Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM PAJAK MENGENAI RETRIBUSI

DOSEN PEMBIMBING

SUKARNO,SH.,MH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

Raehan Nurbayani (191804SA)

Sri Wulandari (191805SA)

Alvina Damayanti (191777SA)

Habil Firmansyah (191771SA)

Eka Fitriani (191789SA)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) AMM MATARAM

PRODI S1 AKUNTANSI (A)


TAHUN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Assalamualakum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini sesuai dengan batas waktu yang telah di tetapkan. Makalah ini di

susun dengan tugas Hukum Pajak yang berjudul ‘’ Hukum Pajak Mengenai Retribusi’’

merupakan judul yang di berikan pada makalah ini, dengan baik dan kiratnya dapat berguna

bagi pembaca dan bagi penulis pribadi yang selalu jauh dari kata sempurna.

Dalam upaya penyelesaian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada berbagai pihak. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih

bayank terdapat kekurangan, karena itu dengan kerendahan hati penulis dapat menerima

kritikan dan saran demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kaum, bagi kaum khalayak

kesalahan pada penyusunan makalah ini. Tiada gading yang tak retak.

Wassalamualaikum Warah Matullahi Wabarakatuh.

Mataram,19 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Cover...................................................................................................................................
Judul..................................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1................................................................................................... Latar Belakang 1
1.2.............................................................................................. Rumusan Masalah 1
1.3................................................................................................................ Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1. Pengertian Retribusi.....................................................................................3
2.2 Unsur-Unsur yang melekat dalam retribusi..............................................3-4
2.3 Subjek dan Obyek Retribusi.......................................................................4-5
2.4 Jenis-Jenis jasa umum................................................................................5-7
2.5 Jenis Retribusi Perizinan............................................................................7-8
2.6 Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi..........................................8-9
2.7 Tata Cara Pemungutan Retribusi...................................................................9
2.8 Pemanfaatan Retribusi...................................................................................9
2.9 Kedaluarsa Penagihan Retribusi..................................................................10
2.10 Perbedaan Pajak dengan Retribusi............................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................11
3.2 Saran............................................................................................................11
3.3 Daftar Pustaka.............................................................................................12
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan
produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara
berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya finansial. Dengan
demikian pembangunan pada dasarnya dapat dikatakan usaha dasar untuk mengubah masa
lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik untuk mewariskan masa depan
kepada generasi yang akan datang.
Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah kota atau lebih
dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti pajak,
retribusi atau pungutan yang merupakan sumber-sumber pendapatan asli daerah, seperti yang
tertuang dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004, yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah, meliputi
Hasil pajak daerah,
Hasil retribusi daerah,
Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah.
b. Dalam pertimbangan
c. Pinjaman Daerah
d. Lain-lain pendapatan yang sah
Pemberian otonomi daerah dimaksud untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mengatur dan mengurus daerahnya sendiri,
terutama dalam membiayai pembangunan dewasa ini. Dengan diberikan hak kepada daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan pihak lain
adalah sangat tepat karena dengan demikian sudah memiliki kekuatan hukum untuk
menentukan kebijakan dalam pengelolaan daerahnya, meskipun pada dasarnya tetap
dikoordinir oleh pemeritah pusat.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah,
bahwa: Hal hal yang mendasarkan Undang – Undang ini adalah untuk mendorong
1
memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas serta msyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Oleh sebab itu Undang-Undang ini menempatkan
Otonomi Daerah secara utuh pada daerah kabupaten dan kota. Retribusi Daerah selain
sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang
dominan peranannya dan kontribusinya untuk menunjang pemarintah daerah.
2.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja yang menjadi subjek dan objek retribusi?
b. Apa saja yang menjadi prinsip dan sasaran retribusi?
c. Apa perbedaan pajak dengan retribusi?
2.3 Tujuan
a. Mengetahui apa sajakah yang menjadi subjek dan objek retribusi
b. Mengetahui apa saja yang menjadi prinsip dan sasaran retribusi
c. Apa perbedaan pajak dengan retribusi

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Retribusi
Retribusi merupakan suatu kata yang sudah familier dan sering didengar dalam menjalankan
suatu aktifitas kehidupan sehari-hari. Retribusi sering dilihat di tempat-tempat umum seperti
di pasar, terminal, tempat rekreasi atau tempat-tempat tertentu yang digunakan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Secara awam retribusi merupakan suatu pungutan atas
pemakaian dan pemanfaatan suatu fasilitas tertentu. Namun apakah semua pungutan-
pungutan atas fasilitas tertentu merupakan suatu retribusi atau tidak semua pungutan atas
beragam fasilitas yang digunakan merupakan retribusi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata retribusi adalah pengembalian, penggantian
kerugian, pemungutan uang oleh pemerintah (kotapraja, dsb) sebagai balas jasa.Retribusi
menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
pengertian retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Sedangkan wajib retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. Masa retribusi
adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintahan Daerah yang bersangkutan.
Salah satu ahli hukum Ahmad Yani berpendapat, daerah provinsi, kabupaten/kota diberi
peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis
retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan
sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Pada prinsipnya retribusi sama dengan pajak. Unsur-unsur pengertian pajak sama dengan
retribusi. Yang membedaannya adalah bahwa imbalan atau kontra-prestasi dalam
retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar.
2.2 Unsur-unsur yang melekat dalam retribusi antara lain:
a. Pungutan retribusi harus berdasarkan udang-undang
b. Pemungutannya dapat dipaksakan
3
c. Pemungutannya dilakukan oleh Negara
d. Digunakan sebagai pengeluaran masyarakat umum
e. Imbalan atau prestasi dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar retribusi
Hal ini dapat dipahami ketika melakukan pembayaran retribusi daerah, maka pembayaran
yang dilakukan merupakan kompensasi atas sebuah jasa/layanan yang diberikan oleh
pemerintah daerah, atau bila seseorang ingin menikmati jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Apabila ada sebuah pungutan yang dinamakan retribusi namun tidak terdapat
jasa/layanan yang diberikan kepada pembayar retribusi, maka pada hakikatnya pembayaran
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai retribusi.
2.3 Subyek dan Obyek Retribusi
Subjek retribusi daerah menurut Undang-undang No. 29 Tahun 2009 terdiri dari tiga, yaitu:
Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau
menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subjek retribusi jasa umum ini dapat
ditetapkan menjadi retribusi jasa umum yaitu orang pribadi atau badan yang diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi jasa umum.
Subjek retribusi jasa usaha adalah orang atau badan yang menggunakan atau menikmati
layanan jasa usaha yang bersangkutan. Subjek ini dapat merupakan wajib retribusi jasa usaha,
yaitu orang pribadi atau badan yang diwajibkan unutk melakukan pembayaran retribusi jasa
usaha.
Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin
tertentu dari pemerintah daerah. Subjek ini dapat merupakan wajib retribusi jasa perizinan
tertentu, yang orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi perizinan tertentu.
Lalu objek retribusi menurut Undang-Undang No. 29 Tahun 2009, yaitu:
Jasa umum
Dalam Pasal 109 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek Retribusi Jasa Umum adalah
pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Prinsip dan sasaran
dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan
4
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan
aspek keadilan. Jenis retribusi ini dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya
kecil/dan atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan secara cuma-
cuma (Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Terdapat penambahan
4 (empat)  jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera Ulang, Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi.
2.4 Jenis-jenis jasa umum
Retribusi Daerah, jenis retribusi jasa umum adalah:
a. Retribusi pelayanan kesehatan
Objek Retribusi Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas
keliling, puskesmas pembantu,  balai pengobatan, dan rumah sakit umum daerah dan tempat
pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran (Pasal 111 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
b. Retribusi pelayanan persamahan kebersihan
Objek Retribusi Pelayanan persampahan/kebersihan meliputi:
Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara
Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sampah sementara ke
lokasi pembuangan akhir sampah
c. Penyediaan ke lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah (Pasal 112 Undang-Undang
No. 28 Tahun 2009)
d. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta.
Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akta Catatan Sipil
meliputi KTP, kartu keterangan bertempat tinggal, kartu identitas kerja, kartu penduduk
sementara, kartu identitas penduduk musiman, kartu keluarga, akta catatan sipil yang
meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan akta pengakuan anak, akta
ganti nama bagi warga negara asing dan akta kematian (Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
e. Retribusi pelayanan pemakaman atau pengabuan mayat
Objek Retribusi Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi pelayanan

5
penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurugan, pembakaran/pengabuan
mayat, dan sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau
dikelola pemerintah daerah (Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
f. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
Objek Retribusi Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di
tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 115 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
g. Retribusi pelayanan pasar
Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana
berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk
pedagang (Pasal 116 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
h. Retribusi Pengujian kendaraan bermotor
Objek Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan pengujian
kendaraan bermotor termasuk kendaraan bermotor di air sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah (Pasal 117 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009).
i. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
Objek Retribusi Pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah pelayanan
pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh
Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan
alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat (Pasal 118 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
j. Retribusi penggantian biaya cetak peta
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah (Pasal 119 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
k. Retribusi penyediaandan/penyedotan kakus
Objek Retribusi Pelayanan Penyedotan Kakus adalah pelayanan penyediaan dan/atau
penyedotan kakusyang dilakukan oleh Pemerintah Daerah  (Pasal 120 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).

6
l. Retribusi pengolahan limbah cair
Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga,
perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh
Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair (Pasal 121 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009)
m. Retribusi pelayanan tera/tera utang
Objek Retribusi Pelayanan Retribusi Tera/Tera Ulang adalah pelayanan pengujian alat-alat
ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus
yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan (Pasal 122 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
n. Retribusi pelayanan pendidikan
Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah (Pasal 123 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
o. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang untuk
menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan
umum (Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2.5 Jenis-jenis Retribusi Perizinan
2009 Tentang Pajak dan Daerah Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
1. Retribusi izin mendirikan bangunan
Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu
bangunan. Pemberian izin meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan
pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang,
dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan
(KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang
meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati
bangunan tersebut (Pasal 142 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

7
2. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah pemberian izin untuk
melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu (Pasal 143 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3. Retribusi izin gangguan
Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang
pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan,
termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk
mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara
ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja (Pasal 144
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4. Retribusi izin trayek
Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk
menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek
tertentu (Pasal 145 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
5. Retribusi izin usaha perikanan
Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 huruf e adalah
pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha
penangkapan dan pembudidayaan ikan (Pasal 146 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2.6 Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah sebagai berikut:
1. Retribusi jasa umum, ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas
pelayanan tersenut. Yang dimaksud dengan biaya disini meliputi, biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal;
2. Retribusi jasa usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak,
yaitu keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara
efisien dan berorientasi pada harga pasar;
3. Retribusi perizinan tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh
biaya penyelenggaraan pemeberian izin yang bersangkutan. Yang dengan biaya
8
penyelenggaraan pemberian izinn disini meliputi penertiban dokumen izin, pengawasan di
lapangan penegakan hokum, penata usahaan, dan biaya dampak negative dari pemberian izin
tersebut.
2.7 Tata Cara Pemungutan Retribusi
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Dalam hal wajib
retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan
sanksi administrative berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih, dengan menggunakan Surat Tagihan
Retribusi Daerah (STRD). Penagihan retribusi terutang sebagaimana didahului dengan surat
teguran. Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen

lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Dalam hal wajib retribusi tertentu

tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrative

berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau

kurang dibayar dan ditagih, dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). Penagihan

retribusi terutang sebagaimana didahului dengan surat teguran. Tata cara pelaksanaan pemungutan

retribusi ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

2.8 Pemanfaatan Retribusi

Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan

yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelyanan yang bersangkutan. Ketentuan

mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah. Hal

tersebut tertuang didalam pasal 161 ayat (1) dan (2) Undang – Undang No. 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi

9
2.9 Kadaluarsa Penagihan Retribusi

Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluarsa setelah melampaui waktu 3
(tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan
tindak pidana di bidang retribusi. Didalam pasal 176 UU No.28 Tahun 2009 dijelaskan
bahwa Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda
paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
2.10Perbedaan Pajak Dengan Retribusi
1. Pajak berasal dari dasar hukum undang-undang sedangkan retribusi berasal dari peraturan
pemerintah, peraturan menteri, atau pejabat negara yang lebih renda.
2. Balas jasa pada pajak bersifat tidak langsung sedangkan pada retribusi bersifat langsung
dan nyata kepada individu tersebut.
3. Pungutan pajak berlaku untuk umum seperti penghasilan, kekayaan, laba perusahaan dan
kendaraan, sedangkan pungutan retribusi hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu
yang menggunakan jasa pemerintah.
4. Pajak bersifat dapat dipaksakan (menurut UU). Jadi, wajib dibayar. Jika tidak, maka akan
mendapatkan sanksi, sedangkan retribusi dapat dipaksakan juga, akan tetapi paksaannya
bersifat ekonomis yang hanya berlaku kepada orang-orang yang menggunakan jasa
pemerintah.
5. Lembaga pemungut pajak adalah pemerintah pusat maupun daerah (negara), sedangkan
lembaga pemungut retribusi hanya pemerintah daerah.
6. Pajak bertujuan untuk kesejahteraan umum, sedangkan retribusi bertujuan untuk
kesejahteraan individu tersebut yang menggunakan jasa pemerintah.

10
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Yang mempunyai subjek dan objek yaitu retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi terbagi menjadi tiga yaitu retribusi jasa umum
dengan prinsip memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, dll. Kemudian
retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan layak, dll. Dan
retribusi perizinan tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh
biaya penyelerenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Kemudian salah satu
perbedaan pajak dan retribusi yaitu Pajak bersifat dapat dipaksakan (menurut UU). Jadi,
wajib dibayar. Jika tidak, maka akan mendapatkan sanksi, sedangkan retribusi dapat
dipaksakan juga, akan tetapi paksaannya bersifat ekonomis yang hanya berlaku kepada
orang-orang yang menggunakan jasa pemerintah.
2. Saran
a. Berdasarkan obyek jenis sumber-sumber daerah, pemerintah harus mampu mengelola
sumber-sumber retribusi daerah dengan baik agar berdampak pada penerimaan
pendapatan asli daerah yang optimal.
b. Bagi masyrakat hendaknya selalu mengawasi proses penerimaan retribusi agar tidak
terdapat penyelewengan saat proses pungutan retribusi daerah.
c. Bagi petugas meningkatkan kesadaran untuk meningkatkan kesadaran untuk menarik
dengan selalu memberikan tanda bukti pembayaran, serta melaporkan melaporkan secara
jujur perolehan retribusinya.
11
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. Perpajakan. 2013. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.


Kuliah info, http://www.kuliah.info/2015/05/pengertian-persamaan-dan-
perbedaan.html  diakses pada tanggal 3 agustus 2016 pukul 14.04 WIB.
Widyaningsih, Aristanti. Hukum Pajak Dan Perpajakan. 2013. Bandung: Alfabeta.
http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-pengertian-retribusi-subjek.html
diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 pukul 20.54 WIB.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
12

Anda mungkin juga menyukai