCXXV
BAB CCXXVIBAB CCXXVII
BAB CCXXVIII4462
6
5535
714
178516
1074
894885
BAB CCXXX
BAB CCXXXIBAB CCXXXII
BAB CCXXXIII
BAB CCXXXIV
BAB CCXXXV
BAB CCXXXVI4674
7
5799
748
187012
1125
937478
BAB CCXXXVIII
BAB CCXXXIX
BAB CCXLBAB CCXLI
BAB CCXLII BAB CCXLIII
BAB CCXLIV4896
8
6075
784
195914
1179
982099
BAB CCXLVI
BAB CCXLVIIBAB CCXLVIII
BAB CCXLIX
BAB CCL1 BAB CCLI1
BAB CCLII5129
9
6364
821
205238
235
028844
BAB CCLIV
BAB CCLV BAB CCLVI
BAB CCLVII
BAB CCLVIII BAB CCLIX
BAB CCLX5374
10
6667
860
215007
1293
1077813
BAB CCLXII
BAB CCLXIIIBAB CCLXIV
BAB CCLXV
BAB CCLXVIBAB CCLXVII
BAB CCLXVIII5629
11
6984
901
225241
1355
1129113
BAB CCLXX
BAB CCLXXIBAB CCLXXII
BAB CCLXXIII
BAB CCLXXIV
BAB CCLXXV
BAB CCLXXVI5897
12
7317
944
235961
1419
1182855
BAB CLXXXIX
471466
BAB CXCVII
493906
BAB CCV5
17414
BAB CCXIII
542041
BAB CCXXI
567840
BAB CCXXIX
594868
BAB CCXXXVII
623181
BAB CCXLV
652843
BAB CCLIII
683916
BAB CCLXI
716468
BAB CCLXIX
750569
BAB CCLXXVII
786294
BAB CCLXXVIII
I.8.
Pengolahan Data
Diagram Precedence
BAB CCLXXXIDalam kasus ini kita memiliki 4 stasiun kerja yang terhubung secara
seri, stasiun 2 tidak dapat bekerja sebelum menerima hasil dari stasiun 1, stasiun 3 juga
akan diam sebelum ada kiriman hasil dari stasiun 2, lebih jelasnya terdapat pada gambar
di bawah.
BAB CCLXXXII
Stasiun
2
Stasiun
4
Stasiun
1
Stasiun
3
BAB CCLXXXIII
BAB CCLXXXIV
BAB CCLXXXV
CCLXXXV.1.1.
BAB CCLXXXVII
BAB CCLXXXVIII
BAB CCLXXXIX
BAB CCXCB
Stasiun
Kerja
Elemen
Waktu Baku
obot RWP
BAB CCXCVI
BAB CCXCVIIBAB CCXCVIII
4
BAB CCCII8
BAB CCCIV
BAB CCCV4 BAB CCCVI
10
BAB CCCVIII
BAB CCCIX BAB CCCX6
8
BAB CCCXII
BAB CCCXIII BAB CCCXIV
16
BAB CCCXVI
BAB CCCXVIIBAB CCCXVIII
3
BAB CCCXX
BAB CCCXXIBAB CCCXXII
5
BAB CCCXXIV
BAB CCCXXVBAB CCCXXVI
17
BAB CCCXXVIII
BAB CCCXXIX
BAB CCCXXX
3
6
BAB CCCXIX11
2
BAB CCCXXXII
BAB CCCXXXIII
BAB CCCXXXIV
6
BAB CCCXXXVI
BAB CCCXXXVII
BAB CCCXXXVIII
9
BAB CCCXL
BAB CCCXLI BAB CCCXLII
26
BAB CCCXLIV
BAB CCCXLVBAB CCCXLVI
7
BAB CCCXLVIII
BAB CCCXLIX
BAB CCCL5
24
BAB CCCLII
BAB CCCLIII BAB CCCLIV
20
