Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

Disusun Oleh :
1. Wayan Chennia Tarini A 140607915
2. Yosef Hardianto S 140607755
3. Mangkuriak Rayu 140607627
4. Rivaldy R 140607980
5. Rally Tangke 140607637

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
GASAL 2018/2019
Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran
(output) dengan masukan (input). Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang
menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil
yang optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau
UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti
semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung
pada aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks
produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi,
produktivitas bahan mentah, dan lain-lain.

Model-model pengukuran produktivitas:


1. Model Kendrick-Creamer
Model pengukuran produktivitas Kendrick-Creamer diperkenalkan pada tahun 1965 oleh
J.W.Kendrick yang dapat digunakan pada tingkatan perusahaan. Pada model ini terdapat
3 angka indeks yang terdiri dari: produktivitas total, produktivitas factor total, dan
produktivitas parsial. Karakteristik model adanya net output.
Kelebihan dari model Kendrick-Creamer
 Dapat menunjukan penghematan yang dicapai sepanjang waktu untuk setiap
input per unit output.
 Pada jangka pendek peningkatan produktivitas total berarti perbaikan utilisasi
kapasitas sampai ke tingkat yang efisien. Sedangkan dalam jangka waktu yang
panjang, peningkatan produktivitas total dapat menunjukkan kemajuan teknologi
karena adanya reduksi biaya dan juga investasi dalam penelitian dan
pengembangan serta pelatihan pada para pekeja
Kekurangan pada model Kendrick-Creamer:
 Model ini mengabaikan pengaruh barang dan juga jasa antara input dan output
pada indeks produktivitas factor total

Terdapat Dua jenis angka indeks produktivitas, yaitu :

 Indeks Produktivitas Total

Output periode tertentu dalam harga periode dasar


Indeks Produktivitas Total 
Input periode tertentu dalam harga periode dasar

Peningkatan Produktivitas Faktor Total


Output Bersih
Indeks Pr oduktivitas FaktorTotal 
Inpu FaktorTotal

Peningkatan Produktivitas = Perbedaan antara output bersih dan input faktor total

 Indeks Produktivitas Parsial


Indeks Produktivitas Parsial ditentukan sebagai berikut:

Output dalam h arg a periode dasar


Pr oduktivitas Parsial Tenaga Kerja 
Input T .K dalam h arg a periode dasar

Output dalam h arg a periode dasar


Pr oduktivitas Parsial Modal 
Input mod al dalam h arg a periode dasar

Output dalam h arg a periode dasar


Pr oduktivitas Parsial Material 
Input material dalam h arg a periode dasar

Contoh kasus:

1. Kasus Perhitungan Bertahap (Input dan Output)

Diketahui sebuah divisi pada perusahaan memiliki data perhitungan output didapat sebagai
berikut:

Tabel 2 Contoh Soal: Machine-Motor Division


Data output yang terbagi dalam 3 kolom dimana kolom pertama (1952) menjelaskan tentang nilai
uang pada setiap elemen output pada tahun 1952 dengan tahun tersebut merupakan periode
dasar yang menjadi acuan dalam perbandingannya nanti. Nilai baris Gross sales billed
dikurangkan dengan jumlah nilai pada baris Loss purchase resale dan plus sales value sehingga
hasil output kotornya didapat dari baris equals sales value of production..Adapun angka indeks
pada baris paling bawah menunjukkan tingkatan produktivitas untuk tahun terukur (1957)
terhadap periode dasar sebesar 116.7 dan 110.2 untuk tingkat produkvtivitas tahun terukur dalam
harga atau nilai uang periode dasar terhadap nilai pada periode dasar dimana nilai output pada
tahun 1957 diperhitungkan dalam harga periode dasar untuk mengetahui tingkat produktivitas
yang autentik. Hal ini dikarenakan salah satunya terjadinya inflasi, suku bunga, jumlah produk
yang dihasilkan pada tahun terkait, biaya pembuatan, dan sebagainya pada tahun terukur
cenderung berbeda pada periode dasar atau periode yang menjadi acuannya.

Tabel 3 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja

Tabel diatas menunjukkan perhitungan penggunaan atau pemakaian elemen input tenaga kerja.
Sama seperti prinsip metode ini dimana nilai uang periode terukur dibawa ke periode dasar
dimana dalam hal ini jumlah man-hour pada kedua periode dikalikan dengan variable pengali
yang sama yang dipakai pada periode dasar. Kemudian ditotal dan diperoleh hasil yang
menunjukkan adanya peningkatan pemakaian input tenaga kerja pada periode terukur terhadap
periode dasar yang dalam artian lain hal ini dapat dikatakan kurang atau tidak efisien sebab
jumlah nilainya tidak menunjukkan penurunan. Namun hal tersebut tidak mengapa selama
peningkatan efektivitas pada output masih dapat mengimbanginya.

