AKUNTANSI SYARIAH
AKUNTANSI MUDHARABAH
NIM : 2102609107
TA : 2022/32023
KATA PENGANTAR
Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai pelajaran
yang dapat memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.Sehingga semoga
makalah berikutnya dan makalah lain dapat terselesaikan dengan hasil yang lebih
baik.Dengan menyelesaikan makalah ini saya mengharapkan banyak manfaat
yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga bermanfaat bagi
pengetahuan ilmu kita.
Penyusun
Wiya Wahyuni
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1.PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB 2.PEMBAHASAN
BAB 3.PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1) Menjelaskan pengertian Mudharabah.
2) Menjelaskan landasan hukum Mudharabah.
3) Menjelaskan jenis-jenis akad Mudharabah beserta Rukun dan Syarat yang
harus ada dalam Mudharabah.
4) Menjelaskan transaksi mudharabah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharaby fil ardhi yaitu berpergian untuk urusan
dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqarrdhu yang berarti
potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan
memperoleh sebagian keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi
kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh
misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana. PSAK 105 par 18
memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu: persyaratan
yang di tentukan di dalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar
kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam
akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang.Akad
Mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana.Oleh
karena kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka mudharabah dalam istilah
bahasa Inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor
disebut beneficial ownership atau sleeping partner, pengelola dana
disebut managing trustee atau labour partner. (Syahdeini, 1999)
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak
boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai
dengan dana pemilik dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan
melakukan pengawasan pada pengelola dana. Apabila usaha tersebut mengalami
kegagalan dan terjadi kerugian yang mengakibatkan sebagian atau bahkan seluruh
modal yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang menanggung
kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan pengelola dana sama sekali
tidak menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal yang hilang,
kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan,kelalaian atau
pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana. Pengelola dana hanya
menanggung kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang
telah dicurahkannya selama mengelola proyek atau usaha tersebut,serta
kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian keuntungan
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perjanjian mudharabah.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa
pihak-pihak yang telibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung
resiko (berbagi resiko), dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan
menanggung resiko finansial sedangkan pengelola dana akan memiliki resiko
nonfinansial. Sebagaimana telah dijelaskan di atas hal ini dengan hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Ali r.a:
“Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung pada apa
yang mereka sepakati bersama.”
Skema Mudharabah
Keterangan:
Kedua pihak transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal. Investor
disebut dengan istilah Shahibul maal atau Rabbul maal, sedang pengelola modal
biasa disebut dengan istilah Mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki
kompetensi beraktivitas.
Objek Mudharabah
Objek mudharabah meliputi modal dan usaha. Pemilik modal menyerahkan
modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan
kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau
barang
yang dirinci berapa nilai uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus
dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan
kesepakatan dalam akad. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk
keahlian
menghasilkan barang atau jasa, keahlian mengelola, keahlian menjual dan
keahlian
maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek ini mudharabah tidak dibenarkan.
Fatwa
Dewan Syariah Nasional no 7 th 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah
menyatakan
bahwa kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai perimbangan modal
yang
disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c.Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu.
Mudarabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil (revenue sharing
atau profit sharing), besar nisbah bagi hasil, pernyataan bank sebagai shahibul
maal untuk menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian
mudharib, pernyataan hak bank untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya
untuk mengadakan pemeriksaan terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi
mudharib yang berhubungan dengan pembiaayan mudharabah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Disamping akad yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak, dalam praktik juga dilampiri dengan proyeksi pendapatan dan
jadwal pembayaran angsuran pokok maupun bagi hasil.
2.4 Alur Transaksi Mudharabah
Siklus transaksi Mudharabah dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan
oleh nasabah dengan mengisi formulir permohoan pembiayaan. Formulir
tersebut
diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak bank
selanjutnya
melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan mudharabah yang diajukan nasabah
dengan
menggunakan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Commitmen dan
Collateral).
Analisis diikuti kemudian dengan verifikasi. Bagi nasabah yang dianggap layak
selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak
mudarabah
dengan mudharib dihadapan notaris.
Standar Akuntansi Mudharabah Bagi Bank Syariah
Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam standar akuntansi
no 105
tahun 2007 tenag Akuntansi Mudharabah. Standar ini mengatur pengakuan dan
pengukuran transaksi baik dari sisi pemilik dana maupun dari sisi pengelola
dana.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran
transaksi adalah
mengenai dana mudharabah yang disalurkan, jenis investasi berupa kas maupun
non-kas,
penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana, penghasilan usaha,
kerugian
akibat kelalaian atau kesalahan pengelola, hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
syirkah,
penyertaan dana pengelola dalam skema musytarakah dan pembagian hasil pada
mudharabah musytarakah.
PENUTUP
A.Kesimpulan
a) Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar pemilik
dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas
dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan
bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali
disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola
dana.
b) Berikut adalah pengertian masing-masing jenis mudharabah
1. Mudharabah Muthalaqah adalah Mudharabah di mana pemilik dananya
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana
lokasi,cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudhrabah di mana pegelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
c) Transaksi mudharabah harus memiliki tiga unsur berikut yaitu :
1. Dua pihak transaktor (pemilik modal dan pengelola).
2. Objek mudharabah (modal dan usaha).
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-kabul)
d) Kedua pihak transaktor di sini adalah investor dan pengelola modal.
Investor disebut dengan istilah Shahibul maal atau Rabbul maal, sedang
pengelola modal biasa disebut dengan istilah Mudharib. Kedua pihak
disyaratkan memiliki kompetensi beraktivitas.
e) Siklus transaksi Mudharabah dimulai dari pengajuan permohonan
pembiayaan
oleh nasabah dengan mengisi formulir permohoan pembiayaan. Formulir
tersebut
diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak bank
selanjutnya
melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan mudharabah yang diajukan
nasabah dengan
menggunakan analisis 5 C (Character, Capacity, Capital, Commitmen dan
Collateral).
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
rizal+yaya+akuntansi+mudharabah&oq=rizal+yaya+akuntansi+mudharabah
https://www.google.com/search?
q=rizal+yaya+akuntansi+mudharabah&oq=rizal+yaya+akuntansi+mudharabah
https://id.scribd.com/document/455162348/MAKALAH-AKUNTANSI-
Mudharabah
https://id.scribd.com/presentation/543703640/07-Materi-Akuntansi-Mudharabah
https://www.researchgate.net/publication/
309459147_Perlakuan_Akuntansi_Mudharabah_pada_Perbanakn_Syariah