Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEBIJAKAN INVESTASI DALAM MANAJEMEN


KEUANGAN SYARIAH
Dosen : Dr. Syahriyah Semaun, S.E. M.M

OLEH:
ARMAN
2220203860102003

NURJANNAH
2220203860102004

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan limpahannya

sehingga kita dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa makalah ini dan tak

lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam atas junjungan nabi besar

Muhammad SAW nabi yang telah menjadi surih tauladan bagi kita semua.

Adapun proses pembuatan makalah ini telah kami usahakan semaksimal

mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat

memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena

itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi

pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat

memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah pembiayaan sektor

publik ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan

inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kriteria Investasi Syariah ............................................. 3


B. Manajemen Investasi Dalam Islam ...................................................... 9
C. Penilaian Rencana Investasi Syariah .................................................... 9
D. Risiko Dalam Investasi Syariah ........................................................... 12
E. Ragam Investasi Syariah ...................................................................... 18
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 28
B. Saran ................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diera sekarang ini kegiatan investasi semakin marak yang dilatar belakangi
oleh banyak faktor, dengan banyak penawaran-penawaran dalam investasi seperti
saham, obligasi atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok investor
dan dikelola oleh perusahaan investor profesional.
Investasi merupakan kegiatan yang dianjurkan dalam pandangan Islam. Hal
ini karena kegiatan investasi sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. sejak
muda sampai menjelang masa kerasulannya. Investasi menurut Islam adalah
penanaman dana atau peyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prisip syariah, baik
objeknya maupun prosesnya. Secara prinsip, Islam memberikan panduan dan
batasan yang jelas mengenai sektor mana saja yang boleh dan tidak boleh
dimasuki investasi. Tidak smua investasi yang diakui hukum positif diakui pula
oleh syariah Islam. Oleh sebab itu, agar investasi tersebut tidak bertentangan,
maka harus memperhatikan dan memperhitungkan berbagai aspek, sehingga hasil
yang didapat sesuai dengan prinsip syariah.
Pada dasarnya investasi dalam prespektif syariah adalah bentuk aktif dari
ekonomi syariah. Investasi yang menjadi bagian dari aktivitas bisnis adalah suatu
aktivitas yang selalu berhadapan dengan risiko dan return. Dengan demikian,
investasi juga akan menghadapi risiko manajemen investasi itu sendiri. Bahkan
kalau dicermati secara mendalam, investasi Islami merupakan investasi yang
sarat dengan risiko. Oleh karenanya dalam menjalankan aktivitasnya banyak
berhubungan dengan instrumen investasi, oleh karena itu para manajer investasi

1
syariah harus dapat mengendalikan risiko seminimal mungkin dalam rangka
untuk memperoleh keuntungan yang optimum. 1

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya meliputi:
1. Apa Pengertian Dan Kriteria Investasi Syariah?
2. Bagaimana Manajemen Investasi Dalam Islam?
3. Bagaimana Penilaian Rencana Investasi Syariah ?
4. Apa Risiko Dalam Investasi Syariah?
5. Apa Saja Ragam Investasi Syariah?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui Pengertian Dan Kriteria Investasi Syariah?
2. Mengetahui Manajemen Investasi Dalam Islam?
3. Mengetahui Penilaian Rencana Investasi Syariah ?
4. Mengetahui Dalam Investasi Syariah?
5. Mengetahui Ragam Investasi Syariah?

1
Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2017), h. 12.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kriteria Investasi Syariah


Pada dasarnya investasi dalam perspektif syariah adalah bentuk aktif dari
ekonomi syariah. Investasi adalah segala sesuatu yang bertujuan untuk
mengembangkan harta yang dimiliki. Didalam aktivitas investasi mengandung hal-
hal sebagai berikut: 1). Tujuan atau kebutuhan yang spesifik, 2). Terukur jumlah
dana yang dibutuhkkan, 3). jelas jangka waktunya, 4). Alternatif instrumen
investasi, 5). Strategi untuk mencapai tujuan investasi tersebut.
Dalam perspektif Islam, investasi di identikan dengan kegiatan ekonomi
yang berbasis mudharabah. Dengan kata lain, investasi dalam perpektif fikih dapat
diartikan sebagai kegiatan memudharabahkan dana yang dilakukan oleh pemilik
modal (shahibul maal)kepada pelaku usaha ( mudharib). Istilah mudharabah
merupakan istilah yang paling banyak digunakan di bank-bank syariah. Prinsip ini
dikenal juga dengan qiradh atau muqaradah. Mudharabah adalah perjanjian atas
suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan dana
dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.
Dalam transaksi mudharabah harus memiliki rukun mudharbah yaitu:
1. Shahibul maal (pemilik dana/nasabah)
2. Mudharib (pengelola dana/ pengusaha/bank), amal (usaha/pekerjaan)
3. Ijab dan qabul
Dilihat dari kuasa yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah terbagi
menjadi dua yaitu:2
1. Mudharabah Muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi
kuada peuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun urusan
dala, proyek tersebut, dan tidak terkat dengan waktu, tempat jenis, perusahaan

2
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
433

3
pelanggan. Iinvestasi tidak terikat ini pada usaha perbankan syariah
diaplikasikan pada tabungan dan deposito.
2. Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana (shahibul maal)
membatasi/memberi syarat keapda mudharib dalam ppengelolaan dana seperti,
hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat
tertentu saja. Bank dilarang mencampurkan rekening investasi terikat dengan
dana bank atau dana rekening lainnya pada saat investasi.
Pada transaksi ini bank dilarang untuk menginvestasikan dananya ada
transaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau jaminan. Bank diharuskan
melakukan investasi sendiri tidak melalui pihak ketiga. Jadi, dalam investasi
terikat ini pada prinsipnya kedudukan bank sebagai agen saja, dan atas
kegiatannya bank menerima imbalan berupa fee.
Pada pola investasi terikat dapat dilakukan dengan cara channelling dan
executing, yakni:3
1. Channelling, apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana dan bak
sebagai agen tidak menanggung risiko apapun.
2. Executing, apabila bak sebagai agen juga menanggung risiko dan hal ini
banyak yang mengenggap bahwa investasi terikat executing ini sudah tidak
sesuai dengan prinsip mudharabah, namun dalam akuntansi perbankan syariah
diakomodir karena dalam praktiknya pola ini dijalankan oleh bank syariah.
Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah. dalam
islam setiap harta ada zakatnya. Jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun
akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikma dari zakat ini adalah mendorong
setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah.
1. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam Investasi

