Anda di halaman 1dari 34

PERANCANGAN TEMPAT PARKIR SEPEDA

LAPORAN AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Mata Kuliah Praktikum PSIT 3

Disusun Oleh :
Kelompok :2
Nama :
1. X
2. X
3. X
4. X
5. X
6. X

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul :
Nama : Kelompok 2 / kelas B1/R2

1. X 7.
2. X 8.
3. X 9.
4. X 10.
5. X 11.
6. X 12.
Program : Program Studi Teknik Industri
Tanggal :

Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :
Pukul :

Menyetujui :
Assisten Pembimbing

Mengetahui :

Ketua Lab Industri Dosen Mata Kuliah PSIT 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang dibahas dalam laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana rancangan yang efektif dan efisien untuk tempat parkir sepeda di
Universitas Serang Raya
2. Berapa biaya pembuatan 1 set tempat parker

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktikum


Berdasarkan perumusan masalah yang dapat diambil dari beberapa tujuan dan
manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat mempraktikan sebagian
pelajaran yang sudah di pelajari untuk di terapkan dalam praktikum ini dan
dapat di gunakan sebagai bahan evaluasi.
1.3.2 Manfaat
1. Manfaat mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menerapkan mata kuliah yang sudah di pelajari di
dalam praktikum.
b. Sebagai bahan evaluasi mahasiswa untuk mengukur sejauh mana
dapat menerapkan mata kuliah yang sudah di pelajari.
c. Mahasiswa dapat menumbuhkan rasa kerja sama di dalam kelompok.
d. Mahasiswa dapat belajar menjadi pemimpin sebuah projek.

2. Manfaat Universitas
a. Mendapat masukan untuk pembuatan tempat parkir sepeda yang ideal.
b. Dapat menyediakan sarana prasarana untuk tempat parkir sepeda yang
sudah melalui berbagai aspek pertimbangan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perancangan Sistem Industri Terpadu


PSIT adalah kepanjangan dari Perancangan Sistem Industri Terpadu. Sebuah
praktikum yang diselenggarakan di keilmuan teknik industri. Merangkum dan
mengintegrasikan semua keilmuan di teknik industri. Mencakup semua
Laboratorium, IPO (Inovasi dan Pengembangan Organisasi), SIMAN (Sistem
Manufaktur), APK (Analisis Perancangan Kerja), DELSIM (Pemodelan Sistem)
dan DATMIN (Data Mining). Dengan visi utama agar mahasiswa dapat merancang
sebuah industri, baik industri dalam artian luas (organisasi perusahaan), maupun
organisasi secara lebih mikro (pengembangan unit departemen).
Dengan sebuah studi kasus yang telah diberikan, yakni pembuatan parkiran
sepeda di Universitas Serang Raya, maka modul pertama yang harus dilakukan
adalah mendesain perencanaan proses. Meliputi BOM (Bill of Material), OPC
(Operation Process Chart) dan APC (Assembly Process Chart).

2.2 Teori Pemotongan


Pemotongan adalah proses pemisahan benda padat menjadi dua atau lebih,
melalui aplikasi gaya yang terarah melalui luas bidang permukaan yang kecil.
Benda yang umum digunakan untuk memotong adaah pisau, gergaji dan gunting,
dan untuk aplikasi ilmiah dan kedokteran digunakan scalpel dan microtome.
Namun pada umumnya setiap benda yang tajam mampu memotong benda yang
memiliki tingkat kekerasan lebih rendah dan diapikasikan dengan gaya yang
signifikan. Bahkan fluida bisa digunakan untuk memotong benda yang keras ketika
gaya yang signifikan diaplikasikan (misal pemotong jet air).
Pemotongan menggunakan fenomena tekanan dan geseran dan hanya terjadi
ketika total tegangan yang dihasilkan oleh alat pemotong melebihi kekuatan benda
yang dipotong. Karena tekanan adalah gaya per satuan luas, maka besarnya gaya
yang dibutuhkan akan lebih rendah jika luas area permukaan diperkecil, maka
banyak benda tajam yang diasah hingga lancip untuk memudahkan pemotongan.
Namun memperkecil luas area permukaan benda pemotong akan lebih rapuh

