Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Ridho rokamah, S. Ag., M.Si.
Jurusan : Perbankan Syariah / Kelas C
1
KATA PENGANTAR
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL...........................................................................
KATAPENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTARISI........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.................................................................... 3
B.RumusanMasalah................................................................ 3
C. TujuanPembahasan................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah....................................................... 5
C. Hikmah Mudharabah.............................................................. 10
D. Syarat-Syarat Mudharabah...................................................... 12
A.Kesimpulan....................................................................................15
B.Saran ..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17
2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu akad dalam kegiatan ekonomi Islam adalah
Mudharabah. Banyak sekali para pelaku ekonomi yang memiliki
kemampuan untuk mengelola harta tetapi tidak memiliki modal yang
cukup untuk digunakan dalam membangun usaha.Di sisi lain, banyak juga
yang memiliki modal tetapi justru tidak dapat memnfaatkannya dengan
baik sehingga diperlukan bantuan orang lain untuk memperlancar
usahanya.Dengan dua permasalahan tersebut muncullah yang dimakan
dengan mudahrabah atau qiradh. Mudharabah dapat mempermudah kedua
belah pihak untuk dapat menyalurkan apa yang dia miliki sehingga
keduanya dapat mendapatkan keuntungan.Hal tersebut juga dapat
membantu dalam hal pendistribusian. Apabila distribusi harta di suatu
negara telah merata maka negara tersebut dapat dikatan sebagai negara
yang berhasil secara finansial dan sosial.
B. RumusanMasalah
C. TujuanPembahasan
3
3. Untuk mengetahui hikmah Mudharabah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mudharabah
1. PengertianMudharabah
1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 61.
5
alokasi jumlah tertentu untuk salah satu pihak. Di luar porsi bagi
hasil yang diterima pengelola, pengelola tidak diperkenankan
meminta gaji atau kompensasi lainnya untuk hasil kerjanya.
Mudharabah merupakan salah satu transaksi pembiayaan
yang menggunakan prinsip syariah, serta digunakan oleh
perbankan syariah dalam melakukan transaksi pembiayaan, yang
dilaksanakan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan.
Kepercayaan atau trust adalah unsur yang sangat penting dalam
melakukan transaski pembiayaan mudharabah, yaitu kepercayaan
dari shahibul mal kepada mudarib. Kepercayaan merupakan unsur
terpenting karena dalam transaksi mudharabah, shahib al-mal
tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari mudarib dan tidak
boleh ikut campur di dalam pengelolaan proyek atau usaha yang
notabene dibiayai dengan dana shahib al-maltersebut.2
1) QS. al-Muzzammil:20.
b. Al-Hadist
c. Ijma
4
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, Cet. ke-1, h.188.
5
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, Jakarta:
Akademia Permata, 2012, Cet. ke-1, h. 220.
7
berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim
secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan
dengan spirit hadits yang dikutip AbuUbaid.
Pasal187:
b) Mudharib/ pelakuusaha
c) Akad
6
Suyud Margono, S.H.,M.Hum., Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah: Dilengkapi
dengan Undang-Undang Perbankan Syariah, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2009, h. 47.
7
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 07/DSN-MUI/IV/2000,
tanggal 29 Dzulhijjah 1420 H/4 April 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qirad).
8
muqarid, istilah mudharabah digunakan oleh mazhab Hanafi,
Hambali dan Zaydi, sedangkan istilah qirad digunakan oleh
mazhab Maliki dan Syafi‟i.
9
8) Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan
memperhatikan fatwaDSN.
9) Biaya operasional dibebankan kepadamudarib.
10) Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan
kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap
kesepakatan, mudarib berhak mendapat ganti rugi atau
biayayang telahdikeluarkan.8
3. Hikmah Mudharabah
Hikmah yang disyariatkan pada sistem mudharabah yaitu
untuk memberikan keringanan kepada manusia. Yang dimana ada
sebagian orang yang mempunyai harta, tetapi tidak bisa membuatnya
menjadi produktif. Ada juga sebagian yang lain mempunyai keahlian
tapi tidak mempunyai harta untuk dikelola. Dengan akad mudharabah,
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pemilik harta dan orang
yang memiliki keahlian. Dengan demikian, tercipta kerja sama antara
modal dan kerja, sehingga dapat tercipta kemaslahatan dan
kesejahteraanumat
c. Ijab kabul/serahterima
d. Nisbahkeuntungan
8
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, ... , h.297.
