Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SISTEM PRODUKSI

“JUST IN TIME (JIT)”

Dosen Pengampu:
Tedjo Sukmono., ST, MT

Disusun Oleh:
Dzati Fauziah (181020700050)
Melinda Aprilia Putri (181020700095)
Radiana Atika Sari (181020700140)
Stevani Amalia Haque (181020700114)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021
1. Materi Umum JIT
Menurut Meylianti (2006), Operations Management (OM) menerjemahkan
kedua kebutuhan yang selalu diharapkan oleh konsumen itu kedalam bagian dari
strategi OM yaitu Managing Quality yang didalamnya terdapat TQM (Total
Quality Mana-gement) dan Inventory Management yang didalamnya terdapat JIT
(Just In Time). TQM mewakili penciptaan nilai dengan mendasarkan pada
kualitas yang diberikan kepada konsumen. Sedangkan JIT menciptakan nilai
berdasarkan kecepatan yang diberikan. Namun pada kenyataannya, penerapan JIT
bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan tidak dapat dipisahkan dari
penerapan TQM.

2. Pengertian JIT
Menurut Putu (2012), JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang
memiliki impilkasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat
sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan (pull system) atau dengan
kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuaNtitas
yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian
diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur dijepang. Sasaran utama JIT adalah
meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk,
karena JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi
perusahaan.

3. Konsep Dasar JIT


Tujuan utama dari diterapkannya system produksi just in time ini adalah
mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan produktivitas total industry
secara keseluruhan dengan cara menghilangkan pemborosan (waste) secara terus-
menerus (john A. White : Production Hand Book, Georgia Institute of
Technology, 1987). Sasaran dari strategi produksi just in time (JIT) adalah reduksi
biaya dan meningkatkan arus perputaran modal (Capital turnover ratio) dengan
jalan menghilangkan setiap pemborosan (waste) dalam system industry. JIT harus
dipandang sebagai suatu yang lebih luas dari pada sekedar suatu program
pengendalian inventori.

4. Manfaat JIT
Menurut Putu (2012), JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian
persediaan tetapi juga merupakan system produksi yang saling berkaitan dengan
semua fungsidan aktivitas. Manfaat JIT antara lain :
a) Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang,
b) Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi,
c) Mengurangi pemborosan barang rusak dan cacat dengan mendeteksi kesalahan
pada sumbernya,
d) Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik,
e) Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok,
f) Layout pabrik yang lebih baik,
g) Pengendalian kualitas dalam proses.