2.2.1 Mesin Gerinda


a. Pengertian Mesin Gerinda
Mesin gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk
mengasah /memotong ataupun penggerusan benda kerja dengan tujuan atau
kebutuhan tertentu. Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar
bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi pengikisan, penajaman,
pengasahan, atau pemotongan.
b. Fungsi Mesin Gerinda
Fungsi utama mesin gerinda secara umum adalah :
1. Memotong benda kerja yang ketebalannya yang tidak relatif tebal.
2. Menghaluskan dan meratakan permukaan benda kerja.
3. Sebagai proses jadi akhir (finishing) pada benda kerja.
4. Mengasah alat potong agar tajam.
5. Menghilangkan sisi tajam pada benda kerja.
6. Membentuk suatu profil pada benda kerja (baik itu elips, siku, dan lain-lain)

c. Jenis-Jenis Mesin Gerinda


1. Mesin Gerinda Permukaan (Surface Grinding)

Gambar 2.1 Mesin Gerinda Permukaan

Mesin Surface Grinding adalah mesin gerinda yang diperuntukkan untuk


membuat bentuk datar dan permukaan yang rata pada sebuah benda kerja yang
diletakan dibawah batu gerinda yang berputar. Pada umumnya mesin gerinda ini
digunakan untuk penggerindaan permukaan yang meja mesinnya bergerak
horizontal bolak-balik. Mesin surface grinding adalah gerakan bolak-balik benda
kerja dan gerak rotasi dari tool. Dilihat dari prinsip kerja utama mesin tersebut,
Mesin gerinda datar secara garis besar mempunyai tiga gerakan utama,yaitu:
1) Gerak putar batu gerinda.
2) Gerak meja memanjang dan melintang.
3) Gerak pemakanan (feeding).
2. Mesin Gerinda Tangan

Gambar 2.2 Mesin Gerinda Tangan

Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk


menggerinda benda kerja. Menggerinda dapat bertujuan untuk mengasah Duduk,
benda kerja seperti pisau dan pahat, atau dapat juga bertujuan untuk membentuk
benda kerja seperti merapikan hasil pemotongan, merapikan hasil las, membentuk
lengkungan pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan permukaan benda kerja
untuk dilas, dan lain-lain. Mesin gerinda dapat digunakan untuk memotong benda
logam dengan menggunakan batu gerinda yang dikhususkan untuk memotong.

3. Mesin Gerinda Duduk

Gambar 2.3 Mesin Gerinda Duduk

Fungsi utama mesin gerinda duduk adalah untuk mengasah mata bor, tetapi
dapat juga digunakan untuk mengasah pisau lainnya, seperti mengasah pisau dapur,
golok, kampak, arit, mata bajak, dan perkakas pisau lainnya. Selain untuk
mengasah, gerinda duduk dapat juga untuk membentuk atau membuat perkakas
baru, seperti membuat pisau khusus untuk meraut bambu, membuat suku cadang
mesin jahit, membuat obeng, atau alat bantu lainnya untuk reparasi turbin dan mesin
lainnya.

4. Mesin Gerinda Lurus

Gambar 2.4 Mesin Gerinda Lurus

Fungsi utama mesin gerinda lurus adalah untuk membuat profil atau ukiran
pada suatu permukaan benda. Biasanya Gerinda lurus memiliki batu gerinda yang
kecil sehingga sangat fleksibel pada saat melakukan pengukiran pada permukaan
suatu komponen.

