Anda di halaman 1dari 18

KONSEP FUNDAMENTAL INVESTASI BERDASARKAN

SYARIAH

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Uang Dan Pasar Modal Syariah
Dosen Pengampu Ibu Rini Puji Astuti, S.Kom., M.Si.

Disusun Oleh :

1) Aniisatun Naajiyah 222105010074


2) Nabilah 222105010081
3) Vina Damayanti
4) Muhammad Faris 222105010069

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Konsep Fundamental Investasi Berdasarkan Syariah” dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Semoga para pembuat serta pembaca makalah ini
mendapatkan syafaatnya.
Kemudian, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak. Terima kasih pula kepada Ibu Rini Puji Astuti, S.Kom., M.Si. yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tugas ini.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan dari
para pembaca guna meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Jember, 16 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Investasi Syariah.................................................................3
B. Kategori Investor Syariah.....................................................................4
C. Karakteristik Investor Syariah..............................................................5
D.Investasi Dalam Perspektif Syariah.......................................................7
E. Norma Dalam Berinvestasi Syariah......................................................10
F. Gharar dan Maysir Dalam Perspektif Syariah ..................................... 11
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Investasi sangat dianjurkan dalam Islam. al-Quran dan al-Hadist dari
Nabi Muhammad SAW dan sahabat mendukung adanya investasi berupa
penggunaan sumber daya modal yang produktif. Investasi yang dilakukan
tentunya harus sesuai dengan aturan Islam. Norma dalam berinvestasi menurut
syariah adalah bebas dari unsur riba, ketidakpastian (gharar), judi (maysir),
haram, dan syubhat. Obligasi merupakan merupakan salah satu bentuk
investasi, namun praktik obligasi konvensional adalah riba yang diharamkan
secara jelas oleh ayat-ayat al- Qur’an dan hadist-hadist shahih serta konsesus
(ijma’) ulama baik salaf maupun khalaf. Rekonstruksi obligasi agar sesuai
dengan kaidah-kaidah syariah perlu memerhatikan beberapa larangan yang
mendasari bermuamalah dengan obligasi. Pada dasarnya perbedaan mendasar
antara obligasi syariah dan obligasi konvensional terletak pada penetapan
bunga yang besarnya sudah ditentukan di awal transaksi. Obligasi syariah
bukan merupakan utang berbunga tetap sebagaimana yang terdapat dalam
obligasi konvensional, tetapi lebih merupakan penyerta dana yang didasarkan
pada prinsip bagi hasil. Transaksinya bukan akad utang piutang melainkan
penyertaan. Obligasi syariah (sukuk) sebagai bentuk pendanaan (financing)
dan sekaligus investasi (investment) memungkinkan beberapa bentuk struktur
yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada riba. Obligasi syariah
dapat berupa bagi hasil berdasarkan akad mudharabah/muqaradhah/qiradh
atau musyarakah. Sedangkan margin/fee berdasarkan akad murabahah atau
salam atau istishna’.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Investasi
2. Apa saja kategori investor syariah?
3. Bagaimana karakteristik investor syariah?
4. Bagaimana investasi dalam perspektif syariah?
5. Apa saja norma dalam berinvestasi syariah?
6. Bagaimana risiko (gharar) dan perjudian (maysir) dalam perspektif
syariah?

1
2

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami pengertian investasi
2. Untuk memahami kategori investor syariah
3. Untuk memahami karakteristik investor syariah
4. Untuk memahami investasi dalam perspektif syariah
5. Untuk memahami norma dalam berinvestasi syariah
6. Untuk memahami bagaimana risiko (gharar) dan perjudian (maysir) dalam
perspektif syariah
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi Syariah


