Makalah
Oleh
Kelompok I
Nazalia Eka Savita (622022020012)
Wan Ismail (622022020052)
Dosen Pengajar :
Dr. Muhammad Fakhri Amir, Lc.,M.E
Penyusun :
KELOMPOK 2
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mudharabah merupakan ciri khas dari ekonomi syariah yang lebih
mengedepankan hubungan kerja sama diantara dua atau lebih pihak. Konsep
mudahrabah bukan merupakan turunan dari konsep di ekonomi
konvensional. Ini berbeda dengan produk pada perbankan syariah lainnya
yang sebagian besar merupakan turunan dari produk bank konvensional
ditambah dengan pendekatan akad atau konsep syariah.
Mudharabah merupakan satu pembahasan yang banyak diungkap
dalam kitab-kitab fiqh klasik. Dewasa ini, wacana tentang Mudharabah
menjadi semakin mencuat seiring perkembangan perbankan syariah. Dalam
lembaga perbankan syariah itu, Mudahrabah menjadi salah satu kunci
penting dalam kajian-kajian lebih komprehensif mengenai perbankan
syariah. Apa yang dikenal dengan sistem bagi hasil sebagai alternatif sistem
bunga dalam perbankan konvensional, sejatinya dari istilah mudharabah ini.
Secara umum banyak yang sepakat bahwa Mudharabah
mengandung nilai- nilai luhur kemanusiaan dan perwujudan prinsip
keadilan dalam sebuah usaha ekonomi. Heterogenitas tingkat kemakmuran
hidup manusia bagian dari realitas kehidupan yang tak terbantahkan
sepanjang masa. Mudharabah ada untuk memberikan kesempatan agar
heterogenitas itu tidak terlampau curam menghubungkan golongan kaya
dengan masyarakat miskin. Namun, eksistensinya dalam dunia modern
belum menampakkan kontribusi yang signifikan. Perbankan syariah sebagai
penopang Mudharabah tidak dapat berbuat banyak untuk
memberdayakannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akad mudharabah?
2. Apa saja jenis akad mudharabah?
3. Apa saja sumber hukum akad mudharabah?
1
4. Bagaimana rukun dan ketentuan syariah akad mudharabah?
5. Bagaimana prinsip pembagian hasil usaha dalam akad mudharabah?
6. Bagaimana perlakuan akuntansi (PSAK 105) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari akad mudharabah !
2. Untuk mengetahui jenis akad mudharabah !
3. Untuk mengetahui sumber hukum akad mudharabah !
4. Untuk mengetahui rukun dan ketentuan syariah akad mudharabah!
5. Untuk mengetahui prinsip pembagian hasil usaha dalam akad
mudharabah !
6. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi (PSAK 105) !
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Mudharabah
Secara kata bahasa, Mudharabah diambil dari kalimat dharaba fil
ardh, artinya melakukan perjalanan dalam rangka berdagang.Dalam Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional NO:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh) menyatakan bahwa Mudharabah yaitu aka kerjasama
suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertamma (shaibul mal,LKS)
menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (mudharib, nasabah)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka
sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Secara teknis, Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola11. Al-mudharabah
berasal dari kata dharab, yang berarti berjalan atau memukul. Secara teknis,
al-mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua orang dimana pihak
pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola
3
keberhasilan tujuan mudarabah tersebut. Namun, apabila ternyata
pengelola dana melakukan kelalaian atau kecurangan, maka pengelola
dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkannya.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudarabah di mana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola anara lain mengenai dana, lokasi,
cara, dan/atau objek investasi atau sektor usaha. Mudharabah jenis ini
disebut juga investasi terikat.
Terdapat 2 (dua) pola penyaluran pembiayaan mudharabah muqayyadah
pada perbankan syariah yaitu:
a. Chanelling, merupakan pola penyaluran pembiayaan kepada debitur
yang ditentukan langsung oleh pemilik dana (nasabah) di mana bank
tidak mempunyai kewenangan untuk memutuskan pemberian
pembiayaan.
b. Executing, merupakan pola penyaluran pembiayaan kepada debitur
dengan syarat-syarat tertentu; dengan akad ini bank akan
memperoleh bagi hasil dari nasabah apabila nasabah memperoleh
keuntungan, dan menanggung risiko kerugian apabila nasabah rugi
bukan karena kelalaiannya.
