Oleh Kelompok 4:
1. AUDI AULIA
(B1C121231) 9. NOVALDI
2. DIAN PUSPITA SARI (B1C121228)
(B1C119013) 10. PUTRI PUSPITA
3. GONSAN (B1C121289)
(B1C121248) 11. RISKA AMELIA
4. GORETHI ADELIA PUTRI
MUSU (B1C121297)
(B1C121249) 12. RIZKI AMANDA
5. JUNIATI (B1C121299)
(B1C121257) 13. SITTI MARHAMA
6. LISNA (B1C121310)
(B1C121261) 14. TANYI NURDIYANTI
7. MARULIN (B1C121313)
ANDRIANI 15. USWATUN
(B1C121263) HASANAWATI
8. NORMA (B1C121317)
(B1C121165) 16. ZUANE PRATANIA
LUMANTO
(B1C121329)
Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyusunan Anggaran Biaya Overhead”, makalah
ini kami buat untuk memenihi tugas kelompok matakuliah perencanaan dan penganggaran.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalammenyelesaikan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada waktunya. Ucapan
terimakasih ini kami berikan kepada :
1. Intihana, SE., M.Si selaku dosen pengampu.
2. Para penulis/penerbit buku maupun situs-situs internet yang memperkenankan
mengalihkan hak cipta karyanya kepada kami untuk dipelajari.
3. Teman-teman kelompok yang ikut serta membantu menyelesaikan tugas kelompok
pembuatan makalah ini.
Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalahini belum
sempurna, sehingga kami berharap uluran tangan dari para pembacauntuk memberi kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalahini sesuai dengan harapan anda.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagikami selaku
penyusun maupun para pembaca sekalian.
2
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK ........................................................ 5
B. PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK.............................. 12
Selisih kurang BOP 68.750 - ...................................... 22
BOP sesungguhnya - 9.350.000 ...................................... 22
C. PENGERTIAN BIAYA BEBAN USAHA ............................................................... 22
D. PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA BEBAN USAHA ...................................... 23
BAB III ............................................................................................................................... 29
PENUTUP .......................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Rahayu dan Rachman (2013:87) diungkapkan beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sebelum menyusun anggaran biaya overhead pabrik. Antara lain sebagai berikut:
1. Anggaran unit yang akan diproduksi, terutama yang berkaitan dengan kualitas dan
kuantitasnya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
2. Berbagai standar yang telah ditetapkan perusahaan (misalnya standar pemakaian
bahan pembantu, pemakaian listrik, dsb).
3. Sistem pembayaran upah yang dipakai oleh perusahaan.
4. Metode depresiasi, khususnya terhadap aktiva tetap.
5. Metode alokasi biaya yang dipakai oleh perusahaan untuk membagi biaya-biaya yang
semula merupakan satu kesatuan, menjadi beberapa kelompok biaya dimana biaya
tersebut terjadi.
Selain beberapa faktor tersebut, penentuan tarif biaya overhead merupakan salah satu hal
yang penting sebagaimana yang diungkapkan oleh Rudianto (2009:95-96) bahwa tanpa
menetapkan tarif biaya overhead, maka perusahaan tidak akan dapat menghitung biaya
overhead dan biaya per unit produknya.
Tarif BOP diperlukan dalam rangka penentuan harga pokok produksi. Berdasarkan
penentuan biaya BOP untuk masing-masing bagian, maka dapat dihitung tarif BOP dengan
cara membagi BOP dianggarkan dengan tingkat kegiatan di masing-masing departemen
(bagian). Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut:
1. Menyusun anggaran BOP
Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan yang akan dipakai
sebagai dasar penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar
pembuatan anggaran BOP antara lain:
a. Kapasitas Praktis
5
Untuk menentukan besarnya kapasitas praktis dan kapasitas normal terlebih dahulu
harus ditentukan kapasitas teoritis, yakni volume produksi maksimum yang dapat dihasilkan
oleh pabrik.
Kapasitas teoritis dapat diartikan sebagai kapasitas pabrik atau suatu departemen
untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu
tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian
waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Penetapan
kapasitas praktis ini perlu dilakukan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik dijalankan
pada kapasitas teoritis. Dengan demikian perlu diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran
waktu dalam penentuan kapasitas seperti penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari
karena kerusakan mesin.
b. Kapasitas Normal
Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam
jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitaspraktis hanya diperhitungkan kelonggaran-
kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perusahaan, maka dalam penentuan kapasitas
normal diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.
Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas sesungguhnya yang diharapkan merupakan
pendekatan jangka pendek, dan metode ini umumnya mengakibatkan digunakan tarif yang
berbeda dari periode ke periode. Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas praktis atau
kapasitas normal merupakan pendekatan jangka panjang, yang menghubungkan tingkat
kegiatan perusahaan dengan kapasitas fisik pabrik dan tidak dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan penjualan yang bersifat sementara. Dengan pendekatan ini tarif BOP relatif
konstan untuk jangka waktu yang relatif lama.
Setelah anggaran BOP selesai disusun, maka langkah selanjutnya adalah memilih
dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil BOP kepada produk. Dasar
pembebanan ini dikenal sebagai satuan kegiatan atau satuan penghitung yakni satuan yang
dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh bagian produksi dan
bagian jasa dalam rangka proses produksi. Satuan kegiatan ini sangat diperlukan dalam
6
penyusunan anggaran BOP karena pada prinsipnya BOP merupakan hasil perkalian antara
satuan kegiatan dengan tarif BOP.
Beberapa dasar yang dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk membebankan BOP kepada
produk, antara lain:
a. Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan BOP
kepada produk. Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan formula berikut:
Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk.
Jika perusahaan menghasilkan lebih dari macam produk yang serupa dan berhubungan erat
satu dengan yang lain, maka pembebanan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai.
7
e. Jam Mesin
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (contoh bahan bakar atau listrik
dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah
jam mesin. Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab manajer
produksi. Ia harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih satuan kegiatan
mengakibatkan kesalahan pembebanan biaya overhead ke setiap bagian, atau kesalahan
pembebanan biaya overhead kepada barang-barang yang disediakan. Ia akan mengakibatkan
kesalahan harga pokok produksi.
8
KONSEP KAPASITAS.
a. kapasitas teoritis
yaitu output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak dengan anggapan semua
beroperassi secara sempurna.
b. kapasitas praktis
yaitu output maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien .
c. kapisitas normal.
yaitu penyempurnaan kelemahan a konsep diatas. merupakan dasat yang baik dan tepat untuk
memperhitungkan besarnya BOP.
d. kapasitas yang diharapkan
yaitu merupakan rencan produksi yang penting untuk memenuhi kebutuhan penjualan pada
tahun yang akan datang.
dukung yang sangat penting bagi kegiatan produksi. aktivitasnya tidak secara langsung
memproses produk. contoh departemen jasa pada perusahaan pabrikasi adalah departemen
penangananbahan, departemen bengkel.
CONTOH SOAL
PT “NURCAHYA” menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 1995,
perusahaan membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin dengan
data produksi sebagai berikut :
Jenis BiayaTetap/VariabelJumlah
Biaya bahan baku Rp 5.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 2.500.000
Biaya bahan penolong V Rp 1.100.000
Biaya depresiasi pabrik T Rp 500.000
Biaya bahan bakar V Rp 750.000
Biaya listrik V Rp 1.600.000
Biaya reparsi & pemeliharaan V Rp 675.000
T Rp 400.000
Biaya asuransi bangunan T Rp 800.000
Biaya promosi V Rp 1.250.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 1.400.000
T Rp 1.850.000
Biaya kesejahteraan karyawan T Rp 1.050.000
9
Pada akhir bulan BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 27.500 jam
Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah
Diminta :
1. Berapakah BOP tetap & variabel yang dianggarkan.
2. Hitung tarip BOP bulan Januari berdasarkan:
a. Jam mesin (Rp)
b. Biaya bahan baku (%)
c. Biaya tenaga kerja langsung (Rp)
d. Jam kerja langsung (Rp)
e. Unit produksi (Rp)
3. Hitunglah pada BOP sesungguhnya ;
a. Tarip BOP variabel & tetap.
b. selisih BOP.
c. Selisih anggaran |& kapasitas.
4. Buatlah jurnal yang diperlukan.
PENYELESAIAN :
1. BOP Tetap = Rp 4.600.000.
BOP Variabel = 5.525.000.