Investasi dalam bahasa Arab diistilahkan dengan kata
“‫“ إس تثمر‬yang berarti membuahkan.Investasi dalam Islam merupakan
bentuk aktif dari ekonomi syari’ah. Pola sederhana dalam berinvestasi
memberikan gambaran bahwa kegiatan investasi cukup efektif dalam
mengembangkan modal agar dapat mengembangkan usaha maupun tingkat
keamananannya. Dalam konsep Islam, investasi bukan semata-mata terkonsentrasi
pada seberapa besar keuntungan materi yang bisa dihasilkan melalui aktifitas
ekonomi saja, namun lebih dari itu kegiatan investasi dalam konsep Islam juga
didorong oleh adanya faktor-faktor tertentu yang mendominasi.
Faktor-faktor dominan sebagai pendorong seseorang melakukan aktivitas
investasi adalah:
1. Adanya implementasi mekanisme zakat terhadap jumlah dan nilai assetnya
yang akan selalui dikenakan zakat.Faktor ini akan mendorong pemilik
(investor) untuk mengelolanya melalui investasi, dan faktor ini lebih dekat
kepada perilaku individu.
2. Adanya motif sosial, yaitu dengan membantu sebagian masyarakat yang
tidak memiliki modal.Faktor ini dijalankan dengan pola bersyarikat
(musyarakah) maupun dengan berbagi hasil (mudharabah).
Dengan demikian, secara umum pengertian investasi syariah adalah suatu
kegiatan produktif yang menguntungkan bila dilihat dari sudut pandang teologis,
dan menjadi untung-rugi jika dipandang dari sisi ekonomi, karena tidak bisa
terlepas dari adanya suatu ketidak-pastian (uncertainty of loss) dalam kehidupan
manusia, serta harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i.
Hal ini juga ditegaskan oleh Imam al-Ghazali yang menyatakan bahwa
“keuntungan merupakan kompensasi dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan
ancaman diri pengusaha”.

3
4

Beberapa dasar hukum tentang anjuran untuk melakukan investasi dalam


konsep Islam antara lain:
1. Hadist yang diriwayatkan oleh Umar bin Syu’aib yang
artinya:
“Ketahuilah, Siapa yang memelihara anak yatim, sedangkan anak yatim itu
memiliki harta (uang warisan), maka hendaklah ia menginvestasikannya
(membisniskannya), janganlah ia membiarkan harta itu idle, sehingga harta itu
terus berkurang lantaran zakat”.
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya:
“Berikanlah kesempatan kepada mereka yang memiliki tanah untuk
memenfaatkannya, dengan caranya sendiri dan jika tidak dilakukannya, hendaklah
diberikan pula orang lain agar memanfaatkannya”.
3. Pernyataan Umar bin Khattab yang artinya:
“Siapa saja yang mempunyai uang hendaklah ia mengivestasikannya, dan
siapa saja yang mempunyai tanah hendaklah ia menanaminya”.

B. Kategori Investor Syariah


Investor syariah adalah individu atau entitas yang berinvestasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip-prinsip syariah ini melarang
investasi dalam bisnis yang melanggar hukum Islam, seperti riba (bunga),
perjudian, minuman keras, dan bisnis yang melanggar etika Islam. Berikut adalah
beberapa kategori investor syariah:
1. Individu Muslim: Individu Muslim yang ingin menginvestasikan uang
mereka sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Lembaga Keuangan Syariah: Lembaga keuangan syariah seperti bank
syariah, perusahaan asuransi syariah, dan lembaga keuangan non-bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
3. Dana Investasi Syariah: Dana investasi syariah adalah entitas yang
mengumpulkan dana dari investor untuk diinvestasikan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Ini dapat mencakup dana pensiun syariah, reksa
dana syariah, dan dana amanah syariah.
5

4. Perusahaan Syariah: Perusahaan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-


prinsip syariah, termasuk bisnis yang tidak terlibat dalam aktivitas yang
dilarang oleh hukum Islam.
5. Individu Non-Muslim: Beberapa individu non-Muslim juga tertarik untuk
berinvestasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah karena melihatnya
sebagai cara berinvestasi yang etis dan berkelanjutan. Mereka dapat
berinvestasi dalam instrumen keuangan syariah yang memenuhi kriteria
syariah.
6. Organisasi Amal dan Zakat: Organisasi amal dan lembaga zakat yang
mengelola dana yang diberikan oleh umat Muslim sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah untuk tujuan kemanusiaan dan sosial.
7. Investor syariah mematuhi pedoman investasi yang ditetapkan oleh hukum
Islam dan menghindari investasi dalam sektor-sektor yang dianggap haram
(dilarang) dalam Islam. Kategori investor di atas adalah contoh dari
beragam entitas dan individu yang berinvestasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah.

