Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI MUDHARABAH

Dosen Pengampu : Rosida Rosmiati, S.Ei.,M.E

Nama : Wiya Wahyuni

NIM : 2102609107

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NWDI PANCOR

TA : 2022/32023

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh…….

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada


TuhanYang Maha Esa yang dengan rahmat dan inayah-Nya.Makalah akuntansi
syariah ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas saya yang diberikan oleh
dosen saya.Saya mengakui bahwa saya juga manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak semua hal dapat
terdeskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Saya melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang saya miliki.Maka, saya bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.

Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai pelajaran
yang dapat memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.Sehingga semoga
makalah berikutnya dan makalah lain dapat terselesaikan dengan hasil yang lebih
baik.Dengan menyelesaikan makalah ini saya mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga bermanfaat bagi
pengetahuan ilmu kita.

Penyusun
Wiya Wahyuni

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2.PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Mudharabah


1.2 Landasan Hukum Mudharabah
1.3 Jenis-jenis Akad Mudharabah
1.4 Transaksi Mudharabah

BAB 3.PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang


disalurkan oleh
perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21
Tahun 2008.Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19
UUPS menyebutkan, bahwa salah satu akad pembiayaan yang ada dalam
perbankan syari’ah adalah akad mudharabah. Selain itu bank Indonesia juga
mengeluarkan.Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor, 10/16/PBI/2008 Tentang
Prinsip Syari’ah. Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana
Serta Pelayanan Jasa.Bank Syari’ah, juga menyebutkan mudharabah adalah
salah satu akad pembiayaan yang ada didalam perbankan syari’ah.
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola
modal,
dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan
kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal)
membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak
sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya akad mudharabah
diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara
pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam
sejarah Islam banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam
mengelola uangnya.Sementara itu banyak pula para pakar dalam perdagangan
yang tidak memiliki
modal untuk berdagang. Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong,
Islam memberikan kesempatan untuk saling berkerja sama antara pemilik modal
dengan orang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.

Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada


perbankan
pada umumnya (perbankan konvensional). Perbankan konvensional pada
umumya menawarkan pembiayaan dengan menentukan suku bunga tertentu dan
pengembalian modal yang telah digunakan mudharib dalam jangka waktu
tertentu. Namun Akad mudharabah tidak menentukan suku bunga tertentu pada
mudharib yang menggunakan pembiayaan mudharabah, melainkan mewajibkan
mudharib memberikan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh mudharib.
Pembiayaan mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha tertentu
atau bisnis tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba
membahas tentang mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnnya

1.1 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?
2) Landasan Hukum Mudharabah?
3) Apa saja Jenis-jenis Akad Mudharabah serta Rukun dan Syaratnya?
4) Bagaimana Transaksi Mudharabah

1.2 Tujuan
1) Menjelaskan pengertian Mudharabah.
2) Menjelaskan landasan hukum Mudharabah.
3) Menjelaskan jenis-jenis akad Mudharabah beserta Rukun dan Syarat yang
harus ada dalam Mudharabah.
4) Menjelaskan transaksi mudharabah

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adhdharaby fil ardhi yaitu berpergian untuk urusan
dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqarrdhu yang berarti
potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi
kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh
misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana. PSAK 105 par 18
memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu: persyaratan
yang di tentukan di dalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar
kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam
akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang.Akad
Mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana.Oleh
karena kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka mudharabah dalam istilah
bahasa Inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor
disebut beneficial ownership atau sleeping partner, pengelola dana
disebut managing trustee atau labour partner. (Syahdeini, 1999)

Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak
boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai
dengan dana pemilik dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan
melakukan pengawasan pada pengelola dana. Apabila usaha tersebut mengalami
kegagalan dan terjadi kerugian yang mengakibatkan sebagian atau bahkan seluruh
modal yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang menanggung
kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan pengelola dana sama sekali
tidak menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal yang hilang,
kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan,kelalaian atau
pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana. Pengelola dana hanya
menanggung kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang
telah dicurahkannya selama mengelola proyek atau usaha tersebut,serta
kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian keuntungan
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perjanjian mudharabah.

Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa
pihak-pihak yang telibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung
resiko (berbagi resiko), dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan
menanggung resiko finansial sedangkan pengelola dana akan memiliki resiko
nonfinansial. Sebagaimana telah dijelaskan di atas hal ini dengan hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Ali r.a:
“Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung pada apa
yang mereka sepakati bersama.”

Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah


tertentu untuk bagiannya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta
kelebihan atau imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan
syariah. Misalnya, ia akan memberi modal sebesar Rp. 100 juta dan ia
menyatakan setiap bulan mendapat Rp. 5 juta. Dalam mudharabah, pembagian
keuntungan harus dalam bentuk persentase/nisbah, misalnya 60:40, 60% untuk
pengelola dana dan 40% untuk pemilik dana. Sehingga besarnya keuntungan yang
diterima tergantung pada laba yang dihasilkan.Keuntungan yang dibagikan pun
tidak boleh menggunakan nilai proyeksi (predictive value) akan tetapi harus
menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan hasil usaha
yang secara periodik disusun oleh pengelola dana dan diserahkan pada pemilik
dana.Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas
modal,namun demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan,
pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana. Tentu saja jaminan ini
hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang
telah disepakati bersama dalam akad.
Dari penjelasan di atas dengan diberikan kewenangan sepenuhnya
pengelolaan usaha pada pengelola dana, dapat dikatakan akad mudharabah
merupakan jenis investasi yang mempunyai resiko tinggi. Resiko terhadap
penggunaan modal mengenai kesesuaian penggunaannya dengan tujuan atau
ketetapan yang telah disepakati yaitu untuk memaksimalkan keuntungan kedua
belah pihak. Terlebih lagi informasi usaha dipegang oleh pengelola dana dan
pemilik dana hanya mengetaui informasi lagi informasi secara terbatas. Sehingga
sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana yang berakhlak
mulia, dapat dipercaya, jujur, kompenten dan benar.

Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada


manusia. Terkadang ada sebagian orang yang memiliki harga, tetapi tidak mampu
untuk membuatnya menjadi produktif. Terkadang pula, ada orang yang tidak
memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk
memproduktifkannya.Sehingga dengan akad mudharabah kedua belah pihak dapat
mengambil manfaat dari kerja sama yang terbentuk. Pemilik dana mendapatkan
manfaat dengan pengalaman pengelola dana , sedangkan pengelola dana dapat
memperoleh
manfaat dengan harta sebagai modal. Dengan demikian, dapat tercipta kerja sama
antara modal dan kerja, sehingga dapat tercipta kemaslahatan dan kesejahteraan
umat.

Agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari maka


akad/kontrak/perjanjian sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para
saksi. Dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek antara lain tujuan
mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian
keuntungan,biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari pendapatan, ketentuan
pengembalian modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola dana dan
sebagainya.Sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan atau terjadi
persengketaan,kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang telah
disepakati bersama.
Apabila terjadi perselisihan di antara dua belah pihak maka dapat
diselesaikan secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan arbitrese
syariah.Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana (PSAK 105 par 16). Sedangkan
pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan
dengan destribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah
berakhir, sesuai kesepakatan pemilikan dana dan pengelola dana.

Skema Mudharabah

Keterangan:

(1) Pemilik dana dan pengelola dana meyepakati akad mudharabah

(2) Proyek usaha sesuai akad mudharabah dikelola pengelola dana

(3) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi

(4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah

(5) Jika rugi, ditanggung pemilik dana


2.2 Jenis-jenis Mudharabah

Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasi kan ke dalam 3 jenis yaitu mudharabah


muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah musytarakah.

Berikut adalah pengertian masing-masing jenis mudharabah.


1. Mudharabah Muthalaqah adalah Mudharabah di mana pemilik dananya
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.Jenis mudharabah ini tidak
ditentukan masa berlakunya, di daerah
mana usaha tersebut akan dilakukan, tidak ditentukan line of trade, line of
industry, atau line of service yang akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukan
kebebasan yang tak terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak
boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh Islam
seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan minuman keras (sekalipun
memperoleh izin dari pemerintah), perternakan babi, atau pun berkaitan dengan
riba dan lain sebagainya.Dalam mudharabah muthalaqah, pengelola dana
memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi
keberhasilan tujuan mudharabah itu. Namun, apabila ternyata pengelola dana
melakukan kelalaian atau kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung
jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya, sedangkan apabila
terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena
kelalaian dan kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan di tanggung oleh
pemilik dana.

