Mawarni
Meli Rahma Fitriyani
Meliza
Muhammad Andri
Neneng Pratiwi
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang
disalurkan oleh perbankan syari‟ah. Seperti yang disebutkan dalam
Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari‟ah
(selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS menyebutkan, bahwa salah
satu akad pembiayaan yang ada dalam perbankan syari‟ah adalah akad
mudharabah. Selain itu bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) Nomor, 10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari‟ah
Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta
Pelayanan Jasa Bank Syari‟ah, juga menyebutkan mudharabah adalah
salah satu akad pembiayaan yang ada didalam perbankan syari‟ah. 1
Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan
pengelola modal, dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua
belah pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam pembiayaan
mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu
usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha
(Mudharib). Pada prinsipnya akad mudharabah diperbolehkan dalam
agama Islam, karena untuk saling membantu antara pemilik modal dengan
seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam banyak
pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya.
Sementara itu banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak
memiliki modal untuk berdagang. Oleh karena itu, atas dasar saling tolong
menolong, Islam memberikan kesempatan untuk saling berkerja sama
antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan
memproduktifkan modal itu.
Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada
pada perbankan pada umumnya (perbankan konvensional). Perbankan
konvensional pada umumya menawarkan pembiayaan dengan
menentukan suku bunga tertentu dan pengembalian modal yang telah
digunakan mudharib dalam jangka waktu tertentu. Namun Akad
mudharabah tidak menentukan suku bunga tertentu pada mudharib yang
1
Khotibul Umam, Legislatif Fikih Ekonomi dan Penerapannya dalam Produk Perbankan Syariah di
Indonesia, (Yogyakarta: BPFE, 2011), h. 85
3
menggunakan pembiayaan mudharabah, melainkan mewajibkan
mudharib memberikan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh
mudharib. Pembiayaan mudharabah pada dasarnya diperuntukan untuk
jenis usaha tertentu atau bisnis tertentu. Oleh karena itu, kami sebagai
pemakalah akan mencoba membahas tentang mudharabah ini serta
permasalahan yang ada didalamnya.
B. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?
2. Landasan Hukum Mudharabah?
3. Apa saja Jenis-jenis Akad Mudharabah serta Rukun dan
Syaratnya?
4. Apa saja penyebab batalnya akad mudharabah?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2
A fiqus Sunnah, karya Sayid Sabiq III/220, dan Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil ‘Aziz, karya
Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, hal.359
5
modal yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang
menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan
pengelola dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus
mengganti kerugian atas modal yang hilang, kecuali kerugian tersebut
terjadi sebagai akibat kesengajaan, kelalaian ayau pelanggaran akad
yang dilakukan oleh pengelola dana. Pengelola dana hanya
menanggung kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih
payah yang telah dicurahkannya selama mengelola proyek atau usaha
tersebut, serta kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian
dari pembagian keuntungan sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam perjanjian mudharabah.
Hal tesebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu
bahwa pihak-pihak yang telibat dalam suatu transaksi harus bersama-
sama menanggung resiko (berbagi resiko), dalam hal transaksi
mudharabah, pemilik dana akan menanggung resiko finansial
sedangkan pengelola dana akan memiliki resiko nonfinansial. Agar
tidak terjadi perselisihan di kemudian hari maka
akad/kontrak/perjanjian sebaiknya dituangkan secara tertulis dan
dihadiri para saksi. Dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek
antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan,
periode pembagian keuntungan, biaya-biaya yang boleh dikurangkan
dari pendapatan, ketentuan pengembalian modal, hal-hal yang
dianggap sebagai kelalaian pengelola dana dan sebagainya.
Sehingga apabila terjadi hal yang tidak diinginkan atau terjadi
persengketaan, kedua belah pihak dapat merujuk pada kontrak yang
telah disepakati bersama.
Apabila terjadi perselisihan di antara dua belah pihak maka dapat
diselesaikan secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui
badan arbitrese syariah. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan
sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola
dana (PSAK 105 par 16). Sedangkan pengembalian dana
mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan
destribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah
berakhir, sesuai kesepakatan pemilikan dana dan pengelola dana.
6
2. Jenis Akad Mudharabah
Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu
mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah
musytarakah.
