Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN INVESTASI SYARIAH

Disusun guna memenuhi tugas:


Mata Kuliah: Manajemen Investasi Syariah
Dosen Pengampu: Ain Rahmi, S.Ei., M.Ei

Disusun oleh K-1


Lala Sari (12107066)
Reni Agustiana (12107109)
Putri Aprilya (12107071)
Putri Ramadhanti (12107051)
Umi Kalsum (12107018)

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2023

Jl. Letjend Suprapto No.14 Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Selatan.
KATA PENGANTAR

Alhamdullillahirrabbil alamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu Ain Rahmi S.Ei., M.Ei selaku dosen di mata
kuliah Manajemen Investasi Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai materi yang dibahas pada makalah ini. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya
demikian makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 25 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Pengertian Investasi dalam perspektif Umum dan Syariah ................................... 3
B. Prinsip Syariah dalam Investasi ............................................................................. 5
C. Dasar Hukum Investasi Syariah ............................................................................ 6
D. Etika Investasi Syariah .......................................................................................... 8
BAB III .......................................................................................................................... 10
PENUTUP ..................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam juga melarang umatnya menumpuk uang atau menumpuk kekayaan, karena Islam
tidak membenarkan penganutnya memperkaya dan mementingkan dirisendiri demi
keuntungan pribadi. Islam menganjurkan umatnya selalu berusaha untuk mendapatkan
kehidupan yang baik karena terselenggaranya kehidupan yang baik di dunia menjadi salah
satu penunjang tercapainya kehidupan yang baik juga diakhirat dan salah satu upaya untuk
mewujudkannya adalah melalui kegiatan investasi. Investasi merupakan salah satu obyek
kajian dari muamalah maliyah. Investasi diartikan sebagai suatu usaha menempatkan dana
dengan tujuan mendapatkan keuntungan di waktu yang akan datang. Selain itu investasi juga
dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan pengelolaan aset atau kekayaan dengan orientasi
tertentu yang di dalamnya terdapat strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Investasi menurut
ekonomi Syariah adalah menempatkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan dengan
cara dan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Invstasi yang sesuai dengan prinsip Syariah
Islam adalah investasi yang halal dan tidak mengandung unsur riba, maysir dan gharar.
Saat ini banyak sekali jenis investasi yang ditawarkan baik investasi pada sektor keuangan
maupun non keuangan yang menawarkan berbagai keuntungan tanpa memperhatikan
kehalalan dan kemashlahatannya karena itu kita harus bersikaf selektif karena tidak semua
investasi diperbolehkan dalam Islam meskipun investasi tersebut menguntungkan. Supaya
umat Islam tidak terjebak pada praktik investasi yang dilarang dan agar tujuan investasi dapat
tercapai

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan investasi dalam perspektif umum dan syariah?
2. Apa saja prinsip syariah dalam berinvestasi?
3. Apa saja dasar hukum yang mengatur investasi syariah?
4. Bagaimana etika investasi syariah?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari investasi dalam perspektif umum dan syariah
2. Untuk mengetahui prinsip syariah dalam berinvestasi
3. Untuk mengetahui dasar hukum yang mengatur investasi syariah
4. Untuk mengetahui etika yang baik dalam berinvestasi syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi dalam perspektif Umum dan Syariah

Investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu invesment yang memiliki arti menanam.
Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman
uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Sedangkan istilah investasi dalam bahasa Arab sama dengan istilah istimar yang artinya
yang menjadikan berbuah (berkembang) dan bertambah jumlahnya. Secara istilah, investasi
adalah barang tidak bergerak atau barang milik perorangan atau perusahaan yang dimiliki
dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan atas penjualan dan pada umumnya dimiliki
degan waktu relatif panjang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana tau sumber daya
lainya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang.

Namun investasi dalam Islam pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah.
Dalam Islam setiap harta ada zakatya. Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat laun akan
termakan oleh zakatnya. Salah satu nikmah dari zakat ini adalah mendorong setiap muslim
untuk meng-investasikan hartanya agar bertambah. Jadi, investasi bukanlah semata-mata
bercerita tentang berapa keuntungan materi yang bisa didapatkan melalui aktivitas investasi,
tapi ada beberapa faktor yang mendominasi motifasi investasi dalam Islam.(Abdul Aziz 2010)

Pertama, akibat implementasi mekanisme zakat maka aset produktif yang dimiliki
seseorang pada jumlah tertentu (memenuhi batas nisab zakat) akan selalu dikenakan zakat,
sehingga hal ini akan mendorong pemiliknya untuk mengelolanya melalui investasi. Dengan
demikian melalui investasi tersebut pemilik aset memiliki potensi mempertahankan jumlah
dan nilai asetnya.