3
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
434

4
Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh
pelaku investasi syariah (pihak terkait) adalah:4
a. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun
cara amendapatkannya, serta tidak menggunakannya utuk hal-hal yang
haram.
b. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi
c. Keadilan pendistribusian kemakmuran
d. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha
e. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi) dan gharar (ketidak
jelasan/samar-samar).
Berdasarkan keterangan diatas, maka kegiatan dipasar modal mengacu
pada hukum syariat yang berlaku. Perputaran modal pada kegiatan pasar
modal syariah tidak boleh disalurkan kepada jenis industri yang melaksanakan
kegiatan-kegiatan yag diharamkan, pembelian saham pabrik minuman keras,
pembangunan, penginapan untuk prostitusi dan hal lainnya yang bertentangan
dengan syariah bertarti diharamkan. Semua transaksi yang terjadi dibursa efek
harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak
yang didzalimi atau mendzalimi. Tidak ada unsur riba, tidak bersifat
spekulatif atau judi dan transaksi harus transparan, diharamkan adanya insider
tranding.
2. Proses manajemen Investasi Syariah
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutukan suaut proses
dalam mengambil keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah
mempertimbangkan ekspektassi returun yang didaptkan dan juga risiko yang

4
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
436

5
akan dihadapi. Pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan
keputusan investasi syariah, yaitu: 5
a. Melakukan screening objek invetasi (protofolio invetasi)
Pada investasi syariah terdapat risiko bahwa investasi yang dipilih
tidak sesuai dengan syariah yaitu transaksi masih pada derajat tertentu
masih mengandung unsur gharar, maysir dan riba, yaitu transaksi yang
tidak diperkenankan oleh syariat Islam. Risiko sistemik yang ada pada
instrumen invetasi yang menggunakan sistem profit and loss sharing (PLS)
adalah adanya asimetrik information antara pemilik dana dengan pengelola
dana, hal ni berpotensi menimbulkan pembagian profit (keuntungan) atau
loss (kerugian) yang tidak adil.
b. Menentukan tujuan investasi
Investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaan yan
dapat di investasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan
return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan
investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi
juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi
menyebabkan kerugian. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan dengan baik.
c. Analisis sekuritas
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi
penelitian terhadap sekuritas secara individual atau beberapa kelopok
sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah utuk
mengidentifikasi sekuritas yang salah harga.
Adapun pendapat lainnya bahwa harga sekuritas adalah wajar karena
berasumsi bahwa ppasar modal itu efisien. Dengan demikian, pemilihan
sekuritas bukan berdasarkan preferensi risiko para investor pola kebutuhan
kas dan sebagainya.

5
Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan Syariah, ( Bandung: CV Pustaka Setia,
2018), h.286

6
d. Pembentukan portofolio
Tahapan ini adalam membentuk portofolio yang elibatkan identifikassi
aset khusus yang akan di investasikan dan menentukan seberapa bsar
investasi pada aset tersebut. Disini masalah selektivitas, penentuan waktu
dan diversifikasi perlu menjadi penelitian investor.
e. Revisi portofolio
Tahapan ini berenaan dengan pengulangan secara periodik dari beberapa
langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah
tujuan investasinya, yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal.
Motivasi lainnya disesuaikan denga preferensi investor tentang risiko dan
return.
f. Evaluasi kinerja portofolio
Pada tahapan ini, invetor melakukan penelitian terhadap kinerja portofolio
secara periodik dalam arti tidak hanya return yang dierhatikan tetapi juga
risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan
risiko standar yang relevan.
3. Kriteria Invetasi Syariah
Pemahaman etik tidak diartikan menyangkut padandangan Islam tentang
“haqq” semata. Haqq menurut konsep Islam mempunyai aspek yang lebih
luas, yaitu meliputi “hak” dan “kewajiban”. Keduanya bersumber dari hukum
syariah yang diatur dalam Al-Qur’an dan as-sunnah. Masalah etika dan efisien
perlu ditinjau dari aspek kemanfaatan (masalih), yang merupakan dasar dari
seluruh peraturan dalam sistem Islam. Sebagai contoh, tentang kebebasan
berkontrak, Islam memberikan dasar kebebasan untuk melakukan transaksi
sebagai tercantum dalam al-Qur’an. Selanjutnya, tidak ada kontrak yang sah
bila terapat unsur paksaan dari pihak yang terait dalam transaksi.

7
Menurut The Shari’ah Advisory Council of The Securities Commission
of Malaysia, tentang kriteria standar bagi aktivitas perusahaan yang ditolak
untuk didaftar, adalah berdasarkan kriteria sebagai berikut:6
a. Beroperasi atas dasar riba, seperti kegiatan-kegiatan dari bak komersial dan
lembaga keuangan lainya;
b. Beroperasi secara mengadu untuk (gambling/maysir);
c. Membuat atau menjual produk-produk yang haram, seperti minuman keras,
daging tidak halal dan babi;
d. Beroperais yang mengandung unsur gharar.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya mengandung
hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, diberikan kriteria
sebagai berikut:
a. Aktivitas utamanya tidak bertentangan dengan syariah sebagaimana yang
diatur dalam empat kriteria tersebut
b. Persepsi dan kesan masyarakat terhadap perusahaan harus baik
c. Aktivitas utamanya penting dan maslahah bagi umat muslim dan negara
dan unsur haramnya sangat kecil.
Keriteria yang disebutkan diatas juga berlaku sama pada pasar modal
Islam. Selain kriteria tersebut ada beberapa kriteria suatu investasi dapat
digolongkan sebagai investasi Islami yaitu: 7
a. Perusahaan industri
b. Perusahaan dengan leverage ration yang tinggi
c. Perusahaan dengan pendapatan bunga yang tinggi
d. Perusahaan dengan aktiva kas dan piutang yang tinggi.