10
Tarif BOP variabel = Rp 5.525.000 = Rp 184,2 jam mesin.
30.000
e. Unit produksi :
Tarif BOP = Rp 10.125.000 = Rp 168,75
60.000
b. Selisih BOP :
BOP yang dibebankan (27.500 x 337,5) Rp 9.281.250.
BOPsesungguhnya 9.350.000.
Selisih BOP (R) Rp 68.750.
c. Selisih Anggaran :
BOP sesungguhnya Rp 9.350.000.
BOP dianggarkan pada kapasitas :
BOP variabel (27.500 x Rp 184,2) = Rp 5.065.500
BOP tetap Rp 4.600.000
9.665.500.
Laba 315.500.
Selisih kapasitas :
(metode 1)
11
BOP tetap dianggarkan Rp 4.600.000.
BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3) 4.215.750.
Rugi Rp 384.250.
(metode 2)
Kapasitas dianggarkan 30.000 jam mesin.
Kapasitas dicapai 27.500
2.500 jam mesin.
Tarif BOP tetap : Rp 153,3
Selisih kapasitas : (Rp 153,3 x 2500) = Rp 383.250
Dalam Rahayu dan Rachman (2013:87) diungkapkan beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sebelum menyusun anggaran biaya overhead pabrik. Antara lain sebagai berikut:
1. Anggaran unit yang akan diproduksi, terutama yang berkaitan dengan kualitas dan
kuantitasnya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
2. Berbagai standar yang telah ditetapkan perusahaan (misalnya standar pemakaian
bahan pembantu, pemakaian listrik, dsb).
3. Sistem pembayaran upah yang dipakai oleh perusahaan.
4. Metode depresiasi, khususnya terhadap aktiva tetap.
5. Metode alokasi biaya yang dipakai oleh perusahaan untuk membagi biaya-biaya yang
semula merupakan satu kesatuan, menjadi beberapa kelompok biaya dimana biaya
tersebut terjadi.
12
Rudianto (2009:94) penyusunan anggaran biaya overhead pabrik dapat diterapkan
berdasarkan jam kerja per unit atau berdasarkan biaya per unit produk atau berdasarkan
presentasi tertentu dari biaya produksi.
Selain beberapa faktor tersebut, penentuan tarif biaya overhead merupakan salah satu
hal yang penting sebagaimana yang diungkapkan oleh Rudianto (2009:95-96) bahwa tanpa
menetapkan tarif biaya overhead, maka perusahaan tidak akan dapat menghitung biaya
overhead dan biaya per unit produknya.
Kapasitas teoritis dapat diartikan sebagai kapasitas pabrik atau suatu departemen
untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu
tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian
waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Penetapan
kapasitas praktis ini perlu dilakukan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik dijalankan
pada kapasitas teoritis. Dengan demikian perlu diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran
waktu dalam penentuan kapasitas seperti penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari
karena kerusakan mesin.
b. Kapasitas Normal
13
Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam
jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitaspraktis hanya diperhitungkan kelonggaran-
kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perusahaan, maka dalam penentuan kapasitas
normal diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.
Beberapa dasar yang dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk membebankan BOP kepada
produk, antara lain:
a. Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan
BOP kepada produk. Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan formula berikut:
14
Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk.
Jika perusahaan menghasilkan lebih dari macam produk yang serupa dan berhubungan erat
satu dengan yang lain, maka pembebanan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai.
15
e. Jam Mesin
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (contoh bahan bakar atau listrik
dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah
jam mesin. Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab manajer
produksi. Ia harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih satuan kegiatan
mengakibatkan kesalahan pembebanan biaya overhead ke setiap bagian, atau kesalahan
pembebanan biaya overhead kepada barang-barang yang disediakan. Ia akan mengakibatkan
kesalahan harga pokok produksi.
16
Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap aktivitas yang terjadi
dalam pembuatan produknya.Cara ini dikenal dengan Activity Based Costing (ABC).