BAB CCCLVI
BAB CCCLVIIBAB CCCLVIII
14
BAB CCCLX
BAB CCCLXI BAB CCCLXII
22
BAB CCCXLIII
BAB CCCLXIV
BAB CCCLXVBAB CCCLXVI
3
18
BAB CCCLXVIII
BAB CCCLXIX
BAB CCCLXX
12
BAB CCCLXXII
BAB CCCLXXIII
BAB CCCLXXIV
25
BAB CCCLXXVI
BAB CCCLXXVII
BAB CCCLXXVIII
27
BAB CCCLXXX
BAB CCCLXXXI
BAB CCCLXXXII
21
BAB CCCLXXXIV
BAB CCCLXXXV
BAB CCCLXXXVI
15
BAB CCCLXXXVIII
BAB CCCLXXXIX
BAB CCCXC
23
BAB CCCXCII
BAB CCCXCIII
BAB CCCXCIV
19
BAB CCCXCVI
BAB CCCXCVII
BAB CCCXCVIII
13
3
25
BAB CCCLXXXVII
4
BAB CD BAB CDI22 BAB CDII37
28
BAB CDVIII
BAB CDIX1 BAB CDX10
30
BAB CDXI
BAB CDXII
BAB CDXIII
CDXIII.1.1.Largest Candidate Rule
BAB CDXIVKerja dari metode ini adalah menggabungkan proses-proses atas dasar
pengurutan operasi dari waktu proses terbesar.
Elemen
Waktu Baku
BAB CDXXIV
BAB CDXXV BAB CDXXVI8
2
BAB CDXXVIII
BAB CDXXIXBAB CDXXX11
3
BAB CDXXXII
BAB CDXXXIII
BAB CDXXXIV1
4
BAB CDXXXVI
BAB CDXXXVII
BAB CDXXXVIII
5
17
BAB CDXL
BAB CDXLI BAB CDXLII20
6
BAB CDXLIV
BAB CDXLV BAB CDXLVI24
7
BAB CDXLVIII
BAB CDXLIXBAB CDL28
8
BAB CDLII
BAB CDLIII BAB CDLIV3
9
BAB CDLVI
BAB CDLVII BAB CDLVIII7
10
BAB CDLX
BAB CDLXI BAB CDLXII10
11
BAB CDLXIV
BAB CDLXV BAB CDLXVI14
12
BAB CDLXXII
BAB CDLXXIII
BAB CDLXXIV2
14
BAB CDLXXVI
BAB CDLXXVII
BAB CDLXXVIII2
15
BAB CDLXXX
BAB CDLXXXI
BAB CDLXXXII2
16
BAB CDLXXXIV
BAB CDLXXXV
BAB CDLXXXVI3
18
BAB CDLXXXVIII
BAB CDLXXXIX
BAB CDXC3
17
BAB CDXCII
BAB CDXCIIIBAB CDXCIV5
19
BAB CDXCVI
BAB CDXCVII
BAB CDXCVIII7
20
BAB DII9
BAB DVI11
22
BAB DVIII
BAB DIX2
BAB DX13
23
BAB DXVI
BAB DXVII BAB DXVIII18
25
BAB DXXIV
BAB DXXV BAB DXXVI6
27
BAB DXXVIII
BAB DXXIX BAB DXXX28
28
22
BAB DXXXII
BAB DXXXIIIBAB DXXXIV43
29
15
BAB DXXXVI
BAB DXXXVII
BAB DXXXVIII5
30
10
BAB DXXXIX
BAB DXL
BAB DXLI
BAB DXLII
DXLII.1.1. Rekapitulasi
BAB DXLIIIRekapitulasi
BAB DXLIVMetode
BAB DXLV
BAB DXLVI
BAB DXLVII
BAB DXLVIII
St. 1
St. 2
St. 3
St. 4
BAB DXLIXRanked
BAB DL
BAB DLI
BAB DLII
BAB DLIII
Propotioned Weight
BAB DLIVLargest
Cadidate Rule
24
17
34
54
BAB DLV
BAB DLVI
BAB DLVII
BAB DLVIII
28
30
18
53
BAB DLIX
DLIX.1.1.1.