2.3 Teori Pengelasan


Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan
cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi denganatau tanpa
tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan
yang kontinu (Sonawan,2004).
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah
ikatanmetalurgipadasambunganlogamataulogampaduanyangdilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa
las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas (Wiryosumarto dan Okumura,2000).
Parameter arus pengelasan berdasarkan Kobelco Welding Handbook untuk
pengelasan FCAW dengan elektroda AWS A5.20 E71T-1C diameter 1,2 mm akan
melebur berada pada range 120~300 ampere, sehingga disesuaikan dengan
spesifikasi inventer yaitu pada pengaturan dial 4 (130A), 5 (160A) dan 6 (190A).
Pengaturan besar kuat arus pengelasan akan sangat mempengaruhi hasil
pengelasan. Bila arus yang digunakan terlalu rendah akan menyebabkansukarnya
busur listrik untuk mulai menyala dan busur listrik yang terjadimenjadi tidak
stabil. Dan panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan juga
bahan dasar las, sehingga hasil alur las yang nampak kecil dan tidak rata serta
penembusan kurang dalam. Sebaliknya, bila arus terlalu besar maka elektroda
akan meleleh terlalu cepat dan akan menghasilkan permukaan las yang terlalu
lebar dari yang diharapkan dan penembusan yang terlalu dalam sehingga
mengakibatkan kekuatan tarik yang rendah dan bahan dasar las menjadi semakin
rapuh (Arifin, 1997).
Dalam hasil penelitiannya, Raharjo dan Rubijanto (2012), menyebutkan
bahwa kekerasan sambungan las tertinggi di daerah HAZ karena ukuran butir
daerah ini sangat halus dan kecil. Dari variasi arus pengelasan yang memiliki
kekerasan tertinggi pada arus 130 Amper yaitu 67 HRA, disebabkan memiliki
temperatur sangat tinggi dan sambungan terdiffusi secara sempurna. Sedangkan
untuk kekuatan tarik juga dimiliki oleh arus 130 Amper yaitu 668,2 Mpa. Untuk
sambungan terlebur dengan baik dan api las lebih stabil dan sambungan yang
banyak mengalami kecacatan pada arus terkecil, karena arus rendah tidak mampu
melebur kawat elektroda yang besar dan logam induk yang tebal menjadikan
banyak cacat pada permukaan logam, sedangkan pada bagian dalam sambungan
las tidak mampu mencairkan dua logam induk maka difusi sedikit. Pengaruh kuat
arus pengelasan terhadap kekerasan dan kekuatan tarik, Mohruni (2013)
menyebutkan bahwa, besar kuat arus listrik mempengaruhi kekerasan, tegangan
tarik dan susunan struktur mikro dari setiap spesimen.
Hal ini disebabkan bila arus listrik yang diberikan semakin besar, maka
masukan panas (Heat Input) yang diberikan pada spesimen akan semakin besar.
Heat input dinotasikan pada persamaan 2.1 sebagai berikut.
H=..............................(2.1)
Dimana:
H = Heat Input (kJ/mm)
E = Voltase (V)
I = Kuat Arus (Ampere)
S = Kecepatan Pengelasan (mm/s).
Pada arus listrik rendah nilai kekerasan dari specimen akan cenderung
semakin tinggi dan berbanding terbalik jika arus listrik yang digunakan pada
pengelasan semakin besar. Begitu juga dengan tegangan tarik dari setiap spesimen.
Pada arus listrik rendah, nilai kekerasan dari spesimen akan cenderung semakin
tinggi dan berbanding terbalik jika arus listrik yang digunakan pada pengelasan
semakin besar. Begitu juga dengan tegangan tarik dari setiap spesimen.
Arus pengelasan juga berpengaruh terhadap distorsi. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Broto dan Suparjo (2013) yang menyimpulkan
bahwa semakin tinggi arus pengelasan yang digunakan dapat menurunkan
terjadinya distorsi arah transversal pada pengelasan pelat datar menggunakan las
GMAW. Sedangkan dari Huda (2013), dalam pengelasan SMAW terhadap
sambungan Butt-Join baja AISI 4140 mendapatkan kesimpulan bahwa variasi arus
yang besar cenderung menimbulkan distorsi sudut yang besar. Pada variasi arus 120
Amper memiliki nilai distorsi yang lebih besar dibandingkan nilai distorsi sudut
pada variasi arus 110 Amper dan 100 Ampere.
Pengelasan dengan menggunakan las FCAW dengan bahan baja A36 yang
telah dilakukan oleh Subeki (2016), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil
pengukuran distorsi pada pengelasan tanpa pemanasan awal terjadi dengan bentuk
kurva longitudinal dan transversal dengan distorsi maksimum 10,56 mm dan
distorsi transversal sebesar 5,8 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa proses
pendinginan pasca pengelasan sangat mempengaruhi bentuk distorsi.Sedangkan
dengan menambahkan suhu preheat 200°C, jumlah distorsi longitudinal sebesar 2
mm dan transversal 3,2 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa proses pemanasan awal
sekitar daerah las sangat mempengaruhi bentuk distorsi.
2.3.1 Teknik-teknik Pengelasan
1. Pengelasan Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik pengelasan
dengan menggunakan arus listrik yang Membentuk busur arus dan elektroda
berselaput. Di dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas pelindung ketika elektroda
terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan
(pressure) gas inert untuk menghilangkan pengaruh oksigen atau udara yang dapat
menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung di dalam hasil pengelasan.
Proses pengelasan terjadi karena adanya hambatan arus listrik yang mengalir
diantara elektroda dan bahan las yang menimbulkan panas mencapai 3000o C,
sehingga membuat elektroda dan bahan yang akan dilas mencair.
1. Keuntungan
Keuntungan pengelasan SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan
paling serba guna. Karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan
perlengkapannya, membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas. SMAW
bisa dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang bisa dijangkau dengan
sebatang elektroda. Sambungan- sambungan pada daerah dimana pandangan mata
terbatas masih bisa di las dengan cara membengkokkan elektroda. Proses SMAW
digunakan untuk mengelas berbagai macam logam ferrous non ferrous,
termasukbaja karbon dan baja paduan rendah, stainless stell, paduan-paduan nikel,
cast iron, dan beberapa paduan tembaga.
2. Kelemahan
Kelemahan SMAW, meskipun SMAW adalah proses pengelasan dengan daya
guna tinggi, proses ini mempunyai beberapa karakteristik dimana laju
pengisisiannya lebih rendah disbanding pengelasan semi-otomatis atau otomatis
lainnya. Panjang elektoroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan setelah
sebatang elektorda terbakar habis. Puntung elektroda yang tersisa terbuang, dan
waktu juga terbuang untuk mengganti elektroda. Slag atau terak yang terbentuk
harus dihilangkan dari lapisan las sebelum lapisan berikutnya. Langkah- langkah
ini mengurangi efisiensi pengelasan hingga sekitar 50%.
Dalam gambar 2.5 dapat dilihat dengan jelas bahwa busur listrik terbentuk
diantara logam induk dan ujung elektroda.
Gambar 2.5 Busur Listrik SMAW (Sonawan, 2002)

