KELOMPOK 5
1
KATAPENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah–
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah PENGANGGARAN
tentang “Perencanaan dan Pengendalian Biaya Overhead Pabrik”.
Dalam makalah ini,akan di jelaskan tentang bagaimana Perencanaan dan
Pengendalian Biaya Overhead Pabrik .
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika
pembahasannya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan atau kritika se
rta saran yang bersifat membangun untuk mendorong menjadi lebih baik kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATAPENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 PERENCANAAN BIAYA OVERHEAD PABRIK .....................................................................5
2.2 ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK ............................................................................5
2.3 PERHITUNGAN TARIF BOP (OVERHEAD RATE) ................................................................16
2.4 HARGA POKOK PRODUKSI (PRODUCT COSTING)............................................................21
2.5 PROYEKSI LAPORAN LABA RUGI ......................................................................................23
2.6 PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK ..................................................................29
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 31
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Dua bab sebelumnya telah mengupas secara mendalam tentang rencana biaya bahan mentah
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Bab ini membahas tentang perencanaan dan
pengendalian biaya overbead pabrik. Untuk rencana bahan mentah dan anggaran biaya tenaga
kerja langsung telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya. Bab ini diawali dengan pembahasan
tentang pentingnya perencanaan Biaya Overbead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan
dilanjutkan dengan mempelajari faktor faktor yang harus dipahami untuk melakukan
penyusunan anggaran BOP, teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan
pembahasan pentingnya pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian BOP
Bab ini diakhiri dengan materi tentang anggaran BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok
Produksi
4
BAB II
PEMBAHASAN
Perencanaan yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran
dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk mendapatkan manfaat
tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh
untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan mengeluarkan biaya riset dan
pengembangan produk yang cukup besar. Manfaat dari kegiatan tersebut tentunya adalah
tercapainya kuota penjualan yang besar.
Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya
yang terbatas secara lebih baik, bukan sekedar pengurangan biaya. Beberapa perusahaan
melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya
pada keuntungan yang diperoleh. Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber daya
yang memadai untuk memelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunan-bangunan. Tidak
dapat dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun mengurangi pengeluaran-
pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya karena
kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga yang frustasi, kesalahan mesin,
biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta.
5
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan
dengan harga pokok produksi tersebut. Sebagai contoh bahan penolong dalam
perusahaan kertas adalah 50 kaporit, tapioka, bahan warna, arpus, kaoline dan bahan-
bahan kimia yang lain.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga
kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung
terdiri dari:
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan
habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik,
mesin-mesin dan equipment, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain
yang digunakan untuk keperluan pabrik.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya
depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equipment, perkakas
laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi
gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi
kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya
reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan
sebagainya.
Oleh karena begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam pabrik,
maka memerlukan perhatian khusus. Untuk merencanakan besarnya dana yang harus
6
dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang
perlu perhatian khusus, yakni:
Atas dasar prinsip inilah dikenal adanya pembagian struktur organisasi menjadi
produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.
Berdasar uraian tersebut dapat diklasifikasikan dua jenis biaya overhead pabrik,
sesuai tanggung jawab masing-masing departemen (bagian) yakni:
Sebagai ilustrasi dalam Bagan 10.1 diberikan suatu contoh Biaya Overhead
Pabrik yang terjadi di perusahaan furniture.
7
BIAYA OPERASI PAPRIK
PERUSAHAAN " FURNITURE"
JENIS Bagian
BIAYA persiapan Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian
dan dekorasi Finishing Listrik reparasi gudang
pembentukan
Dep Dep
Depresiaisi Dep gedung Dep gedung Dep gedung Dep gedung
gedung gedung
Dep Dep
Dep Mesin Dep Mesin Dep Mesin Dep Mesin
Mesin Mesin
Lain-lain Alat tulis Alat tulis Alat tulis Alat tulis Alat tulis Alat tulis
Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak
bergantung pada besar kecilnya volume kegiatan. BOP tetap adalah BOP yang tidak
berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Pada umumnya biaya ini
bersifat tetap misalkan biaya penyusutan per tahun dari sebuah mesin produksi adalah
Rp2.500.000. Apabila jumlah jam kerja ditentukan sebagai volume kegiatan, maka
8
berapapun jumlah jam kerja, biaya tetap total sebesar Rp2.500.000, namun biaya per
unitnya (per jam) berubah-ubah, berbanding terbalik dengan volume kegiatan. Tabel
10.1 dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini.