5. 8 kunci utama pelaksanaan just in time (JIT) dalam kegiatan industri


yaitu:
1. Menghasilkan produk sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
Permintaan pelanggan. Sistem JIT biasanya menghasilkan produksi
sesuai dengan pesanan pelanggan dengan sistem produksi tarik (pull
system) yang dibantu dengan menggunakan kartu Kanban.
2. Memproduksi dalam jumlah kecil (small lot size).
Ciri khas lain adalah memproduksi dalam jumlah kecil sesuai dengan
permintaan pelanggan akan menghemat biaya dan sumber daya selain
menghilangkan persediaan barang dalam proses yang merupakan
sejenis pemborosan yang dapat dihindari dengan menggunakan
penjadwalan proses produksi selain itu juga menggunakan pola
produksi campur merata yaitu : memproduksi bermacam-mcam dalam
satu lini produksi.
3. Menghilangkan pemborosan.
Untuk menghindari pemborosan pada persediaan, pembelian dan
penjadwalan dengan menggunakan sistem kartu kanban yang
mendukung sistem produksi tarik, selain menghasilkan produksi
dengan baik sejak awal yaitu pantang menerima, pantang memproses
dan pantang menyerahkan produk cacat dengan bekerjasama dengan
pemasok dengan persediaan yaitu mengurangi jumlah barang yang
datang, menghilangkan persediaan penyangga, mengurangi biaya
pembelian, memperbaiki penanganan bahan baku, tercapainya
persediaan dalam jumlah kecil dan mendapatkan pemasok yang dapat
dipercaya.
4. Memperbaiki aliran produksi.
Penataan produksi dilakukan dengan berpedoman pada lima disiplin di
tempat kerja yaitu 5-S yang antara lain : Seiri atau pemilahan yaitu
disiplin ditempat kerja dengan cara melakukan pemisahan berbgai alat
atau komponen ditempat masing-masing sehingga untuk mencarinya
nanti bila diperlukan akan lebih mudah. Seiton atau penataan yaitu
disiplin ditempat kerja dengan melakukan penyimpanan fungsional
dan membuang waktu untuk mencari barang. Seiso atau pembersihan
yaitu disiplin ditempat kerja dengan melakukan pembersihan sebagai
pemeriksaan dan tingkat kebersihan. Seiketsu atau pemantapan/
perawatan yaitu manajemen visual dan pemantpn 5-S seperti
pemberian tanda, pengumuman, label, pengaturan kabel, kode, dsb.
Shitsuke atau pembiasaan yaitu pembentukan kebiasaan dan tempat
kerja yang berdisiplin.
5. Menyempurnakan kualitas produk.
Salah satunya untuk menyempurnakan kualitas produk dengan melihat
prinsip manajemen yaitu memelihara pengendalian proses dan
membuat semua orang bertanggung-jawab terhadap tercapainya mutu,
meningkatkan pandangan manajemen terhadap mutu, terpenuhinya
pengendalian mutu produk dengan tegas, memberikan wewenang
kepada karyawan untuk mengadakan pengendalian mutu produk,
menghendaki koreksi terhadap produk cacat oleh karyawan,
tercapainya inspeksi 100 % terhadap mutu produk dan tercapai
komitmen terhadap pengedalian mutu jangka panjang.
6. Orang-orang yang tanggap.
Penerapan sistem JIT ini tidak lagi menggunakan pilar keuangan,
pemasaran, SDM, tapi menggunakan lintas fungsi atau lintas disiplin
sehingga seluruh karyawan harus menguasai seluruh bidang dalam
perusahan sesuai dengan jenjang dan kedudukannya dan kesalahan
dalam proses selalu ditandai dengan menyalanya lampu andon dan
proses dihentikan dan seluruh karyawan terfokus pada perbaikan yang
terkenal dengan istilh jidoka yaitu semua karyawan bertanggungjawab
terhadap tercapaianya produk yang baik dan mencegah terjadinya
kesalahan.
7. Menghilangkan ketidak pastian.
Untuk menghilangkan ketidakpastian dengan pemasok dengan cara
menjalin hubungan abadi dan memilki satu pemasok yang lokasinya
berdekatan dengan perusahaan yang masih kerabat dengan pemilik
perusahaan, sedang dalam proses produksi dengan cara menerapkan
sistem produksi tarik dengan bantuan kartu kanban dan produksi
campur merata.
8. Penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.
Karakteristik pemeliharaan dengan berpegang pada kontrak jangka
panjang, memperbaiki mutu, fleksibelitas dalam mengadakan pesanan
barang, pemesanan dalam jumlah kecil yang dilakukan berkali-kali,
mengadakan perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

6. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT


1. Organisasi Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout
berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat
produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
2. Pelatihan/ Tim / Keterampilan. JIT memerlukan tambahan pelatihan
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem tradisional.
Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi
perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional dan bagaimana cara
kerja JIT.
• Membentuk Aliran/Penyederhanaan. Idealnya suatu lini produksi
yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk
aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan
masalah awal.
• Kanbal Pull System. Kanbal merupakan sistem manajemen suatu
pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa
aturan yang perlu diperhatikan :
a) Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya,
b) Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat
dibutuhkan,
c) Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya,
d) Meratakan beban produksi,
e) Mentaati instruktur kanban pada saat fine tuning,
f) Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
3. Visibiltas/ pengendalian visual. Salah satu kekuatan JIT adalah
sistemnya yang merupakan sistem visual. Melacaknya apa yang
terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena para karyawan
mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak
rute produksi yang saling bersilangan.
4. Eliminasi Kemacetan. Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase
setup maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa
pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari
berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan
departemen lainnya yang relevan.
5. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup. Ukuran lot yang
ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil.
Pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk
menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang
digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
6. Total Productive Maintance (TPM) merupakan suatu keharusan dalam
sistem JIT. Mesin-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara
rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin
tersebut.
7. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan
berkesinambungan. Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan
berkesinambungan harus ada dalam pemanufakturan JIT, karena
beberapa hal : Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan
harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak ada bahan
cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi
mesin harus bekerja dengan prima.

7. Strategi-strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan


yaitu:
Strategi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua pihak
terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan
dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak dapat
terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu
dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan
cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan
datang sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan diperusahaan. Strategi
penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem produksi yang
tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. Penemuan lini
produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang,
sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi.
Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan,
dan sebagainya. JIT bukan hanya sekedar metode pengedalian persediaan, tetapi
juga merupakan sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan
aktivitas.
8. Hubungan antara JIT dan TQM
Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya system total quality
secara keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen dapat
merespon kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi melaksanakan
JIT tetapi organisasi secara keseluruhan tidak mengupayakan Total Quality
Management (TQM), maka personil departemen produksi akan menghadapi
hambatan yang besar. Selain itu JIT juga mensyaratkan perubahan, sehingga
sering kali timbul penolakan dari departemen yang memiliki komitmen untuk
berubah. Perbaikan secara terus- menerus (kaizen) selalu beriringan dengan TQM.
Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu dapat
dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat
dilaksanakan sehingga perbaikan secara terus-menerus (just in time) ini adalah
usaha yang melekat pada filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen juga bisa
merupakan suatu kesatuan pandangan yang komprenhensif dan terintegrasi.

