Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

KELOMPOK 5

1. SRI WAHYUNI (191779SA)


2. GINA MAHARANI PUTRI DASWAL (191799SA)
3. LALU WIRAJUNI (191800SA)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATAPENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah–
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah PENGANGGARAN
tentang “Perencanaan dan Pengendalian Biaya Overhead Pabrik”.
Dalam makalah ini,akan di jelaskan tentang bagaimana Perencanaan dan
Pengendalian Biaya Overhead Pabrik .
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika
pembahasannya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan atau kritika se
rta saran yang bersifat membangun untuk mendorong menjadi lebih baik kedepannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada pembaca yang sudah


berkenan membaca makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi pen-
ulis dan pembaca.

Mataram, 04 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATAPENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 PERENCANAAN BIAYA OVERHEAD PABRIK .....................................................................5
2.2 ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK ............................................................................5
2.3 PERHITUNGAN TARIF BOP (OVERHEAD RATE) ................................................................16
2.4 HARGA POKOK PRODUKSI (PRODUCT COSTING)............................................................21
2.5 PROYEKSI LAPORAN LABA RUGI ......................................................................................23
2.6 PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK ..................................................................29
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 31
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Bab telah diuraikan tentang rencana produksi. Langkah selanjutnya adalah membuat
anggaran biaya untuk setiap pusat tanggung jawab dalam perusahaan. Anggaran biaya ini
biasanya dibuat bersamaan dan digabungkan dalam sebuah rencana yang disebut Rencana
Harga Pokok Produk. Anggaran ini memerlukan semua biaya produksi yang dapat
diidentifikasi, baik secara langsung atau melalui alokasi, untuk setiap produk. Tiga anggaran
pokok yang relevan dengan produksi ini mencakup (1) anggaran biaya bahan mentah, yang
merinci tentang kebutuhan bahan mentah yang direncanakan untuk produksi, (2) anggaran
tenaga kerja langsung, yang merinci kuantitas dan biaya yang direncanakan dari tenaga kerja
langsung, dan (3) anggaran biaya overbead pabrik, yang meliputi rencana untuk semua biaya
pabrik selain bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung.

Dua bab sebelumnya telah mengupas secara mendalam tentang rencana biaya bahan mentah
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Bab ini membahas tentang perencanaan dan
pengendalian biaya overbead pabrik. Untuk rencana bahan mentah dan anggaran biaya tenaga
kerja langsung telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya. Bab ini diawali dengan pembahasan
tentang pentingnya perencanaan Biaya Overbead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan
dilanjutkan dengan mempelajari faktor faktor yang harus dipahami untuk melakukan
penyusunan anggaran BOP, teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan
pembahasan pentingnya pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan pengendalian BOP
Bab ini diakhiri dengan materi tentang anggaran BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok
Produksi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah yang ditemukan, dapat diambil rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana Perencanaan BOP?


2. Bagaimana Anggaran Biaya Overhead Pabrik?
3. Bagaimana Perhitungan Tarif BOP?
4. Bagaimana Perhitungan Harga Pokok Produksi?
5. Bagaimana Perhitungan Proyeksi Laporan Laba Rugi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui perhitungan perencanaan Biaya Overhead Pabrik
2. Mengetahui perhitungan Anggaran Biaya Overhead Pabrik
3. Mengetahui perhitingan Tarif BOP
4. Mengetahui perhitungan Harga Pokok Produksi
5. Mengtahui perhitungan Proyeksi Laporan Laba Rugi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERENCANAAN BIAYA OVERHEAD PABRIK


Manajer seharusnya memandang perencanaan dan pengendalian terhadap pengeluaran
pengeluaran sebagai sebuah kewajiban. Hal ini perlu dilakukan untuk mempertahankan biaya
yang wajar demi tercapainya tujuan dan program-program yang telah direncanakan perusahaan.
Dua istilah biaya (cost) dan beban/pengeluaran (expense) sering digunakan untuk pengertian
yang sama. Untuk tujuan akuntansi keuangan, biaya (cost) merupakan pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Biaya, (cost) ini akan menjadi beban/pengeluaran (expense) ketika telah
dikonsumsi (dihabiskan) Sehingga yang dimaksud dengan beban/pengeluaran (expense) adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang terjadi sekarang atau biaya yang telah dikonsumsi sekarang.
Untuk tujuan akuntansi manajemen, kedua istilah ini didefinisikan secara terpisah.

Perencanaan yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat pengeluaran
dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk mendapatkan manfaat
tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Sebagai contoh
untuk meningkatkan volume penjualan, perusahaan mengeluarkan biaya riset dan
pengembangan produk yang cukup besar. Manfaat dari kegiatan tersebut tentunya adalah
tercapainya kuota penjualan yang besar.

Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya
yang terbatas secara lebih baik, bukan sekedar pengurangan biaya. Beberapa perusahaan
melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya
pada keuntungan yang diperoleh. Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber daya
yang memadai untuk memelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunan-bangunan. Tidak
dapat dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun mengurangi pengeluaran-
pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya karena
kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien, tenaga yang frustasi, kesalahan mesin,
biaya perbaikan yang besar dan berkurangnya umur harta.

2.2 ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK


Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses produksi sangat kompleks
jenisnya. Biaya yang tergolong sebagai biaya overhead pabrik (BOP) adalah semua biaya-biaya
pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi, kecuali biaya bahan mentah
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. BOP ini merupakan biaya produksi total yang tidak
dapat secara langsung diidentifikasikan (ditelusuri) pada produk atau aktivitas tertentu.

Jenis Biaya-biaya yang Masuk Kategori BOP

1. Biaya bahan mentah tidak langsung (bahan penolong)

5
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan
dengan harga pokok produksi tersebut. Sebagai contoh bahan penolong dalam
perusahaan kertas adalah 50 kaporit, tapioka, bahan warna, arpus, kaoline dan bahan-
bahan kimia yang lain.