Tabel 4 Contoh Soal: Produktivitas Parsial Faktor Total

Tabel diatas menunjukkan persentase kontribusi input dari investor pada tahun periode dasar
maupun pada tahun periode terukur.Pertama-tama dihitungkan nilai total gross assets pada
kedua periode serta nilai investasi yang ditanam pada kedua tahun sebelum adanya pajak (tax).
Terlihat dari total gross assets kedua tahun bahwa didalam nilai tersebut turut meliputi juga nilai
modal tertanam oleh investor yang ditanam sebelum terkena pajak. Tidak lupa nilai-nilai pada
periode terukur juga dihitung berdasarkan harga atau nilai uang pada periode dasar untuk
dilanjutkan pada perhitungan persentasenya. Terlihat persentase input investor pada kedua
tahun sama yang diakibatkan oleh adanya peningkatan baik dari input investor sebelum pajak
yang bertambah dari tahun ke tahun serta elemen-elemen lainnya yang juga bertambah yang
turut meningkatkan total gross assets pada tahun periode terukur.

Tabel 5 Produktivitas Faktor Total

Tabel diatas menunjukkan perhitungan baik indeks produktivitas maupun indeks produktivitas
factor total. Terlihat nilai-nilai elemen baik input maupun output pada periode terukur dihitungkan
dalam harga atau nilai uang pada periode dasar kemudian baru dijumlahkan untuk kemudian
dimasukkan kedalam rumus hitung baik untuk indeks produktivitas maupun indeks produktivitas
factor total. Terlihat bahwa nilai sebesar 112,3 menunjukkan nilai indeks produktivitasnya yang
merupakan rasio antara nilai output dalam harga atau nilai uang pada periode dasar terhadap
nilai input dalam harga-harga pada periode dasar. Nilai 2459 menunjukkan nilai peningkatan
produktivitas dari tahun dasar ke tahun periode terukur. Sedangkan nilai indeks 112 menunjukkan
indeks produktivitas factor total pada periode terukur yang mengacu pada rumus rasio antara
output bersih (output total periode terukur dalam harga periode dasar dikurangi barang dan jasa
antara terhadap factor input nya). Adapun terlihat pula adanya penurunan jumlah jam-orang yang
dipakai dalam aktivitas produksi pada divisi terkait dikarenakan adanya penurunan nilai input
yang membuat pada kasus ini penggunaan input bisa dikatakan efisien namun disisi lain tetap
efektif terlihat dari adanya peningkatan nilai output yang dihasilkan per jam orang.
Tabel 6 Perhitungan Modal Investor

Tabel diatas merupakan kasus yang berbeda dengan cara penyelesaian yang berbeda juga.
Dimana perhitungan mengacu pada dua periode yang berbeda yang ditengah kedua periode
terkait Januari 1947 dan Januari 1957 terdapat periode base yakni periode tahun 1947-1949.
Oleh karenanya salah satu periode dari 2 periode tersebut harus dibasiskan terlebih dahulu yang
artinya dengan indeks harga yang ada kesemuanya itu diubah nilai harganya kedalam indeks
sebesar 100. Dan karena sudah menjadi base period, maka perhitungan seperti menjadikan
harga pada periode terukur kedalam periode dasar hingga mengukur produkvititas factor total
dapat dilakukan sesuai dengan model matematis yang telah dijelaskan sebelumnya.
2. Model Craig-Harris
Model Craig-Harris merupakan model pengukuran produktivias yang mengabaikan
ukuran produktivitas parsial karena interpretasi dan penggunaannya yang terkadang tidak
sesuai. Perbedaan model Craig-Harris dengan model Kendrick-Creamer terdapat pada
pengertian mengenai output dan input. Menurut Craig-Harris output adalah jumlah dari
semua unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual, plus deviden dan bunga serta
sumber-sumber lain yang semuanya disesuaikan ke nilai-nilai periode dasar.

Model ini merumuskan produktivitas total sebagai berikut:

Ot
Pt 
LCR Q

dimana:

Pt = Produktivitas Total

L = Faktor Masukan Tenaga Kerja

C = Faktor Masukan Modal

R = Faktor Masukan Bahan Mentah dan Alat

Ot = Keluaran / Output Total

Q = Faktor Masukan lan pada Barang dan Jasa

Faktor-faktor input menurut model Craig-Harris didefinisikan sebagai:

Input tenaga kerja pada periode ini dalam nilai periode dasar:

= (Jam kerja untuk setiap klasifikasi pekerja) x (Tarif upah periode dasar untuk
setiap klasifikasi)

Input bahan baku dan komponen periode ini dalam nilai periode dasar:

= (Jumlah unit yang dibeli, akan disesuaikan dengan inventori) x (Harga barang
pada periode dasar)

Jika data dari harga periode dasar tidak tersedia, indeks harga komoditas yang sesuai
akan direkomendasikan sebagai penyesuaikan untuk harga periode terukur. Input faktor
dari barang dan jasa lain terdiri dasi semua sumber daya terkecuali tenaga kerja, modal,
dan bahan baku atau komponen.
Contoh Penyelesaian