6
Mang AMSI, Berkah dengan Invstasi Syariah: Saham syariah kelas pemula, ( Jakarta:
PT Elex Media Komputindo), h. 17.
7
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014),
h.440.

8
B. Manajemen Investasi dalam Islam
Konsep Islam menekankan bahwa harta tidak melahirkan harta, akan tetapi
kerja yang menciptakan harta. Dalam pandangan ekonomi Islam kerja adalah
setiap tenaga jasmani maupun kemampuan akal yang dikeluarkan oleh amnusia
dalam kegiatna perekonomian sesuai dengan syariah, bertujuan untuk
mendaptakan penghasilan dan penghidupan.
Modal merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan distribusi aset masa
akan datang. Disamping memberikan kepuasan pribadi dan jasa juga membantu
untuk menambah kekayaan setelah diupayakan. Sehubungan dengan itu Chapra
mengemukakan beberapa cara untuk meningkatkan modal yaitu: 8
1. Sikap tidak berlebihan terhadap pengeluaran, Islam memerintahkan uatnya
untuk menghindari sikap berlebihan (boros).
2. Membatasi uang yang tidak terpakai, demikian halnya dengan menyimpan uang
tidur dikecam oleh Islam. Oleh karenanya sumber daya yang yang telah
dianugrahkan Allah hendaknya dimanfaatkan sesuai dengan batas-btas yang
telah diizinkan Islam.
3. Penggunaan tabungan secara efisien, pentin mengorganisasikan dan mengatur
sistem keuangan dengan mengurani pemborosan, sekaligus memobilisasikan
dana tabungan dan menyalurkan untuk hal-hal sosial produktif.
4. Memanfaatkan sumber daya dan peran pemerintah, prinsip Islam yang tidak
mentoleransi sikap boros serta mendorong umatnya untuk menggunakan
sumber daya secara eisien, tidak hanya berlaku bagi individu, namun juga bagi
masyarakat secara luas.
C. Penilaian Rencana Investasi Syariah
Gagasan untuk menganalisis pengeluaran modal dalam kerangka syariah
menunjukkan keterkaitan dengan teknik modern yang berhubungan erat dengan
tingkat discount dalam bentuk tingkat bunga. Walaupun ada teknik seperti metode

8
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
445

9
payback da accountants rate of return yang tidak bersinggungan dengan bunga,
tetapi keberadaan terhadap kegunaan yang terbata dari teknik ini mulai meningkat.
Suatu organiasai mempunyai kriteria yang berbeda untuk investasi sehingga
mereka mengadopsi metode untuk analisis usulan engeluaran modal. Seringkali
suatu metide dilengkapi dengan dua metode atau lebi untuk memastikan suaut
keputusan investasi yang tepat. Dengan cara yang sama, kebutuhan suatu
organiasi, kadang-kadang membutuhkan modifikasi terhadap metode yang biasa
digunakan dan cakupan modifikasi seperti itu sangat luas.
1. Evaluasi Investasi Dalam Kerangka Syariah
Ketika gagasan dasar bahwa waktu mempunyai nilai dan
mempertimbangkan waktu dalam arus kas adalah sesuatu yag bisa diterima,
analisis teknik pengeluaran modal sudah menggunakan konsep moadl tetap
yang tidak Islami. Jadi ada kepentingan untuk membuat rumusan alternatif,
disamping keinginan untuk membuat sebuah karakter yang sederhana dan
rasional dengan melibatkan uang sebagai fungsi waktu. Terkait dengan hal ini,
maka perlu adanya metode yang dapat digunakan untuk menilai atau
mengevaluasi proyek investasi sesuai dengan kerangka syariah.
Metode diusulkan dalam kerangka keuangan syariah adalah Investible
Surplus Methode/metode kelebihan barang yang diinvestasikan. Proposal
investasi yang berbeda mungkin disebabkan karena adanya perbandingan nilai
investible surplus yang dihasilkan.
Dengan perhitungan al jabar kalkulasi dapat menggunakan rumus: 9
IS𝑛 = ∑𝑛𝑡=1(𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 ) ( 𝑁 − 𝑡) Secara Keseluruhan
(Bt-Ct) > 0
Keterangan :
ISn = Investible Surplus setelah n Tahun
Bt = Keuntungan yang diterima yaitu tunai berjalan