Setelah anggaran BOP selesai disusun dan ditentukan besar satuan kegiatan, maka
langkah terakhir adalah menghitung tarif BOP dengan rumus sebagai berikut:
Formula:
KONSEP KAPASITAS.
e. kapasitas teoritis
yaitu output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak dengan anggapan semua
beroperassi secara sempurna.
f. kapasitas praktis
yaitu output maksimum pada departemen yang beroperasi secara efisien .
g. kapisitas normal.
yaitu penyempurnaan kelemahan a konsep diatas. merupakan dasat yang baik dan
tepat untuk memperhitungkan besarnya BOP.
h. kapasitas yang diharapkan
yaitu merupakan rencan produksi yang penting untuk memenuhi kebutuhan penjualan
pada tahun yang akan datang.
dukung yang sangat penting bagi kegiatan produksi. aktivitasnya tidak secara langsung
memproses produk. contoh departemen jasa pada perusahaan pabrikasi adalah departemen
penangananbahan, departemen bengkel.
CONTOH SOAL
17
PT “NURCAHYA” menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 1995,
perusahaan membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin dengan
data produksi sebagai berikut :
Jenis BiayaTetap/VariabelJumlah
Biaya bahan baku Rp 5.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 2.500.000
Biaya bahan penolong V Rp 1.100.000
Biaya depresiasi pabrik T Rp 500.000
Biaya bahan bakar V Rp 750.000
Biaya listrik V Rp 1.600.000
Biaya reparsi & pemeliharaan V Rp 675.000
T Rp 400.000
Biaya asuransi bangunan T Rp 800.000
Biaya promosi V Rp 1.250.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 1.400.000
T Rp 1.850.000
Biaya kesejahteraan karyawan T Rp 1.050.000
Pada akhir bulan BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 27.500 jam
Jenis Biaya Tetap/Variabel Jumlah
18
Biaya reparasi & pemeliharaan V Rp 600.000
T Rp 400.000
Biaya asuransi bangunan T Rp 800.000
Biaya promosi V Rp 1.050.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 1.200.000
T Rp 1.850.000
Biaya kesejahteraan karyawan T Rp 1.050.000
Diminta :
1. Berapakah BOP tetap & variabel yang dianggarkan.
2. Hitung tarip BOP bulan Januari berdasarkan:
a. Jam mesin (Rp)
b. Biaya bahan baku (%)
c. Biaya tenaga kerja langsung (Rp)
d. Jam kerja langsung (Rp)
e. Unit produksi (Rp)
3. Hitunglah pada BOP sesungguhnya ;
a. Tarip BOP variabel & tetap.
b. selisih BOP.
c. Selisih anggaran |& kapasitas.
4. Buatlah jurnal yang diperlukan.
PENYELESAIAN :
1. BOP Tetap = Rp 4.600.000.
BOP Variabel = 5.525.000.
2. a. Rp 4.600.000
Tarif BOP tetap = = Rp 153,3 jam mesin.
30.000
19
Rp 5.525.000
Tarif BOP variabel = = Rp 184,2 jam mesin.
30.000
e. Unit produksi :
b. Selisih BOP :
BOP yang dibebankan (27.500 x 337,5) Rp 9.281.250.
BOPsesungguhnya 9.350.000.
Selisih BOP (R) Rp 68.750.
20
c. Selisih Anggaran :
BOP sesungguhnya Rp 9.350.000.
BOP dianggarkan pada kapasitas :
BOP variabel (27.500 x Rp 184,2) = Rp 5.065.500
BOP tetap Rp 4.600.000
9.665.500.
Laba 315.500.
Selisih kapasitas :
(metode 1)
BOP tetap dianggarkan Rp 4.600.000.
BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3) 4.215.750.
Rugi Rp 384.250.
(metode 2)
Kapasitas dianggarkan 30.000 jam mesin.
Kapasitas dicapai 27.500
2.500 jam mesin.
Tarif BOP tetap : Rp 153,3
Selisih kapasitas : (Rp 153,3 x 2500) = Rp 383.250
21
Selisih kurang BOP 68.750 -
BOP sesungguhnya - 9.350.000
Biaya beban usaha adalah semua biaya yang terkait dengan operasi bisnis secara
keseluruhan, termasuk biaya administrasi, biaya umum, biaya penjualan, dan biaya-biaya lain
yang tidak dapat langsung diatribusikan ke suatu produk atau jasa secara langsung. Biaya
beban usaha umumnya meliputi biaya-biaya yang tidak terkait dengan produksi, seperti biaya
gaji dan tunjangan karyawan, biaya sewa gedung dan peralatan, biaya listrik dan air, biaya
asuransi, biaya iklan dan pemasaran, biaya telepon, biaya transportasi, dan biaya-biaya
lainnya. Biaya beban usaha dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan dan dianggap
sebagai biaya tetap karena tidak bergantung pada volume produksi atau penjualan. Oleh
karena itu, manajemen perusahaan harus memperhatikan dan mengelola biaya beban usaha
dengan cermat agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.
