Disusun Oleh
Kelompok 5
Nursinta (191803SA)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segala rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“TRANSAKSI ATAU AKAD” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka
selebarlebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pembaca demi menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Pengertian transaksi....................................................................................................
B. Sumber Hukum Transaksi atau Akad.........................................................................
C. Hubungan Antara Transaksi (Muamalah)...................................................................
D. Transaksi dan Kontrak................................................................................................
E. Rukun-rukun dan Syarat Kontrak...............................................................................
F. Jenis-jenis Kontrak......................................................................................................
G. Cacat Dalam Kontrak..................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................................
B. Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Akad merupakan peristiwa hukum antara dua pihak yang berisi ijab dan kabul,
secara sah menurut syara dan menimbulkan akibat hukum. Jika kita kaitkan dengan
sebuah desain kontrak maka kita akan mencoba mengkaitkan dengan Lembaga
Keuangan dikarenakan akad merupakan dasar sebuah instrumen dalam lembaga
tersebut, terutama di Lembaga Keungan Syariah Akad menjadi hal yang terpenting
terkait dengan boleh atau tidaknya sesuatu dilakukan di dalam islam.
Akad sebagai perbuatan hukum atau tindakan hukum dapat dilihat dari definisi-
definisi akad atau kontrak diantaranya: dalam Ensiklopedi hukum Perjanjian Islam
dikemukakan bahwa akad adalah pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan
qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang
berpengaruh pada obyek perikatan. yang dimaksud dengan yang sesuai dengan
kehendak syari adalah seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
tidak boleh apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’.
Bila ditelusuri dalam Alquran, tentu tidak mudah untuk menemukan bagaimana
transaksi dalam Islam dijalankan secara praktik, kecuali prinsip-prinsip umum yang
harus ada ketika sebuah transaksi dijalankan, semisal adil, tidak menganiaya, tidak
menipu, dan lainnya. Tidak heran bila transaksi dalam Islam terus menuai kritik yang
konstruktif karena secara praktik masih dianggap memiliki unsur ketidak adilan.
Keadilan bertransaksi dalam ekonomi Islam mulai dihidupkan dalam kegiatan
ekonomi sehari-hari. Karena hal tersebut telah terbukti membawa keberkahan dan
bahkan berhasil melewati masa krisis yang melanda Indonesia pada masa Orde Baru
hingga memasuki masa reformasi, salah satu bukti keadilan transaksi tersebut
terdapat dalam entitas bisnis syariah, yaitu Perbankan Syariah, dan lebih khusus yaitu
Bank Muamalat Indonesia yang waktu itu berhasil melewati masa krisis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transaksi atau akad
2. Ada beberapa sumber hukum transaksi atau akad dalam Islam
3. Apa saja rukun dan syarat kontrak.
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara untuk bertransaksi atau akad
yang baik dalam jual beli dan mengetahui apa saja ketentuan dan syarat yang telah
ditentukan dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian transaksi
Pengertian transaksi secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
pihak organisasi maupun individu yang mampu melahirkan perubahan atas harta atau
finansial yang dimilikinya.
Indri Bastian
Indra Bastian menjelaskan bahwa pengertian transaksi adalah suatu bentuk pertemuan
yang terjadi antara pihak penjual dan pembeli yang saling menguntungkan dan
disertai dengan adanya bukti, data, atau dokumen pendukung untuk diinput dalam
jurnal melalui adanya pencatatan.
Slamet Wiyono
Menurut bahasa artinya ikatan atau persetujuan, sedangkan menurut istilah akad
adalah transaksi atau kesepakatan antara seseorang (yang menyerahkan) dengan
orang lain (yang menerima) untuk pelaksanaan suatu perbuatan. Contohnya : akad
jual beli, akad sewa menyewa, akad pernikahan. Dasar hukum dilakukannya akad
adalah :
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa melakukan isi perjanjian atau
akad itu hukumnya wajib. Menurut Misbahuddin dalam bukunya yang dikutip dari
buku sabri samin menjeleaskan bahwa akad dapat dilakukan dengan cara lisan
maupun tulisan, yang penting adalah ijab dengan qabulnya jelas, pasti dan dapat
dipahami oleh kedua belah pihak yang mengadakan perikatan.
Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan). Istilah al-aqdu (akad) dapat disamakan dengan istilah verbintenis
(perikatan) dalam KUHPerdata. Sedangkan istilah al-ahdu (janji) dapat disamakan
dengan istilah perjanjian.