Efisiensi Lintasan
BAB DLXIWaktu siklus lintasan merupakan petunjuk waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan suatu produk dalam stasiun masing-masing. Walaupun waktu
siklus lintasan yang didapatkan oleh kedua metode berbeda pada tiap stasiun, namun
total waktu siklusnya sama yakni 129 menit.
BAB DLXII
ANALISIS DATA
I.9.
BAB DLXV
BAB DLXVI
BAB DLXVII
BAB DLXVIII
DLXVIII.1.1.
Efisiensi Lintasan
BAB DLXIXEfisiensi lintasan dapat dipengaruhi oleh jumlah produk, apabila jumlah
produknya kecil maka efisiensi lintasan juga kecil. Selain efisiensi lintasan dipengaruhi
oleh jumlah produk, efisiensi juga dapat dipengaruhi oleh waktu siklus setiap stasiun
kerja
DLXIX.1.1. Waktu Siklus Lintasan
BAB DLXXPada waktu siklus lintasan stasiun ketiga mempunyai waktu siklus
terkecil maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan terlalu
cepat, beda dengan waktu siklus lintasan pada stasiun kerja pertama, pada stasiun kerja
pertama mempunyai waktu siklus terbesar maka waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan relatif lama.
I.10. Largest Candidate Rule
BAB DLXXIIDalam analisis smoothing index, LCR sama dengan RPW, yaitu dalam
LCR terdapat 5 stasiun kerja, masing-masing total waktu siklus stasiun kerja
penyusunannya dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Dalam Perhitungan SI
berarti penyusunannya sudah normal artinya penyusunan ini berdasarkan perhitungan
waktu siklus terbesar. Dalam perhitungan smoothing index, angka total waktu siklus
stasiun kerja yang terkecil merupakan angka terbesar di dalam smoothing index, dan
sebaliknya angka yang terbesar dalam total waktu siklus stasiun kerja merupakan angka
terkecil di dalam smoothing index. Hal ini dikarenakan dari waktu siklus lintasan dari
masing-masing stasiun kerja.
DLXXII.1.1.
Efisiensi Lintasan
BAB DLXXIIIEfisiensi lintasan dipengaruhi oleh waktu siklus tiap stasiun kerja,
karena efisiensi lintasan bernilai kecil maka akan mempengaruhi jumlah produk yang
kecil pula sehingga akan meminumkan keuntungan perusahaan.
DLXXIII.1.1.
BAB DLXXIVPada waktu siklus lintasan stasiun ketiga mempunyai waktu siklus
terkecil maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan terlalu
cepat, beda dengan waktu siklus lintasan pada stasiun kerja pertama, pada stasiun kerja
pertama mempunyai waktu siklus terbesar maka waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan relatif lama. Waktu siklus lintasan pada stasiun kerja
pertama disebabkan oleh banyaknya elemen yang dipergunakan untuk membuat
kapasitas pada stasiun kerja pertama.
BAB DLXXV
BAB DLXXVI
PENUTUP
I.11. Kesimpulan
BAB DLXXVIIIDalam mengatur tata letak pabrik, sebaiknya selalu disertai dengan
analisa lintasan produksi yang nantinya akan dapat meminimalisir proses yang tidak
penting, cara dalam menganalisis lintasan ini dapat menggunakan metode RPW yang
menyortir urutan berdasarkan bobot terbesar, atau LCR yang menyortir urutan
berdasarkan proses terbesar
I.12. Saran
Pengukuran waktu dari tiap proses dilakukan dengan teliti dan dengan
baku
Saat proses
analisis,
sebaiknya
Bab 5 Penutup
menggunakan
komputer
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
BAB DLXXXIVPrayata,
Indah.
2010.
Pengantar
Manajemen
Produksi.
26