Tabel 10.1
Biaya Depresiasi Tetap Total dan Per Unit
Biaya tetap hanya bersifat tetap dalam hubungannya dengan periode anggaran dan kisar
relevan (relevant range) tertentu. Kisar relevan adalah kisar kegiatan normal, dalam ari
bahwa perusahaan merencanakan untuk beroperasi pada kisar kegiatan tersebut. Biaya
tetap dapat berubah dari tahun anggaran tertentu ke tahun anggaran lainnya apabila
terdapat perubahan dalam tarif biaya (seperti tarif asuransi, tarif gaji eksekutif atau tarif
pajak bumi dan bangunan) atau perubahan kebijakan manajemen (penambahan aktiva
yang memengaruhi besarnya biaya depresiasi).
Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah-ubah secara proporsional dengan
perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap. Dengan demikian BOP variabel
adalah BOP juga berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin
besar volume kegiatan, maka semakin besar pula BOP. Sebaliknya, semakin kecil
volume kegiatan, semakin kecil pula BOP. Contoh biaya overhead pabrik yang bersifat
variabel adalah biaya bahan mentah tidak langsung (biaya penolong). Tabel 10.2 dapat
digunakan untuk menjelaskan hal ini.
9
TABEL 10.2
Biaya Bahan Penolong Total dan per Unit
Biaya Semi Variabel adalah biaya yang bersifat campuran, yakni antara biaya tetap dan
variabel. BOP semi variabel adalah BOP yang berubah, namun perubahannya tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif BOP
dan pengendalian biaya, maka BOP vang bersifat semi variabel ini dipecah menjadi dua
unsur biaya tetap dan biaya variabel. Sebagai contoh adalah biaya listrik. Biaya ini
bersifat tetap karena setiap bulan perusahaan harus membayar biaya berlangganan jasa
listrik yang bersifat tetap, dan juga memiliki unsur variabel karena biaya lisrik ini
bertambah seiring meningkatnya perubahan volume kegiatan perusahaan. Tabel 10.3
dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini.
TABEL 10.3
Biaya Listrik Total
10
2,800,000 2,300 500,000 1,000
Adalah cara mengalokasikan BOP, dimana BOP bagian jasa secara langsung dialokasikan ke
bagian produksi sesuai proporsi pemakaian jasanya. Berdasarkan pemakaian jasa, alokasi BOP
dibedakan dalam dua cara:
Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi
yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan
oleh departemen jasa hanya dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan
tidak ada departemen jasa lain yang memakai jasa dari departemen jasa tersebut
(Departemen Jasa tidak memakai jasanya).
PT. POR mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni departemen proses 1
dan proses 2, dan ditunjang oleh dua departemen jasa yaitu departemen jasa listrik (X) dan
departemen jasa pemeliharaan mesin (Y). Seluruh tenaga listrik dan pemeliharaan mesin
sepenuhnya digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:
11
Departemen Produksi Jumlah BOP (Rp)
Jasa X 30 Juta
Jasa Y 60 Juta
PENYELESAIAN KASUS
1. Jasa X
Total = Rp30.000.000,
2. Jasa Y
12
Departemen Proses 1 = 25% x Rp60.000.000 = Rp15.000.000.
Total = Rp.60.000.000.
Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa tidak hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula oleh
departemen jasa yang lain. Sebagai Contoh bagian jasa terdiri dari bagian
pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik
menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh bagian reparasi untuk
memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi menggunakan pula
sebagian jasa listrik yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk
menggerakkan peralatan reparasinya.