C. Karakteristik Investor syariah


Investor syariah memiliki beberapa karakteristik khusus yang
membedakan mereka dari investor konvensional. Berikut adalah beberapa
karakteristik umum yang dimiliki oleh investor syariah:
1. Kepatuhan Terhadap Prinsip-Prinsip Syariah: Investor syariah memiliki
komitmen untuk berinvestasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Mereka menghindari berinvestasi dalam bisnis yang melanggar hukum
Islam, seperti riba (bunga), perjudian, minuman keras, dan bisnis yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Pertimbangan Etis: Investor syariah sering mempertimbangkan aspek etis
dari investasi mereka. Mereka mencari peluang investasi yang sesuai
dengan nilai-nilai dan etika Islam, seperti keadilan, transparansi, dan
keberlanjutan lingkungan.
6

3. Pemahaman tentang Prinsip Syariah: Investor syariah memiliki


pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip syariah dan kriteria investasi
syariah. Mereka sering mengkonsultasikan ulama (cendekiawan Islam)
atau ahli syariah keuangan untuk memastikan investasi mereka sesuai
dengan hukum Islam.
4. Diversifikasi Portofolio: Investor syariah sering menerapkan diversifikasi
portofolio yang cermat untuk mengurangi risiko investasi mereka. Mereka
dapat berinvestasi dalam berbagai jenis aset, termasuk saham syariah,
obligasi syariah, reksa dana syariah, dan properti yang sesuai dengan
prinsip syariah.
5. Penghindaran Instrumen Riba: Investor syariah menghindari instrumen
keuangan yang mengandung unsur riba atau bunga. Sebaliknya, mereka
mencari alternatif yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti obligasi
syariah yang berbasis pada keuntungan bagi kedua pihak.
6. Investasi jangka panjang: Investor syariah cenderung memiliki pandangan
jangka panjang terhadap investasi mereka. Mereka mungkin tidak tertarik
pada spekulasi atau investasi dengan risiko tinggi, melainkan mencari
investasi yang berkelanjutan dan sesuai dengan prinsip syariah.
7. Kepedulian Sosial dan Lingkungan: Beberapa investor syariah juga
mempertimbangkan faktor sosial dan lingkungan dalam keputusan
investasi mereka. Mereka mungkin menghindari investasi dalam bisnis
yang merugikan masyarakat atau lingkungan.
8. Kepatuhan Terhadap Zakat: Investor syariah sering memperhatikan
kewajiban zakat, yaitu sumbangan amal yang diwajibkan dalam Islam.
Mereka dapat mengalokasikan sebagian dari keuntungan investasi mereka
untuk zakat.
9. Karakteristik ini mencerminkan komitmen investor syariah untuk
menggabungkan nilai-nilai agama, etika, dan keuangan dalam keputusan
investasi mereka. Mereka mencari investasi yang memberikan keuntungan
finansial sambil mematuhi prinsip-prinsip syariah dan nilai-nilai Islam.
7

