Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Prinsip dan Jenis Investasi Syariah

DOSEN PEMBIMBING:

YUSUF. A, SE., M.IS

DISUSUSUN OLEH :
ZELI MAYOLA PUTRI

PREDI NUMBERI

AHMED YAMANI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

2021 M/ 1442 H
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat, Karunia, serta Taufiq dan Hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip dan Jenis Investasi Syariah” ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangkah menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai Prinsip dan Jenis Investasi Syariah.
Kami menyadari sepenuhnya bahawa didalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membaca.
Sebelumnya kami mhon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kiritik, saran dan usulan untuk perbaikan dimasa
akan datang.

                                                                         Sungai penuh,    Juni 2021

                                                                                           Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang masalah ....................................................................................3
2. Rumusan Masalah..............................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Hukum Investasi Syariah...............................................................5
2. Prinsip-Prinsip Investasi Syariah...................................................................10
3. Jenis dan bentuk investasi syariah..................................................................13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konsep investasi dalam bahasa Arab diistilahkan dengan kata “‫إس>>تثمر‬
“yang berarti membuahkan.
Investasi dalam Islam merupakan bentuk aktif dari ekonomi
syari’ah. Pola sederhana dalam berinvestasi memberikan gambaran bahwa
kegiatan investasi cukup efektif dalam mengembangkan modal agar dapat
mengembangkan usaha maupun tingkat keamananannya.
Dalam konsep Islam, investasi bukan semata-mata terkonsentrasi
pada seberapa besar keuntungan materi yang bisa dihasilkan melalui
aktifitas ekonomi saja, namun lebih dari itu kegiatan investasi dalam
konsep Islam juga didorong oleh adanya faktor-faktor tertentu yang
mendominasi.
Faktor-faktor dominan sebagai pendorong seseorang melakukan
aktivitas investasi adalah:
a. Adanya implementasi mekanisme zakat terhadap jumlah dan
nilai assetnya yang akan selalui dikenakan zakat. Faktor ini
akan mendorong pemilik (investor) untuk mengelolanya
melalui investasi, dan faktor ini lebih dekat kepada perilaku
individu.
b. Adanya motif sosial, yaitu dengan membantu sebagian
masyarakat yang tidak memiliki modal. Faktor ini dijalankan
dengan pola bersyarikat (musyarakah) maupun dengan berbagi
hasil (mudharabah).

Dengan demikian, secara umum pengertian investasi syariah adalah suatu


kegiatan produktif yang menguntungkan bila dilihat dari sudut pandang teologis,
dan menjadi untung-rugi jika dipandang dari sisi ekonomi, karena tidak bisa
terlepas dari adanya suatu ketidak-pastian (uncertainty of loss) dalam kehidupan
manusia, serta harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja landasan hukum investasi
2. Apa saja Prinsip-Prinsip Investasi Syari’ah
3. Jenis dan Bentuk Investasi Syariah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan hukum investasi
2. Untuk mengetahui prinsip prinsip investasi syariah
3. Untuk mengetahui jenis dan bentuk investasi syariah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Investasi Syariah


1. Landasan Normatif dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Landasan normatif tentang kegiatan ekonomi termasuk aktivitas
investasi dalam konteks Islami yang bersumber dari al-Qur’an dan as-
Sunnah sangat banyak sekali. Secara umum, kedua sumber hukum
Islam ini secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin
untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik.
a. Al-Qur’an, beberapa di antaranya adalah: -
Surat al-Hasyr ayat 18 :
“Hai orang-orang yang beriman ,bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok( akhirat ;)dan bertakwalah kepada
Allah ,Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.

Surat an-Nisa ’ayat: 9

“Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah ,yang mereka khawatir terhadap( kesejahteraan )mereka
.oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Surat an-Nisa ’ayat: 29

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu…

Surat al-Baqarah ayat: 282

6
“Hai orang-orang yang beriman ,apabila kamu
bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan
,hendaklah kamu menuliskannya”...