B. Sumber Hukum Akad/Perikatan Islam
1. Al-Qur’an
Alquran sebagai salah satu sumber hukum Islam yang utama, dalam masalah
akad, sebagaian besar hanya mengatur kaidah-kaidah hukum. Sebagaimana dijelaskan
dalam, Qs. al-Baqarah (2): 188 , yang artinya :
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
2. Hadis
Ketentuan-ketentuan mengenai mu’amalah dalam hadis lebih terperinci dari pada
dalam Al-Qur’an. Namun, perincian ini tidak terlalu mengatur hal-hal yang sangat
mendetail. Hadis-hadis tersebut antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
Dari Abdi rahman Bin Syimasah sesungguhnya dia mendengar ‘Uqbah bin ‘Amir
berkata, Rasullah Saw., bersabda: orang mu’min satu dengan lainnya bersaudara,
tidak boleh membeli barang yang sedang dibeli saudaranya, dan meminang pinangan
saudaranya sebelum ia tinggalkan. Rasulullah Saw., bersabda orang muslim itu
berserikat dalam tiga hal: yaitu rumput, air, dan api.
3. Ijtihad
Kedudukan ijtihad dalam bidang mu’amalah memiliki perang yang sangat
penting. Hal ini disebabkan, bahwa sebagaian besar ketentuan-ketentuan mu’amalah
yang terdapat dalam Alquran dan hadis bersifat umum. Sedangkan dalam
pelaksanaannya di masyarakat, kegiatan mu’amalah selalu berkembang di sesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat.
Ijtihad mengenai perikatan Islam telah banyak dilakukan oleh para Imam mazhab,
baik mengenai definisi akad, rukun akad, maupun syarat-syaratnya. Pada masa
sekarang ini bentuk ijtihad dilapangan hukum perikatan dilaksanakan secara kolektif
oleh para ulama yang berkompoten di bidangnya. Sebagai bukti di Indonesia, pada
bulan April 2000 telah berbentuk DSM yang merupakan bagian dari majelis ulama
atau MUI. Dewan Syari’ah Nasional itu adalah dewan yang menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syari’ah.23Keputusan
ini menjadi salah satu langkah dalam melaksanakan dan mengembangkan syariat
Islam di Indonesia. Dari ketiga sumber tersebut, maka umat Islam dimanapun berada
dapat mempraktekkan kegiatan usahanya dalam kehidupan sehari.
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan
hidup inidiperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan
hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi
dari seluruh bangunan aktifitas manusia.
Contohnya :
Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika
orang menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik.
Dengan menepati janji seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya setiap
perbuatan yang dilakukan manusia arus didasari denga aqidah yang baik.
2. Hubungan aqidah dengan ibadah
Akidah menempati posisi terpenting dalam ajaran agama Islam. Ibarat sebuah
bangunan, maka perlu adanya pondasi yang kuat yang mampu menopang bangunan
tersebut sehingga bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh. Demikianlah urgensi
akidah dalam Islam, Akidah seseorang merupakan pondasi utama yang menopang
bangunan keislaman pada diri orang tersebut. Apabila pondasinya tidak kuat maka
bangunan yang berdiri diatasnya pun akan mudah dirobohkan.
Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka keimanannya akan semakin kuat,
sehingga dalam pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada praktek
ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah seseorang telah melenceng maka dalam
praktek ibadahnya pun akan salah kaprah, yang demikian inilah akan mengakibatkan
lemahnya keimanan.
a. Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah sebenarnya
yang telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah swt.
b. Aqidah adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang
manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah swt.
c. Aqidah merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat
serta menghadapi segala cabaran dan rintangan.
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka
dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan
bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap allah.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali
dengan akal pikiran serta perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan hatinya
tersebut dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar, dapat mempelajari
bukti-bukti kekuasaan Allah, sehingga dengannya dapat membawa diri mereka pada
keyakinan akan keberadaan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi manusia
untuk tidak mengakui keberadaan Allah SWT. karena selain kedua bekal yang
dimiliki oleh mereka sejak lahir, Allah juga telah memberikan petunjuk berupa ajaran
agama yang didalamnya berisikan tuntunan serta tujuan dari hidup mereka di dunia.
Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah sebenarnya
yang telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah swt.
Aqidah adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang
manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah swt. Aqidah merupakan
tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat serta menghadapi
segala cabaran dan rintangan. Akidah adalah merupakan pondasi utama kehidupan
keislaman seseorang. Apabila pondasi utamanya kuat, maka bangunan keimanan
yang terealisasikan dalam bentuk amal ibadah orang tersebut pun akan kuat pula.
Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang
lain: Akhlak, ibadah dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah
yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang membawa maslahat. Selain
sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain
bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah,
berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan memelihara aqidah.
‘’(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan
bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa
Akibat hukum itu terjadi segera setelah kontrak dilakukan apabila syarat-
syarat yang diperlukan telah terpenuhi. Pada setiap kontrak yang sah terdapat
akibat hukum yang bersifat umum dan sama, walaupun bentuk atau jenis
kontraknya berbeda-beda. Akibat hukum umum tersebut adalah nafadh wa luzūm.