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (termasuk gaji)

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga
kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung
terdiri dari:

a. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-


departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel, dan departemen gudang.

b. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala


departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, dan mandor.

3. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan
habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk
keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik,
mesin-mesin dan equipment, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain
yang digunakan untuk keperluan pabrik.

4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya
depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equipment, perkakas
laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi
gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi
kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.

6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai

Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya
reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan
sebagainya.

Oleh karena begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam pabrik,
maka memerlukan perhatian khusus. Untuk merencanakan besarnya dana yang harus

6
dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang
perlu perhatian khusus, yakni:

1. Penanggungjawab Perencanaan Biaya

Pelaksanaan anggaran yang komprehensif memerlukan system akuntansi pertanggung


ja-waban (responsibility accounting system) atau kerap dikenal dengan prinsip biaya
departemen langsung (direct departmental cost). Setiap pusat tanggung jawab memiliki
tanggung jawab dan sumber daya masing-masing. Setiap pusat pertanggungjawaban
merupakan suatu sub unit perusahaan dan berada di bawah kendali seorang manajer.
Dengan membandingkan antara rencana (anggaran) dengan realisasi, seorang manajer
yang memimpin suatu pusat pertanggungjawaban dapat mengetahui apakah sub unitnya
telah mencapai sasaran secara efektif dan telah menggunakan sumber-sumber secara
efisien.

Atas dasar prinsip inilah dikenal adanya pembagian struktur organisasi menjadi
produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.

a. Departemen produksi (producing department)

Merupakan departemen (bagian) didalam pabrik yang mengolah bahan mentah


menjadi barang jadi/produk akhir, dan menjadi bagian yang secara langsung
memproses barang jadi. BOP yang terjadi di departemen produksi dikenal sebagai
BOP langsung.

b. Departemen jasa (service department)

Merupakan departemen (bagian) di pabrik yang menyediakan jasanya dan secara


tidak langsung ikut berperanan dalam proses produksi. Biaya yang terjadi di
departemen (bagian) jasa ini mungkin sebagian dari jasa yang disediakan digunakan
sendiri. Dengan demikian BOP yang terjadi di departemen jasa ini lebih dikenal
sebagai BOP tidak langsung.

Berdasar uraian tersebut dapat diklasifikasikan dua jenis biaya overhead pabrik,
sesuai tanggung jawab masing-masing departemen (bagian) yakni:

a) BOP langsung (direct departmental overbead expenses) adalah BOP yang


terjadi di departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen
tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen produksi, biaya
depresiasi mesin, dan biaya bah penolong.

b) BOP tidak langsung (indirect departmental overbead expenses) adalah B0P


yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh BOP ini
adalah biaya depresiasi, pemeliharaan, dan asuransi gedung pabrik (dengan
asumsi gedung pabnk digunakan oleh beberapa departemen produksi).

Sebagai ilustrasi dalam Bagan 10.1 diberikan suatu contoh Biaya Overhead
Pabrik yang terjadi di perusahaan furniture.

7
BIAYA OPERASI PAPRIK
PERUSAHAAN " FURNITURE"

BOP LANGSUNG BOP Tidak LANGSUNG

JENIS Bagian
BIAYA persiapan Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian
dan dekorasi Finishing Listrik reparasi gudang
pembentukan

Bahan Paku, mur Cat, warna Solar, Suku Office


Anti jamur
penolong dan baut & tiner Oli/pelumas Cadang supplies

TK tidak Kepala Kepala Kepala Kepala Kepala Kepala


langsung Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian

Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor


Supervisor Supervisor

Dep Dep
Depresiaisi Dep gedung Dep gedung Dep gedung Dep gedung
gedung gedung

Dep Dep
Dep Mesin Dep Mesin Dep Mesin Dep Mesin
Mesin Mesin

dep dep dep dep


dep Peralatan dep Peralatan
Peralatan Peralatan Peralatan Peralatan

Lain-lain Alat tulis Alat tulis Alat tulis Alat tulis Alat tulis Alat tulis

Air & Air &


Air & listrik Air & listrik Air & listrik Air & listrik
listrik listrik

Pajak Pajak Pajak Pajak Pajak Pajak

Polis Polis Polis Polis


Polis asuransi Polis asuransi
asuransi asuransi asuransi asuransi

2. Perilaku Biaya dan Wewenang Penganggaran

a. Biaya tetap (fixed cost)

Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak
bergantung pada besar kecilnya volume kegiatan. BOP tetap adalah BOP yang tidak
berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Pada umumnya biaya ini
bersifat tetap misalkan biaya penyusutan per tahun dari sebuah mesin produksi adalah
Rp2.500.000. Apabila jumlah jam kerja ditentukan sebagai volume kegiatan, maka

8
berapapun jumlah jam kerja, biaya tetap total sebesar Rp2.500.000, namun biaya per
unitnya (per jam) berubah-ubah, berbanding terbalik dengan volume kegiatan. Tabel
10.1 dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini.

Tabel 10.1
Biaya Depresiasi Tetap Total dan Per Unit

Biaya depresiasi total Biaya depresiasi /unit


Jumlah Unit Produksi (unit)
(Rp) (Rp/Unit)

2,500,000 2,000 1,250

2,500,000 2,100 1,190

2,500,000 2,200 1,136

2,500,000 2,300 1,087

2,500,000 2,400 1,042

2,500,000 2,500 1,000

Biaya tetap hanya bersifat tetap dalam hubungannya dengan periode anggaran dan kisar
relevan (relevant range) tertentu. Kisar relevan adalah kisar kegiatan normal, dalam ari
bahwa perusahaan merencanakan untuk beroperasi pada kisar kegiatan tersebut. Biaya
tetap dapat berubah dari tahun anggaran tertentu ke tahun anggaran lainnya apabila
terdapat perubahan dalam tarif biaya (seperti tarif asuransi, tarif gaji eksekutif atau tarif
pajak bumi dan bangunan) atau perubahan kebijakan manajemen (penambahan aktiva
yang memengaruhi besarnya biaya depresiasi).

Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka untuk kategori BOP


yang bersifat tetap ini wewenang penganggarannya terletak di luar (di atas)
bagian/departemen yang bersangkutan yaitu ditetapkan oleh pusat (direktur).

b. Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang totalnya berubah-ubah secara proporsional dengan
perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap. Dengan demikian BOP variabel
adalah BOP juga berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin
besar volume kegiatan, maka semakin besar pula BOP. Sebaliknya, semakin kecil
volume kegiatan, semakin kecil pula BOP. Contoh biaya overhead pabrik yang bersifat
variabel adalah biaya bahan mentah tidak langsung (biaya penolong). Tabel 10.2 dapat
digunakan untuk menjelaskan hal ini.

9
TABEL 10.2
Biaya Bahan Penolong Total dan per Unit

Biaya bahan penolong Biaya bahan


Jumlah Unit Produksi (unit)
total (Rp) penolong /unit (Rp)

3,000,000 2,000 1,500

3,150,000 2,100 1,500

3,300,000 2,200 1,500

3,450,000 2,300 1,500

3,600,000 2,400 1,500

3,750,000 2,500 1,500

c. Biaya Semi Variabel

Biaya Semi Variabel adalah biaya yang bersifat campuran, yakni antara biaya tetap dan
variabel. BOP semi variabel adalah BOP yang berubah, namun perubahannya tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif BOP
dan pengendalian biaya, maka BOP vang bersifat semi variabel ini dipecah menjadi dua
unsur biaya tetap dan biaya variabel. Sebagai contoh adalah biaya listrik. Biaya ini
bersifat tetap karena setiap bulan perusahaan harus membayar biaya berlangganan jasa
listrik yang bersifat tetap, dan juga memiliki unsur variabel karena biaya lisrik ini
bertambah seiring meningkatnya perubahan volume kegiatan perusahaan. Tabel 10.3
dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini.

TABEL 10.3
Biaya Listrik Total

Biaya Listrik total Jumlah Unit BIAYA LITRIK


(Rp) Produksi/th Fixes Cost/ tahun Variable cast/ tahun

2,500,000 2,000 500,000 1,000

2,600,000 2,100 500,000 1,000

2,700,000 2,200 500,000 1,000

10
2,800,000 2,300 500,000 1,000

2,900,000 2,400 500,000 1,000

3,750,000 2,500 500,000 1,000

Berdasarkan kewenangannya, maka penentuan besarnya anggaran biaya semi variabel


ini Sepenuhnya terletak dibagian masing-masing. Sebagai contoh adalah penganggaran biaya
administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu sendiri.

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Clean Cost Concepts

Adalah cara mengalokasikan BOP, dimana BOP bagian jasa secara langsung dialokasikan ke
bagian produksi sesuai proporsi pemakaian jasanya. Berdasarkan pemakaian jasa, alokasi BOP
dibedakan dalam dua cara:

1. Metode Alokasi Langsung (direct allocation method)

Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi
yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan
oleh departemen jasa hanya dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan
tidak ada departemen jasa lain yang memakai jasa dari departemen jasa tersebut
(Departemen Jasa tidak memakai jasanya).

CONTOH KASUS 1: METODE ALOKASI LANGSUNG

PT. POR mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni departemen proses 1
dan proses 2, dan ditunjang oleh dua departemen jasa yaitu departemen jasa listrik (X) dan
departemen jasa pemeliharaan mesin (Y). Seluruh tenaga listrik dan pemeliharaan mesin
sepenuhnya digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:

Departemen Produksi Departemen Jasa X Departemen Jasa Y

Proses 1 30% 25%

Proses 2 35% 40%

Proses 3 35% 35%

Perkiraan besarnya BOP untuk masing-masing departemen adalah :

11
Departemen Produksi Jumlah BOP (Rp)

Proses 1 180 Juta

Proses 2 200 Juta

Proses 3 150 Juta

Jasa X 30 Juta

Jasa Y 60 Juta

PENYELESAIAN KASUS

MENGHITUNG BOP DIANGGARKAN

Keterangan Proses 1 Proses 2 Proses 3

BOP Langsung 176.000.000 165.500.000 168.500.000

Jasa X 9.000.000 10.500.000 10.500.000

Jasa Y 15.000.000 24.000.000 21.000.000

BOP TL 24.000.000 34.500.000 31.500.000

Total 200.000.000 200.000.000 200.000.000

Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:

1. Jasa X

BOP departemen jasa X sebanyak Rp30.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing


masing ke bagian departemen produksi dengan proporsi masing-masing:

Departemen Proses 1 = 30% x Rp30.000.000 = Rp 9.000.000,

Departemen Proses 2 = 35% x Rp30.000.000 = Rp10.500.000,

Departemen Proses 3 = 35% x Rp30.000.000 = Rp10.500.000,

Total = Rp30.000.000,

2. Jasa Y

BOP departemen jasa Y sebanyak Rp60.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing


masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing:

12
Departemen Proses 1 = 25% x Rp60.000.000 = Rp15.000.000.

Departemen Proses 2 = 40% x Rp60.000.000 = Rp24.000.000.

Departemen Proses 3 = 35% x Rp60.000.000 = Rp21.000.000

Total = Rp.60.000.000.

2. Metode Alokasi Bertahap (Step Method)

Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa tidak hanya
dinikmati oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula oleh
departemen jasa yang lain. Sebagai Contoh bagian jasa terdiri dari bagian
pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik
menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh bagian reparasi untuk
memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi menggunakan pula
sebagian jasa listrik yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk
menggerakkan peralatan reparasinya.