Satu metode untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik bagian jasa apabila
terjadi hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode aljabar
(Algebraic method). Dalam metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di
masing-masing bagian jasa dinyatakan dalam formula berikut:
Metode Aljabar:
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
Keterangan:
X : jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa Y
Y : jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa X
13
CONTOH KASUS 2 : METODE ALOKASI BERTAHAP
PT. “ABIMANYU” mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa.
Perusahaan merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas normal produksi sebesar
50.000 unit Selama Tahun 2A11 sebesar:
Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain digunakan oleh
bagian produksi (departemen proses 1 & proses 2), juga dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam
hal ini terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan.
Proporsi pemakaian jasanya adalah:
PENYELESAIAN KASUS
Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa dinyatakan dalam
persamaan-persamaan berikut :
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
14
X – 0,05 X = 28.500.000
X = 30.000.000
Y = 8.000.000
Keterangan :
1. BOP bagian jasa listrik setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa
pemeliharaan adalah sebesar Rp30.000.000,-
2. BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa
listrik adalah sebesar Rp8.000.000,-
Dengan demikian maka jumlah BOP NETO untuk masing-masing departemen jasa adalah :
Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian dibebankan kepada
masing-masing departemen produksi sesuai proporsi masing-masing.
TABEL
15
Tarif (Rp) 700* 600*
Keterangan:
Total = Rp24.000.000,
Total = Rp6.000.000,
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:
16
Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang
akan dipakai sebagai dasar penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat
dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran BOP antara lain (a) kapasitas praktis, (b)
kapasitas normal, dan c) kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
a. Kapasitas praktis
Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun
yang akan datang. Jika anggaran BOP didasarkan pada kapasitas sesungguhnya
yang diharapkan, maka berarti ramalan penjualan tahun yang akan datang dipakai
sebagai dasar penentuan kapasitas, sedangkan jika anggaran tersebut didasarkan
pada kapasitas praktis dan normal, maka titik berat diletakkan pada kapasitas fisik
pabrik.
17
2. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk (satuan kegiatan)
Setelah anggaran BOP selesai disusun (lihat contoh sebelumnya), maka langkah
selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil
BOP kepada produk. Dasar pembebanan ini dikenal sebagai satuan kegiatan atau satuan
penghitung yakni satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah
dilakukan oleh bagian produksi dan bagian jasa dalam rangka proses produksi. Satuan
kegiatan ini sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran BOP karena pada
prinsipnya BOP merupakan hasil perkalian antara satuan kegiatan dengan tarif BOP
(overhead rate).
TABEL
Bagian Produksi
Bagian Jasa
Bagian Umum & Administrasi pabrik Jam buruh langsung & jumlah tenaga kerja
a. Satuan produk
18
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan
BOP kepata produk. Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan formula berikut:
Contoh:
Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu
jenis produk. Jika perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk yang serupa
dan berhubungan erat satu dengan yang lain, maka pembebanan dengan dasar
tertimbang atau dasar nilai (point base).
Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan mentah (misal biaya asuransi
bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah
biaya bahan baku yang dipakai.
Contoh:
Maka:
Tarif BOP sebesar = (Rp. 30 juta/Rp 60 juta) x 100% = 50% dari biaya bahan mentah
yang dipakai.
19
c. Biaya Tenaga Kerja
Jika sebagian besar elemen BOP mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah
TKL (contoh pajak penghasilan atas upah karyawan yang ditanggung perusahaan),
maka dasar yang dipakai untuk membebankan BOP adalah biaya TKL.
Contoh:
Maka:
Tarif BOP sebesar = (Rp. 30 juta/Rp 90 juta) x 100% = 33,3% dari biaya tenaga kerja
langsung.
Oleh karena ada keterkaitan yang sangat erat antara biaya TKL dengan jumlah jam kerja
langsung maka BOP dibebankan atas jam tenaga kerja langsung.
Taksiran jam TK
Contoh:
Taksiran Biaya bahan mentah selama 1 tahun anggaran = Rp. 3.000,- jam
Maka:
e. Jam Mesin
20
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (contoh bahan bakar atau
listrik dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya adalah jam mesin.