Biaya beban usaha berbeda dengan biaya produksi, yang terkait dengan biaya-biaya
langsung yang terjadi dalam proses produksi produk atau jasa. Biaya produksi meliputi bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya produksi ini dapat diatribusikan
langsung ke produk atau jasa yang dihasilkan.
Pemisahan antara biaya produksi dan biaya beban usaha penting dalam perhitungan
harga pokok produk atau jasa, yang merupakan dasar untuk menentukan harga jual produk
atau jasa dan menghitung keuntungan perusahaan.
Perencanaan dan pengendalian biaya beban usaha juga sangat penting untuk
meningkatkan efisiensi operasional dan profitabilitas perusahaan. Dalam mengelola biaya
beban usaha, perusahaan harus mengidentifikasi dan mengevaluasi biaya-biaya yang tidak
efisien atau tidak diperlukan, serta mengembangkan strategi penghematan biaya yang dapat
membantu meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Perhitungan biaya beban usaha meliputi berbagai biaya yang terkait dengan operasi
bisnis secara keseluruhan. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menghitung biaya
beban usaha:
1. Identifikasi biaya beban usaha yang terkait dengan operasi bisnis, seperti biaya
administrasi, biaya umum, biaya penjualan, dan biaya-biaya lainnya.
2. Hitung total biaya beban usaha untuk periode tertentu, seperti bulanan atau tahunan,
dengan menjumlahkan semua biaya beban usaha yang teridentifikasi.
22
3. Bagi total biaya beban usaha dengan jumlah unit produk atau jasa yang dihasilkan
untuk mendapatkan biaya beban usaha per unit. Ini akan membantu menentukan
seberapa besar biaya beban usaha yang harus diatribusikan ke setiap unit produk atau
jasa.
4. Gunakan informasi biaya beban usaha untuk menghitung harga pokok produk atau
jasa. Harga pokok produk atau jasa adalah total biaya produksi ditambah dengan
biaya beban usaha, yang kemudian dibagi dengan jumlah unit produk atau jasa yang
dihasilkan.
Perhitungan biaya beban usaha dapat menjadi lebih kompleks tergantung pada jenis
bisnis dan biaya beban usaha yang terlibat. Namun, dengan memahami prinsip dasar
perhitungan biaya beban usaha, perusahaan dapat mengembangkan strategi penghematan
biaya yang lebih efektif dan meningkatkan profitabilitas mereka.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung terjadi untuk membiayai produksi,
artinya bila perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi maka biaya tersebut tidak terjadi.
Besar kecilnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung bergantung pada tingkat
produksi. Oleh karena itu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung termasuk unsur
biaya variabel. Biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya variabel bila sistem upah yang
digunakan sistem upah per jam atau per unit, tetapi bila sistem upah yang digunakan sistem
upah tetap, seperti upah harian, upah bulanan, maka biaya tenaga kerja langsung termasuk
biaya tetap. Dalam buku ini biaya tenaga kerja langsung dianggap sebagai biaya variabel.
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan baku dan
biayatenaga kerja langsung. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode ini
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam
biaya overhead pabrik terdapat biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang dipengaruhi oleh
besar kecilnya volume kegiatan produksi, sedangkan biaya overhead pabrik tetap adalah
biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume
kegiatan produksi.