9. Keuntungan JIT antar lain yaitu :


1. Seluruh system yang ada pada perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
2. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
staffnya.
3. Barang produksi tidak selalu harus di cek, disimpan atau di retur kembali.
4. Kertas kerja bisa lebih simple.
5. Penghematan yang telah dilakukan dapat digunakan untuk mendapat profit
yang lebih tinggi, misalnya : mengadakan promosi tambahan.
JURNAL (PT. CHUHATSU INDONESIA)

Judul Perancangan Just In Time di Proses Produksi dalam Pengendalian


Persediaan Bahan Baku Komponen Otomotif Pada PT Chuhatsu
Indonesia
Jurnal Scientifict Journal of Industrial Engineering
Volume & Vol. 2, No. 1, Hal. 71-76
Halaman
Tahun Maret 2021
Penulis Chairul Anwar
Informasi PT Chuhatsu Indonesia adalah perusahaan manufaktur yang
Perusahaan bergerak dibidang komponen otomotif, salah satu produknya
adalah coil spring untuk jenis mobil toyota.
Permasalaha adanya sisa bahan baku yang tidak terpakai dalam pembuatan
n produk sehingga menimbulkan biaya simpan digudang.
Tujuan mengetahui jumlah pengiriman optimal setiap kali pesan,
Penelitian kuantitas pengiriman optimal, kuantitas pesanan, frekuensi
pembelian bahan baku pertahun, mengetahui total biaya
persediaan dan biaya penghematan dengan sistem just in time.
Dari perhitungan kebijakan perusahaan masih belum maksimal
dan belum efisien untuk biaya persediaan.
Subjek bagian gudang dan produksi dalam persediaan bahan baku dan
Penelitian pemakaian bahan baku di proses produksi.
Sampel Bahan baku kawat baja untuk pembuatan produk coil spring
Penelitian
Metode Penelitian Kuantitatif
Penelitian
Langkah-
Langkah
Pengumpula
n Data
Tabel Pembelian, Pemakaian Dan Sisa Bahan Baku

Tabel Biaya Pemesanan


Biaya Pemesanan Tahun 2016

Biaya Pemesanan Tahun 2017

Biaya Pemesanan Tahun 2018

Biaya Penyimpanan Perkilo Gram dalam Setahun


Penyelesaian dengan Metode EOQ

a. Kuantitas pemesanan yang optimal


Berdasarkan data pemakaian bahan baku kawat baja maka dapat dilihat
basarnya kuantitas pemesanan yang paling ekonomis dengan metode EOQ
dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
2 xO x D
Q* =
√ C
Keterangan:
Q* = Kuantitas pesanan pada biaya minimum dalam unit
O = Biaya pemesanan setiap kali pesan
D = Total kebutuhan bahan baku dalam satu tahun
C = Biaya penyimpanan setiap unit
2 x 1.290 .000 x 163.379
 Tahun 2016 =
√ 438
= √ 954.909 .223,74 = 30.901,60

kg
2 x 1.390 .000 x 163.379
 Tahun 2017 =
√ 444
= √ 1.037 .134 .009,09 = 32.204,56

kg
2 x 1.500 .000 x 164.620
 Tahun 2018 =
√ 450
= √ 1.097 .466.666,66 = 33.128,03

kg

b. Total biaya persediaan tahunan yang minimum


Untuk menentukan biaya persediaan bahan baku kawat baja tahunan yang
minimum maka dapat diketahui perhitungannya dengan rumus sebagai
berikut:

Q∗¿ OxD
T* =Cx ¿+
2 Q∗¿ ¿
Keterangan:
T* = Total biaya tahunan yang minimum
Q* = Kuantitas pesanan pada biaya minimum dalam unit
O = Biaya pemesanan setiap kali pesan
D = Total kebutuhan bahan baku dalam satu tahun
C = Biaya penyimpanan setiap unit
438 x 30.901,60 1.280.000 x 163.379
 Tahun 2016 = + = Rp 6.767.450,4 +
2 30.901,60
Rp 6.767.452,81 = Rp 13.534.903,21
444 x 32.204,56 1.390.000 x 165643
 Tahun 2017 = + = Rp 7.149.412,32
2 32.204,56
+ Rp 7.149.415,17 = Rp 14.298.827,49
450 x 33.128,03 1.500.000 x 164.620
 Tahun 2018 = + = Rp 7.453.806,75
2 33.128,03
+ Rp 7.453.808,75 = Rp 14.907.615,5