Kedua, aktivitas investasi dilakukan lebin didasarkan pada motivasi sosial yaitu
membantu sebadian masyarakat yang tidak memiliki modal namun memiliki kemampuan
berupa keahlian (skill) dalam menjalankan usaha, baik dilakukan dengan bersyarikat
(musyarakah) maupun dengan berbagi hasil (mudharrabah). Jadi dapat dikatakan bahwa
investasi dalam (slam bukan hanya dipengaruhi taktor keuntungan materi, tapi juga sangat
dipengaruhi ole faktor syarian (opatunan pada ketentuan syariah) dan faktor sosial
(kemashlahatan ummat).(Aziz 2010)

3
Jadi, profit margin (keuntungan) dalam berinvestasi ditentukan bukan pada faktor bunga
(rate interest), melainkan pada ketentuan tingkat harga, plus keberhasilannya dalam usaha.
Sebaliknya, bila meng-alami kerugian maka risikonya adalah rugi. Inilah letak perbedaan
mendasar dari investasi pada umumnya, dengan investasi dalam Islam. Betul bahwa meskipun
sama-sama ingin mendapatkan keuntungan, seperti halnya keuntungan investasi konvensional
lewat bunga, investasi dalam Islam justru didorong karena 4 (empat) prinsip utama,
sebagaimana ijtihad yang dikemukakan ole Ahmad Gozali, sebagai berikut:(Faniyah 2017)

a. Halal
Halal atau tidakya suatu investasi dapat dilihat dari tempat dan proses investasi. Tempt
investasi yang halal adalah usaha-usaha yang didirikan secara halal, tidak ada
penipuan, memberikan barang/jasa (output) yang halal, serta tidak mengandung unsur
maysir (judi/ spekulasi), gharar, dan riba. juga. Investasi pada pabrik minuman keras,
tempat perjudian, perbankan konvensional dan pelacuran misalnya, bukanlah investasi
yang halal.
b. Berkah
Keberkahan dapat diartikan sebagai kebaikan yang bertambah, tidak hanya secara fisik
(ekonomi) tetapi juga rohani karena ketenangan dan kepuasan batin dalam
memanfaatkan kekayaan secara produktif sehingga dapat dimanfaatkan pula oleh
orang lain.
c. Bertambah (Profit Margin)
Tujuan investasi salah satunya adalah meningkatkan tambahan kekayaan dari kegiatan
investasi tersebut. Hendakya investasi yang ditanamkan diatur sedemikian rupa
sehingga mendatangkan keuntungan sebanyak-banyaknya, tetapi dengan tidak
melupakan prinsip halal dan berkah.
d. Realistis
Tentu dengan gambaran proyeksi hasil investasi yang didapat adalah tidak hanya
sekedar mimpi dan janji di kertas saja, namun berdasarkan juga nilai kenyataan/ ril
yang kemungkinan besar akan terjadi dan tidak mengada-ada dan tentunya dalam
proses pengelolaan dan manajemennya harus sesuai dengan prinsip syariah dan tidak
bercampur dengan riba dan hal-hal yang ghoror tidak jelas.