2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana


memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana lokasi,cara, dan
atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya, tidak mencampurkan dana yang
dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya,tidak menginvestasikan dananya
pada transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau mengharuskan pengelola
dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga, (PSAK par
07). Mudhrabah jenis ini disebut juga investasi terikat.Apabila pengelola dana
bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan oleh pemilik dana,
maka pemilik dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi yang
ditimbulkannya, termasuk konseksuensi keuangan.

3. Mudharabah Musytarakah adalah mudhrabah di mana pegelola dana


menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.Diawal kerja sama,
akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik
dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan
kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana
ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut jenis mudharabah seperti ini
disebut mudhrabah musytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah
dan akad musyarakah.

2.3 Rukun Transaksi Mudharabah

Transaksi mudharabah harus memiliki tiga unsur berikut yaitu :

1. Dua pihak transaktor (pemilik modal dan pengelola).


2. Objek mudharabah (modal dan usaha).
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-kabul)

Dua pihak Transaktor

Kedua pihak transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal. Investor
disebut dengan istilah Shahibul maal atau Rabbul maal, sedang pengelola modal
biasa disebut dengan istilah Mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki
kompetensi beraktivitas.

Kriteria kompetensi tersebut antara lain :

1. mampu membedakan yang baik dan yang buruk (baligh)


2. tidak dalam keadaan tercekal seperti pailit.

Objek Mudharabah
Objek mudharabah meliputi modal dan usaha. Pemilik modal menyerahkan
modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan
kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau
barang
yang dirinci berapa nilai uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus
dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan
kesepakatan dalam akad. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk
keahlian
menghasilkan barang atau jasa, keahlian mengelola, keahlian menjual dan
keahlian
maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek ini mudharabah tidak dibenarkan.
Fatwa
Dewan Syariah Nasional no 7 th 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah
menyatakan
bahwa kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal
yang
disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c.Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu.

Dalam praktik perbankan, bentuk kegiatan usaha pengelola merupakan satu


faktor yang sangat diperhatikan oleh Bank dalam memutuskan persetujuan
pembiayaan mudharabah. Adanya kewajiban Bank menanggung kerugian yang
timbul dari usaha mudharib menyebabkan pembiayaan mudharabah
dikategorikan sebagai pembiayaan dengan karakteristik risiko yang tinggi.
Dengan demikian terdapat kecenderungan pada Bank Syariah untuk menyeleksi
calon nasabah pembiayaan mudharabah secara ketat.Saat ini pembiayaan
mudharabah yang banyak diberikan adalah :
(1) perusahaan atau perorangan yang sudah memiliki kontrak (proyek) yang
berkekuatan hukum dari pemerintah;
(2) usaha lembaga keuangan yang menyalurkan pembiayaan dengan mekanisme
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah kepada para anggotanya; dan
(3) developer properti atau bisnis lain seperti stasiun pengisian bahan bakar umum
(SPBU) yang memiliki perkiraan cashflow yang relatif stabil.

Seiring dengan berkembangnya kemampuan bank syariah mengelola risiko


pembiayaan mudharabah, diperkirakan lingkup kegiatan usaha mudharib yang
diberikan
pembiayaan mudharabah akan semakin luas. Perluasan ini perlu diupayakan oleh
industri
perbankan syariah dalam rangka memperluas pasar pembiayaan dan memenuhi
harapan
publik agar porsi pembiayaan dengan skema bagi hasil semakin diperluas.
Perluasan
lingkup bentuk kegiatan usaha yang dapat dibiayai dengan skema mudharabah
memiliki
arti penting untuk meneguhkan identitas bank syariah sebagai bank bagi hasil
tidak saja
bagi hasil dengan nasabah penabung melainkan juga bagi hasil dengan nasabah
pembiayaan.

Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua


belah pihak yang terikat akad mudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas
kerjanya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan
antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
Syarat pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabah meliputi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk
satu pihak.
b. Bagian keuntungan harus diketahui masing-masing pihak dan bersifat
proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari
keuntungan
sesuai kesepakatan. Sekiranya terdapat perubahan nisbah harus
berdasarkan
kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan
dari
kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan
d. Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib,
maka
mudharib wajib menanggung segala kerugian tersebut. Kelalaian antara
lain
ditunjukkan oleh:
1. tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad
2. mengalami kerugian tanpa adanya kondisi di luar kemampuan
(force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan di
dalam akad
3. hasil putusan dari badan artbitrase atau pengadilan.
Kesepakatan pembagian keuntungan atau nisbah harus dinyatakan pada
waktu kontrak. Dalam hal ini juga perlu disepakati dasar bagi hasil yang akan
digunakan.Dewan Syariah Nasional dalam fatwa DSN no 15 th 2000 menyatakan
bahwa Bank Syariah boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing)
maupun bagi untung (profit sharing) sebagai dasar bagi hasil.Pembagian dasar
bagi hasil tersebut dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no
59 dan Pedoman akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) dalam bentuk ilustrasi
berikut:
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan 100 Revenue sharing
Harga Pokok 65
Penjualan 35
Laba Kotor 25
Beban 10 Profit Sharing
Laba Rugi Bersih

Dalam praktik, terdapat perbedaan dalam penggunaan istilah revenue sharing.


Revenue sharing dalam praktik lebih mengacu pada gross profit sharing. Dalam
akuntansi, terminologi revenue adalah nilai penjualan suatu barang barang (harga
pokok plus margin keuntungan). Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar
bagi hasil Bank Syariah dan yang dipraktikkan selama ini adalah pendapatan
dikurangi harga pokok barang yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa
dinamakan dengan gross profit. Dengan demikian, istilah revenue sharing yang
biasa digunakan oleh industri perbankan syariah, pada dasarnya identik dan sama
dengan makna gross profit sharing. Adapun dalam Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah tahun 2007, Ikatan Akuntan telah
menyatakan secara eksplisit bahwa dalam hal prinsip pembagian hasil usaha,
terminologi pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross
profit) (KDPPLKS paragraf 42). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) no 105 paragraf 11 menyatakan bahwa pembagian hasil usaha
mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba dan
jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan jika
berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu
laba bruti dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan 100
Harga Pokok 65
Penjualan 35 Gross Profit Sharing
Laba Kotor 25
Beban 10 Profit Sharing
Laba Rugi Bersih

Berdasarkan diskusi penulis dengan beberapa praktisi bank syariah


setidaknya ada
dua alasan pemilihan istilah revenue sharing dibanding dengan menggunakan
istilah
gross profit sharing. Pertama, penggunaan istilah revenue sharing lebih terkait
dengan
citra dibanding makna bahasa. Dalam hal ini istilah gross profit kendati lebih
tepat, tidak
memberi citra yang menarik untuk dipopulerkan karena jika diterjemahkan
menjadi ”bagi
laba kotor”. Alasan kedua adalah istilah ini tidak mengalami masalah kerancuan
pada
industri jasa mengingat usaha jasa tidak menggunakan persediaan dan tidak
mengenal
konsep laba kotor.
Penggunaan gross profit sebagai dasar pembagian keuntungan cukup adil bagi
perbankan syariah, karena di sisi bagi hasil kepada nasabah penabung, bank
syariah juga
menggunakan praktik yang sama. Penggunaan praktik gross profit sharing
sebagai dasar
bagi hasil bagi nasabah penabung atau deposan dengan skema mudharabah dapat
terlihat
pada pengakuan pendapatan bank syariah. Pendapatan Murabahah yang dibagi
hasil
misalnya adalah nilai margin Murabahah (selisih harga jual dengan harga pokok
barang
yang dijual) yang uangnya telah diterima oleh bank syariah. Ini menunjukkan
bahwa
dasar bagi hasil kepada nasabah penabung pada dasarnya adalah gross profit
sharing dan
bukan revenue sharing.

Persetujuan kedua belah pihak


Persetujuan kedua belah pihak merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela (An-
taraddin minkum). Dalam hal ini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat
untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan
perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha setuju
dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.Akad mudharabah pada
dasarnya sama dengan akad-akad yang lain dalam aspek yang bersifat umum.
Aspek yang bersifat umum tersebut antara lain tentang identitas kedua pihak yang
bertransaksi, besar pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, pra-syarat
pengambilan pembiayaan, jaminan, ketentuan denda, pelanggaran atas syarat-
syarat perjanjian dan penggunaan Badan Arbitrase Syariah. Adapun hal spesifik
dalam akad.

Mudarabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil (revenue sharing
atau profit sharing), besar nisbah bagi hasil, pernyataan bank sebagai shahibul
maal untuk menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian
mudharib, pernyataan hak bank untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya
untuk mengadakan pemeriksaan terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi
mudharib yang berhubungan dengan pembiaayan mudharabah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Disamping akad yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak, dalam praktik juga dilampiri dengan proyeksi pendapatan dan
jadwal pembayaran angsuran pokok maupun bagi hasil.
2.4 Alur Transaksi Mudharabah
Siklus transaksi Mudharabah dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan
oleh nasabah dengan mengisi formulir permohoan pembiayaan. Formulir
tersebut
diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak bank
selanjutnya
melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan mudharabah yang diajukan nasabah
dengan
menggunakan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Commitmen dan
Collateral).
Analisis diikuti kemudian dengan verifikasi. Bagi nasabah yang dianggap layak
selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak
mudarabah
dengan mudharib dihadapan notaris.
Standar Akuntansi Mudharabah Bagi Bank Syariah
Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam standar akuntansi
no 105
tahun 2007 tenag Akuntansi Mudharabah. Standar ini mengatur pengakuan dan
pengukuran transaksi baik dari sisi pemilik dana maupun dari sisi pengelola
dana.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran
transaksi adalah
mengenai dana mudharabah yang disalurkan, jenis investasi berupa kas maupun
non-kas,
penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana, penghasilan usaha,
kerugian
akibat kelalaian atau kesalahan pengelola, hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
syirkah,
penyertaan dana pengelola dalam skema musytarakah dan pembagian hasil pada
mudharabah musytarakah.

Akuntansi transaksi mudharabah


Contoh Kasus Pembiayaan Mudharabah
Tgl 1 Agustus 2007 Bank Murni Syariah (BMS) menyetujui pemberian fasilitas
mudharabah Muthlaqah PT Gaya Madani (GM) yang bergerak dibidang SPBU
dengan
kesepakatan sbb :
Plafond
Obyek bagi : Rp 1,2 milyar
hasil : Pendapatan (Gross profit sharing)
Nisbah : 40% PT GM dan 60% BMS
Jangka Waktu : 10 bulan (jatuh tempo tgl 10 Juni
2008)
Biaya : 12 jt
administrasi : Pengembalian pokok di akhir periode
Pelunasan
Keterangan : Tahap I disepakati untuk pembelian dan pemasangan 2 mesin
pompa Rp 750.000.000 pada 25 Agustus dengan nilai perolehan
Rp 725.000.000, dan tahap II diberikan secara tunai pd tgl 5
Oktober.
Jurnal saat akad disepakati
Jurnal pada tanggal 1 agustus atau saat akad ditandatangani terdiri atas jurnal
pembukaan rekening komitmen pembiayaan PT GM dan jurnal pembebanan
biaya
administrasi.

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


1/8/07 Db Pos lawan komitmen 750.000.000
pembiayaan
Kr. Kewajiban komitmen
750.000.000
pembiyaan
ijin tarik tgl 10 agustus
sebesar 750 jt)
Db. Rekening tabungan
12.000.000
Mudharabah PT GM
Kr. Pendaptan
12.000.000
administrasi

Jurnal Pembelian Aktiva Mudharabah dan Penyerahan Investasi


Mudharabah
Tanggal 25 Agustus, dilakukan penarikan pertama oleh bank untuk pembelian
dan
pemasangan 2 unit mesin pompa pada suplier sebesar Rp 725.000.000, dan
selanjutnya

menyerahkannya kepada PT GM sebagai pembiayaan berwujud non kas dan


dihargai
dengan nilai Rp 750.000.000.
Jurnal yang dibuat tgl 25 Agustus adalah (1) pembelian aktiva mudharabah (2)
pengakuan pembiayaan mudharabah (3) Penutupan rekening mudharabah