10
Ketentuan syariah untuk masing-masing rukun adalah sebagi
berikut:
1) Pelaku
3) Kerja
9
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, ... , h.
223.
11
4) Ijabkabul
5. Syarat-syaratMudharabah
10
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, ... , h. 224.
11
Ahmad Tirmidzi et al., Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2013, h.812.
12
6. Penyebab Pembatalan Mudharabah
Akad Mudharabah menjadi batal disebabkan karena tiga hal, sebagai
berikut:
a. Jika menyalahi persyaratan-persyaratan yang ditentukan ketika
akad, apabila ketika akad misalnya ditentukan bahwa usaha yang
dilakukan adalah berdagang alat-alat rumah tangga, maka pihak
pemberi modal bisa menfaskh Mudharabah itu, kalau
pelaksanaannya tidak memenuh perjanjian yang disepakati
sebelumnya. Selain itu Mudharabah juga bisa dibatalkan apabila
pelaksana modal mudharib melalaikan tugasnya sebagai
pemelihara modal, seperti modal yang ada dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam kondisi
pelaksana modal yang melalaikan tugasnya itu, pemilik modal
shahibul mal berhak menuntut ganti rugi bila ra’s al-mal
berkurang jumlahnya.
b. Jika sekiranya pihak pelaksana usaha mudharib Mudharabahkan
pula modal yang diberikan itu kepada orang lain. Dlam
ketentuan agama, modal yang diberikan seseorang kepada orang
lain tidak boleh dipindah tangankan kepada orang lain. Sebab
modal yang diberikan itu bukanlah harta milik pelaksana usaha
mudharib, kalau hal itu terjadi, maka Mudharabah pertama
menjadi batal serta pelaksana usaha berkewajiban
mengembalikan modal kepada pemiliknya.
c. Wafatnya salah satu pihak yang membuat ikatan perjanjian
Mudharabah, kalau pihak pemberi modal shahibul mal yang
wafat, maka pihak pelaksana mudharib wajib mengembalikan
modalnya kepada ahli waris pemilik modal serta keuntungan
yang diperoleh diberikan kepada ahli warisnya itu sebesar kadar
persentase yang disepakati. Dan mudharib tidak berhak
mentasarufkan mengelola harta Mudharabah. Apabila hal itu
dilakukan setelah dia itu mengetahui meninggalnya pemilik
modal dan tanpa izin ahli warisnya maka dia dianggap ghasab
dan dia wajib menanggung atas kerugian yang terjadi, dan 38
13
Dewan Redaksi Ensiklopedi Hukum Islam, Ensoklopedi Hukum
Islam, h. 1198 jika harta tersebut menghasilkan laba maka dibagi
diantara keduanya. Kalau yang wafat itu pelaksana usaha
mudharib, maka pemilik modal shahibul mal dapat menuntut
kembali modal itu ke ahli warisnya dengan tetap membagi
keuntungan yang di hasilkan berdasarkan persentase jumlah
yang telah disepakati.12
BAB III
PENUTUP
12
Imam Mustofa, FIQIH MU’AMALAH Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 157.
14
A. Kesimpulan
3) Ijab kabul/serahterima
4) Nisbahkeuntungan
5. Syarat-syarat Mudharabah
15
3. Apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia,
atau salah seorang pemilik modal meninggal dunia.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
16
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 61.
Ahmad Tirmidzi et al., Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2013, h.812.
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015, Cet. ke-1, h.188.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 07/DSN-MUI/IV/2000,
tanggal 29 Dzulhijjah 1420 H/4 April 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qirad).
Imam Mustofa, FIQIH MU’AMALAH Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016),
h. 157.
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, Jakarta:
Akademia Permata, 2012, Cet. ke-1, h. 220.
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, ... , h.223.
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah, ... , h. 224.
MuhammadSyafi‟iAntonio,BankSyariah:DariTeorikePraktik,Jakarta:GemaInsani Press,
2001, Cet. ke-1, h. 95.
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, Cet. ke-1, h. 294.
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya,
... , h.297.
Suyud Margono, S.H.,M.Hum., Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah: Dilengkapi
dengan Undang-Undang Perbankan Syariah, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2009,
h. 47.
17
18