Misalnya Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 menyusun anggaran biaya
overhead pabrik pada kapasitas produksi normal setahun 200 botol dengan Waktu 20 jam
kerja langsung. Atas dasar unit produk dan atas dasar jam kerja langsung dapat dibuat
pembebanan biaya
23
overhead pabrik yang dianggarkan seperti Tabel 9-3.Dari Tabel 9-3 terlihat yang merupakan
BOP variabel penuh seperti biaya bahan pembantu dan biaya pernik pabrik.Adapun yang
merupakan BOP tetap penuh hanya biaya depresiasi pabrik. Sedangkan yang merupakan
biaya semi variabel, artinya dalam biaya tersebut terdapat biaya variabel tetapi terdapat juga
biaya tetap, seperti : biaya tenaga kerja tak langsung, biaya pemeliharaan pabrik, biaya listrik
pabrik, biaya asuransi pabrik, dan biaya lain-lain pabrik. Cara pemisahan biaya semi variabel
menjadi sebagian biaya variabel dan sebagian lagi menjadi biaya tetap dapatdipelajari lebih
lanjut pada Bab 16 dalam pokok bahasan Metode Pemisahan Biaya.
Semivariabel. Pada tabel 9-3 terlhat jumalah BOP Variabel per unit (botol) sebesar Rp 68,
sedangkan jumlah BOP Variabel per jam sebesar Rp 680. Dengan demikian BOP Variabel
Standar per botol kecap memerlukan waktu = Rp 68 / Rp 680 = 0,1 jam Pada tabel 9-3
24
terlihat jumlah BOP Tetap Standar per unit sebesar Rp 32 dan jumlah BOPTetap per jam
sebesar Rp 320.
Dengan demikian BOP Tetap per botol kecap memerlukan waktu = Rp 32/ Rp 320 = 0,1
JamDari perhitungan tersebut diatas , dapat dibuat biaya overhead pabrik standar perbotol
kecap sebagai berikut
Pada Tabel 9-4 tampak harga pokok standar per unit produk dalam hal ini harga
Pokok standar per botol Kecap sedang dengan metode penghargapokokan penuh (full
costing) RP 470 dan dengan metode penghargapokokan variabel (variable costing) Rp 438.
Anggaran tetap mcnggunakan metode penghargapokokan penuh. Anggaran tetap berupa
anggaran jangkapanjang yang dljelaskan pada bab l4 dan anggaran jangka pendek yang
dijelaskan pada Bab 15 mcnggunakan metode penghargapokokan penuh. Beda metode
penghargapokokan pcnuh dcngan mctode penghargapokokan variabel dijelaskan pada Bab
16.
Dengan dibuatnya harga pokok standar per botol kecap sedang, maka dapat
ditentukan harga jual per botol Kecap sedang. Misalnya perusahaan menetapkan margin
kontribusi per botol kecap Rp 262, bcrarti harga jual per botol kecap sedang sebesar Rp 262 +
Rp 438 = Rp 700. Dengan demikian margin kontribusi yang diinginkan oleh perusahaan
sebesar 262 : 700 = 37%.
Bila harga jual per botol Rp 700, bcrarti kenaikan 59,82% dari harga pokok variabel per botol
kecap. Harga pokok variabel per botol kecap = Rp 438 Kenaikan 59,82% x Rp 438 = Rp 262
Harga jual per botol kecap = 700
25
Penyusunan Anggaran Beban Usaha
Beban usaha (operating expenses) adalah beban kegiatan pokok perusahaan yang
tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok jualan (cost of sales). Beban usaha terdiri dari:
beban penjualan, beban administrasi dan umum.
Beban penjualan adalah beban yang terjadi untuk kepentingan penjualan produk
utama. Beban penjualan ada yang bersifat tetap, tetapi ada juga yang bersifatvariabel: Beban
penjualan variabel contohnya beban komisi penjualan, beban penghapusan piutang, dan
beban pernik penjualan. Beban penjualan variabel besar kecilnya dipengaruhi oleh kegiatan
penjualan. Semakin banyak barang yang dijual semakin besar beban penjualan variabel.
Sebaliknya semakin sedikit barang yang dijual semakin kecil beban penjualan variabel.
Sedangkan beban penjualan tetap, contohnya beban depresiasi alat penjualan, beban
penghapusan piutang, beban gaji pegawai tetap bagian penjualan dan lain-lain. Beban
penjualan semi variabel, seperti: beban promosi penjualan, dan lain-lain.