Contoh:Analisis Produktivitas Sektor Kebun Menggunakan Craigh-Harris Productivity


Model (studi kasus di PT Candi Loka, Malang)

Deskripsi

PT Candi Loka ini menghasilkan produk berupa teh hijau dan bahan teh setengah jadi
yang akan diolah kembali menjadi teh wangi maupun teh celup. Pada tahun 2009 hingga
tahun 2013 produksi teh basah di PT Candi Loka mengalami fluktuasi sehingga juga
berpengaruh terhadap produksi teh kering. Selain itu, sektor kebun pada PT Candi Loka
juga belum diketahui tingkat produktivitasnya. Maka dari itu penting untuk dilakukan
penelitian untuk mengetahui tingkat produktivitas sektor kebun dan mengetahui faktor
yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun sehingga diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas.

Pengukuran produktivitas ini menggunakan Craig-Harris Productivity Model, yang


merupakan metode pengukuran produktivitas untuk mengukur produktivitas total dan
menggambarkan tingkat efisiensi dan pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan
dengan mengasumsikan bahwa tujuan perusahaan berorientasi pada profit maksimum
(Craig dan Harris, 1973). Dalam penelitian ini penulis melakukan pengukuran
produktivitas sektor kebun meliputi produktivitas secara parsial maupun total, sehingga
dapat dipakai untuk evaluasi produktivitas yang telah dicapai perusahaan.

Data

𝑄𝑇
Pt = L+C+R+M

Keterangan:
Pt = produktivitas total sektor kebun
Qt = output (teh basah)
Qt = kg teh basah x harga teh basah tahun 2015 per kg
L = input tenaga kerja
L (Rp) =Upah tenaga kerja pemeliharaan (Rp/bln) + upah tenaga kerja pemetikan
(Rp/bln) + upah sopir kendaraan kebun (Rp/bln)
L (Rp) =2000000 + 3000000+ 1500000 = 6500000
C = input modal
C (Rp) = jumlah pohon teh TM (batang) x harga pohon the TM per batang (Rp)
C (Rp) = 1000 x 25000 = 2500000

R = input bahan baku


R (Rp) = Biaya pupuk (Rp/bln) + biaya obat gulma dan penyakit (Rp/bln)
R (Rp) = 750000+250000=1000000

M = input lain-lain
M (Rp) = Biaya bahan bakar kendaraan kebun (Rp/bln) + biaya pelumas kendaraan
kebun (Rp/bln) + biaya suku cadang kendaraan kebun (Rp/bln) + biaya perawatan
peralatan petik dan semprot (Rp/bln)

M (Rp) = 700000+ 350000 + 300000 + 250000 = 1600000

𝑄𝑇
Pt = L+C+R+M

Qt = kg teh basah(bln) x harga teh basah tahun 2015 per kg


= 10000 kg x 1500: Rp.15000000

15000000
Pt = 11600000 = 1.29

3. Model OMAX
Model pengukuran produktivitas OMAX adalah model pengukuran produktivitas dengan
menggunakan manajemen berdasarkan sasaran yang dikembangkan oleh James L.
Riggs pada tahun 1980-an. Model ini mempunyai ciri yang unik yakni beberapa kriteria
performansi kelompok kerja digabungkan kedalam sebuah matriks. Setiap kriteria
memiliki sasaran serupa jalur khusus menuju perbaikan serta memiliki bobot sesuai
dengan tingkat kepentingannya terhadap tujuan produktivitas. Hasil akhir dari pengukuran
produktivitas OMAX adalah nilai tunggal untuk suatu kelompok kerja yang menunjukkan
dimana tujuan manajemen tersebut tercapai. Model ini dapat diterapkan pada berbagai
jenis organisasi seperti manufaktur, jasa administrasi maupun pemerintah akan tetapi
lebih umum digunakan pada organisasi jasa.

Dalam pengukuran dengan menggunakan model ini terdapat tujuh buah rasio yang harus
dihitung, yaitu:

1. Jumlah produk cacat dibanding jumlah produk yang dihasilkan


2. Jumlah produk yang dihasilkan dibanding jam kerja yang tersedia
3. Jumlah produk yang dihasilkan dibanding pemakaian sumber daya
4. Jumlah produk yang dihasilkan dibanding target produksi
5. Jumlah produk yang cacat dibanding produk yang baik
6. Jumlah pekerja absen dibanding jumlah pekerja
7. jumlah down time mesin dibanding jam mesin yang tersedia.
Dalam pengukuran dengan metode OMAX ini mempunyai kesulitan yaitu harus
menghitung jumlah produk yang cacat dan terlalu banyak rasio yang harus dihitung
sehingga menjadikan pengukuran lebih rumit.

Anda mungkin juga menyukai