D. Investasi Dalam Perspektif Syariah


Investasi yang aman secara duniawi belum tentu aman dari sisi
akhiratnya. Maksudnya, investasi yang sangat menguntungkan sekalipun dan
tidak melanggar hukum positif yang berlaku belum tentu aman kalau dilihat
dari sisi syariah Islam. Dengan menyadari perbedaan Fiqiyah yang ada dan
belajar dari praktik negara lain, maka disini akan dibahas jenis dan
instrument investasi, jenis dan usaha emiten, jenis transaksi yang dilarang,
serta penentuan dan pembagian hasil investasi. Investasi hanya boleh
dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai dengan keuangan syariah
Islam yaitu tidak mengandung riba. Untuk sistem perekonomian Indonesia saat
ini, berdasar UU Pasar Modal hanya meliputi beberapa hal, yaitu instrument
saham yang sudah melalui penawaran umum, pembagian deviden dan
didasarkan pada tingkat laba usaha; penempatan dalam deposito pada
Bank Umum Syariah;surat utang jangka panjang, yaitu berupa obligasi maupun
surat utang jangka pendek yang telah lazim diperdagangkan diantara lembaga
keuangan syariah, termasuk jual beli utang (bai' ad-dayn) dengan segala
kontroversinya. Investasi juga hanya dapat dilakukan pada efek-efek
yang diterbitkan oleh pihak (emiten) yang jenis kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan syariah Islam seperti usaha perjudian, permainan yang
tergolong judi, perdagangan yang dilarang seperti usaha keuangan konvensional
(ribawi), asuransi konvensional, bank konvensional usaha yang memproduksi,
mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang
tergolong haram, usaha yang memproduksi, mendristribusi, serta
menyediakan barang-barang jasa yang merusak moral dan besifat mudarat.
Sistem perekonomian Indonesia saat ini pada umumnya merupakan
sistem yang masih netral terhadap ajaran dan nilai agama. Selain itu, dengan
mempertimbangkan cakupan jasa perbankan yang diberikan oleh bank syari'ah
masih terbatas, seluruh imiten dapat dapat memiliki pendapatan dari penempatan
dananya di bank umum berupa jasa giro ataupun bunga. Oleh karena itu,
pemilihan emiten yang benar-benar terdapat dari pendapatan tersebut
sangat sulit. Situasi ini dianggap sebagai suatu kondisi darurat yang sifatnya
8

sementara sampai ada sistem perekonomian yang telah memasukkan nilai


ajaran Islam. Demikian juga apabila emiten merupakan perusahaan induk,
harus dipertimbangkan juga jenis kegiatan usaha anak-anak perusahaannya.Jenis
kegiatan emiten yang dianggap tidak layak di investasikan ialah; apabila
tingkat pencapaian bunga bersih beserta pendapatan non halal, baik dari emiten
maupun anak-anak perusahaannya, terhadap pendapatan/penjualan seluruhnya
diatas 15%. Begitu pula, apabila suatu emiten memiliki penyertaan
(saham) lebih dari 50 % di perusahaan yang usahanya bertentangan
dengan syariah Islam, maka jenis kegiatan emiten seperti ini juga dianggap
bertentangan dengan syariah Islam.Selain memperhatikan emiten, harus
diperhatikan pula jenis-jenis transaksi investasi sebab ada beberapa jenis
transaksi yang dilarang. Pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi
harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian (prudential
management/ihtiyaath) serta tidak boleh melakukan spekulasi yang
didalamnya mengandung unsur gharar, termasuk tindakan melakukan
penawaran palsu (najsy), melakukan penjualan atas barang yang belum
dimiliki (short selling), menyebarkan informasi yang menyesatkan atau
memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan
transaksi yang dilarang (insider trading), melakukan penempatan investasi
pada perusahaan yang memiliki rasio (nisbah) utang yang diatas kelaziman
perusahaan pada industri sejenis.Nisbah utang terhadap modal digunakan
untuk mengetahui bagaimana struktur pembiayaan suatu emiten. Apakah
emiten tersebut sangat bergantung dengan pembiayaan dari utang yang pada
intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba. Nisbah utang
terhadap modal merupakan perbandingan antara utang terhadap total nilai
modal termasuk cadangan, laba ditahan, dan utang dari pemegang saham.
Apabila suatu emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 81%
(utang 45%, modal 55%), maka emiten tersebut dapat dianggap bertentangan
dengan syariah Islam. Nisbah yang diizinkan (diperbolehkan) akan ditentukan
perkembangannya setiap waktu oleh DSN (Dewan Syariah Nasional). Selain
itu, dalam melakukan penempatan investasi pada suatu perusahaan, harus
9