9
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014),
h.461

10
Ct = biaya yang dikeluarkan yaitu pengeluaran cash
n = Lamanya proyek berlangsung
t = periode waktu
Bt – Ct > 0 = Artinya hanya perbedaan positif yang dipakai dalam asumsi
bahwa semua tunai berjalan dihasilkan pada akhir periode waktu.
Dengan cara yang sama, biaya proyek dapat dibandingkan dengan
investible surplus untuk menghitung tingkat investible surplus.
ISn
ISR =
IS𝑛 = ∑𝑛𝑡=1=0 (𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 ) ( 𝑁 − 𝑡)
(Bt-Ct) > 0
Persamaan 1 dan 2 diatas digunakan hanya ketika arus kas tidak kontinu
dan berlangsung pada awal periode.
Pola arus kas
Perhitungan dnegan bantuan persamaan 1 dan 2 sebelum ini dilaksanakan,
diperlukan pola investasi dan arus kas (cash flow). Aliran kas aktual suatu
perusahaan bisa jadi jumlahnya sangat banyak . poros horisontal mengatuer
waktu, sedangkan poros vertikal mengukur investible surplus dikurangi biaya
keuntungan. Arus kas adalah sedderhana dimana biaya awal diikuti oleh
sernagkaian biaya tunai perjalanan dengan nilai sisa proyek sama dengan nol
dan tidak ada pemeliharaan antara dan pengganti. Proses pelaksanaan metode
penilaian investasi investible surplus.
Keuntungan ISM Di Banding Metode Yang Lain10
1. Dibanding metode Payback
a. ISM mengukur keuntungan proyek, sedangkan Metode payback tidak.
b. Payback mempunyai suatu penyimpanan terhadap investasi longer-
lived (jangka panjang) sedangkan ISM tidak.

10
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
466

11
c. Payback tidak memperimbangkan arus kas setelah biaya ditutupi
sedangkan ISM mempertimbangkan semua arus kas selama proyek
berlangsung.
d. Payaback mengabaikan nilai uang sebagai fungsi waktu sedangkan
ISM memperhitungkan kartu pengeluaran dan waktu perjalanan.
2. Dibanding dengan ARR, ISM mempertimbangkan nilai uang sebagai
fungsi waktu, ARR tidak.
3. Dibanding dengan DCF dan NPV
a. Kdua metode dipahami dalam kerangka kapitalis dimana riba
digunakan untuk pemotongan arus kas. ISM lebih relevan digunakan
dalam kerangka bebas riba denan ide sentralnya adalah mengabaikan
suku bunga.
b. Lebih dari itu, ISM lebih sederhana untuk dipahami dan diterapkan
dibandngkan kedua metode ini.
4. Dibanding MAPI
MAPI sukar digunakan dan tidak mempertimbangkan nilai uang sebagai
fungsi waktu ISM mudah digunakan dan juga mempertimbangkan pemilik
waktu arus kas.
D. Risiko Dalam Investasi Syariah
1. Gharar versus Risiko
Secara jelas tidak ditemukan didalam fikih Islam mengenai definisi
gharar, meskipun demikian definisi tersebut dapat ditemukan melalui
pengidentifikasikan kandungan gharar.
Dalam bahasa Arab, gharar berarti risiko, kadang juga merujuk pada
ketidakpastian (uncertanly). Ibn Taimiyah mengidentifikasi gharar sebagai
“thingswith unknow fate” sehingga “selling uch things is maysir or gambling”.
Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu terdapat dalam aktivitas
ekonomi. Ditambahlagi adanya prinsip dasar no risk no return. Selain karena
alasan riba, prinsip ini juga membawa implikasi penolakan terhaap bunga

12
dalam pinjaman dan juga sekuritas yang diangap risk free. Kalau kemudian
risiko ini secara seerhana disamakan dengan ketidakpastian, dan ketidakpastian
adalah dianggap gharar dan dilarang, maka ini akan menjadi rumit. 11
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya membedakan dan penajaman
pengertian tentang gharar, atau risiko, atau ketidakpastian. Memang tidak
mudah mendefinisikan masalah istilah ini, araena dalam literatur keuangan dan
investasi, risiko ini didefisikan hampir sama saja dengan pengertian diatas.
Penjelasan mengenai gharar dan risiko adalah sama dengan uncertanly
yang dianggap cukup membantu adalah disampaikan oleh Heidjen, bahwa hasil
masa depan yang memiliki ketidakpastian dapat digolongkan menjadi tiga
yaitu, Risk, memiliki preseden historis dan dapat dilakukan estimasi
probabilitas untuk tiap hasil yang mungkin muncul. Structural uncertainly
adalah kemungkinan terjadinya suatu hasil yang bersifat unik, tidak memiliki
preseden dimasa lalu, ttapi tetap terjadi dalam logika kausalitas. Unknownables
menunjuk kejadian yang secara ekstrem kemunculannya tidak terbayangkan
sebelumnya, dengan demikian kasus gharar akan banak terjadi pada kasus
terakhir unknownables.12
Sehubungan dengan hal tersebut, al- suwallem sendiri membedakan risiko
menjadi dua tipe, yaitu: pertama, risiko pasif, seperti game of chance yang
hanya mengandalkan keberuntungan, kedua, risiko responsif, yang
memungkinkan adanya distribusi probabilitas hasil keluaran dengan hubungan
kausalitas yang logis. Hal ini biasa diasosiasikan dengan games of skill.
Hubungan antara game of chace dengan game off skill, menunjukkan hubungan
suatu transaksi investasi itu halal atau haram (dibolehkan atau dilarang). 13
2. Jenis-jenis risiko investasi
11
Sirajuddin Arifin, “ Gharar dan Risiko dalam Transaksi Keuangan”, IAIN Sunan Anpel
Surabaya, Vol. 6., No. 2., 2010, h. 314.
12
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
470
13
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
471

13
Dalam mengelola unit bisnis/ investasi selalu dihadapkan dengan risk-
return (risiko dan pendapatan). Adanya beberapa jenis risiko yang berhubungan
dengan bisnis/investasi diantaranya adalah: 14
a. Risiko pasar (market risk), adalah risiko yang berkaitan dengan nilai ekuitas
yang tidak dipastikan, namun tergantung pad naik turunnya nilai investasi
dipasar.
b. Risiko perusahaan (company risk), adalah risiko nilai pasar sekuritas yang
akan berubah disebabkan karena faktor-faktor fundamental perusahaan.
c. Risiko likuiditas (liquidity risk), adalah risiko yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan
dengan biaya yang sesuai.
d. Risiko konsentrasi (concentration risk), adalah risiko dari aset portofolio
yang dibesarkan karena penyingkapan terhadap suatu risiko lain yang
dibahas.
e. Risiko nilai tukar (currency risk), adalah risiko yang diakibatkan karena
turunnya nilai mata uang dinegara yang bersangkutan dan mengakibatkan
menurunkan nilai investasi yang mendominasi pada nilai tukar.
f. Risiko sovereign (sovereibn risk), adalah risiko yang disebabkan karena
intervensi pemerintah pada pasar dan pengetatan nilai tukar.
Masing-masing jenis risiko dapat diperkecil atau diminimalisasikan dengan
beberapa cara tergantung pada riisko yang muncul yaitu:
a. Risiko pasar, dapat diperkecil dengan penguasaan kas yang dapat
ditambahkan jika diperlukan. Diversifikasi yang dilakukan dinegara tersebut
dapat mengurangi volatility.