Taksiran Biaya bahan mentah selama 1 tahun anggaran = Rp. 10.000,- jam
Maka:
Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab manajer produksi ia
harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih satuan kegiatan mengakibatkan kesalahan
pembebanan biaya overhead ke setiap bagian, atau kesalahan pembebanan biaya overhead
kepada barang-barang yang disediakan. Ia akan mengakibatkan kesalahan harga pokok
produksi.
Setelah anggaran BOP selesai disusun dan ditentukan besar satuan kegiatan, maka langkah
terakhir adalah menghitung tarif BOP dengan rumus sebagai berikut:
Formula:
Penentuan biaya (kos) produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk
menentukan unsur-unsur biaya (kos) produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan
21
biaya (kos) produksi, yakni (1) Full Costing dan (2) Variable Costing. Metode Full Costing
merupakan metode penentuan biaya (kos) produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode
Variable Costing merupakan metode penentuan biaya (kos) produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya (kos) produksi,
yang terdiri dari baya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel.
Secara umum, unsur-unsur biaya yang digunakan untuk menaksir biaya produksi
mencakup :
Harga/biaya produksi dari barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung apabila telah
diketahui hal-hal sebagai berikut:
3. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang (anggaran tenaga kerja).
4. Biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen produksi dan departemen jasa
(pembantu).
Informasi tentang harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat
bagi manajemen untuk:
Informasi taksiran biaya produksi per satuan yang akan dikeluarkan untuk memproduksi
produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan
harga jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Dalam penetapan harga jual
produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di
samping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya.
22
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan didalam
pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna untuk memantau apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi
produk dalam periode tertentu. Informasi ini berguna untuk mengetahui apakah kegiatan
produksi dan pemasaran perusahaan dalarn perode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau justru megakibatkan rugi bruto.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
Penjualan xxx
Biaya Operasi:
23
Biaya Bunga (Interest) xxx -
Perusahaan “SADINO GROUP” bermaksud membuat laporan laba rugi untuk Tahun 2A11.
Dari data yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk penyusunan anggaran Tahun 2A11
adalah sebagai berikut:
c. Tingkat Kegiatan
24
d. Unit Produk dan harga jual produk
Produk A diproduksi sebanyak 2.000 unit dengan harga jual Rp70.000/unit, dan
Produk B diproduksi sebanyak 1.000 unit dengan harga jual Rp50.000/unit.
f. Biaya usaha
7. Menyusun Laporan Laba Rugi, jika diasumsikan semua unit produksi laku terjual,
dengan beban bunga pada periode tersebut sebesar Rp5.000.000 dan pajak ditentukan
sebesar 30%.
PENYELESAIAN KASUS
Metode Aljabar :
25
X - 0,03 X = 11.640.000
X = 12.000.000
Y = 3.200.000 + 15% X
Y = 5.000.000
Keterangan :
Total = Rp10.200.000
26
2. Jasa Y (departemen gudang)
Total = Rp4.000.000
Proses 1 Proses 2
Keterangan
BOP Dianggarkan ( Rp) 30,000,000 20,000,000
Departemen Proses 1
Total 15,000
Departemen proses 2
Total 8,000
27
Satuan BOP Dianggarkan
TARIF BOP ( Rp/Jam)
KETERANGAN Kagiatan( jam) ( Rp)
Departemen Proses 1
Total 30,000,000
Departemen proses 2
Total 20,000,000
PRODUK A PRODUK B
KETERANGAN
Biaya Bahan Mentah langsung 10,000,000 7,000,000
BOP
28
Penerimaan penjualan( Rp) 140,000,000 50,000,000 190,000,000
Biaya usaha
Perhatian terhadap pengelompokan biaya ini merupakan hal yang penting, terutama
pada saat ditentukan suatu rencana kerja oleh pusat tanggung jawab tertentu dalam periode
29
waktu tertentu. Contoh adalah biaya gaji supervisor (penyelia). Gaji supervisor ini mungkin
tidak dapat dikendalikan pada suatu pusat tanggung jawab, suatu biaya mungkin
diklasifikasikan sebagai biaya yang tidak dapat dikendalikan. Tetapi jika dilihat melalui
segmen organisasi yang lebih besar atau perusahaan secara keseluruhan, gaji merupakan biaya
yang dapat dikendalikan. Dalam analisis akhir, semua biaya dapat dikendalikan, tergantung
pada tanggung jawab dan waktu.