dipertimbangkan juga kondisi manajemen perusahaan tersebut. Bila manajemen


suatu perusahaan diketahui telah bertindak melanggar prinsip yang islami,
maka resiko atas investasi pada perusahaan tersebut dianggap melebih batas
yang wajar. Pada akhirnya hasil investasi yang diterima akan dibagikan
secara proporsional kepada para pemodal (investor). Hasil investasi
yangdibagikan harus bersih dari unsur tidakhalal sehingga harus dilakukan
pemisahan bagian pendapatan yang mengandung unsur tidak halal dari
pendapatan yang diyakini halal (tafriq al-halal min al-haram). Jadi jelas
bahwa dalam berinvestasi umat Islam tidak boleh asal menempatkan
modalnya. Dilihat dulu profil perusahaan, transaksi yang dilakukan,
barang/obyek yang ditransaksikan, semuanya harus mengikuti prinsip-prinsip
Islam dalam bermuamalah. Oleh karena itu, para pemilik modal harus
mengetahui investasi yang diperolehkan oleh syariah Islam

Berikut adalah beberapa aspek penting dalam investasi dalam perspektif


syariah:
1. Hindari Riba (Bunga): Prinsip syariah melarang mendapatkan atau
membayar bunga (riba). Oleh karena itu, investasi syariah harus
menghindari instrumen keuangan yang menghasilkan atau melibatkan
bunga.
2. Hindari Perjudian (Maisir): Investasi syariah tidak boleh terlibat dalam
perjudian atau spekulasi berlebihan yang dapat dianggap mirip dengan
perjudian.
3. Hindari Barang Haram: Investasi syariah tidak boleh melibatkan barang
atau bisnis yang dianggap haram dalam Islam, seperti minuman keras,
daging babi, atau industri perjudian.
4. Transparansi dan Keadilan: Prinsip syariah mendorong transparansi dalam
bisnis dan keadilan dalam transaksi. Investasi syariah harus
mempromosikan prinsip-prinsip ini.
5. Larangan Investasi dalam Bisnis yang Melanggar Syariah: Investasi
syariah harus menghindari sektor atau bisnis yang melanggar hukum
10

Islam, seperti industri pornografi, perjudian, atau perusahaan yang


menghasilkan produk haram.
6. Kepatuhan terhadap Zakat: Investor syariah diharapkan memperhatikan
kewajiban zakat, yaitu sumbangan amal yang diwajibkan dalam Islam.
Mereka dapat menghitung zakat berdasarkan keuntungan investasi mereka.
7. Investasi yang Berkelanjutan: Investasi syariah juga dapat mengedepankan
keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini sejalan
dengan nilai-nilai keadilan dan etika dalam Islam.
8. Diversifikasi Portofolio: Dalam investasi syariah, diversifikasi portofolio
sering diutamakan untuk mengurangi risiko. Investor dapat
mengalokasikan dana mereka dalam berbagai instrumen keuangan syariah,
seperti saham syariah, obligasi syariah, dan reksa dana syariah.
9. Konsultasi dengan Ahli Syariah: Investor syariah sering
mengkonsultasikan ulama (cendekiawan Islam) atau ahli syariah keuangan
untuk memastikan investasi mereka mematuhi prinsip-prinsip syariah.
10. Pertimbangan Sosial dan Lingkungan: Beberapa investor syariah juga
mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari investasi mereka,
menghindari bisnis yang merugikan masyarakat atau lingkungan.

Investasi syariah mengutamakan prinsip-prinsip etika, keadilan, dan


kepatuhan terhadap hukum Islam dalam keputusan investasi. Ini memungkinkan
individu dan entitas yang ingin berinvestasi sesuai dengan keyakinan agama
mereka untuk melakukannya dengan cara yang mematuhi prinsip-prinsip syariah.