2. Pengelasan Submerged Arc Welding (SAW)


Las busur rendam Submerged Arc Welding (SAW) adalah suatu cara
mengelas dimana logam cair ditutup dengan fluks yang diatur melalui suatu
penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara
terus menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam dalam fluks seperti
terlihat dalam Gambar 2.2 karena prinsip ini maka cara ini dinamakan las busur
rendam (Wiryosumarto dan Okumura, 2000).

Gambar 2.6 Skema Las SAW (Wiryosumarto, 2000)


Karena dalam pengelasan ini busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat
sukar untuk mengatur jatuhnya ujung busur. Disamping itu karena
mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk
memegang alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua
hal tersebut maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh. Mesin
las otomatik pelaksanaannya bermacam-macam, salah satu diantaranya
ditunjukkan dalam Gambar 2.6. Pada jenis ini kepala las dibawa oleh kereta yang
berjalan melalui rel penuntun sepanjang garis las. Fluks yang diperlukan
diumpankan melalui pipa penyalur dari penampung fluks yang juga terletak di
atas kereta. Biasanya mesin las ini melayani satu elektroda saja, tetapi untuk
memperbaiki efisiensi pengelasan kadang-kadang satu mesin melayani dua atau
tiga elektroda (Wiryosumarto dan Okumura,2000).

3. Pengelasan Gas Metal Arc Welding (GMAW)


Pada proses GMAW (Gas Metal Arc Welding), elektrodanya adalah kawat
menerus dari 1 (satu) gulungan yang disalurkan melalui pemegang elektroda
(alat yang berbentuk pistol seperti pada Gambar 2.6). Perlindungan dihasilkan
seluruhnya dari gas atau campuran gas yang diberikan dari luar. (Fuadi,2015)

Gambar 2.7 Skema Output Elektroda Las GMAW

Mula-mula metode ini dipakai hanya dengan perlindungan gas mulia (tidak
reaktif) sehingga disebut MIG (Metal Inert Gas/gas logam mulia). Gas yang
reaktif biasanya tidak praktis, kecuali CO2 (karbon dioksida). Gas CO2, baik CO2
saja atau dalam campuran dengan gas mulia, banyak digunakan dalam pengelasan
baja (Fuadi, 2015).
Argon sebenarnya dapat digunakan sebagai gas pelindung untuk pengelasan
semua logam, namun, gas ini tidak dianjurkan untuk baja karena mahal serta
kenyataan bahwa gas pelindung dan campuran gas lain dapat digunakan. Untuk
pengelasan baja karbon dan beberapa baja paduan rendah baik (1) 75% argon dan
25% CO, ataupun (2) 100% CO2 lebih dianjurkan. Untuk baja paduan rendah yang
keliatannya (toughness), disarankan pemakaian campuran dari 60-70% helium,
25-30% argon, dan 4-5% C02 (Fuadi, 2015). Selain melindungi logam yang
meleleh dari atmosfir, gas pelindung mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Mengontrol karakteristik busur nyala dan pernindahan logam.
2. Mempengaruhi penetrasi, lebar peleburan, dan bentuk daerah las.
3. Mempengaruhi kecepatan pengelasan
4. Mengontrol peleburan berlebihan(undercutting).
Pencampuran gas mulia dan gas reaktif membuat busur nyala lebih stabil
dan kotoran selama pemindahan logam lebih sedikit. Pemakaian CO2 saja untuk
pengelasan baja merupakan prosedur termurah karena rendahnya biaya untuk gas
pelindung, tingginya kecepatan pengelasan, lebih baiknya penetrasi sambungan,
dan baiknya sifat mekanis timbunan las. Satu- satunya kerugian ialah pernakaian
CO2 menimbulkan kekasaran dan kotoran yang banyak (Fuadi, 2015).