Perhitungan dengan metode JIT

a. Jumlah pengiriman optimal untuk setiap kali pesan


Berdasarkan kuantitas pesanan optimal dari perhitungan EOQ maka dapat
dilihat jumlah pengiriman JIT yang optimal setiap kali pesan pada bahan
baku kawat baja pada periode tahun 2016, 2017, 2018 dengan rumus
perhitungan sebagai berikut:
2
Q¿
na = ( )
2. a
Keterangan:
na = Jumlah optimal pengiriman dengan tingkat rata-rata persediaan
yang ditargetkan
a = Rata-rata target spesifik persediaan dalam unit.
Diketahui rata-rata target spesifik persediaan dalam unit adalah:
Tahun 2016 = 11.000 kg
Tahun 2017 = 11.250 kg
Tahun 2018 = 9.125 kg
30901,60 2
1) Tahun 2016 = ( )
2 x 11000
= (1,40)² = 1,96 dibulatkan 2 kali

2
32.204,56
2) Tahun 2017 = (
2 x 11250 )
= (1,43)² = 2,04 dibulatkan 2 kali

2
33129,03
3) Tahun 2018 = (
2 x 9125 )
= (1,81)² = 3,27 dibulatkan 3 kali
b. Kuantitas pesanan untuk setiap kali pesan
Berdasarkan kuantitas pesanan yang optimal dari perhitungan EOQ maka
dapat dilihat kuantitas pesanan JIT untuk setiap kali pesan pada bahan baku
kawat baja untuk pembuatan produk coil spring selama setahun periode
tahun 2016, 2017, 2018 dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
Qn = √ na.Q*
Keterangan:
Qn = Kuantitas pesanan JIT dalam unit
1) Tahun 2016 = √ 2 x 30.901,60 = 43.701,46 kg
2) Tahun 2017 = √ 2 x 32.204,56 = 45.544,12 kg
3) Tahun 2018 = √ 3 x 33.128,03 = 57.379,43 kg

c. Kuantitas pengiriman optimal setiap kali pengiriman


Berdasarkan kuantitas pesanan JIT maka dapat dilihat kuantitas pengiriman
JIT yang optimal untuk setiap kali pengiriman selama setahun pada bahan
baku kawat baja dalam periode tahun 2016, 2017, 2018 dengan rumus
perhitungan sebagai berikut:
Qn
q=
na
Keterangan:
q = Kuantitas pengiriman yang optimal
43.701,46
1) Tahun 2016 = = 21.850,73 kg
2
4 5.544,12
2) Tahun 2017 = = 22.772,06 kg
2
57.379,43
3) Tahun 2018 = = 19.126,47 kg
3

d. Frekuensi pembelian JIT


Berdasarkan data pemakaian bahan baku kawat baja maka dapat dilihat
frekuensi pembelian JIT dalam setahun pada periode 2016, 2017, 2018
dengan rumus sebagai berikut:
D
n=
Qn
Keterangan:
n = Jumlah pengiriman optimal selama satu tahun
163.379
1) Tahun 2016 = = 3,7 dibulatkan menjadi 4 kali
43.701,46
165.643
2) Tahun 2017 = = 3,6 dibulatkan menjadi 4 kali
4 5.544,12
164.620
3) Tahun 2018 = = 2,8 dibulatkan menjadi 3 kali
57.379,43

e. Total biaya persediaan dengan sistem Just In Time


Berdasarkan hasil perhitungan total biaya persediaan dengan metode EOQ,
maka dapat diketahui total biaya persediaan dengan sistem just in time
selama setahun pada periode 2016, 2017, 2018 dengan rumus sebagai
berikut:
1
Tjit = (T*)
√n
Keterangan:
Tjit = Total biaya tahunan yang minimum untuk sistem JIT
1
1) Tahun 2016 = x Rp 13.534.903,21 = Rp 6.767.451,60
√4
1
2) Tahun 2017 = x Rp 14.298.827,49 = Rp 7.149.413,74
√4
1
3) Tahun 2018 = x Rp 14.907.615,5 = Rp 8.606.915,82
√3
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat perbandingan
total biaya persediaan bahan baku kawat baja antara kebijakan perusahaan dengan
pendekatan menggunakan metode just in time (JIT) selama setahun pada periode
2016, 2017, dan 2018. Dengan mengetahui perbandingannya, perusahaan akan
mengetahui metode mana yang akan menghasilkan biaya yang paling minimum
dan bila diterapkan akan menghasilkan keuntungan. Berikut dibawah ini tabel
perbandingannya.

Tabel Perbandingan Total Biaya Persediaan Antara Kebijakan Perusahaan


Dan Sistem Just In Time

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dan membuktikan bahwa kebijakan


pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan belum maksimal. Disini
terlihat hasil dari metode just in time (JIT) menunjukan hasil yang lebih maksimal
dengan biaya yang lebih minimum dibandingkan dengan kebijakan yang
dilakukan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai