Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AKAD BISNIS ISLAMI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pendidikan Agama Islam 4
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. Miftah Wangsadanureja, S.Pd.I, M.Pd.I

Disususun Oleh:
Kelompok 4

RATNA AGUSTYNA (332110014 )

REZA ANGGAR KUSUMA(332110015)

PRAYOGI DWI PAMBUDI(332110029)


DHINI ANNISA PUTRI(332110082)

PROGRAM STUDI TEKNIK

LINKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PELITA

BANGSA BEKASI 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai akad dalam
berbisnis syariah ini tepat waktu tanpa kendala suatu apapaun. Tak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam menyusun
makalah ini baik yang sudah mau menyumbangkan isi pikiran nya maupun
materinya.

Proses akad dalam transaksi jual beli sangatlah didukung dalam islam.
Melalui akad berbagai kegiatan bisnis dan usaha manusia dapat dijalankan. Akad
memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya.
Karena akad itulah yang membatasi hubungan antara kedua belah pihak yang
terlibat dalam usaha tersebut dan akan mengikat hubungan itu dimasa sekarang
maupun masa yang akan datang .

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi


pembacanya mengenai akad dalam berbisnis nantinya. Penulis menyadari masih
ada kekurangan pada makalah ini, oleh sebab itu saran dan kritik sangat
diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Permasalahan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian dan hakikat akad dalam berbisnis............................................3
2.2 Dalil perintah akad sebelum transaksi .....................................................4
2.2.1 Bersumber al quran............................................................................6
2.2.2 Bersumber hadist sunnah rasul..........................................................6
2.3 Sebab syarat dan rukun akad bisnis islami..............................................15
2.4 Hal yang membatalkan akad..................................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akad atau perjanjian dalam kehidupan masyarkat menduduki posisi


yang sangat penting. Akad merupakan salah satu dasar dari sekian banyak
aktivitas keseharian manusia. Melalui akad berbagai kegiatan bisnis dan usaha
manusia dapat dijalankan. Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi
kebutuhan dan kepentingannya. Karena akad itulah yang membatasi hubungan
antara kedua belah pihak yang terlibat dalam usaha tersebut dan akan mengikat
hubungan itu dimasa sekarang maupun masa yang akan datang .
Warisan ilmu fikih memuat berbagai rincian dan penetapan dasar perjanjian usaha
tersebut sehingga dapat merealisasikan tujuannya, memenuhi kebutuhan umat pada saat
yang sama, serta melahirkan beberapa kaidah dan pandangan bagi umat islam
untuk digunakan memenuhi kebutuhan modern saat ini.
Semakin jelas rincian dan kecermatan dalam membuat akad, maka
semakin kecil pula adanya konflik dan pertentangan antara kedua belah pihak
di masa yang akan datang. Akad menurut Ahmad Azhar Basyir adalah suatu
perikatan antara ijab dan kabul dengan cara yang dibenarkan oleh syara’ yang
menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada obyeknya
Aktivitas ekonomi terus mengalami perkembangan dalam kehidupan
masyarakat, sehingga dalam perkembangan tersebut perlu adanya perhatian
khusus supaya tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan serta
menimbulkan ketidak adilan bahkan tekanan-tekanan dari pihak tertentu.
Hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam memenuhi
kebutuhan, harus terdapat atauran yang menjelaskan tentang suatu hak dan
kewajiban diantara keduanya berdasarkan kesepakatan. Kesepakatan tersebut
dalam rangka memenuhi hak dan kewajiban yang disebut dengan proses untuk
berakad.
Akad yang digunakan untuk bertransaksi sangat beragam, diantaranya
sesuai dengan spesifikasi kepentingan dan karakteristik, serta tujuan antar
pihak. Akad atau perjanjian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, hal
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, karenanya dapat

3
dibenarkan bila dikatakan bahwa akad merupakan sarana sosial umat manusia
untuk mendukung kehidupannya sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan dan jasa orang lain. Begitupun dalam menjalankan bisnis atau
usaha tidak bisa lepas dari akad.
Akad merupakan salah satu cara untuk memperoleh harta dalam syariat
Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Islam pun telah mengatur
mengenai syarat, rukun, tujuan, macam dan bentuk suatu akad. Dalam Islam unsur akad
sangat diperhatikan, seperti pihak yang berakad, syarat dan rukun akad harus lah
terpenuhi, dan yang terpenting adalah tidak ada unsur penipuan, ataupun unsur lainnya
yang dilarang oleh syara’. Selain itu dalam berakad, kedua belah pihak harus
melakukannya secara sukarela tanpa ada paksaan dari manapun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dari akad dalam berbisnis itu?
2. Apa saja landasan akad dalam berbisnis?
3. Apa saja yang tergolong dalam Sebab syarat dan rukun akad bisnis ?
4. Apa saja yang membatalkan proses akad dalam berbisnis?