Berikut adalah pengertian masing-masing jenis mudharabah.
1. Mudharabah Muthalaqah adalah Mudharabah di mana pemilik
dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam
pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi
tidak terikat. Jenis mudharabah ini tidak ditentukan masa
berlakunya, di daerah mana usaha tersebut akan dilakukan, tidak
ditentukan line of trade, line of industry, atau line of service yang
akan dikerjakan. Namun kebebasan ini bukan kebebasan yang tak
terbatas sama sekali. Modal yang ditanamkan tetap tidak boleh
digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang
oleh Islam seperti untuk keperluan spekulasi, perdagangan
minuman keras (sekalipun memperoleh izin dari pemerintah),
perternakan babi, atau pun berkaitan dengan riba dan lain
sebagainya. Dalam mudharabah muthalaqah, pengelola dana
memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam
pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu.
Namun, apabila ternyata pengelola dana melakukan kelalaian atau
kecurangan, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya, sedangkan apabila
terjadi kerugian atas usaha itu, yang bukan karena kelalaian dan
kecurangan pengelola dana maka kerugian itu akan di tanggung
oleh pemilik dana.
2. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik
dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai
dana lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik
dana dengan dana lainnya, tidak menginvestasikan dananya pada
transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau mengharuskan
pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui
pihak ketiga, (PSAK par 07). Mudhrabah jenis ini disebut juga
investasi terikat. Apabila pengelola dana bertindak bertentangan
dengan syarat-syarat yang diberikan oleh pemilik dana, maka
pemilik dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi-
7
konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk konseksuensi
keuangan.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudhrabah di mana pegelola
dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama
investasi. Diawal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad
mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah
berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan
kesepakatan engan pemilik dana, pengelola dana ikut
menanamkan modalnya dalam usaha tersebut jenis mudharabah
seperti ini disebut mudhrabah musytarakah merupakan perpaduan
antara akad mudharabah dan akad musyarakah.
3. Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini
dapat diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan
mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai
pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Lalu Rasulullah
membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita
lihat akad mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah sebelum
diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah dipraktikan secara luas
oleh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi
Muhammad SAW. Jenis bisnis ini sangat bermanfaat dan sangat
selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu masih
tetap ada di dalam sistem Islam.
1. Al-Qur‟an
٨٧٢ َلربَ ٰٓو ۟ا إِن كُنتُم ُّمؤْ ِمنِين
ّ ِ ى ِمنَ ٱ ۟
َ ّلل َوذَ ُروا َما بَ ِق َ َّ وا ٱ ۟ ُوا ٱتَّق
۟ ُ يَـٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن
ُ سو ِل ِهۦ ۖ َو ِإن تُبْت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء
وس ِ َّ ب ِ ّمنَ ٱ
ُ ّلل َو َر ٍ وا ِب َح ْر ۟ ُوا فَأْذَن ۟ ُفَإِن لَّ ْم ت َ ْفعَل
٨٧٢ َظلَ ُمون ْ ُ ظ ِل ُمونَ َو ََل ت ْ َ أ َ ْم َو ِل ُك ْم ََل ت
Artinya : “Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan
tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika
kamu tidak melaksanakan (apa yang diperintahkan ini) maka
ketahuilah, bahwa akan terjadi perang dahsyat dari Allah dan
RosulNya dan jika kamu bertaubat maka bagi kamu pokok harta
kamu, kamu tidak dianiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (Q.S. Al
Baqarah : 278-279)
2. Hadits
Sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, Rasulullah pernah
melakukan Mudharabah dengan Khadijah, dengan modal dari
8
Khadijah. Beliau pergi ke Syam dengan membawa modal tersebut
untuk diperdagangkan.