3. Pengelasan Flux Cored Arc Welding (FCAW)


Pengelasan FCAW adalah Las busur listrik yang kawat lasnya terdapat fluk
(pelindung inti tengah). Las FCAW adalah kombinasi antara proses pengelasan
GMAW, SMAW dan SAW. Dalam pengelasan FCAW ini sumber energi
menggunakan arus listrik DC atau AC yang diambil dari pembangkit listrik atau
melalui trafo dan ataurectifier.

Gambar 2.8 Skema Las FCAW

Pengelasan FCAW merupakan salah satu jenis las listrik yang proses
kerjanya memasok filler elektroda atau kawat las secara mekanis terus menerus ke
dalam busur listrik. Kawat las atau Elektroda yang digunakan untuk pengelasan
FCAW terbuat dari logam tipis yang digulung cylindrical kemudian dalamnya di
isi dengan flux yang sesuai dengan kegunaannya. Proses Pengelasan FCAW ini
sebenarnya sama dengan pengelasan GMAW, namun membedakan adalah kawat
las atau elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks sedangkan GMAW
berbentuk solid.
Berdasarkan metode pelindung, Pengelasan FCAW dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Self shielding FCAW (pelindungan sendiri), yaitu merupakan proses
melindungi logam las yang mencair dengan menggunakan gas dari hasil
penguapan atau reaksi dari intifluks.
2. Gas shielding FCAW (perlindungan gas) adalah perlindungan dengan
dualgas, yaitu melindungi logam las yang mencair dengan menggunakan gas
sendiri juga ditambah gas pelindung yang berasal dari luarsistem.
Dua metode di atas sama-sama menghasilkan terak las yang berasal dari flux
dalam kawat las yang berfungsi untuk melindungi logam las saat proses
pembekuan. Namun, perbedaan metode di atas terletak pada tambahan sistem
pemasok gas dan welding torch yang digunakan.
Pengelasan FCAW berdasarkan cara pengoperasiannya dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Otomatis (machine automatic).
2. Semi otomatis (semi automatic).
Sifat-sifat utama (Principal features) yang dimiliki FCAW dalam proses
pengelasan:
1. FCAW mempunyai sifat metalurgi las yang bisa dikontrol dengan pemilihan
fluks.
2. Las FCAW mempunyai produktivitas yang tinggi, karena dapat pasokan
elektroda las yang kontinu.
3. Saat pembentukan manik atau rigi-rigi las yang cair dapat dilindungi oleh
slag yang tebal.
Pengelasan FCAW umumnya menggunakan gas CO2 atau campuran CO2
dengan Argon sebagai gas pelindung. Tetapi untuk menghindari logam las
terkontaminasi udara luar atau menghindari porosity maka harus dilakukan
pemilihan fluks yang mempunyai sifat pengikat oxygen atau deoxydizer.
Aplikasi atau penggunaan utama pengelasan FCAW adalah sebagai berikut.
1. Baja karbon (carbonsteel).
2. Pengerasan & pelapisan permukaan (Steel hard facing andcladding).
3. Baja tahan karat (Stainless steel).
4. Besi tuang (CastIron).
5. Baja karbon Alloy rendah (Low alloy carbonsteel).
6. Las titik baja tipis (Sheet steel spot welding).
Kelebihanya Proses FCAW-G yaitu penetrasinya lebih dalam dan laju
Karakteristik mesin las FCAW berdasarkan arusnya dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolak-
balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan
mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah (DC) dan
pengelasan dengan arus bolak-balik (AC).
Mesin las arus DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus
dan polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair
bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan
dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub positif,
sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik cair
bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang fillernya dihubungkan
dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub negatif. Pilihan
ketika menggunakan DC polaritas negatif atau positif adalah terutama ditentukan
elektroda yang digunakan. Beberapa filler FCAW didesain untuk digunakan hanya
DC- atau DC+. Filler lain dapat menggunakan keduanya DC- dan DC+ (Jones,
2015). Kelebihanya Proses FCAW-G yaitu penetrasinya lebih dalam dan laju
pengisian lebih tinggi dibandingkan dengan proses SMAW. Dengan demikian
proses las ini menjadi lebih ekonomis pada pekerjaan di bengkel- bengkel las.
Unsur-unsur paduan bisa ditambahkan pada inti flux untuk membuat jenis
komposisi menjadi lebih banyak, termasuk beberapa logam paduan rendah dan
stainless steel. Flux memberikan perlindungan bagus pada kawah las dengan
membentuk selubung gas pelindung dan lapisan slag. Meskipun demikian, proses
ini tidak mentolerir tiupan angin lebih dari 5 mph tanpa porosity berlebihan. FCAW-
G cocok untuk pengelasan semua posisi tanpa menimbulkan masalah lack of fusion
seperti yang terdapat padaGMAW hubungan singkat.
Kekurangan Proses FCAW-G menghasilkan lebih banyak asap dari pada
kawat solid GMAW. Kawat FCAW-SS bahkan menimbulkan lebih banyak asap,
sehingga pada pekerjaan di bengkel-bengkel las dibutuhkan ventilasi yang memadai
dan kadang-kadang memerlukan alat khusus pembuang asap di daerah welding gun.
Tingkat asap pada FCAW-SS stainless steel atau pada kawat-kawat FCAW-G
hampir sama dengan elektroda stick, dan lebih kecil dari pada kawat carbon steel
berpelindung diri (self-shielded wires). Pengelasan yang dilakukan dengan kawat
FCAW-SS perlu kontrol yang ketat terhadap tebal dan lebar bead dan elektrode
stickout guna mendapatkan sifat-sifat ketangguhan yang tinggi (Jones, 2015).

2.4 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart/OPC)


a. Pengertian Peta Proses Operasi
Suatu peta proses operasi menggambarkan langkah – langkah operasi dan
pemeriksaan yang dialami oleh bahan dalam urutannya sejak awal sampai menjadi
produk jadi utuh maupun sebagai bagian setengah jadi. Peta ini memuat informasi
tentang: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat
mesin yang dipakai. Sesuai dengan relevansinya, pada akhir keseluruhan proses
dinyatakan keberadaan penyimpanan.
b. Manfaat Peta Proses Operasi
Peta proses operasi memperoleh banyak manfaat di antaranya :
1. Mengidentifikasi seluruh operasi, inspeksi, material, gerakan, penyimpanan,
dan delays yang terlibat di dalam suatu proses.
2. Mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
3. Memperkirakan kebutuhan akan bahan baku.
4. Alat untuk menentukan tata letak pabrik.
5. Alat untuk perbaikan cara kerja.
6. Alat untuk latihan kerja
2.5 Assembly Process Chart
a. Pengertian Assembly Process Chart
Peta proses perakitan adalah suatu diagram yang menggambarkan suatu
urutan dari operasi, transportasi, pemeriksaan, inspeksi hingga penyimpanan dari
suatu kegiatan kerja secara keseluruhan mulai dari bahan baku, perakitan dan
menjadi barang jadi. Peta proses perakitan merupakan gabungan dari peta proses
operasi dan peta aliran proses. Dengan demikian maka peta proses perakitan
merupakan peta yang sangat informatif karena dapat mengatasi kelemahan dari peta
proses operasi dan peta aliran proses.
b. Manfaat Assembly Chart
Adapun kegunaan dari peta proses perakitan adalah:
1. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk
dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir.
2. Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan
oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
3. Sebagai alat untuk mempermudah proses analisa untuk mengetahui
tempat-tempat di mana terjadi ketidakefisien.
4. Sebagai alat untuk memperbaiki tata letak dan metode kerja.
Prinsip-prinsip pembuatan peta proses perakitan adalah sebagai berikut:
1) Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses
Perakitan” yang diikuti oleh identifikasi lain, seperti: nama objek, nama
pembuat peta, tanggal dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor
peta dan nomor gambar.
2) Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
3) Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan
terjadinya perubahan proses dan perpindahan tempat.
4) Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan
sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk
tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.
5) Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara
tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan
operasi.

2.6 Bill of Material (BOM)


a. Pengertian BOM (Bill of Material)
Adalah daftar (list) dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan
untuk dirakit, dicampur atau membuat produk akhir. Penyusunan Struktur
Produk / Bill Of Material (BOM) Sebelum proses penyusunan struktur produk,
terdapat proses penerimaan pesanan yang membutuhkan data pelanggan dan data
pesanan. Proses ini akan menghasilkan output laporan pesanan pada periode
tertentu, laporan pelanggan pemesan terbanyak, dan laporan produk paling
banyak dipesan. Setelah menerima pesanan terdapat proses penyusunan struktur
produk yang menghasilkan Bill Of Material (BOM). Sistem membutuhkan data
jenis produk, data produk dan data bahan baku. BOM dibagi menjadi dua yaitu
BOM berdasarkan jenis produk dan BOM berdasarkan produk. BOM jenis
produk adalah BOM yang akan menjadi acuan saat menyusun BOM berdasarkan
produk. BOM berdasarkan produk yang dimaksud adalah BOM menurut pesanan
pelanggan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui secara rinci apa saja
kebutuhan bahan baku dan berapa kuantitas masing-masing kebutuhan bahan
baku untuk setiap produk hingga menjadi produk jadi.
Setiap komponen harus memiliki identifikasi unit/khusus yang hanya
mengidentifikasikan satu komponen yang disebut part number atau item number.
Penentuan part number dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Random
2. Significant
3. Semi significant