1.3 Tujuan Permasalahan


1. Untuk mengatahui apa dimaksud akad dalam berbisnis
2. Untuk mengatahui pedoman akad dalam berbisnis
3. Untuk mengatahui Apa saja yang tergolong dalam Sebab syarat dan rukun
akad bisnis
4. Untuk mengatahui hal yang membatalkan proses akad dalam
berbisnis

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hakikat Akad Dalam Berbisnis


Kata akad berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan atau kewajiban, biasa juga
diartikan dengan kontak atau perjanjian. Yang dimaksudkan kata ini adalah
mengadakan ikatan untuk persetujuan.Pada saat dua kelompok mengadakan
perjanjian, disebut aqad, yakni ikatan memberi dan menerima bersama-sama dalam
satu waktu. Kewajiban yang timbul akibat akad.
Pengertian akad menurut bahasa sebagaimana yang kemukakan oleh Sayyid
Sabiq adalah :

‫العقد معناه الرابط والتفاق‬


Artinya: “akad berarti ikatan dan persetujuan”

Akad menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, bahwa pengertian akad atau perikatan


adalah mengumpulkan dua tepi/ujung tali yang mengikat salah satunya dengan yang
lain hingga bersambung, lalu keduanya menjadi sepotong benda. Akad juga suatu sebab
dari sebab-sebab yang ditetapkan syara’ yang karenanya timbullah beberapa
hukum. Sedangkan definisi akad menurut istilah fukaha, dapat dirumuskan sebagai
berikut:

‫ارتباط االجياب بقبول على وجه مشروع يثبت الت اضى‬


“Perikatan antara ijab dan qabul dengan cara yang dibenarkan syara’, yang
menetapkan keridahan kedua belah pihak.”
Definisi lain akad menurut istilah adalah: pertalian ijab dan qabul sesuai
dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada objek perikatan. Yang dimaksud “sesuai
dengan kehendak syariat” adalah bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua belah
pihak atau lebih, apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’, misalnya kesepakatan
untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan orang lain.
Sementara yang dilakukan “berpengaruh pada objek perikatan” adalah terjadinya
perpindahan pemilikan suatu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak yang lain (yang
menyatakan qabul).

5
2.2 Dalil Perintah Akad Sebelum Transaksi

Dalil mengenai akad dalam al quran sudah di jelaksan Allah dalam QS. Al
maidah ayat 01 sebagai berikut :

‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى‬


ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَوْ فُوْ ا بِ ْال ُعقُوْ ۗ ِد اُ ِحل‬
‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن هّٰللا َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِر ْي ُد‬
َّ ‫َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّى ال‬
Yaaa aiyuhal laziina aamanuu awfuu bil'uquud; uhillat lakum bahiimatul an'aami illaa
maa yutlaa 'alaikum ghaira muhillis saidi wa antum hurum; innal laaha yahkumu maa
yuriid.

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan


bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum
sesuai dengan yang Dia kehendaki.
Adapun hadist nabi rasulullah SAW mengenai akad ini di antaranya :

‫أفضل الكسب عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور‬


"Kerja yang paling utama adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap
jual-beli yang mabrur" 

‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ ُ ‫ي رضي هللا عنه َأنَّ َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫عَنْ َأبِ ْي‬
ْ ‫س ِع ْي ٍد ا ْل ُخ ْد ِر‬
‫ (رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان‬،‫ض‬ ٍ ‫ ِإنِّ َما ا ْلبَ ْي ُع عَنْ ت ََرا‬:‫قَا َل‬
Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu
harus dilakukan suka sama suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban).

،‫ اَ ْلبَ ْي ُع ِإلَى َأ َج ٍل‬:ُ‫ث فِ ْي ِهنَّ ا ْلبَ َر َكة‬


ٌ َ‫ ثَال‬:‫سلَّ َم قَا َل‬َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو‬ َ ‫َأنَّ النَّبِ َّي‬
‫ت الَ لِ ْلبَ ْي ِع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬ ِ ‫ َو َخ ْلطُ ا ْلبُ ِّر بِالش َِّع ْي ِر لِ ْلبَ ْي‬،ُ‫ضة‬َ ‫َوا ْل ُمقَا َر‬
Nabi bersabda : ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk dijual.’” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai