DIBUAT OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat AllahSWT,yang telah
melimpahkan Rahmat serta InayahNya sehingga kami mampumenyelesaikan penulisan
makalah Mudharabah atau Qiradh dan tak lupa kami ucapakan terima kasih kepada teman-
teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatanmakalah ini.sarana penunjang makalah ini
kami susun berdasarkan referensi yang bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan untuk
membantu para mahasiswa untukmengetahui,memahami bahkan menerapkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Malang, 3 Mei 2023
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………3
BAB I…………………………………………………………………………………………………...4
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………...4
a. Latar Belakang……………………………………………………………………………….4
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………7
BAB II………………………………………………………………………………………………….7
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………….7
BAB III………………………………………………………………………………………………..16
PENUTUP…………………………………………………………………………………………….16
g. Kesimpulan………………………………………………………………………………….16
3
BAB I
A. Latar Belakang
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana ( shohibul maal ) kepada pengelolah
dana ( mudharib ), di samping itu karana pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam
manajemen perusahaan atau proyek yang di biayai dengan dana pemilik tersebut,
mengakibatkan sebagaian atau bahkan seluruh modal yang di tanamkan oleh pemilik
dana habis, maka yang menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangan
pengelola dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus manganti kerugian atas
modal yang hilang, kecuali kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan,
kelalaian atau pelanggaran akad yang di lakukan oleh pengelola dana. Pengelolah dana
hanya menanggung kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang
telah di curahkannya selama mengelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan
kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian sesuai dengan yang telah di
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa
pihakpihak yang terlibat dalam suatu transaksi harus bersama -sama menanggung risiko
(berbagi risiko), dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akan menanggung
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
4
bagiannya 1 2 karna dapat di persamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau
imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang di perbolehkan syariah sehingga
(predictive value) akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan, yang
mengacu pada laporan hasil usaha yang secara periodic di susun oleh pengelola dana
dan di serahkan kepada pemilik dana. Pada prinspnya dalam mudharabah tidak boleh
ada jaminan atas modal, namun demikian agar pengelola dana tidak melakukan
penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak
ketiga. Tentu saja jaminan ini hanya dapat di cairkan apabila pengelola dana dapat
dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat
andalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi anatara pemilik dan
dan pengelola.
syariah tentu akan menuntut adanya praktek akuntansi yang dapat mengkover
merupakan salah satu sarana utama untuk mendasari ekonomi islam, yakni keadilan.
pembayaraan bunga kredit dan pembayaraan bunga deposito, tabungan dan givo, bank
5
3 konvensional memberikan pinjaman dengan mensyaratkan pembayaraan bunga yang
besarnya tetap dan di tentukan terlebih dulu di awal transaksi (fixed and predetermined
yang fixed and predetermined juga, karna dalam bisnis selalu ada kemungkinan rugi,
impas atau untung yang besarnya tidak dapat ditentukan dari awal.
Dengan dasar nilah yang ditonjolkan bank syariah adalah dengan bagi hasilnya,
dengan prinsip bagi hasil d harapkan para pemilik atau pengelola dana bisa saling
membantu dan tidak memberatkan salah satu pihak dalam mengelola dananya dan
menerapkan bunga, tentunya dalam islam bunga itu haram karna ketidakpastian dan
harta dari hasil bunga itu adalah harta yang seharusnya bukan hak kita tidak melakukan
apa- apa, beda dengan system bagi hasil, di sini bagi hasil semuanya di tentukan dan di
sepakati oleh kedua pihak baik pemberi dana maupun pengelola dan.
Menurut Triyuwono & As’ udi (2007) akad mudharabah merupakan suatu
merupakan unsur penting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana
(shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib). Maka mudharabah dalam istilah
bahasa inggris tersebut trust financing. Pemilik dana merupan investor di sebut
beneficial ownership atau sleeping partner, dan pengelola dana di sebut managing truste
Dalam kajian hukum syariah, masalah akad (‘aqd) atau perjanjian menempati
posisi sentral, karna merupakan cara paling penting yang di gunakan untuk memperoleh
suatu maksud, terutama yang berkenaan dengan harta atau manfaat sesuatu secara sah.