Beban administrasi dan umum adalah beban yang umumnya terjadi pada bagian personalia,
bagian keuangan, dan bagian umum, seperti: beban gaji pemimpin dan staf, beban depresiasi
peralatan kantor, beban pernik kantor, beban pemeliharaan kantor, dan beban umum lainnya.
Beban administrasi dan umum biasanya bersifat tetap.
Sebagai ilustrasi misalkan Perusahaan Kecap Asli akan menyusun anggaran beban
usaha selama tahun 2016 dengan data sebagai berikut:
a. Mempunyai aset tetap yang terdiri atas: bagian penjualan senilai Rp 100.000 dan bagian
umum senilai Rp 50.000. Aset tetap disusut dengan metode garis lurus 12% setahun atau
3% tiap triwulan.
c. Komisi penjualan 5% dari penjualan dan penghapusan piutang ditaksir 2% dari jualan.
d. Gaji penjualan dan pemeliharaan alat penjualan tiap triwulan masing-masing Rp 1. 000
danRp 700.
e. Pernik (supplies) penjualan ditaksir triwulan: I Rp 200, II Rp 210, III Rp 250, danIV Rp
250.
26
f. Beban turun harga triwulan I dan II masing-masing 19% dari jualan, triwulan III dan IV
masing-masing 2% dari jualan.
g. Beban penjualan lainnya pada triwulan I dan II masing-masing Rp 150, triwulan III dan
IV masingmasing Rp 200.
h. Beban administrasi ditaksir tiap triwulan terdiri atas: gaji pemimpin dan staf kantor Rp
300, asuransi alat kantor Rp 100, pernik kantor Rp 50, pemeliharaan kantor Rp 125, dan
lainnya Rp 75.
Dari data tersebut disusunlah anggaran beban usaha seperti Tabel 9-5. Pada Tabel 9-5
triwulan I komisi penjualan sebesar Rp 1.220 dengan perhitungan komisi penjualan tiap
triwulan 5% dari jualan pada triwulan bersangkutan, yaitu 5% x Rp 24.400 = Rp 1.220.
27
Perhitungan beban penghapusan piutang tiap triwulan 2% dari jualan pada. triwulan
bersangkutan, misalnya pada triwulan I = 2% x Rp 24.400 = Rp 488. Perhitungan beban
depresiasi alat penjualan tiap triwulanu = 3% x Rp 100. 000 = Rp 3. 000. Perhitungan beban
turun harga pada triwulan I 1% x Rp 24.400 = Rp 244 Triwulan II = 1% x Rp 25 500 = Rp
255. Triwulan III = 2% X Rp 26 750 = Rp 535. Triwulan IV = 2% X Rp 26.950 = Rp 539.
Perhitungan depresiasi alat kantor tiap triwulan = 3% x Rp 50.000 = Rp 1.500.
28
BAB III
PENUTUP
Selain beberapa faktor tersebut, penentuan tarif biaya overhead merupakan salah satu
hal yang penting sebagaimana yang diungkapkan oleh Rudianto (2009:95-96) bahwa tanpa
menetapkan tarif biaya overhead, maka perusahaan tidak akan dapat menghitung biaya
overhead dan biaya per unit produknya.
Beban usaha (operating expenses) adalah beban kegiatan pokok perusahaan yang
tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok jualan (cost of sales). Beban usaha terdiri dari:
beban penjualan, beban administrasi dan umum.
Beban penjualan adalah beban yang terjadi untuk kepentingan penjualan produk
utama. Beban penjualan ada yang bersifat tetap, tetapi ada juga yang bersifatvariabel: Beban
penjualan variabel contohnya beban komisi penjualan, beban penghapusan piutang, dan
beban pernik penjualan. Beban penjualan variabel besar kecilnya dipengaruhi oleh kegiatan
penjualan. Semakin banyak barang yang dijual semakin besar beban penjualan variabel.
Sebaliknya semakin sedikit barang yang dijual semakin kecil beban penjualan variabel.
Sedangkan beban penjualan tetap, contohnya beban depresiasi alat penjualan, beban
penghapusan piutang, beban gaji pegawai tetap bagian penjualan dan lain-lain. Beban
penjualan semi variabel, seperti: beban promosi penjualan, dan lain-lain.
29
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/45628936/Penyusunan_Anggaran_Biaya_Konversi_dan_Anggara
n_Beban_Usaha
30