3. Mudharabah musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
Di awal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah
dengan modal 100% dari pemilik dana. Setelah berjalannya operasi
usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik
dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.
Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah musytakarah
merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.
4
C. Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut ijmak ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat
diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan
Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah
sebagai pengelola dana. Lalu Rasulullah membawa barang dagangannya ke
negeri Syam. Dari kisah ini, dapat diketahui bahwa akad mudarabah telah
terjadi pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah
telah dipraktikkan secara luas oleh orang-orang sebelum masa Islam dan
beberapa sahabat Nabi Muhammad saw. jenis bisnis ini sangat bermanfaat
dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu akad
ini diperbolehkan secara syariah.
Sumber hukum yang menjadi dasar akad mudharabah yaitu:
1. Alquran
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carolah karunia Allah Swt.” (QS. Al-Jumuah: 10).
“ …Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya….” (QS. Al-Baqarah:283)
2. Sunah
Dari Shalih bin Suaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudarabah), dan mencampuradukkan gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah)
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudarabah,
ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi
lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak.
Jika persyaratan itu dilangar, ia (pengelola dana) harus menanggung
risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar
Rasulullah saw., beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu
Abbas).
5
3. Ijma
Imam zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatin secara mudharabah.
6
dianggap sebagai pelanggaran kecuali atas seizin pemilik
dana
e. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan
modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap
terjadi perlanggaran kecuali atas seizin pemilik dana.
f. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal
menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama
tidak dilarang secara syariah.
2. Kerja
a. Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan, dan lain-lain.
b. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi
oleh pemilik dana.
c. Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan
syariah.
d. Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada
dalam kontrak.
e. Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola
dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
c. Ijab Kabul
Merupakan pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
d. Nisbah Keuntungan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian
keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
kedua pihak yang bermudarabah atas keuntungan yang
diperoleh. Pengelolaan dana mendapatkan imbalan atas
kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapatkan imbalan atas
penyertaan modalnya.
7
b. Perusahaan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
8
laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.
Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan
oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang
dapat dikurangkan dari pendapatan.
9
1. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
jika nilai investasi mudarabah turun sebelum usaha dimulai
karena terdapat kerusakan, hilang, atau faktor lain yang bukan
karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudarabah.
2. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya
usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana,
maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah
investasi mudarabah namun diperhitungkan pada saat
pembagian hasil. Hal ini diperlakukan sama seperti kerugian
operasional.
d. Pencatatan Keuntungan
Keuntungan hasil usaha akan dibagikan sesuai kesepakatan
nisbah bagi hasil. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh
pengelola dana diakui sebagai piutang.
e. Kerugian:
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad
mudarabah berakhir. Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu
periode sebelum akad mudarabah berakhir diakui sebagai kerugian
dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
f. Akad Mudharabah berakhir:
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara saldo
Investasi Mudharabah setelah dikurangi Penyisihan Kerugian
Investasi; dengan Pengembalian Investasi Mudharabah; diakui
sebagai keuntungan atau kerugian.
g. Penyajian:
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam
laporan keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi
mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
10
h. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-
lain.
2. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode
berjalan;
4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
11
untuk pemilik maupun pengelola dana. Jika usaha mudharabah
memperoleh keuntungan maka akan didistribusikan untuk pemilik
maupun pengelola dana.
e. Kerugian:
Jika terjadinya kerugian akibat kesalahan dan kelalaian pengelola
dana maka, kerugian diakui sebagai Beban Pengelola Dana.
f. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan terkait:
a. Dana Syrikah Temporer dari pemilik dana disajikan sebesar
nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; yaitu sebesar
dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian
(jika ada).
b. Bagi Hasil Dana Syirkah Temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai
pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.
g. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan terkait:
1. kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-
lain.
2. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan
jenisnya;
3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik dana dan
pengelola dana. Dana sepenuhnya berasal dari pemilik dana sedangkan
pengelola dana berkontribusi dalam pekerjaan. Apabila terjadi keuntungan
akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati atas dasar realisasi keuntungan,
sementara jika terjadi kerugian yang tidak diakibatkan oleh kelalaian
pengelola dana akan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik dana, sementara
pengelola dana akan menanggung risiko nonfinansial.
Akad mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu
mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah
musytarakah. Menurut ijma ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh).
Sumber hukum yang menjadi dasar akad mudharabah yaitu Alquran dan
Sunah.