Satu metode untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik bagian jasa apabila
terjadi hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode aljabar
(Algebraic method). Dalam metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di
masing-masing bagian jasa dinyatakan dalam formula berikut:

Metode Aljabar:

X = a1 + b1 Y

Y = a2 + b2 X

Keterangan:

X : jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa Y

Y : jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa X

a1 : BOP bagian jasa X sebelum alokasi

a2 : BOP bagian jasa Y sebelum alokasi

b1 : Persentase penggunaan jasa bagian jasa Y oleh bagian X

b2 : Persentase penggunaan jasa bagian jasa X oleh bagian Y

13
CONTOH KASUS 2 : METODE ALOKASI BERTAHAP

PT. “ABIMANYU” mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa.
Perusahaan merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas normal produksi sebesar
50.000 unit Selama Tahun 2A11 sebesar:

Departemen Kegiatan Jumlah BOP

Proses I Setting Rp22.800.000

Proses II Finishing Rp12.200.000

Jasa X Listrik Rp28.000.000

Jasa Y Pemeliharaan Rp2.000.000

Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa selain digunakan oleh
bagian produksi (departemen proses 1 & proses 2), juga dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam
hal ini terjadi tukar menukar jasa antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan.
Proporsi pemakaian jasanya adalah:

Departemen Pemakai Jasa


Departemen Pemberi Jasa
Proses I Proses II Jasa X Jasa Y

Jasa X 30% 50% 20%

Jasa Y 40% 35% 25%

Berdasarkan data tersebut, diminta:

1. Menghitung BOP Neto masing-masing departemen jasa

2. Menghitung BOP yang dianggarkan untuk masing-masing departemen produksi

PENYELESAIAN KASUS

Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa dinyatakan dalam
persamaan-persamaan berikut :

X = a1 + b1 Y

Y = a2 + b2 X

X = 28.000.000 + 25% YX = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)

Y = 2.000.000 + 20% XX = 28.000.000 + 500.000 + 0,05 X

14
X – 0,05 X = 28.500.000

X = 30.000.000

Y = 2.000.000 + 0,2 (X) Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)

Y = 8.000.000

Keterangan :

Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa :

1. BOP bagian jasa listrik setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa
pemeliharaan adalah sebesar Rp30.000.000,-
2. BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari bagian jasa
listrik adalah sebesar Rp8.000.000,-
Dengan demikian maka jumlah BOP NETO untuk masing-masing departemen jasa adalah :

Mula-mula Tambahan Kurangi(-) BOP neto


Keterangan
Bagian Listrik (X) 28,000,000 2,000,000 6,000,000 24,000,000

Bagian Pemeliharaan (Y) 2,000,000 6,000,000 2,000,000 6,000,000

Jumlah 30,000,000 30,000,000

Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian dibebankan kepada
masing-masing departemen produksi sesuai proporsi masing-masing.

BOP DIANGGARKAN DAN TARIF BOP

TABEL

Keterangan Proses 1 Proses 2

BOP langsung (Rp) 22.800.00 12.200.000

Alokasi BOP tidak lansung:

Jasa X (Rp) 9.000.000 15.000.000

Jasa Y (Rp) 3.200.000 2.800.000

BOP tidak langsung (Rp) 12.200.000 17.800.000

Total (Rp) 35.000.000 30.000.000

Total produksi (unit) 50.000 50.000

15
Tarif (Rp) 700* 600*

*lihat penjelasan cara perhitungan tarif BOP

Keterangan:

Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:

1. Jasa X (departemen listrik)

BOP departemen jasa X sebanyak Rp24.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing


masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing:

Departemen Proses 1 = 30/80 x Rp24.000.000 =Rp 9.000.000,

Departemen Proses 2 = 50/80 x Rp24.000.000 = Rp15.000.000,

Total = Rp24.000.000,

2. Jasa Y (departemen pemeliharaan)

BOP departemen jasa Y sebanyak Rp6.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing


masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing:

Departemen Proses 1 = 40/75 x Rp6.000.000 = Rp3.200.000,

Departemen Proses 2 = 35/75 x Rp6.000.000 = Rp2.800.000,

Total = Rp6.000.000,

2.3 PERHITUNGAN TARIF BOP (OVERHEAD RATE)


Tarif BOP (Overhead Rate) diperlukan dalam rangka penentuan harga pokok produksi.
Berdasarkan penentuan biaya BOP untuk masing-masing bagian (departemen), maka dapat
dihitung tarif BOP dengan cara membagi BOP dianggarkan dengan tingkat kegiatan di
masingmasing departemen (bagian).

Langkah-langkah penentuan Tarif BOP

Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap berikut ini:

1) Menyusun anggaran BOP

2) Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk

3) Menghitung tarif BOP

1. Menyusun anggaran BOP

16
Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang
akan dipakai sebagai dasar penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat
dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran BOP antara lain (a) kapasitas praktis, (b)
kapasitas normal, dan c) kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.

a. Kapasitas praktis

Untuk menentukan besarnya kapasitas praktis dan kapasitas normal, terlebih


dahulu harus ditentukan kapasitas teoritis, yakni volume produksi maksimum yang
dapat dihasilkan oleh pabrik.

Kapasitas teoritis (Theoretical capacity) dapat diartikan sebagai kapasitas


pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh
tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas
teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari
karena hambatan-hambatan intern perusahaan. Penetapan kapasitas praktis ini perlu
dilakukan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik dijalankan pada kapasitas
teoritis. Dengan demikian perlu diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu
dalam penentuan kapasitas seperti penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari
karena kerusakan mesin.

b. Kapasitas normal (normal capacity)

Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam


jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitas praktis hanya diperhitungkan
kelonggaran-kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perusahaan, maka
dalam penentuan kapasitas normal diperhitungkan pula kecenderungan penjualan
dalam jangka panjang.

c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity)

Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun
yang akan datang. Jika anggaran BOP didasarkan pada kapasitas sesungguhnya
yang diharapkan, maka berarti ramalan penjualan tahun yang akan datang dipakai
sebagai dasar penentuan kapasitas, sedangkan jika anggaran tersebut didasarkan
pada kapasitas praktis dan normal, maka titik berat diletakkan pada kapasitas fisik
pabrik.

Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas sesungguhnya yang diharapkan


merupakan pendekatan jangka pendek, dan metode ini umumnya mengakibatkan
digunakannya tarif yang berbeda dari periode ke periode. Penentuan tarif BOP atas
dasar kapasitas praktis atau kapasitas normal merupakan pendekatan jangka
panjang, yang menghubungkan tingkat kegiatan perusahaan dengan kapasitas fisik
pabrik dan tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan penjualan yang bersifat
sementara. Dengan pendekatan ini tarif BOP relatif konstan untuk jangka waktu
yang relatif lama.

17
2. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk (satuan kegiatan)

Setelah anggaran BOP selesai disusun (lihat contoh sebelumnya), maka langkah
selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil
BOP kepada produk. Dasar pembebanan ini dikenal sebagai satuan kegiatan atau satuan
penghitung yakni satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah
dilakukan oleh bagian produksi dan bagian jasa dalam rangka proses produksi. Satuan
kegiatan ini sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran BOP karena pada
prinsipnya BOP merupakan hasil perkalian antara satuan kegiatan dengan tarif BOP
(overhead rate).

Secara umum satuan kegiatan yang digunakan di masing-masing bagian adalah


sebagai berikut :

TABEL

Departemen Satuan Kegiatan

Bagian Produksi

Proses 1 Unit barang yang dihasilkan

Proses 2 Direct Labour Hours (jam buruh langsung)

Proses 3 Direct Machine Hours (jam mesin langsung)

Proses 4 Biaya bahan mentah

Proses 5 Biaya tenaga kerja langsung

Bagian Jasa

Listrik Kilowatt hours

Reparasi & Pemeliharaan Direct repair hours (jam reparasi langsung)

Gudang Nilai persedian barang

Bagian Pembelian Nilai pembelian bahan mentah

Bagian Umum & Administrasi pabrik Jam buruh langsung & jumlah tenaga kerja

Beberapa dasar yang dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk


membebankan B0P kepada produk, antara lain (a) satuan produk, (b) biaya bahan baku,
(c) biaya tenaga kerja langsung, (d) jam tenaga kerja langsung, dan (e) jam mesin.

a. Satuan produk
18
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan
BOP kepata produk. Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan formula berikut:

Tarif BOP per Satuan = Taksiran BOP


Taksiran Jumlah satuan produk

Contoh:

Berdasarkan kasus perhitungan Anggran BOP di atas:

Keterangan Proses 1 Proses 2

BOP dianggarkan Rp. 35.000.000 Rp. 30.000.000

Total Produksi 50.000 unit 50.000 unit

Tarif BOP Rp. 700/unit Rp. 600/ unit

Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya memproduksi satu
jenis produk. Jika perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk yang serupa
dan berhubungan erat satu dengan yang lain, maka pembebanan dengan dasar
tertimbang atau dasar nilai (point base).

b. Biaya bahan mentah

Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan mentah (misal biaya asuransi
bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah
biaya bahan baku yang dipakai.

Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut :

Tarif BOP persatuan = Taksiran BOP

Taksiran biaya bahan mentah yang dipakai

Contoh:

Taksiran BOP selama satu tahun anggaran = Rp. 30.000.000,-

Taksiran Biaya bahan mentah selama 1 tahun anggaran = Rp. 60.000.000,-

Maka:

Tarif BOP sebesar = (Rp. 30 juta/Rp 60 juta) x 100% = 50% dari biaya bahan mentah
yang dipakai.
19
c. Biaya Tenaga Kerja

Jika sebagian besar elemen BOP mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah
TKL (contoh pajak penghasilan atas upah karyawan yang ditanggung perusahaan),
maka dasar yang dipakai untuk membebankan BOP adalah biaya TKL.

Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut :

Tarif BOP per satuan = Taksiran BOP

Taksiran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Contoh:

Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp. 30.000.000,-

Taksiran Biaya bahan mentah selama 1 tahun anggaran = Rp. 90.000.000,-

Maka:

Tarif BOP sebesar = (Rp. 30 juta/Rp 90 juta) x 100% = 33,3% dari biaya tenaga kerja
langsung.

d. Jam Tenaga Kerja Langsung

Oleh karena ada keterkaitan yang sangat erat antara biaya TKL dengan jumlah jam kerja
langsung maka BOP dibebankan atas jam tenaga kerja langsung.

Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut :

Tarif BOP per satuan = Taksiran BOP

Taksiran jam TK

Contoh:

Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp. 30.000.000,-

Taksiran Biaya bahan mentah selama 1 tahun anggaran = Rp. 3.000,- jam

Maka:

Tarif BOP sebesar = (Rp. 30 juta/Rp 3.000 jam ) = 10.000/jam TKL

e. Jam Mesin

20
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (contoh bahan bakar atau
listrik dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya adalah jam mesin.

Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut: .

Tarif BOP per satuan = Taksiran BOP

Taksiran Jam Kerja Mesin

Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran = Rp. 30.000.000,-

Taksiran Biaya bahan mentah selama 1 tahun anggaran = Rp. 10.000,- jam

Maka:

Tarif BOP sebesar = (Rp. 30 juta/Rp 10.000 jam ) = 3.000/jam TKL

Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab manajer produksi ia
harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih satuan kegiatan mengakibatkan kesalahan
pembebanan biaya overhead ke setiap bagian, atau kesalahan pembebanan biaya overhead
kepada barang-barang yang disediakan. Ia akan mengakibatkan kesalahan harga pokok
produksi.