Kesempatan atau akad adalah salah satu perbuatan hukum atau di sebut dengan
tasharruf
6
B. Rumusan Masalah
C. Pembahasan
Mudharabah berasal dari kata al-dharb, yang berarti secara harfiah adalah
bepergian atau berjalan. Selain al-dharb, disebut juga qiradh yang berasal dari al-
mudharabah atau qiradh berarti al-qath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian.
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara sahahibul maal (pemilik dana) Dan
mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika
usaha mengalami kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan
Menurut istilah, mudharabah atau qiradh dikemukakan oleh para ulama sebagai
berikut.
1) Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling
menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk
1
Slamet Wiyono dan Taufan Maulamin, Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia (edisi revisi) (Jakarta: Mitra Wacana,
2013), h. 185
7
diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti setengah
2) Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah memandang tujuan dua pihak yang berakad
yang berserikat dalam keuntungan (laba), karena harta diserahkan kepada yang lain dan
mana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan
menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan
mudharabah ialah: “Seseorang menyerahkan harta kepada yang lain untuk ditijarahkan
7) Menurut Al-Bakri Ibn al-Arif Billah al-Sayyid Muhammad Syata berpendapat bahwa
8) Menurut Sayyid Sabiq berpendapat, mudharabah ialah akad antara dua belah pihak
untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan
2
Lihat Fiqh „Ala Madzabih al-Arba‟ah, h. 34-35
3
Lihat Fiqh al-Sunnah, h. 212
8
9) Menurut Imam Taqiyuddin, mudharabah ialah: “Akad keuangan untuk dikelola
dijelaskan oleh para ulama di atas, kiranya dapat dipahami bahwa mudharabah atau
qiradh ialah akad antara pemilik modal (harta) dengan pengelola belah pihak sesuai
dengan lebih dari satu pengelola. Para pengelola tersebut seperti bekerja sebagai mitra
usaha terhadap pengelola yang lain. Nisbah (porsi) bagi hasil pengelola dibagi sesuai
kesepakatan di muka.4
1. Pelaku
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.
4
Lihat Kifayat al-Akhyar, h. 301
9
2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja) Objek mudharabah merupakan kosekuensi
1) Modal
a) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai besar
b) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti
harus bekerja.
c) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungan.
orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas
2) Kerja
b) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik
dana.
10
c) Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.
sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan atau ganti
3) Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha atau rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
kedua pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua
belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Jika memang dalam akad
5
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 124-125
11
E. Teknis Pengelolaan Mudharabah atau Qiradh
AKUNTANSI MUDHARABAH
1.Pengakuan Modal Mudharabah Pada Saat Akad
a) Pembiayaan pada mudharabah akan dinilai ketika pembayaran atau sudah berada
di bawah kekuasaan mudharib
b) Pembiayaan mudharabah yang disiapkan dalam bentuk lain (barang dagangan atau
non monetary asset yang digunakan dalam usaha) akan dinilai berdasarkan nilai
wajar dari asset tersebut (nilai yang disepakati) dan jika penilaian itu
menghasilkan perbedaan antara nilai wajar dan nilai buku, maka perbedaan akan
diakui sebagai keuntungan/kerugian.
c) Biaya
biaya yang timbul akibat akad ditanggung oleh salah satu atau dua belah
pihak (seperti studi kelayakan dan biaya sejenisnya), karena ini bukan merupakan
bagian dari mudharabah, kecuali disepakati bersama.
a) Modal mudharabah akan dinilai setelah akad berakhir sebagaimana penilaian pada
saat akad
b) Jika sebagian modal mudharabah hilang karena bukan kelalaian nasabah, maka
besar kerugian tersebut akan mengurangi modal mudh
arabah dan akan
diperlakukan sebagai kerugian bank.