E. Norma Dalam Berinvestasi Syariah


Norma dalam berinvestasi syariah didasarkan pada prinsip-prinsip hukum
Islam (syariah) dan norma etika Islam. Investasi syariah diarahkan untuk
memastikan kepatuhan terhadap ajaran Islam dan nilai-nilai etis. Berikut adalah
beberapa norma penting dalam berinvestasi syariah:
I. Larangan Riba (Bunga): Investasi syariah harus menghindari segala
bentuk riba atau bunga. Ini berarti investor tidak boleh mendapatkan atau
membayar bunga dalam transaksi investasi mereka.
II. Larangan Perjudian (Maisir): Investasi syariah tidak boleh terlibat dalam
perjudian atau spekulasi berlebihan yang dianggap mirip dengan
11

perjudian. Transaksi investasi harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang


jelas dan tidak boleh bersifat spekulatif.
III. Larangan Barang Haram: Investasi syariah harus menghindari barang atau
bisnis yang dianggap haram dalam Islam, seperti minuman keras, daging
babi, industri perjudian, pornografi, atau bisnis yang merugikan
masyarakat.
IV. Keadilan dan Transparansi: Prinsip syariah mendorong transparansi dalam
bisnis dan keadilan dalam transaksi. Investasi syariah harus
mempromosikan transparansi, jujur, dan keadilan dalam semua aspek
investasi.
V. Kepatuhan terhadap Zakat: Investor syariah diharapkan memperhatikan
kewajiban zakat, yaitu sumbangan amal yang diwajibkan dalam Islam.
Mereka harus menghitung zakat berdasarkan keuntungan investasi mereka
dan membayar kewajiban tersebut.
VI. Hindari Riba Sebagai Bagian dari Keuntungan: Keuntungan investasi
syariah tidak boleh berasal dari bunga atau riba. Ini berarti investor harus
mencari alternatif yang memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan
yang halal dan sesuai dengan prinsip syariah.
VII. Pertimbangan Etis dan Sosial: Beberapa investor syariah juga
mempertimbangkan faktor etis dan sosial dalam keputusan investasi
mereka. Mereka mungkin menghindari bisnis yang merugikan masyarakat
atau lingkungan.
VIII. Kepatuhan terhadap Hukum Syariah: Investor syariah harus memastikan
bahwa investasi mereka mematuhi hukum Islam dan prinsip-prinsip
syariah dengan berkonsultasi dengan ahli syariah atau ulama.
IX. Diversifikasi Portofolio: Dalam investasi syariah, diversifikasi portofolio
dianjurkan untuk mengurangi risiko. Investor dapat mengalokasikan dana
mereka dalam berbagai instrumen keuangan syariah, seperti saham
syariah, obligasi syariah, dan reksa dana syariah.
X. Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial: Investasi syariah dapat
mengedepankan prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial
perusahaan. Ini berarti mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial
dalam investasi.
XI. Konsultasi dengan Ahli Syariah: Investor syariah sering
mengkonsultasikan ulama atau ahli syariah keuangan untuk memastikan
kepatuhan mereka terhadap prinsip-prinsip syariah.

Norma-norma ini membimbing investor dalam menjalankan investasi syariah


sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam, yang mencakup aspek-etis, keuangan,
dan sosial dalam pengambilan keputusan investasi.

F. Gharar dan Maysir dalam Perspektif Syariah


Perspektif Hukum Islam menyatakan bahwa Gharar dan Maysit wajib
dihindari pada praktik Perbankan Syariah di Indonesia hal ini dikarenakan
Gharar akan mengakibatkan semua akad bisnis hanya berorientasi keuntungan
12

semata atau profit oriented, dan mengabaikan rasa keadilan para pihak.
Gharar adalah suatu keadaan yang uncomplete information karena tidak
adanya informasi yang jelas, di antara para pihak yang melakukan akad
transaksi bisnis.
Dalam perspektif syariah, "gharar" dan "maysir" adalah dua konsep yang
melibatkan risiko dan perjudian. Kedua konsep ini dianggap sebagai perilaku
yang tidak diizinkan dalam hukum Islam dan oleh karena itu harus dihindari
dalam segala bentuk transaksi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang
keduanya:

 Gharar (Ketidakpastian atau Risiko yang Berlebihan):


Gharar merujuk pada tingkat ketidakpastian atau risiko yang tidak dapat
diterima dalam sebuah transaksi. Ini mencakup ketidakpastian yang berlebihan,
kebingungan, atau ketidakjelasan yang bisa merugikan salah satu pihak dalam
transaksi. Dalam konteks investasi atau perdagangan, terlalu banyak gharar dapat
membuat transaksi menjadi tidak sah dalam hukum Islam.