3. Menghitung tarif BOP

Setelah anggaran BOP selesai disusun dan ditentukan besar satuan kegiatan, maka langkah
terakhir adalah menghitung tarif BOP dengan rumus sebagai berikut:

Formula:

Tarif BOP = Jumlah BOP dianggarkan


Tingkat Kegiatan

2.4 HARGA POKOK PRODUKSI (PRODUCT COSTING)


Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya: biaya produksi dan biaya
nonproduksi, Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan
bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya nonproduksi merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi
umum.

Penentuan biaya (kos) produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk
menentukan unsur-unsur biaya (kos) produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan

21
biaya (kos) produksi, yakni (1) Full Costing dan (2) Variable Costing. Metode Full Costing
merupakan metode penentuan biaya (kos) produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode
Variable Costing merupakan metode penentuan biaya (kos) produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya (kos) produksi,
yang terdiri dari baya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel.

Secara umum, unsur-unsur biaya yang digunakan untuk menaksir biaya produksi
mencakup :

Taksiran Biaya bahan mentah xxx

Taksiran Biaya tenaga kerja langsung xxx

Taksiran Biaya overhead pabrik xxx +

Taksiran Biaya Produksi xxx

Harga/biaya produksi dari barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung apabila telah
diketahui hal-hal sebagai berikut:

1. Volume produksi masing-masing barang (anggaran produksi).

2. Biaya bahan mentah untuk masing-masing barang (anggaran bahan mentah).

3. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang (anggaran tenaga kerja).

4. Biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen produksi dan departemen jasa
(pembantu).

5. Satuan kegiatan masing-masing departemen produksi dan departemen jasa (pembantu).

6. Angka-angka standar pada masing-masing departemen.

Informasi tentang harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat
bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual produk

Informasi taksiran biaya produksi per satuan yang akan dikeluarkan untuk memproduksi
produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan
harga jual per unit produk yang akan dibebankan kepada pembeli. Dalam penetapan harga jual
produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di
samping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya.

2. Memantau realisasi biaya produksi

22
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan didalam
pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna untuk memantau apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya produksi yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

3. Menghitung laba rugi perusahaan

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi
produk dalam periode tertentu. Informasi ini berguna untuk mengetahui apakah kegiatan
produksi dan pemasaran perusahaan dalarn perode tertentu mampu menghasilkan laba bruto
atau justru megakibatkan rugi bruto.

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.

Pada waktu manajemen membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus


menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca,
manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk
yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

2.5 PROYEKSI LAPORAN LABA RUGI


Laporan keuangan (laba rugi) merupakan hasil proses akuntansi. Laporan ini berguna untuk
menyajikan pendapatan dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Untuk memahami bagaimana pengolahan data biaya, ada baiknya dipahami
perbedaan laporan laba rugi yang disajikan perusahaan dagang dengan laporan laba rugi yang
dihasilkan oleh perusahaan manufaktur. Oleh karena kegiatan perusahaan manufaktur berbeda
dengan perusahaan dagang, maka jenis pengorbanan untuk memperoleh pendapatan di kedua
jenis perusahan tersebut juga berbeda. Perbedaan tersebut tercermin dalam penggolongan
pengorbanan sumber ekonomi yang disajikan dalam laporan laba-rugi perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur.

Secara umum laporan Laba Rugi disajikan dalam bentuk:

Penjualan xxx

Harga Pokok Produksi xxx-

Laba Kotor xxx

Biaya Operasi:

Biaya Administrasi umum & keuangan xxx

Biaya Pemasaran xxx+

Total Biaya Operasi xxx-

Laba Usaha/Operasi (EBIT) xxx

23
Biaya Bunga (Interest) xxx -

Laba Sebelum Pajak (EBT) xxx

Pajak (tax) xxx -

Laba Bersih (EAT) xxx

CONTOH KASUS 3: HARGA POKOK PRODUK & LAPORAN LABA RUGI

Perusahaan “SADINO GROUP” bermaksud membuat laporan laba rugi untuk Tahun 2A11.
Dari data yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk penyusunan anggaran Tahun 2A11
adalah sebagai berikut:

a. Biaya Overhead Pabrik yang dianggarkan di departemen produksi Tahun 2A11


sebesar:

Departemen Kegiatan Jumlah BOP

Proses I Processing Rp22.500.000

Proses II Finishing Rp13.300.000

Jasa X Listrik Rp11.000.000

Jasa Y Gudang Rp3.200.000

b. Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah :

Departemen Pemakai Jasa


Departemen Pemberi Jasa
Proses I Proses II Jasa X Jasa Y

Jasa X 50% 35% - 15%

Jasa Y 30% 50% 20% -

c. Tingkat Kegiatan

Tingkat kegiatan di departemen proses 1 adalah sebesar 10 jam dengan


komposisi 50% untuk menyelesaikan produk A dan 50% untuk produk B.
Sedangkan Tingkat kegiatan di departemen Proses 2 adalah sebesar 5 jam
dengan komposisi 60% untuk menyelesaikan produk A dan 40% untuk produk
B.

24
d. Unit Produk dan harga jual produk

Produk A diproduksi sebanyak 2.000 unit dengan harga jual Rp70.000/unit, dan
Produk B diproduksi sebanyak 1.000 unit dengan harga jual Rp50.000/unit.

e. Biaya Produksi lain per jenis produk

Jenis Biaya Produk A Produk B

Bahan Mentah Langsung Rp10.000.000 Rp7.000.000

Tenaga Kerja Langsung Rp15.000.000 Rp3.000.000

f. Biaya usaha

• Biaya Pemasaran Rp12.500.000,

• Biaya Administrasi Keuangan Rp7.500.000,

Berdasarkan data tersebut, diminta:

1. Menghitung BOP neto masing-masing departemen jasa.

2. Menghitung BOP yang dianggarkan untuk masing-masing departemen produksi.

3. Menghitung tarif BOP untuk masing-masing departemen produksi.

4. Menghitung Satuan Kegiatan untuk masing-masing departemen produksi dan per


produk.

5. Menghitung BOP per produk.

6. Menghitung HPP per produk.

7. Menyusun Laporan Laba Rugi, jika diasumsikan semua unit produksi laku terjual,
dengan beban bunga pada periode tersebut sebesar Rp5.000.000 dan pajak ditentukan
sebesar 30%.

PENYELESAIAN KASUS

1. Menghitung BOP Neto masing-masing departemen jasa

MENGHITUNG BOP NETO

Metode Aljabar :

X = 11.000.000 + 20% Y X = 11.000.000 + 20% (3.200.000 + 15% X)

Y = 3.200.000 + 15% X X = 11.000.000 + 640.000 + 0,03 X

25
X - 0,03 X = 11.640.000

X = 12.000.000

Y = 3.200.000 + 15% X

Y = 3.200.000 + 15% (12.000.000)

Y = 5.000.000

Mula-mula Tambahan Kurangi(-) BOP neto


Keterangan
Bagian Listrik(X) 11,000,000 1,000,000 1,800,000 10,200,000

Bagian Gudang(y) 3,200,000 1,800,000 1,000,000 4,000,000

Jumlah 14,200,000 14,200,000

2. Menghitung BOP yang dianggarkan untuk masing-masing departemen produksi


Proses 1 Proses 2
Keterangan
BOP Langsung ( Rp) 22,500,000 13,300,000

Alokasi BOP Tidak Langsung

Jasa X ( Rp) 6,000,000 4,200,000

Jasa Y ( Rp) 1,500,000 2,500,000

BOP tidak Langsung ( Rp) 7,500,000 6,700,000

Total BOP dianggarkan ( Rp) 30,000,000 20,000,000

Keterangan :

Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah :

1. Jasa X (departemen listrik)

BOP departemen jasa X sebanyak Rp10.200.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-


masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing :

Departemen Proses 1 = 50/85 x Rp10.200.000 = Rp6.000.000

Departemen Proses 2 = 35/85 x Rp10.200.000 = Rp4.200.000

Total = Rp10.200.000

26
2. Jasa Y (departemen gudang)

BOP departemen jasa Y sebanyak Rp4.000.000 seluruhnya dialokasikan ke masing-


masing departemen produksi dengan proporsi masing-masing :

Departemen Proses 1 = 30/80 x Rp4.000.000 = Rp1.500.000

Departemen Proses 2 = 50/80 x Rp4.000.000 = Rp2.500.000

Total = Rp4.000.000

3. Menghitung tarif BOP untuk masing-masing departemen produksi

Proses 1 Proses 2
Keterangan
BOP Dianggarkan ( Rp) 30,000,000 20,000,000

Satuan Kegiatan ( jam) 15,000 8,000

Tarif BOP ( Rp/jam) 2,000 2,500

4. Menghitung satuan kegiatan untuk masing-masing departemen produksi dan per


produk:

JKL/ Unit Satuan Kegiatan


UNIT PRODUKSI
KETERANGAN ( jam/Unit) ( jam)

Departemen Proses 1

Produk A 2,000 10 x 50% = 5 10,000

Produk B 1,000 10 x 50% = 5 5,000

Total 15,000

Departemen proses 2

Produk A 2,500 10 x 60% = 3 6,000

Produk B 2,500 10 x 60% = 3 2,000

Total 8,000

5. Menghitung BOP per produk

27
Satuan BOP Dianggarkan
TARIF BOP ( Rp/Jam)
KETERANGAN Kagiatan( jam) ( Rp)

Departemen Proses 1

Produk A 2,000 10,000 20,000,000

Produk B 2,000 5,000 10,000,000

Total 30,000,000

Departemen proses 2

Produk A 2,500 6,000 15,000,000

Produk B 2,500 2,000 5,000,000

Total 20,000,000

6. Menghitung HPP per produk

PRODUK A PRODUK B
KETERANGAN
Biaya Bahan Mentah langsung 10,000,000 7,000,000

Biaya TKL Langsung 15,000,000 3,000,000

BOP

a. Departemen Proses 1 20,000,000 10,000,000

b. Departemen Proses 2 15,000,000 5,000,000

Total BOP dianggarkan 35,000,000 15,000,000

Harga pokok produksi 60,000,000 25,000,000

Unit produksi( unit) 2,000 1,000

HPP/Unit ( Rp/unit) 30,000 25,000

7. Proyeksi Laporan Laba Rugi Tahun 2A11

PRODUK A PRODUK A PRODUK A


KETERANGAN

28
Penerimaan penjualan( Rp) 140,000,000 50,000,000 190,000,000

Harga Pokok penjualan( Rp) 60,000,000 25,000,000 85,000,000

Laba Kotor ( Rp) 80,000,000 25,000,000 105,000,000

Biaya usaha

Biaya Pemasaran ( Rp) 12,500,000

Biaya Administrasi ( Rp) 7,500,000

Total Biaya Usaha ( Rp) 20,000,000

Laba Usaha ( EBIT) ( Rp) 85,000,000

Bunga(i) ( Rp) 5,000,000

Laba sebelum pajak ( EBIT)


( Rp) 80,000,000

Pajak (30%) (Rp) 27,000,000

EAT (Rp) 53,000,000

2.6 PENGENDALIAN BIAYA OVERHEAD PABRIK


Pengelompokan biaya sangat terkait dengan tanggung jawab. Biaya dapat dikelompokkan
menjadi, (1) biaya terkendali dan (2) biaya tak terkendali. Biaya terkendali adalah biaya yang
secara signifikan dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh manajer tertentu untuk periode
waktu tertentu. Biaya tak terkendali adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat
dipengaruhi dan dikendalikan oleh manajer tertentu untuk periode waktu tertentu.
Pengelompokan ini berguna untuk menentukan siapa manajer yang seharusnya bertanggung
jawab.