Nafadhadalah berlakunya akibat hukum khusus kontrak dan semua perikatan
(iltizāmāt) yang ditimbulkannya sebaik saja kontrak dilakukan. Berlawanan dari
nafadh ialah tawaqquf (bergantung). Ilzam dalam pengertian umum adalah
mewajibkan pelaksanaan perikatan yang lahir dari kontrak. Dalam pengertian
fikih (hukum Islam) adalah menimbulkan perikatan tertentu secara timbal balik
atas pihak-pihak yang berkontrak. Adapun luzūm (mengikat) adalah
ketidakbolehan “membatalkan” (fasakh) kontrak kecuali atas kerelaan kedua
belah pihak. Kontrak yang memiliki akibat secara hukum luzūm (disebut kontrak
lāzim) adalah kontrak yang tidak mengandung khiyār (hak pilih untuk
meneruskan atau tidak meneruskan kontrak).
2. Syarat Kontrak
1) Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat yang wajib sempurna wujudnya
dalam sebagai akad;
a. Pihak-pihak yang melakukan akad ialah dipandang mampu bertindak menurut
hukum. Apabila belum mampu, harus dilakukan oleh walinya
b. Objek akad itu diketahui oleh syara’. Objek syara’ ini harus memenuhi syarat:
Bentuk harta,
Dimilki seseorang, dan
Bernilai harta menurut syara’
c. Akad itu dilarang oleh nash syara’
d. Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus dengan akad yang
bersangkutan, disamping harus memenuhi syarat-syarat umum.
e. Akad itu bermanfaat.
f. Ijab tetap utuh sampai terjadi qabul.
2) Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat yang wujudnya wajib ada dalam
sebagian akad. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam berbagai macam akad,
adalah sebagai berikut:
a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli).
b. Objek akad dapat diterima hukumnya.
c. Akad itu diizinkan oleh syara’ dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya walaupun dia bukan aqaid yang memiliki barang.
d. Bukan akad yang dilarang oleh syara’.
e. Akad akan dapat memberikan qaidah, sehingga tidaklah sah bila rahn
dianggap sebagai timbangan amanah.
f. Ijab itu berjalan terus, tidak disebut sebelum terjadi qabul.
g. Ijab dan qabul mesti bersambung, sehingga bila seseorang yang melakukan
ijab sudah berpisah sebelum adanya qabul, maka ijab tersebut menjadi batal.
F. Jenis-jenis Kontrak
1.) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah adalah, pemilik dana tidak akan memberikan batasan atau syarat
tertantu kepada pihak Bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan
dengan tenpat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain Bank syariah
mempunyai hak dan kebabasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana keberbagai
sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad menurut bahasa artinya ikatan atau persetujuan, sedangkan menurut istilah
akad adalah transaksi atau kesepakatan antara seseorang (yang menyerahkan) dengan
orang lain (yang menerima) untuk pelaksanaan suatu perbuatan.
Sebagai ummat Islam yang beriman kepada Allah SWT, sudah sepantasnya
menerapkan keadilan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap muslim
yang mampu menerapkan keadilan transaksi dalam kehidupan sehari-hari—sesuai
dengan yang disyariatkan oleh Allah Swt, yang diterjemahkan dalam bentuk Fiqih
Muamalah, maka akan memperoleh falah yaitu kebahagiaan/kesejahtraan di dunia
dan di akhirat.
B. Saran
Akad dalam perjanjian Islam harus mengacu pada dasar-dasar akad yang telah
ditetapkan dalam Islam sehingga mengetahui akan kebenaran suatu akad tersebut
tanpa adanya nilai kecurangan yang merugikan orang lain yang mana dilarang dalam
Islam. Dalam masalah penyelesaian sengketa yang menyangkut tentang akad cacat
hendaknya dilakukan dengan langkah melalui perdamaian sehingga akan tercapai
ukuwah islamiah serta hubungan silaturahim yang terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/15717/1/REVISI_MAKALAH_HES_ULIL%20%281%29.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/234751637.pdf
http://etheses.uin-malang.ac.id/2477/5/0822058_Bab_2.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/234751637.pdf
https://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-muamalah-
dan-ahklak/
Karim, Adiwarman Azwar. Bank Islam Analisis Fiqih dan Kuangan (ed k III-IV),
penerbit PT. Raja Grapindo Press, Jakarta. 2008-2009.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (ed k II).Penerbit PT. Raja Grafindo Press,
Jakarta. 2004.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (ed k III). Penerbit PT. Raja Grafindo press,
Jakarta. 2008.
Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta,
2001.