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db Aktiva
25/8/07 725.000.000
Mudharabah
Kr. Rekening
725.000.000
tabungan supplier
Db. Pembiayaan
750.000.000
Mudharabah
Kr. Pendaptan 25.000.000
penyerahan aktiva
Kr. Aktiva
725.000.000
Mudharabah
Db. Kewajiban
komitmen 750.000.000
Pembiayaan
Kr. Pos lawan
komitmen 750.000.000
pembiayaan
Tanggal 5 September, dibuka rekening mudharabah disponibel sebesar Rp
450.000.000
untuk ditarik pada tanggal 5 Oktober 2003
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Pos lawan
komitmen 450.000.000
pembiayaan
Kr. Kewajiban
komitmen 450.000.000
pembiayaan
Tgl 5 Oktober, BMS mentransfer dana sebesar Rp 450 jt untuk penarikan
pembiayaan
mudharabah tahap 2.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Pembiayaan
450.000.000
Mudharabah
Kr. Rekening
450.000.000
mudharib
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kewajiban 450.000.000
komitmen
Pembiayaan
Kr. Pos lawan
komitmen 450.000.000
pembiayaan
Jurnal Penerimaan bagi hasil mudharabah
Tgl 10 Oktober perusahaan melaporkan total laba brutonya sebesar Rp 100 jt,
sesuai kesepakatan, bagian bank (60%) akan dibayarkan 1 bulan setelah laporan
(tgl 10
Nopember). Jurnal tanggal 10 Oktober adalah:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db. Tagihan pdptn
bagi hasil 60.000.000
mudharabah
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 60.000.000
akrual
Tgl 10 Nopember 03 PT GM memasukkan dana ke rekeningnya sebesar Rp 60 jt,
selanjutnya rekening tersebut didebet dengan jumlah yang sama untuk pelunasan
tagihan
pdpt bagi hasil PT GM.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kas 60.000.000
Kr. Rekening
60.000.000
mudharib

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db. Rekening
60.000.000
mudharib
Kr. Tagihan pdptn
bagi hasil 60.000.000
mudharabah

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db. Pdptn bagi
hasil mudharabah 60.000.000
akrual
Kr. Pdptn bagi hasil
60.000.000
mudharabah kas
Tgl 10 Desember perusahaan melaporkan total pendapatannya sebesar Rp 150 jt
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Tagihan pdptn
bagi hasil 90.000.000
mudharabah
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 90.000.000
akrual
Tgl 10 Januari, saat jatuh tempo pembayaran bagi hasil, PT GM hanya
memasukkan dana
ke rekeningnya Rp 70 jt. BMS langsung mendebit rekening tersebut untuk
membayar
kewajiban PT GM
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db. Kas 70.000.000
Kr Rekening
70.000.000
mudharib

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db Pdptn bagi hasil 70.000.000
mudharabah akrual
Kr. Pdptn bagi hasil
70.000.000
mudharabah kas

Tgl 15 Januari, PT GM memasukkan dananya sebesar 20 jt kedalam rekeningnya,


untuk
membayar kewajiban bagi hasil untuk bank.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Kas 20.000.000
Kr. Rekening
20.000.000
02.02.02

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db Rekening
20.000.000
02.02.02
Kr. Tagihan
pdptn bagi hasil 20.000.000
mudharabah

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db Pdptn bagi hasil
20.000.000
mudharabah akrual
Kr. Pdptn bagi hasil
20.000.000
mudharabah kas
Jurnal Saat Usaha Mudharabah Mengalami Kerugian
Tgl 10 Februari, PT GM melaporkan mengalami kerugian Rp 100jt akibat
bencana alam
longsor yang terjadi didaerahnya.
Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Db Kerugian 100.000.000
mudharabah
Kr. Pembiayaan
100.000.000
mudharabah
Tgl 10 April, PT GM melaporkan mengalami kerugian Rp 50 jt. Setelah diteliti
kerugian
disebabkan oleh kesalahan mudharib.
Tidak ada jurnal karena kelalaian nasabah
Jurnal Pengembalian Modal Mudharabah oleh Nasabah Pembiayaan
Tgl 10 Juni 2004, saat jatuh tempo PT GM melunasi pembiayaan mudharabah
plus
bagian bank atas pendapatan PT GM yang belum dibayar.
Saldo pembiayaan = Rp 1.200.000.000 – Rp 100.000.000
mudharabah = Rp 1.100.000.000

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Db Rekening
1.100.000.000
mudharib
Pembiayaan
1.100.000.000
mudharabah