Perhatian terhadap pengelompokan biaya ini merupakan hal yang penting, terutama
pada saat ditentukan suatu rencana kerja oleh pusat tanggung jawab tertentu dalam periode
29
waktu tertentu. Contoh adalah biaya gaji supervisor (penyelia). Gaji supervisor ini mungkin
tidak dapat dikendalikan pada suatu pusat tanggung jawab, suatu biaya mungkin
diklasifikasikan sebagai biaya yang tidak dapat dikendalikan. Tetapi jika dilihat melalui
segmen organisasi yang lebih besar atau perusahaan secara keseluruhan, gaji merupakan biaya
yang dapat dikendalikan. Dalam analisis akhir, semua biaya dapat dikendalikan, tergantung
pada tanggung jawab dan waktu.

Beberapa perusahaan memasukkan biaya yang dapat dikendalikan oleh pusat tanggung
jawab tersebut pada laporan hasil usaha bulanannya. Perusahaan lain memasukkan semua biaya,
namun dilakukan identifikasi antara biaya yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan. Pada kedua metode tersebut, yang penting adalah memasukkan semua biaya
dalam laporan kinerja dan identifikasi sebagai pertanggungjawaban dari manajer yang
bersangkutan. Biaya yang diklasifikasi sebagai tidak terkendali pada laporan kinerja pusat
tanggung jawab, seharusnya dimasukkan sebagai terkendali pada laporan kinerja untuk tingkat
pusat tanggung jawab lebih tinggi.

Pengendalian biaya memerlukan identifikasi tentang dapat tidaknya biaya dikendalikan


oleh setiap pusat tanggung jawab. Hal ini berarti bahwa biaya-biaya yang tidak dapat
dikendalikan seharusnya tidak diidentifikasi sebagai tanggung jawab manajer sebuah pusat
tanggung jawab. Dengan demikian untuk mengendalikan biaya overhead pabrik, biaya yang
“bersih” harus dipertimbangkan. Hal ini berarti bahwa hanya biaya langsung yang dihitung dan
tidak termasuk biaya-biaya yang dialokasikan.

Sebagai contoh departemen proses 1 menggunakan sejumlah besar daya listrik dari
departemen pembangkit listrik. Dalam mencatat biaya aktual dan biaya yang dianggarkan, dan
dalam laporan untuk tujuan pengendalian, biaya-biaya dari departemen pembangkit tenaga
listrik seharusnya diidentifikasikan hanya pada departemen pembangkit listrik saja. Sebaliknya
biaya-biaya yang seharusnya diidentifikasi pada manajer departemen proses 1, di luar alokasi
biaya daya listrik aktual.

Manajer dari departemen tenaga listrik bertanggung jawab pada perhitungan biaya dari
jasa-jasa yang diberikan. Manajer dari departeman yang menggunakan “tidak mempunyai
kendali atas biaya tersebut”. Apa yang dikendalikan oleh manajer departemen produksi adalah
jumlah jasa (bahan bakar) yang dipakai, bukan biaya jasanya. Oleh karena itu laporan kinerja
departemen proses 1 seharusnya memperlihatkan kualitas daya yang seharusnya digunakan
untuk menyelesaikan produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lebih penting
pemakaian jasa dikendalikan atas dasar unit jasa, dan bukan oleh nilai biaya jasa. Jika
diinginkan untuk

menggunakan nilai biaya, maka departemen pemakai seharusnya dikenai ukuran


standar dan bukan ukuran actual

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka untuk kategori BOP
yang bersifat tetap ini wewenang penganggarannya terletak di luar (di atas)
bagian/departemen yang bersang. kutan yaitu ditetapkan oleh Pusat (direktur).
Untuk menentukan anggaran pada kategori B0p variabel ini untuk jumlah (volume)
ditetapkan oleh bagian masing-masing sedangkan untuk tarif (harga) ditentukan
oleh pusat (direktur), sedangkan untuk BOP semi variabel ini kewenangan
Sepenuhnya terletak di bagian masing-masing. Sebagai contoh adalah
penganggaran biaya Administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu sendiri.

Oleh karena BOP ada yang bersifat tidak langsung, maka diperlukan cara
mengalokasikan BOP, yakni BOP bagian Jasa secara langsung dialokasikan ke
bagian produksi sesuai proporsi pemakaian jasanya, dengan dua cara (1) Metode
Alokasi langsung (direct allocation method) dimana BOP departemen jasa
dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi
langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen jasa hanya
dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan tidak ada departemen jasa
lain yang memakai jasa dari departemen jasa tersebut. (2) Metode alokasi Bertahap
(Step method), metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa
tidak hanya dinikmati oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula
oleh departmen jasa yang lain dengan menggunakan metode aljabar (Algebraic
method). Dalam metode ini biaya overhead pabrik yang timbul di masing-masing
bagian jasa dinyatakan dalam formula berikut:

Tarif BOP (Overhead Rate) diperlukan dalam rangka penentuan harga pokok
produksi Langkah-langkah penentuan Tarif BOP, melalui tiga tahap berikut ini:

a. Menyusun anggaran BOP


b. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk
c. Menghitung tarif BOP

Pengendalian biaya memerlukan identifikasi tentang dapat tidaknya biaya


dikendalikan oleh setiap pusat tanggung jawab. Hal ini berarti bahwa BOP yang
tidak dapat dikendalikan seharusny' tidak diidentifikasi sebagai tanggung jawab
manajer sebuah pusat tanggung jawab. Denga! demikian untuk mengendalikan
biaya overhead pabrik, biaya yang “bersih” harus dipertimbangkan Hal ini berarti
bahwa hanya biaya langsung yang dihitung dan tidak termasuk biaya-biaya yang
dialokasikan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro,Gunawan dan Yuniata Anggraini. 2007. Anggaran Bisnis( Analias,


Perencanaan Dan Pengendalian Laba) Edisi Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
YOGYAKARTA

32

Anda mungkin juga menyukai