ط ْالب ِ ُّر
ُ َضةُ َوا َ ْخال َ ِث فِ ْي ِه َّن ْالبَ َر َكةُ ْالبَ ْي ُع إ
َ َلى ا َ َج ٍل َواْلمق
َ ار ٌ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ثَال ُ قَا َل َر
َ ِس ُّو ُل هللا
ْ ِ بِاال َّش ِعي ِْر ِل ْلبَ ْي
ِت َلَ ِللبَيْع
Rasulullah saw bersabda: “Tiga hal yang di dalamnya terdapat
keberkahan, yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (bagi hasil)
dan mencampur gandum putih dengan gandum merah untuk
keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah no. 2280,
Kitab at-Tijarah)
3
Menurut sunnah diantaranya hadis Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi mengakui syarat-syarat
mudharabah yang ditetapkan Al-Abbas bin Abdul Muthalib kepada mudharib.
4
Wahbah Zuhaily, Fiqh Islam 7, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani, dkk dalam “al-Fiqh
al-Islam wa Adilatuhu”, (Damaskus: Darul Fikr, jilid IV, 1989), h.838
5
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, (Riyadh: Daarul Muayyad, 1997) Jilid 3, h. 22
9
Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut.
1. Pelaku
Pelaku harus cakap hukum dan tabligh.
Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau
dengan nonmuslim.
Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan
usaha tetapi ia boleh mengawasi.
2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja) Objek mudharabah
merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad
mudharabah.
Modal
a. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset
lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah
dan jenisnya.
b. Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya
setoran modal, berarti pemilik dana tidak memberikan
kontribusi apapun padahal pengelola dana harus
bekerja.
c. Modal harus diketahui jelas jum;ahnya sehingga dapat
dibedakan dari keuntungan.
d. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk
mudharabahkan kembali modal mudharabah, dan
apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran
kecuali atas seizin pemilik dana.
e. Pengelola tidak diperbolehkan untuk meminjamkan
modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka
dianggap terjadi pelanggaran kecual atas seizin pemilik
dana.
f. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur
modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya
sendiri, selama tidak dilarangsecara syariah.
Kerja
a. Kontribusi pengelolaan dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-
lain
b. Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh
diintervensi oleh pemilik dana.
10
c. Pengelolaan dana harus menjalankan usaha sesuai
syariah.
d. Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban
atau melakukan pelanggaran terhadap
kesepakatan,pengelolaan dana sudah menerima modal
dan sudah bekerja maka pengelola dan berhak
mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi salaing rida/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara
verbal,tertulis,melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.
4. Nisbah Keuangan
a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian
keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima
oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan
yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas
kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas
penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui
dengan jelas oleh kedua pihak, inilah yang akan mencegah
terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai
cara pembagian keuntungan. Jika memang dalam akad
tersebut tidak dijelaskan masingmasing porsi, maka
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kedua belah pihak.
c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan
dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat
menimbulkan riba. Pada dasarnya pengelolaan dana tidak
diperkenankan untuk menudharabahkan kembali modal
mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi
pelanggaran kecuali atas seizin pemilik dana. Apabila
pengelola dana dibolehkan oleh pemilik dana untuk
memudharabahkan kembali modal mudharabah maka
pembagian keuntungan untuk kasus seperti ini, pemilik
dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan
kesepakatan antara dia dan pengelola dana pertama.
Sementara itu bagian keuntungan dari pengelola dana
11
pertama dibagi dengan pengelola dan yang kedua sesuai
dengan porsi bagian yang telah disepakati antara
keduanya.
12
sedangkan pemilik modal tidak setuju, maka pemilik modal dipaksa
menjualnya, karena si pengelola mempunyai hak di dalam
keuntungan dan dia tidak dapat memperolehnya kecuali dengan
menjualnya. Demikian menurut madzhab Asy Syafi‟i dan Hambali.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar
pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha,
laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua
belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si
pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau
violation oleh pengelola dana.
Dalam PSAK, mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu
mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah dan mudharabah
musytarakah.
Sumber hukum mudharabah terdapat dalam surah Al Baqarah Ayat
278 dan 279
Rukun Mudharabah ada empat, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas : pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek Mudharabah, berupa : modal dan kerja
3. Ijab Kabul/Serah Terima
4. Nisbah Keuntungan
Mudharabah menjadi batal karena hal-hal berikut:
1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya Mudharabah.
2. Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas
sebagaimana mestinya dalam memelihara modal, atau
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad.
3. Pengelola atau pemilik modalnya meninggal dunia.
14
DAFTAR PUSTAKA
15