Contoh-contoh gharar dalam investasi syariah dapat mencakup:


-. Membeli barang tanpa mengetahui dengan pasti kondisi atau kualitas barang
tersebut.
-. Transaksi yang melibatkan unsur ketidakpastian yang signifikan, seperti
perjudian atau spekulasi yang berlebihan.
-. Skema investasi yang tidak transparan atau informasi yang tidak jelas.
Investasi syariah menekankan transparansi dan kepastian, sehingga praktik-
praktik yang menciptakan gharar harus dihindari.

 Maysir (Perjudian atau Spekulasi Berlebihan):


Maysir merujuk pada praktik perjudian atau spekulasi berlebihan dalam
transaksi. Dalam hukum Islam, maysir dianggap sebagai tindakan yang tidak sah
karena melibatkan risiko yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan
kepastian yang dianjurkan dalam Islam.

Contoh-contoh maysir dalam investasi syariah dapat mencakup:


-. Berpartisipasi dalam perjudian atau spekulasi berlebihan, seperti permainan
lotre, bermain saham dengan tujuan sekadar spekulasi tanpa analisis yang baik,
atau berjudi di pasar keuangan.
-. Menciptakan transaksi yang mengandung unsur perjudian atau spekulasi.
Investasi syariah mendorong kegiatan ekonomi yang sah, adil, dan etis, dan
karena itu maysir dalam segala bentuknya harus dihindari.

Dalam berinvestasi syariah, penting untuk memastikan bahwa transaksi dan


aktivitas investasi tidak melibatkan gharar atau maysir. Ini adalah salah satu cara
untuk memastikan bahwa investasi Anda sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
dan nilai-nilai Islam yang mengedepankan keadilan, kepastian, dan
ketidakspekulan. Sebagai hasilnya, investasi syariah sering lebih berorientasi pada
13

jangka panjang dan bertujuan untuk mendukung keberlanjutan ekonomi dan


sosial.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi termasuk
kegiatan yang sangat dianjurkan dalam Islam meskipun dalam beberapa
literature Islam klasik tidak ditemukan adanya terminology investasi dan
istilah-istilah lainnya seperti pasar modal, investasi saham, obligasi dan
lain sebagainya. Akan tetapi kebutuhan umat Islam terhadap investasi
yang berdasarkan prinsip syariah sangat diperlukan untuk meminimalkan
investasi pada lembaga-lembaga konvensional.Oleh karena beberapa bank
syariah sudah menyediakan dan juga membuka layanan investasi syariah,
perlu bagi umat Islam untuk hijrah kepada investasi yang benar-benar
bernuansa dan mengamalkan prinsip-prinsip syariah dalam berinvestasi.
Beberapa hal yang dilarang dalam investasi syariah juga perlu dipahami
oleh para pelaku bisnis termasuk investor agar tidak jatuh pada jenis-
jenis transaksi yangdilarang dalam investasi syariah seperti menjual
barang yang haramkan zatnya dan barang yang haram karena selain
zatnya seperti tadlis (unknown to one party),taghrir (uncertainty), ihtikar&bai'
najasy, riba, gharar dan sebagainya

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul, Manajemen Investasi Syariah. Bandung : Alfabeta, 2010


Djakfar,Muhammad,Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Malang: UIN-
Malang Press, 2007.Ismail, Keuangan Dan InvestasiSyariah Sebuah Analisa
Ekonomi. Tt. Sketsa, 2010
Adiwarman Karim A, Oni Sahroni, Riba, Gharar Dan Kaidah-Kaidah
Ekonomi Syariah: Analisis Fikih Dan Ekonomi,Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2015.
Aniisatun: Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011
Aniisatun: Rahman, Muh. Fudhail, ‘Nature and Gharar Limits In Maliyah
Transactions’, SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 5.3 (2018).Ramly, Ar
Royyan, ‘The Concept of Gharar and Masyir and It’s Application to Islamic
Financial Institutions’, International Journal of Islamic Studies and Social
Sciences, 1.1 (2019)

Anda mungkin juga menyukai