Rukun mudharabah ada empat yaitu pelaku, objek mudharabah, ijab
kabul/serah terima, dan nisbah keuntungan. Akuntansi untuk pemilik dana
dan pengelola dana dilakukan sesuai dengan PSAK 105.
B. Saran
Akad mudharabah ini harusnya sudah diterapkan di dalam
perbankan syariah, karena hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat
memberikan keringanan kepada manusia. Selain itu, diharapkan mahasiswa
memahami materi tentang akad mudharabah di dalam makalah ini agar
mendapat tambahan wawasan mengenai akad mudharabah.
13
SURAT AKAD SYARIKAH MUDHARABAH
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
MUKADDIMAH
“Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan
syarikah(per janjian), selama salah seorang di antara mereka tidak berkhianat
kepada kawan syarikatnya.Apab ila diantara mereka ada yang berkhianat, maka
Aku akan keluar dari mereka.
Pada hari ini, Minggu tanggal 13 bulan Oktober tahun 2013, di Cianjur,yang
bertandatangan dibawah ini:
No.KTP : 3205041103880005
14
Pasal 1
Ketentuan Umum
3. Pihak Kedua menerima sejumlah modal dalam bentuk uang dari Pihak
Pertama, yang diserahkan setelah perjanjian ini disepakati dan
ditandatangani.
Pasal 2
Pemilik Usaha
1. . Besar uang modal usaha, sebagaimana disebut pada Pasal 1 ayat 1 adalah
sebesar Rp. 35.000.000,-(tiga puluh lima juta rupiah)
15
4. Pihak Pertama berhak memberhentikan atau mengganti pengelola usaha.
5. Pihak Pertama berhak menerima laporan keuangan yang diterima dari Pihak
Kedua setiap akhir bulan.
6. Seluruh asset baik berupa tunai maupun non tunai, baik hasil pengadaan saat
di awal usaha atau asset hasil pengadaan yang tumbuh hasil pengembangan
usaha 100% adalah hak milik Pihak Pertama.
Pasal 3
Pengelolah Usaha
3. Dalam mengelola usahanya, pengelola bisa dibantu oleh sejumlah staf yang
ke semuanya berstatus sebagai karyawan.
Pasal 4
Keuntungan
3. Pengelola usaha tidak mendapat gaji bulanan karena pengelola usaha akan
mendapatkan imbalan dari hasil usaha.
16
Pasal 5
Kerugian
2. Kerugian usaha yang bukan disebabkan bisnis risk yang lazim dan bukan
kesalahan management dan atau pengelola usaha yang khianat, menjadi
tanggung jawab Pihak Pertama.
Pasal 6
Laporan Usaha
Pasal 7
1. Jangka waktu kerjasama yang tersebut pada Pasal 1 adalah 2 (dua) tahun 1
(satu) bulan terhitung sejak perjanjian ini disepakati dan ditandatangani.
2. Akan syarikat ini akan ditinjau kembali setiap akhir periode untuk
diperbarui dan/atau dimusyawarahkan kembali oleh kedua belah pihak.
17
Pasal 8
Perselisihan
4. Pihak-pihak yang tidak mengikuti aturan seperti yang tertera dalam surat
perjanjian ini akan dikenai sanksi sesuai perundangan yang berlaku di
Republik Indonesia.
Pasal 9
Penutup
1. Surat akad ini mengikat secara hukum kepada kedua belah pihak
2. Perubahan atas surat perjanjian ini hanya dapat dilakukan atas persetujuan
kedua pihak.
3. Hal-hal lain yang mungkin kelak akan muncul dikemudian hari dan belum
diatur dalam surat akad ini akan dimusyawarahkan kedua belah pihak dan
akan dituangkan dalam bentuk addendum
4. Surat akad ini dibuat rangkap 2 (dua) seluruhnya ditandatangani oleh kedua
belah pihak pada hari dan tanggal dimuka setelah dibubuhi materai
Rp.6000,- dengan masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
18
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
19
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2019. Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 5. Jakarta:
Salemba Empat.
Riadi, Muchlisin. 2020. Mudharabah (Pengertian, Hukum Rukun, Syarat, Jenis dan
KetentuanPembiayaan) https://www.kajianpustaka.com/2020/10/mudharabah.html
(Diakses 1 April 2021).
https://www.scribd.com/doc/179613957/Surat-Perjanjian-Mudharabah#
20