1. Random
Nomor yang digunakan hanya sebagai pengenal/identifier dan bukan
sebagai penjelas dan (descriptor) ----> tidak menjelaskan lebih jauh mengenai
suatu komponen.
Contoh:
1) 28997 (angka random) untuk Upper Barrel Clip
2) 37156 (angka random) untuk Upper Barrel Clip
2. Significant
Adalah nomor yang dapat juga menjelaskan informasi khusus mengenai
item/komponen tertentu, seperti sumber material (source), bahan, bentuk dan
deskripsi. Harus dirubah jika komponen tersebut karakteristiknya dirubah atau
ingin ditambahkan variabel lain.
Contoh:
Part number: 37-1-3-16-432
1) Jenis item: 37 = ink cartridge
2) Tipe/jenis: 1 = screw-in type
3) Tipe ujung: 3 = fine line
4) Warna: 16 = blue
5) Panjang: 423 = 4,5 inches
3. Semi significant
Beberapa digit pertama menjelaskan mengenai komponen tersebut
sementara digit berikutnya berupa angka random.
Contoh:
Part number: 37-7213
1) Jenis item: 37 = ink cartridge
2) Empat digit: 7213 = angka random

b. Jenis-Jenis Bill of Material (BOM)


1) Single level BOM
Menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-
komponen pembentuknya.
Format sederhana dari BOM disebut sebagai Single Level Bill of Material.
Contoh Single Level BOM dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2.1 Contoh Single Level Bill of Material

2) Multilevel Bill of Material


Menggambarkan struktur produk yang lengkap dari level 0 (produk
akhir) sampai level paling bawah. Single Level Bill of Material tidak cukup
untuk menggambarkan produk yang memiliki subassembly. Untuk dengan
subassembly, digunakan Multilevel Tree dan Multilevel Bill of Material.
Multilevel Tree berupa “pohon” dengan beberapa level yang menggambarkan
struktur produk. Produk akhir berada pada level 0 (nol), dan nomor level
bertambah untuk level-level di bawahnya.
Contoh Multilevel Tree dicantumkan pada Gambar 2.9, contoh Multilevel
Bill of Material dicantumkan pada Tabel 2.2.

Gambar 2.9 Contoh Multilevel Bill of Material


Pada Multilevel Bill of material, penulisan setiap level ditandai dengan format
penulisan Part Number sesuai dengan Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Multilevel Bill of Material


BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Meteran

Gambar 3.1 Meteran

Meteran adalah alat untuk untuk mengukur jarak atau panjang benda.

2. White marker

Gambar 3.2 White Marker


White marker Berfungsi untuk menandai besi yang telah diukur sesuai design

3. Gerinda Tangan

Gamnbar 3.3 Gerinda Tangan


Gerinda tangan Berfungsi untuk memotong besi yang telah diukur
4. Las listrik (SMAW)

Gambar 3.4 Las listrik (SMAW)


Las listrik (SMAW) Berfungsi untuk penyambungan besi yang sudah dipotong
sesuai dengan ukuran design.

5. Helm Las

Gambar 3.5 Helm Las

Helm las berfungsi untuk melindungi wajah dari pekerjaan pengelasan

6. Sarung Tangan Las

Gambar 3.6 Sarung Tangan

Sarung tangan las berfungsi untuk melindungi tangan dari pekerjaan pengelasan
7. Sarung tangan kain

Gambar 3.7 Sarung Tangan Kain

Sarung tangan kain berfungsi untuk melindungi tangan dari pekerjaan pemotongan

8. Sikat kawat

Gambar 3.8 Sikat Kawat

Sikat Kawat berfungsi untuk membersihkan sisa material dari pengelasan

9. Palu Besi

Gambar 3.9 Palu Besi


Palu besi berfungsi untuk memukul pahat.

10. Bor Tangan

Gambar 3.10 Bor Tangan


Bor tangan befungsi untuk melubangi benda kerja
11. Pahat

Gambar 3.11 Pahat


Pahat berfungsi untuk menghilangkan percikan – percikan dari proses pengelasan

12. Amplas

Gambar 3.12 Amplas


Amplas berfungsi untuk membuat permukaan benda-benda menjadi lebih halus
dengan cara menggosokkan salah satu permukaan benda kerja

13. Kuas Cat

Gambar 3.13 Kuas Cat


Kuas cat adalah sebagai alat pembantu dalam mengecat

3.1.2 Bahan
1. Besi Hollow

Gambar 3.14 Besi Hollow

Besi hollow adalah besi yang berbentuk pipa kotak. Besi hollow biasanya terbuat
dari besi galvanis, stainless atau besi baja. Sering digunakan dalam konstruksi
bangunan, terutama dalam konstruksi acessoris seperti pagar, railling, atap kanopi
dan pintu gerbang
2. Elektroda

Gambar 3.15 Elektroda

Elektroda adalah suatu material yang digunakan untuk melakukan pengelasan listrik
yang berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala.

3. Cat

Gambar 3.16 Cat


Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan
tujuan memperindah, memperkuat, atau melindungi bahan tersebut.

4. Vernis

Gambar 3.17 Vernis


Vernis adalah produk yang digunakan untuk melindungi dan memperindah
(protective & decorative) suatu objek atau permukaan dengan melapisinya
menggunakan suatu lapisan berpigmen maupun tidak berwarna (pernis).
3.2. Prosedur Eksperimen/Pengambilan Data

Mulai

Studi Literatur Studi Pendahuluan Studi Lapangan

Rumusan & Tujuan

Pengumpulan Data
- Desain Produk
- Alat dan Bahan

Pengolahan Data
- Deskripsi Produk
- Struktur Produk
- BOM (Bill of Material)
- OPC
- APC

Analisis & Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 3.18 Prosedur Eksperimen/Pengambilan Data


3.3 Pengolahan dan Analisis Data
3.3.1 Operation Process Chart (OPC)
PETA PROSES OPERASI
NAMA OBJEK : PEMBUATAN TEMPAT PARKIR SEPEDA
NOMOR PETA : 01
DIPETAKAN OLEH : KELOMPOK 2
TANGGAL DIPETAKAN : 08-01-2020

Alas parkiran Penopang ban Penopang ban


Alas parkiran
(Bawah) (Samping kanan) (Samping kiri)
(Atas)

Pengukuran besi
Pengukuran besi Pengukuran besi Pengukuran besi 4’
Pengukuran besi 1’ 4’ 3 bagian dengan
1’ untuk
untukalas
alasbawah
atas O-7 untuk alas bawah O-3 3 bagian dengan O-1
O-9 berukuran 225
ukuran (65 x 50
berukuran
berukuran 225
225cm ukuran (65 x 50 x 80 cm)
cm cm x 80 cm)

5’ Pemotongan Besi
2’ Pemotongan besi Pemotongan Besi
2’ Pemotongan O-8 5’ O-4 O-2 menggunakan
O-10 menggunakan menggunakan
besi mesin pemotong
mesin potong mesin pemotong
menggunakan (cutting)
(cutting) (cutting)
mesin potong
(cutting)
2’ Pemeriksaan 2’ Pemeriksaan Hasil
I-2 Hasil I-1 Pemotongan
Pemotongan

45’ Pengelasan
45’
besi 3 bagian O–5 Pengelasan besi
O–6 3 bagian menjadi
I -- 4 menjadi bentuk I -- 3
segitiga bentuk segitiga

50’ Pengelasan alas


parkiran bawah
O – 11
dan atas ke besi
I -- 5
berbentuk segitiga
sesuai desain

35’ Menghaluskan
O-12 permukaan besi yang
memiliki permukaan
tidak rata yang
disebabkan oleh
proses pengelasan

30’
O-13 Pengecatan
RINGKASAN dan vernis
KEGIATAN JUMLAH WAKTU (menit)

Pemeriksaan 2 4

Aktivitas 3 140
Gabungan
Tempat Parkiran Sepeda
10 89
Operasi
TOTAL 15 233

Gambar 3.19 Operation Process Chart (OPC)


Sumber : Pengolahan Data
3.3.3 Assembly Process Chart (APC)

Pengukuran Besi
#1

Pemotongan Besi untuk


A–1
penopang ban sepeda
#2

SA - 1 A–2
Pengelasan Kerangka
Penopang ban Sepeda
#3

Pemotongan Besi untuk Alas


atas dan bawah
#4

Pengelasan alas atas dan A–3


SA - 2
bawah dengan kerangka
penopang ban sepeda
#5

FINISH

Gambar 3.20 Assembly Process Chart (APC)


Sumber : Pengolahan Data
3.3.3 Bill of Material (BOM)

Tempat Parkir Sepeda

LT : 233

Penopang Ban Alas tempat ban


sepeda sepeda

LT : 227 LT : 6

Besi Hollow Besi Hollow

LT : 227 LT : 6

Gambar 3.20 Bill of Material (BOM)


Sumber : Pengolahan Data
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1 Saran

Anda mungkin juga menyukai