12
a) Keuntungan atau kerugian yang diterima bank dalam transaksi mudharabah dari
awal hingga akhir periode usaha diakui pada saat diselesaikan
b) Jika mudharib tidak membayar kewajiban pada bank, maka diakui sebagai piutang
bank terhadap mudharib
Lamanya kerja sama dalam akad mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi
semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan
memberitahukan pihak lainnya. Namun akad mudharabah dapat berakhir karena hal-
a) Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban
7
Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi, h. 125-126
13
1. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah. Jika salah satu
syarat muharabah tidak terpenuhi, sedangkan modal sudah dipegang oleh pengusaha
sebagai upah, karena tindakannya atas izin pemilik modal dan ia melakukan tugas
berhak menerima upah. Jika terdapat keuntungan, maka keuntungan tersebut untuk
pemilik modal. Jika ada kerugian, kerugian tersebut menjadi tanggungjawab pemilik
modal karena pengusaha adalah sebagai buruh yang hanya berhak menerima upah dan
pengelola modal berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad. Dalam
keadaan seperti ini pengusaha bertanggungjawab jika terjadi kerugian karena dialah
penyebab kerugian.8
mengusahakan (tasharruf), dan pemecatan. Semua ini jika memenuhi syarat pembatalan
dan larangan, yakni orang yang melakukan akad mengetahui pembatalan dan
pemecatan tersebut, serta modal telah diserahkan ketika pembatalan atau larangan.
4. Salah seorang aqid meninggal dunia. Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah
batal, jika salah seorang aqid meninggal dunia, baik pemilik modal atau pengusaha. Hal
ini karena mudharabah berhubungan dengan perwakilan yang akan batal dengan
dan sah, baik diketahui salah seorang yang melakukan akad atau tidak. Sedangkan
salah seorang yang melakukan akad, tetapi dapat diserahkan kepada ahli warisnya, jika
dapat dipercaya.
8
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, ..., h.143.
14
5. Salah seorang aqid gila. Jumhur ulama berpendapat bahwa gila membatalkan
6. Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam keadaan
murtad, atau bergabung dengan musuh serta telah diputuskan oleh hakim atas
pembelotannya, menurut Imam Abu Hanifah, hal itu membatalkan mudharabah sebab
bergabung dengan musuh sama saja dengan mati. Hal itu menghilangkan keahlian
dalam kepemilikan harta, dengan dalil bahwa harta orang murtad dibagikan di antara
mudharabah menjadi batal. Hal ini karena modal harus di pegang oleh pengusaha. Jika
modal rusak, mudharabah batal. Begitu pula, mudharabah di anggap rusak jika modal
diberikan kepada orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan. 9
BAB III
G. Kesimpulan
Baik, mudharabah dan qiradh adalah jenis kontrak dalam sistem keuangan
Islam. Mudharabah adalah kesepakatan antara dua pihak di mana satu pihak
menyediakan modal dan pihak lainnya bertanggung jawab untuk mengelola modal
9
Rahmat Syafei, Fiqih Muamalah, ..., h. 237-238.
15
tersebut dengan tujuan memperoleh keuntungan. Sedangkan qiradh adalah kesepakatan
antara dua pihak di mana satu pihak menyediakan modal dan pihak lainnya bertanggung
jawab untuk mengelola modal tersebut dengan tujuan memperoleh keuntungan, namun
pihak yang mengelola modal diizinkan untuk menerima imbalan tertentu sebagai
H. Daftar Pustaka
Slamet Wiyono dan Taufan Maulamin, Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia (edisi
revisi) (Jakarta: Mitra Wacana, 2013), h. 185
Lihat Fiqh „Ala Madzabih al-Arba‟ah, h. 34-35
16