4
B. Prinsip Syariah dalam Investasi

Walaupun Islam sangat menganjurkan investasi, bukan berarti semua bidang usaha
diperbolehkan dalam berinvestasi. Ada aturan-aturan dalam Islam yang menerapkan batasan
mana aktivitas yang halal dan haram untuk dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan manusia dari kegiatan yang membahayakan masyarakat (Afzalurrahman,
2000), sebagaimana tujuan syariat seperti dijelaskan di atas.
Secara umum, prinsip syariah dalam ekonomi harus didasarkan pada konsep tauhid, al ad
wal ihsan, ikhtiyar, dan kewajiban sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Quran dan Hadits.
Berdasarkan pada prinsip tauhid, hak milik sepenuhnya atas segala harta kekayaan ada pada
Allah dan manusia hanya diberikan amanah untuk menggunakannya sesuai dengan yang
digariskan oleh syariah. Kesetimbangan (al-'adl wal ihsan) didasarkan pada konsep normatif
keadilan dalam arti sempit. Lawan dari 'adil adalah ketidakadilan atau zulm. Dan ini dilarang
dalam Islam.
Ikhtiyar menunjukkan bahwa manusia dilahirkan bebas berbuat, manusia memiliki
kemampuan untuk memilih dalam berbagai situasi yang bertentangan. Kewajiban atau
tanggung jawab dalam Islam menunjukkan pada dua prinsip penting, yaitu: pertama,
berhubungan dengan peran manusia sebagai khalifah di muka bum dan kedua, usaha manusia
untuk memakmurkan bumi.
Dengan demikian, aktivitas ekonomi maupun bisnis investasi dalam Islam merupakan
bentuk ibadah (lyyaka na'budu wa iyyaka nastalin) dan wa maa khalaqtu al-jinna wal insa illa
liya'buduun. Oleh karena itu, prinsip utamanya adalah apa yang diusahakerjakan harus halal
lagi thayyib pun harus terhindar dari unsur ribawi serta tidak bole berlebihan (israf). Artinya,
moderat dalam melakukan konsumsi untuk mengurangi timbulnya kelangkaan dan memenuhi
kewajiban kepada masyarakat dengan membayar zakat. Demikian pula, bisnis investasi pun
harus terhindar dari unsur khiyana, tanajush, gharar, dan semua bentuk dan jenis spekulatif
lainnya.(Aziz 2010)
Jadi, agar sesuai dengan aturan dan norma Islam, lima unsur keagamaan, yang ditekankan
dalam banyak literatur, menurut Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algaoud (2007: 44), harus
diterapkan dalam perilaku investasi, yaitu:
a. tidak ada transaksi keuangan berbasis riba
b. pengenalan pajak religius atau pemberian sedekah, zakat
c. pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum Islam (haram)
d. penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan gharar (transaksi
yang tidak jelas)

5
e. penyediaan takaful (asuransi Islam).
Demikian pula, Mirakhor (1987) menjelaskan lima prinsip syariah yang harus
dimpelemtasikan pada kegiatan perbankan syariah ter-masuk di dalamnya investasi
adalah:(Aziz 2010)
a. prinsip bagi rugi hasil (profit and loss sharing principles)
b. prinsip dagang (trade principles)
c. berdasarkan prinsip biaya atau upah (fees or charges based principles)
d. prinsip bebas jasa (free services principles)
e. prinsip tambahan (ancillary principles).
Prinsip-prinsip tersebut di atas sangat mengikat bagi setiap muslim yang akan dan sedang
melakukan investasi dan bahkan kegiatan ekonomi dan bisnis lainnya. Karena prinsip syariah
harus menjadi aturan dan pedoman hidup bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik
ekonomi, politik, sosial, budaya, dan filsafat moral lainnya. Dengan kata lain, prinsip syariah
harus dijalankan pada segi kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya kegiatan
investasi.(Rahmawati et al. 2015) Karena bila investasi masih menggunakan riba akan
berdampak negatif pada kegiatan ekonomi.

C. Dasar Hukum Investasi Syariah

Dari sisi hukum sendiri, Islam memperbolehkan kegiatan investasi ini, dikarenakan
kegiatan ini termasuk kegiatan bermuamalah selama berad pada koridor syarih dan tidak
melanggar apa yang dilarang dalam rambu-rambu muamalah syariah. Hal ini sebagaimana
firman Allah swt:(Abdul Aziz 2010)

‫ش ْي َطانُ ِمنَ ا ْل َم ِس ۚ َٰذَ ِلكَ بِأَنَّ ُه ْم قَالُوا إِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬ ُ َّ‫الربَا ََل يَقُو ُمونَ إِ ََّل َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَت َ َخب‬
َّ ‫طهُ ال‬ ِ َ‫لَّ ِذينَ يَأ ْ ُكلُون‬
‫ف َوأ َ ْم ُرهُ إِلَى اللَّ ِه ۖ َو َم ْن‬ َ َ ‫سل‬ َ ‫الربَا ۚ فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع َظةٌ ِم ْن َر ِب ِه فَا ْنت َ َه َٰى فَلَهُ َما‬ِ ‫الربَا ۗ َوأ َ َح َّل اللَّهُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
ِ
َ‫اب النَّ ِار ۖ ُه ْم فِي َها َخا ِل ُدون‬ ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫عَا َد فَأُو َٰلَئِكَ أ‬

Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah:
275).