14
Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan Syariah, ( Bandung: CV Pustaka Setia,
2018), h.291.

14
b. Risiko perusahaan, risiko ini diperkecil dengan melakukan investasi yang
dipilih sesuai dengan standar kualitas dan kuantitas dan pada umumnya
ditentukan berdasarkan peraturan pertukaran.
c. Risiko likuiditas, risiko ini dapat dikurangi dengan adanya saham yang
secara umum terdaftar dipasar modal.
d. Risiko konsentrasi, risiko ini dikurangi dengan melakukan diversifikasi
dengan silang pasar, sektor maupun perusahaan.
e. Risiko nilai tukar, risiko ini dikurangi dengan nilai portofolio berbagainilai
tukar dengan fluktuasi yang berhubungan dengan tingkat nilai tukar.
f. Risiko sovereign, pengalokasian aset geografis dapat membantu mengurangi
risiko jenis ini.
Berbagai jenis risiko ini juga dapat ibedakan atas dua kelomppk yaitu : (1),
risiko yang sistematis, yaitu risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau
diatuasi tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik,
perubahan kebijakan ekonomi pemerintah, perusahaan situasi pasar, situasi
krisis atau resesi, dan sebagainya yang berdampak pada kondisi ekonomi secara
umum, (2) risiko yang tidak sistematis, yaitu risiko yang unik, yang melekat
pada suatu peruahaan atau bisnis tertentu saja. Investasi syariah juga berpotensi
menghadapi risiko-risiko tersebut, kecuali risiko tingkat bunga, investasi
syariah tiadak akan berurusan dengan bunga.
3. Risiko dalam investasi/pembiayaan syariah
Pembiayaan bank syariah dilihat dari perolehan hasil, dikelompokan
menjadi dua, yaitu: (1) pembiayaan yang memberikan perolehan (hasil) tetap
dan (2) pembiayaan yang memberikan perolehan (hasil)tidak tetap. Pembiayaan
yang memberikan hasil tetap didapatkan dari pembiayaan yang berakad jual
beli (tijarah) dan sewa menyewa (ijarah). Sementara pembiayaan yang
memberikan hasil tidak tetap didaptkan dari pembiayaan yang berakad bagi
hasil (syirkah). Berdasarkan dua hal tersebut maka produk pembiayaan syariah

15
akan memberikan risiko yang berbeda antara akad yang satu dengan akad yang
lainnya.
Risiko karakter nasabah dapat dilihat dari aspek: skill, reputation, dan
orgins. Ketiga faktor tersebut dapat dianalisis menjadi sub faktor sebagai
berikut:15
a. Faktor skill (keterampilan), meliputi kefamiliaranterhadap pasar’mampu
mengoreksi risiko bisnis; mampu melakukan usaha yang
berkelanjutan;mampu mengartikulasikan bahasa bisnis.
b. Faktor reputasi (reputation, meliputi track-record baik sebagai karyawan;
memiliki track-record baik sebagai pengusaha; direkomendasikan oleh
sumber terpercaya; dapat dipercaya;memiliki jaminan usaha.
c. Faktor asal usul (original), meliputi: memiliki hubungan keluarga atau
persahabatan dengan iinvestor, sebagai pebisnis yang sukses; berasal dari
kelas sosial terpandang.
Risiko kebangkrutan terjadi karena: 16
a. Risiko industri, terjadi karena; karakteristik jenis usaha: riwayat exposure
pembiayaan dibank konvensional; kinerja keuangan usaha yang
bersangkutan.
b. Kondisi interneal perusahaan nasabah, seperti: manajemen, organisasi,
pemasaran, teknik produksi dan keuangan.
c. Faktor negatif lainnya yang mempengaruhi nasabah, seperti: kondisi
kelompok usaha, keadaan force majeure dan sebagainya.
Sementara itu risiko yang berkaitan dengan jaminan daat terjadi karena:
a. Kekurangansempurnaan pengikatan jaminan
b. Nilai jual kembali jaminan

15
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
474
16
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
475

16
c. Faktor negatif atas jaminan, seperti: tuntutan hukum pihak lain atas jaminan
d. Kredibilitas penjamin.
Berdasarkan atribut tersebut, risiko proyek yang dibiayai dengan kontrak
bagi hasl atau syirkah dapat terjadi karena:
a. Risiko bisnis, adalah risiko yang timbulkan karena kurang baiknya bisnis
yang dijalankan, risiko ini dapat muncul karena:
1) Jenis usaha, yang ditentukan oleh karakteristik jenis usaha yang dibiayai
dan kinerja keuangan usaha tersebut.
2) Faktor negatif lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah, seperti
kondisi kelompok usaha, keadaan force majeure dan sebagainya.
b. Risiko berkurangan nilai pembiayaan atau shrinking risk, terjadi karena
pengaruh:
1) Risiko yang tak terduga oleh pengusaha, seperti penurunan drastis
tingkat penjualan, penurunan harga jual barang dari bisnis yang dibiayai
dan lainnya.
2) Jenis mekanisme bagi hasil apakah profit and loss sharing (PLS) atau
revenue sharing (RS).
3) Keadaan force majeure yang terampak amat besar terhadap bisnis yang
dibiayai.
c. Risiko karakter nasabah, risiko yang terjadi karena perilaku-perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh nasabah pasa saat menjalankan usaha.
Perilaku penyimpagan tersebut dapat berbentuk moral hazard. Risiko
karakter terjadi dipengaruhi oleh:
1) Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank
2) Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah dalam
menjalankan bisnis yang dibiayai bank tiadk lagi sesuai dengan
kesepakatan.