Penyajian Transaksi Mudharabah di Laporan Keuangan


Penyajian transaksi Mudharabah di laporan keuangan tergantung pada rekening
yang terpengaruh oleh transaksi Mudharabah. Berikut adalah rekening yang
terpengaruh oleh transaksi Mudharabah:
a. Rekening tabungan mudharabah nasabah
Rekening ini disajikan dineraca di bagian pasiva dalam saldo rekening
tabungan mudharabah. Rekening ini merupakan kumpulan saldo rekening
semua nasabah tabungan mudharabah yang ada di Bank Syariah.
Rekening ini terpengaruh oleh transaksi pembiayaan mudharabah karena
dijadikan medium antara untuk penyaluran pembiayaan oleh Bank kepada
nasabah, dan medium antara untuk pembayaran cicilan pokok pembiayaan
beserta bagi hasilnya oleh nasabah pembiayaan kepada bank
b. Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Mudharabah jatuh tempo.
Kedua rekening disajikan di neraca pada bagian aktiva dengan nama
rekening pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan Mudharabah belum jatuh
tempo terdiri atas Pembiayaan Mudharabah lancar dan piutang
Mudharabah dalam perhatian khusus. Adapun piutang Mudharabah jatuh
tempo terdiri atas piutang Mudharabah kurang lancar, piutang
Mudharabah diragukan dan piutang mudharabah macet.
c. Persediaan aktiva Mudharabah.
Hampir tidak pernah disajikan di neraca mengingat persediaan
Mudharabah
dalam praktik perbankan selalu memiliki saldo nol, karena setelah di debet
bank
langsung mengkreditnya dengan jumlah yang sama.
d. Pendapatan bagi hasil Mudharabah akrual dan pendapatan bagi hasil
Mudharabah
kas.Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan
dengan nama rekening pendapatan bagi hasil Mudharabah. Rekening
pendapatan bagi hasil Mudharabah merupakan gabungan total saldo
mudharabah akrual ditambah dan total saldo Mudharabah kas. Adanya
pemisahan pendapatan Mudharabah

akrual dengan pendapatan Mudharabah kas adalah untuk memudahkan bank


dalam mengidentifikasi bagian pendapatan yang sudah berwujud kas. Hal ini
diperlukan karena pendapatan bagi hasil Mudharabah kas, akan digunakan
dalam
perhitungan bagi hasil kepada penabung atau deposan mudharabah.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

a) Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar pemilik
dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas
dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan
bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali
disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola
dana.
b) Berikut adalah pengertian masing-masing jenis mudharabah
1. Mudharabah Muthalaqah adalah Mudharabah di mana pemilik dananya
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana
lokasi,cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudhrabah di mana pegelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
c) Transaksi mudharabah harus memiliki tiga unsur berikut yaitu :
1. Dua pihak transaktor (pemilik modal dan pengelola).
2. Objek mudharabah (modal dan usaha).
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-kabul)
d) Kedua pihak transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal.
Investor disebut dengan istilah Shahibul maal atau Rabbul maal, sedang
pengelola modal biasa disebut dengan istilah Mudharib. Kedua pihak
disyaratkan memiliki kompetensi beraktivitas.
e) Siklus transaksi Mudharabah dimulai dari pengajuan permohonan
pembiayaan
oleh nasabah dengan mengisi formulir permohoan pembiayaan. Formulir
tersebut
diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak bank
selanjutnya
melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan mudharabah yang diajukan
nasabah dengan
menggunakan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Commitmen dan
Collateral).

B.Saran

Dengan makalah ini mahasiswa/i hendaknya dapat mengaplikasikan pembahasan


makalah ino dengan sebaik-baiknya agar ilmu-ilmu yang didapat dalam penulisan
makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua mauapun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
rizal+yaya+akuntansi+mudharabah&oq=rizal+yaya+akuntansi+mudharabah

https://www.google.com/search?
q=rizal+yaya+akuntansi+mudharabah&oq=rizal+yaya+akuntansi+mudharabah

https://id.scribd.com/document/455162348/MAKALAH-AKUNTANSI-
Mudharabah

https://id.scribd.com/presentation/543703640/07-Materi-Akuntansi-Mudharabah

https://www.researchgate.net/publication/
309459147_Perlakuan_Akuntansi_Mudharabah_pada_Perbanakn_Syariah

Anda mungkin juga menyukai