6
Meskipun fatwa bersifat tidak mengikat, tetapi pada praktiknya fatwa DSN-MUI adalah
salah satu rujukan dalam mengembangkan pasar modal syariah Indonesia. Sampai dengan
saat ini, terdapat 17 fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan pasar modal syariah. Lima
(5) fatwa DSN-MUI yang menjadi dasar pengembangan pasar modal syariah
adalah:(Peristiwo et al. 2016)
1. Fatwa DSN-MUI No: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
2. Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
3. Fatwa DSN-MUI No. 124/DSN-MUI/XI/2018 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Pelaksanaan Layanan Jasa Penyimpanan dan Penyelesaian Transaksi Efek Serta
Pengelolaan Infrastruktur Investasi Terpadu.
4. Fatwa DSN-MUI No. 138/DSN-MUI/V/2020 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Kliring, dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa atas Efek Bersifat
Ekuitas di Bursa Efek.
5. Fatwa DSN-MUI No. 135/DSN-MUI/V/2020 tentang saham.
Terkait cara kerjanya, investor atau pemilik modal yang ingin memulai aktivitas investasi
syariah mengawalinya dengan menjalankan akad investasi. Akad tersebut merupakan akad
musyarakah atau kerja sama, ijarah atau sewa-menyewa, serta akad mudharabah atau bagi
hasil.
Tanpa melakukan deretan akad tersebut, aktivitas investasi syariah tidak akan bersifat
sah. Adanya proses akad ini juga yang membedakan jenis investasi ini dengan investasi
konvensional yang selama ini telah dikenal oleh masyarakat, khususnya di kalangan investor.
Hingga saat ini, investasi syariah juga sudah berkembang dan menyebar, serta
diimplementasikan pada sejumlah macam lembaga finansial. Hal ini mencakup pula bidang
perbankan dan juga non perbankan.

7
D. Etika Investasi Syariah

Etika Investasi Syariah Salah satu kegiatan bisnis dalam ekonomi islam adalah investasi
syariah, dalam berinvetsi syariah ada landasan etika yang harus dipahami dan dimiliki oleh
pelaku investasi syariah. Dengan harapan esensial dan tujuan dari berinvestasi itu sendiri
memiliki makna bagi kehidupan dunia dan akhirat. Definisi Etika Secara etimologi, Etika
berasal dari bahasa Yunani (ethikos), dengan arti Sebagai analisis konsep-konsep
terhadap aturan benar atau salah. Aplikasi kedalam watak moralitas atau tindakan-
tindakan moral, dengan bertanggung jawab penuh.
Etika dapat diartikan sebagai sikap untuk memahami opsi-opsi yang harus diambil di
antara sekian banyak tindakan yang ada. Etika tidaklah ditafsir sebagai sesuatu yang
merampas kebebasan manusia dalam berbuat. Etika dalam dunia bisnis dapat diartikan
sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan
pada prinsip-prinsip moralitas.(Rahmarisa 2019)
Secara umum investasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keuangan saja.
Tetapi ada pula investor yang kegiatan investasinya dengan mempertimbangkan aspek
nilai-nilai sosial dan agama. Investor yang telah melakukan kegiatan tersebut dapat
disebut Ethical Investmentatau Socially Responsible Investment (SRI). Konsep investasi
dalam ajaran islam yang diwujudkan dalam bentuk non-finansial yang berimplikasi
terhadap kehidupan ekonomi yang kuat, seperti yang tertuang dalam Al Qur’an surat An
Nisa ayat 9, sebagai berikut:
‫سدِيدًا‬ َ ‫ش الَّ ِذينَ لَ ْو ت َ َركُوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّةً ِضعَافًا َخافُوا‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا اللَّهَ َو ْليَقُولُوا قَ ْو ًَل‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang jujur”
Ayat tersebut menganjurkan untuk berinvestasi dengan mempersiapkan generasi yang
kuat, baik aspek intelektualitas, fisik, maupun aspek keimanan sehingga terbentuklah
sebuah kepribadian yang utuh dengan kapasitas:
a) Memiliki akidah yang benar
b) Ibadah dengan cara yang benar
c) Memiliki akhlak yang mulia
d) Intelektualitas yang memadai
e) Mampu untuk bekerja/mandiri
f) Disiplin atas waktu

8
g) Manfaat bagi orang lain

Dengan tujuh bekal tersebut diharapkan sebuah generasi sebagai hasil investasi jangka
panjang para orang tua dapat menjalani kehidupan dengan baik, sejahtera serta tentram.
Diantara rambu-rambu yang perlu dilakukan bila melakukan investasi adalah sebagai
berikut:(Rahmarisa 2019)