17
3) Pengelolaan internal perusahaan yang tidak di lakukan secara
profesional sesuai standar pengelolaan yang disepakati antara bank dan
nasabah.
Untuk mengurangi atau mengantisipasi risiko karakter, maka bank
syariah dapat menetapkan konvenan (klausul)tertentu pada saat melakukan
kontrak pembiayaan bagi hasil, baik musyarakah maupun mudharabah. Dengan
adanya konvenan tersebut diharapkan dapat memperkecil masalh asimetrik
informasi atau agensi dalam pembiayaan bagi hasil.
E. Ragam Investasi Syariah
1. Jangka waktu Investasi
Investasi dapat dibedakan menurut jangka waktu pengambilan
keuntungan atau hasilnya. Berdasarkan jangka waktunya, maka investasi dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu: 17
a. Jangka pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang rentang waktunya antara 6
bulan hingga 1 tahun.
b. Jangka menengah
Investasi jangka menengah adalah investasi yang rentang waktunya antara
1 sampai 3 tahun.
c. Jangka panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang rentang waktunya lebih dari
3 tahunatau ada yang mengatakan lebih dair 5 tahun.
Jika seseorang ingin memiliki rumahdala waktu tujuh tahun lagi, maka
cita-cita itu menjadi tujuan investasinya. Selama tujuh tahun, seseorang akan
beruaha untuk memiliki dana yang diperlukan untuk membeli rumah tersebut.
Investasi degan waktu tujuh tahun ini dapat dikategorika sebagai investasi
jangka panjang.

17
Murdifin Harning, Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 5

18
2. Potensi risiko investasi
Investasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan masa depan. Bicara
masalah masa depan sangat berkaitan dengan risiko yang akan terjadi. Dengan
demikian, potensi risiko yang terjadi dalam suatu investasi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:18
a. Investasi risiko rendah, investasi yag memiliki eksposure risiko rendah
antara lain; investasi dalam bentuk deosito, invetasidalam reksadana
pendapatan tetap.
b. Investasi risiko sedang atau menengah, adalah investasi dalam obligasi
syariah, reksadana campuran dan pasar uang syariah.
c. Investasi risiko tinggi, antara lain investasi dalam bentuk saham dan
reksadana saham.
3. Pola investasi syariah
Menurut pola investor dalam melakukan kegiatan investasi dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 19
a. Investasi langsung, adalah investasi yang mana pemilik dana dan pengelola
bisnis langsung melaksanakan kerjasama investasi.
b. Investasi tidak langsung, adalah investasi yang mana pemilik modal dan
pengelola bisnis tidak langsung berubungan dalam melakukan kesepaktan
kerjaama investasi. Investasi ini dijalankan dengan penggunaan perantara
pihak ketiga.
4. Sektor investasi syariah
Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu investasi pada
finansial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial asset
dilakukan dipasar uang misalnya berupa sertifikat deposito, commersial paper,
surat berharga pasar uang. Investasi juga dapat dilakukan dipasar modal,

18
Salim, Hukum Investasi di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 68.
19
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, ( Jakarta:
KENCANA, 2014), h. 14

19
misalnya berupa saham, pembelian aset produktif, pendirian pabrik,
pembukaan pertambangan, perkebunan dan lain-lain.
a. Investasi dalam sektor riil syariah
Investasi ini berkaitan dengan pembelian barang berharga seperti emas
dan kekayaan tetap seperti rumah. Sektor riil adalah bentuk investasi yang
bisa dikatakan sebagai investasi jangka panjang. Hal ini karena
perkembangan investasi sektor riil relatif memakan waktu yang cukup
panjang. Hal ini menjadi momok dari investasi sektor ini adalah
membutuhkan dana yag cukup besar dan tentuya hanya bisa dijalani oleh
sebagian orang berduit. Hal inilah menjadi penghambat bagi para inestor
kelas menengah untuk bisa eksis di dunia investasi. Berinvestasi di sektor riil
berarti kita harus menjadi pelaku utama dari pengelolaan perkembangan
bidang tersebut. Tetapi bukan berarti mutlak kita harus terjun langsung
kelapangan.
Dalam arti lain, investasi sektor riil merupakan sebuah investasi yang
cenderung kita harus melakukan pembangunan sebuah infrastruktur yang
diharapkan nantinya infrastruktur terebut bisa mendatangkan pendaptan yang
kontinu dimasa depan.
Dari beberapa faktor yang menghambat tersebut, ada tiga tipe faktor
utama yang menjadi kendala: 20
a. Kebijakan dibidang industri yang masi lemah dan tidak terfokus
b. Kebijakan fiskal yang tidak komprehentif karena lebih difokuskan pada
upaya mencpai target penerimaan negara sesaat, sedangkan jangka
panjangnya tidak terfikirkan.
c. Kebijakan moneter ang masih belum memihak sektor rril karena
beberapa sektor dinilai berisiko tinggi.