Beberapa perusahaan memasukkan biaya yang dapat dikendalikan oleh pusat tanggung
jawab tersebut pada laporan hasil usaha bulanannya. Perusahaan lain memasukkan semua biaya,
namun dilakukan identifikasi antara biaya yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan. Pada kedua metode tersebut, yang penting adalah memasukkan semua biaya
dalam laporan kinerja dan identifikasi sebagai pertanggungjawaban dari manajer yang
bersangkutan. Biaya yang diklasifikasi sebagai tidak terkendali pada laporan kinerja pusat
tanggung jawab, seharusnya dimasukkan sebagai terkendali pada laporan kinerja untuk tingkat
pusat tanggung jawab lebih tinggi.
Sebagai contoh departemen proses 1 menggunakan sejumlah besar daya listrik dari
departemen pembangkit listrik. Dalam mencatat biaya aktual dan biaya yang dianggarkan, dan
dalam laporan untuk tujuan pengendalian, biaya-biaya dari departemen pembangkit tenaga
listrik seharusnya diidentifikasikan hanya pada departemen pembangkit listrik saja. Sebaliknya
biaya-biaya yang seharusnya diidentifikasi pada manajer departemen proses 1, di luar alokasi
biaya daya listrik aktual.
Manajer dari departemen tenaga listrik bertanggung jawab pada perhitungan biaya dari
jasa-jasa yang diberikan. Manajer dari departeman yang menggunakan “tidak mempunyai
kendali atas biaya tersebut”. Apa yang dikendalikan oleh manajer departemen produksi adalah
jumlah jasa (bahan bakar) yang dipakai, bukan biaya jasanya. Oleh karena itu laporan kinerja
departemen proses 1 seharusnya memperlihatkan kualitas daya yang seharusnya digunakan
untuk menyelesaikan produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih penting
pemakaian jasa dikendalikan atas dasar unit jasa, dan bukan oleh nilai biaya jasa. Jika
diinginkan untuk
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka untuk kategori BOP
yang bersifat tetap ini wewenang penganggarannya terletak di luar (di atas)
bagian/departemen yang bersang. kutan yaitu ditetapkan oleh Pusat (direktur).
Untuk menentukan anggaran pada kategori B0p variabel ini untuk jumlah (volume)
ditetapkan oleh bagian masing-masing sedangkan untuk tarif (harga) ditentukan
oleh pusat (direktur), sedangkan untuk BOP semi variabel ini kewenangan
Sepenuhnya terletak di bagian masing-masing. Sebagai contoh adalah
penganggaran biaya Administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu sendiri.
Oleh karena BOP ada yang bersifat tidak langsung, maka diperlukan cara
mengalokasikan BOP, yakni BOP bagian Jasa secara langsung dialokasikan ke
bagian produksi sesuai proporsi pemakaian jasanya, dengan dua cara (1) Metode
Alokasi langsung (direct allocation method) dimana BOP departemen jasa
dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi
langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen jasa hanya
dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan tidak ada departemen jasa
lain yang memakai jasa dari departemen jasa tersebut. (2) Metode alokasi Bertahap
(Step method), metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa
tidak hanya dinikmati oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula
oleh departmen jasa yang lain dengan menggunakan metode aljabar (Algebraic
method). Dalam metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di masing-masing
bagian jasa dinyatakan dalam formula berikut:
Tarif BOP (Overhead Rate) diperlukan dalam rangka penentuan harga pokok
produksi Langkah-langkah penentuan Tarif BOP, melalui tiga tahap berikut ini:
31
DAFTAR PUSTAKA
32