a) Investasi yang dilakuka harus terbebas dari unsur riba. Riba adalah kegiatan untuk
menambah harta yang dimiliki oleh manusia dengan cara membuat harta yang
tadinya tidak ada, menjadi ada. Hal ini sangat dikecam dalam konsep ekonomi
islam
b) Terhindar dari unsur gharar
c) Terhindar dari unsur judi (maysir)
d) Terhindar dari unsur haram. Investasi yang dilakukan oleh seorang investor muslim
diharuskan terhindar dari unsur haram. Sesuatu yang haram merupakan segala
sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah Muhammad saw, di
dalam Al Qur’an dan hadist. Kata haram sendiri secara estimologi berarti melarang.
Sesuatu yang haram berarti sesuatu yang dilarang untuk dilakukan
e) Terhindar dari unsur syubhat, dalam berinvestasi seorang investor disarankan
menjauhi aktivitas investasi yang bearoma syubhat, karena jika hal tersebut tetap
dilakukan maka pada hakikatnya telah terjerumus pada suatu yangharam,
sebagaimana apa yang telah dinyatakan oleh para ulama dan fuqaha dalam sebuah
kaidah yang ada dalam konsep fiqh muamalah yangmenyatakan “Apabila
berkumpul antara yang halal dan yang haram, dimenangkan yang haram”

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Investasi pada umumnya merupakan suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi, to use (money) make more money out of
someting that expected to increase in value. Artinya, investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal.
Stok barang modal (capital stocks) terdiri dari pabrik, mesi, kantor, dan produk-produk tahan
lama lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
Secara umum, prinsip syari'ah dalam ekonomi harus didasarkan pada konsep tauhid, al
ad wal ihsan, ikhtiyar, dan kewajiban sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Quran dan
Hadits. Berdasarkan pada prinsip tauhid, hak milik sepenuhnya atas segala harta kekayaan ada
pada Allah dan manusia hanya diberikan amanah untuk mengguna-kannya sesuai dengan yang
digariskan oleh syariah. Kesetimbangan (al-'adl wal ihsan) didasarkan pada konsep normatif
keadilan dalam arti sempit. Lawan dari 'adil adalah ketidakadilan atau zulm. Dan ini dilarang
dalam Islam.(Faozan et al. 2013)
Meskipun fatwa bersifat tidak mengikat, tetapi pada praktiknya fatwa DSN-MUI adalah
salah satu rujukan dalam mengembangkan pasar modal syariah Indonesia. Sampai dengan saat
ini, terdapat 17 fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan pasar modal syariah.
Etika Investasi Syariah Salah satu kegiatan bisnis dalam ekonomi islam adalah investasi
syariah, dalam berinvetsi syariah ada landasan etika yang harus dipahami dan dimiliki oleh
pelaku investasi syariah.

B. Saran

Dalam makalah ini kami kutip referensi-referensi terpecaya semoga dapat menambah
wawasan, terutama bagi penulis dan pembacanya, di samping itu dalam penulisan makalah ini
manusia biasanya banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu penyususun menyarankan
kepada pembaca yang ingin mendalami Pengenalan Investasi Syariah setelah ini pembaca
dapat membaca makalah lain yang lebih lengkap. Dan apabila ada kesalahan dan kesilapan
dalam penulisan ini harap diperbaiki dan kami mohon kritikan kearah yang membangun.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, AZ. 2010. “MANAJEMEN INVESTASI SYARIAH,” June.


http://web.syekhnurjati.ac.id.
Aziz, Abdul. 2010. Manajemen Investasi Syariah. 1st ed. Bandung: Alfabeta.
Faniyah, Iyah. 2017. “Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia.” Edited by
Laurensius, 97.
https://books.google.com/books/about/Investasi_Syariah_dalam_Pembangunan_Ekon.ht
ml?hl=id&id=3cdcDwAAQBAJ.
Faozan, Akhmad, Sekolah Tinggi, Agama Islam, and Negeri Purwokerto. 2013. “Konsep
Pasar Modal Syariah.” Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 4 (2): 287–
310. https://doi.org/10.18326/MUQTASID.V4I2.287-310.
Peristiwo, Hadi, : Analisis, Minat Investor…, Iain Sultan, and Maulana Hasanuddin Banten.
2016. “ANALISIS MINAT INVESTOR DI KOTA SERANG TERHADAP INVESTASI
SYARIAH PADA PASAR MODAL SYARIAH.” ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi
Islam 7 (1). https://doi.org/10.32678/IJEI.V7I1.7.
Rahmarisa, Faty. 2019. “INVESTASI PASAR MODAL SYARIAH.” JEKKP (Jurnal
Ekonomi, Keuangan Dan Kebijakan Publik) 1 (2): 79–84.
https://doi.org/10.30743/JEKKP.V1I2.2263.
Rahmawati, Naili, MM Ag, Mana Jemen, Muhammad Yusup, and M Si. 2015. Managemen
Investasi Syariah.

11

Anda mungkin juga menyukai