20
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
483

20
Dari faktor tersebut, pada akhirnya yang menyebabkan daya saing
produk sektor riil tidak kompetitif karena tidak dapat memenuhi tuntutan
pasar. Competive price, high quality, on time delivery, dan responsive
toward trade communication. Karena bagaimanapun juga, untuk memenuhi
tuntutan pasar, sehingga memiliki daya saing yang kompetitif sangat
ditentukan oleh:21
a. Fungsi intermediasi perbankan
b. Tarif energi (bahan bakar minyak dan listrik) yang rasional, termasuk
pasokannya
c. Produktivitas dan skiil tenaga kerja
d. Infrastruktur, seperti sistem jalan, sistem transportasi/angkutan, distem
pelabuhan, jasa kepabeanan, dan sistem telekomunikasi.
e. Letak geografis indonesia.
Saat ini pertumbuhan ekonomi diharakan dari ringginya konsumsi
masyarakat atau dengan kata lain konsumsi masyarakt diharapkan sebagai
motor pertumbuhan ekonomi. Pada konsumsi masyarakt tidak mungkin terus
tinggi tanpa adanya peningkatan pendaptan sektor riil tempat dimana
masyarakat bekerja dan memperoleh penghasilan. Sedangkan untuk
peningkatna pendapatan sektor riil memerlukan investasi, baik dalam bentuk
perluasan/ ekspansi maupun investasi baru, sehingga dapat meningkatkan
kapasitas/ produksi dan menciptakan produks yang baru sebagai antisipasi
perubahan permintaan pasar. Peningkatan kapasitass/ produksi ini sama
artinya menyerap tenaga kerja baru dalam meningkatkan pendapatan pekerja
yang pada gilirannya memacu pertumbuhan ekonomi.
b. Investasi Dalam Sektor Keuangan Syariah

21
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h.
484

21
Instrumen berbasis syariahpun semakin diminati, terutama oleh
kalangan masyarakat muslim. Hal ini juga dipengaruhi oleh semakin
rendahnya tingkat suku bunga tabungan dan deposito bank. Beberapa
instrumen investasi syariah yang beredar dimasyarakat atar alain saham
syyariah, surat utang syariah, dan reksadana syariah.
Instrumen saham syariah merupakan instrume investasisaham yang
transaksinya menggunakan prinsip-prinsip syariah. tentu saja dengan saham-
saham syariah ini harus menjalankan usahanya untuk produk yang halal.
Saat ini sudah ada banyak saham yang diperdagangkan dibursa dengan
prinsip syariah.
Instrumen surat utang syariah atau yang biasa disebut sukuk
merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh suatu institusi dengan
menggunakan prinsip ijarah, ijarah merupakan sewa menyewa.
Reksadana syariah merupakan reksadan yang komponen penempatan
dananya pada instrumen-instrumen investasi berbasis syariah, baik pada
pasar uang syariah, surat utang syariah, dan saham syariah.
Berikut ini beberapa objek investasi keuangan syariah:
a. Perbankan syariah
Produk-produk investasi yang dapat diambil diperbakan syariah
diantaranya adalah22
1) Tabungan bagi hasil (mudharabah)
Tabungan bagi hasil adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah mutlaqah. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana
yang di investasikan oleh penabung secara produktif,
menguntungkan, dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil
keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank, sesuai
perbandingan bagi hasil atau nisbah yang dsepakati.

22
Ismail, Perbankan Syariah, ( Jakarta: Kencana, 2013), h. 51

22
2) Deposito bagi hasil (mudharabah)
Deposito bagi hasil adalah produk investasi jangka waktu
tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan. Produk ni
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah. Dengan prinsip ini bank
akan mengelola dana yang di investasikan nasabah secara produktif,
menguntungkan, dan memenuhi prinsip-prinsip hukum islam. Hasil
keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai
nisbah yang disepakati bersama sebelumnya.
3) Investasi khusus (mudharabah muqayyadah)
Investasi khusus adalah suatu bentuk investasi nasabah yang
disalurkan langsung kepada pembiayaan tertentu sesuai dengan
keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil yang
ditetakan berdasarkan kesepakatan antara bank, nasabah serta
penasihat keuangan jika diperlukan (dapat dinegosiasikan), dan akan
diinvestasikan kepada sektor riil yang menguntungkan sesuai
keinginan nasabah.
b. Pasar modal syariah
Dalam arti sempit pengertian pasr merupakan tempat para penjual
dan pembeli bertemu untuk melkukan transaksi. Artinya pembeli dan
penjual langsung bertemu untuk melakukan transaksi dalam suatu lokasi
tertentu. Lokasi atau tempat ertemuan tersebut disebut pasar. Namun
dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan transaksi
antar pembeli dan penjual, dimana pembeli dan penjual tidak harus
bertemu dalam suatu tempat atau bertemu langsung, akan tetapi dapat
dilakukan melalui sarana informasi yang ada seperti sarana elektronika.
Pengertian pasar modal secara umum berupakan suatu tempat
bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam
rangka memperoleh modal. Penjual (emiten) dalam pasar modal
merupakan perusahaan yang membutuhkanmodal, sehingga mereka

23
berusaha untuk menjual efek dipasar modal. Sedangkan pembeli
(investor) adalah pihak yang ingin membeli modal diperusahan yang
menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama
bursa efek.23
Modal yang diperdagangkan dalam pasr modal merupakan modal
yang bila diukur dari waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh
karena itu bagi emiten sangat menguntungkan mengingat masa
pembiayaannya relatif panjang, baik bagi yang bersifat kepemilikan
maupun yang bersifat utang. Khusus untuk modal bersifat kepemilikan,
jangka waktunya lebih panjang jika dibandingkan dengan yang bersifat
utang.
Instrumen investasi dipasar modal syariah terdiri dari: 24
1) Saham syariah
Saham adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan
yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham yang
memiliki hak-hak istimewah. Bagi perusahaan yang modalnya
diperoleh dari saham merupakan modal sendiri. Jenis-jenis saham
terdiri dari saham preferen, saham biasa, dan saham treasury.
2) Obligasi (sukuk) syariah
Dalam fatwah tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan pada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempoh.

23
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, ( Jakarta:
KENCANA, 2014), h. 51
24
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, ( Jakarta:
KENCANA, 2014), h.83

24
Sementara pendapatan investai yang dibagikan emiten kepada
pemegang obligasi syariah harus bersih dari unsur non-halal.
Mengenai bagi hasil antara emiten dan pemegang obligasi syarih,
diatur bahwa nisbah keuntungan dalam obligasi syariah mudhrabah
ditentukan sesuai kesepakatan dengan ketentuan pada saat jatuh
tempo, akan diperhitungkan secara keseluruhan.
3) Reksadana syariah
Reksadana adalah wadh yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan
dalam portofolio efek pleh manager investasi. Sedangkan reksadana
syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dalam
prinsip syariah, baik dalam bentuk akad, pengelolaan dana, dan
penggunaan dana. Akad antara investor dengan lembaga hendaknya
dilakukan dengan sistem mudharabah.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertam menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik
modalselama kerugian tersebutbukan akibat kelalaian si pegelola.
Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian pengusaha, maka pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
4) Asuransi syariah
Asuransi dibutuhkan dalam sektor usaha. Usaha yang sudah
maju dan menguntungkan mungkin bisa bangkrut dalam seketika
ketika kebakaran melanda tempat usahanya. Keluarga yang terlantar
ditinggal pemberi nafkah, dan usaha yang bangkrut karena kebakaran
sebenarnya tak perlu terjadi kalau saja ada perlindungan dari

25
asuransi. Asuransi memang tidak bisa mencegah musibah, tapi
setidaknya bia menanggulangi akibat keuangan yang terjadi.
Perbedaan asuransi syariah dan konvensioanl meungkin tidak
terlalu kentara, karena secara teknis prosedur hampir mirip dengan
asuransi konvensional. Tapi ada satu hal mendasar yang
membedakan yaitu perjanjjian trnasaksinya. Pada asuransi
konvensioanl, nasabah membeli perlindungan atau jaminan dari
perusahaan asuransi. Sedangkan pasa asuransi syariah, perjanjiannya
adalah para nasabah mengikat diri dalam suatu komunitas dan saling
menanggung jika terjadi musibah.
tentu saja perjanjian yang berbeda ini akan menimbulkan
konsekuensi yang berbeda pula. Diantarannya adalah masalah
kepemilikan uang premi. Pada asuransi konvensional karena
transaksinya adalah jual beli maka premi yang sudah dibayarkan
sepenuhnya menjadi milik perusahaan asuransi. Sedangkan pasa
asuransi syariah, premi yang dibayar nasabah tetap menjadi milik
nasabah yang diamanahkan kepada perusahaan asuransi syariah
untuk dikelola dan dikembangkan dananya.
Permasalashn asuransi tidak berhenti hanya pada transaksinya,
melainkan juga pada investasinya, akrena sebagian besar asurnasi
yang dibeli masyarakat justu yang asuransi yang mengandung
investasi (asuransi dwiguna). Selama ini, asuransi konvensional
menginvestasikan dana yang didapatkan tanpa mempertimbangkan
lagi faktor halal-haram. Tentunya ini menjadikan uang hasil investasi
yang diterima nasabah juga menjadi tidak terjaga kehalalannya. Hal
ini juga yang menajdi salah satu perbedaan bagi dari asuransi syariah.
Investasi pada asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas
Syariah yang memastikan bahwa semua mekanisme asuransi dan
alokasi investasinya tidak bertentangan dengan hukum syariah.

26
27
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan makalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat di

ambil kesimpulan, antara lain:

1. Manajeme Investasi syariah adalah suatu kegiatan usahanya mengelola

protofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola dengannilai-nilai dan

kaidah-kaidah syariah Islam.

2. Didalam melakukan muamalah dalam hal investasi maka Islam telah mengatur

bahwa ada beebrapa hal yang tidak diperbolehkan yakni tidak mencari rizki

pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya, serta

tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram, tidak mendzalimi dan tidak

didzalimi, keadilan perndistribusian kemakmuran, transaksi dilakukan atas

dasar ridha sama ridha, tidak ada unsur riba, maysir (perjudian dan spekulasi),

dan gharar (ketidakjelasan/samar-samar), sehingga tercipta suatu iklim investasi

yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lainnya.

3. Untuk mecapapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses

pegambilan keputusan atau penilaian, sehingga keputusan tersebut adalah

mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang

akan di hadapi.

B. SARAN
Ilmu atau pemahaman terkait investasi saat ini merupakan hal yang perlu
menjadi perhatian bukan saja oleh para investor yang telah aktif dalam kegiatan
investasi melainkan seluruh masyarakat agar dalam mengelola dananya dapat di

28
manfaatkan ke dalam kegiatannya yang masa depannya jelas, untuk itu investasi di
bidang syariah menjadi hal yang perlu mendapat perhatian penuh.

29
DAFTAR PUSTAKA

AMSI Mang. Berkah dengan Invstasi Syariah: Saham syariah kelas pemula.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Arifin Sirajuddin. 2010. “ Gharar dan Risiko dalam Transaksi Keuangan”, IAIN
Sunan Anpel Surabaya, Vol. 6., No. 2.

Faniyah Iyah. 2017. Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesi.


Yogyakarta: CV Budi Utama.

Sobana Dadang Husen. 2018. Manajemen Keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka


Setia.

Harning Murdifin, Salim Basalamah, 2010 Studi Kelayakan Investasi Proyek dan
Bisni. Jakarta.

Huda Nurul. 2014. Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah.
Jakarta: KENCANA.

Muhammad. 2014. Manajemen Keuangan Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN,

Salim.2018. Hukum Investasi di Indonesia. Depok: Rajawali Pers.

30
31

Anda mungkin juga menyukai