Surat al-Baqarah ayat: 27

“Hai orang-orang yang beriman ,bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba( yang belum dipungut )jika kamu orang-orang
yang beriman.”

b. As-Sunnah:
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari
“Barangsiapa melakukan salaf( salam ,)hendaknya ia
melakukan dengan takaran yangjelas dan timbangan yangjelas
,untuk jangka waktu yang diketahui.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majjah dari Shuhaib


“Nabi saw .bersabda ,ada tiga hal yang mengandung
berkah: jual beli tidak secara tunai ,muqaradhah( mudharabah ,)dan
mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga ,buka untuk dijual”.

Hadits yang diriwayatkan oleh Amr bin Syu’aib dari ayahnya dan
dari kakeknya sebagaimana riwayat Imam Baihaki
“Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa
Rasulullah saw bersabda: Ingatlah, Barangsiapa menjadi wali anak
yatim yang memiliki harta, hendaklah dia menggunakannya
berbisnis (keuntungannya) untuk anak yatim, dan jangan
membiarkan harta itu dimakan oleh sedekah (zakat)”.

7
Hadits yang diriwayatkan oleh Imamat-Tirmidzi :
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin
kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau yang
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.”

2. Peraturan Perundang-Undangan.
Landasan hukum investasi sebagai sumber hukumnya secara umum
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Sumber Hukum Materiil, yaitu tempat dari mana materi hukum itu
diambil dan merupakan faktor yang membantu pembentukan
hukum, seperti hubungan sosial, situasi ekonomi, kondisi politik
dan geografis dan sebagainya.
b. Sumber Hukum Formil, yaitu tempat memperoleh kekuatan hukum
yang berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan hukum
formil itu berlaku, seperti undangundang, yurisprudensi dan
sebagainya.
Selanjutnya sumber hukum formil investasi ini dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
1. Sumber hukum tertulis, yaitu tempat ditemukannya
kaidahkaidah hukum investasi yang berasal dari sumber
tertulis, seperti peraturan perundang-undangan dan sebagainya.
2. Sumber hukum tidak tertulis, yaitu tempat ditemukannya
kaidah-kaidah hukum investasi yang berasal dari sumber tidak
tertulis, seperti hukum kebiasaan (hukum adat).

Beberapa sumber hukum investasi tertulis di antaranya :


a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah dengan
Undang-undang Nomor 11 tahun 1970.

8
b. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri yang diubah dan ditambah dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang
Persyaratan Pemilikan Saham dan Investor Penanaman
Modal Asing.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang
Pemilikan Saham Dalam Investor yang Didirikan Dalam
Rangka Penanaman Modal Asing.
e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal yang menghapus Undang-undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri.

3. Landasan Hukum Khusus Investasi Syariah di Indonesia.


Landasan hukum investasi syariah di Indonesia secara
khusus ada diatur dengan Undang-undang, selain diatur juga
oleh Fatwafatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia. Berikut beberapa landasan
hukum tersebut antara lain:
a. Yang berkaitan dengan investasi perbankan syariah,
yaitu :
1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Bank bagi Hasil.
2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan Syariah.
3) PBI Nomor 6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib
Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing
Bagi bank Umum yang Melaksanakan

9
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
(PBI GWM Syari’ah).
b. Yang berkaitan dengan industry pasar modal, yaitu:
1) Fatwa DSN Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000
tentang Jual Beli Saham.
2) Fatwa DSN Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksa Dana Syariah.
3) Fatwa DSN Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002
tentang Obligasi Syari’ah.
c. Yang berkaitan dengan investasi dalam Asuransi
Syari’ah, yaitu:
1) Fatwa DSN Nomor 39/DSN-MUI/X/2002
tentang Asuransi Haji.
2) Fatwa DSN Nomor 51/DSN-MUI/III/2006
tentang Akad Murabahah Musytarakah pada
Asuransi Syari’ah.
3) Fatwa DSN Nomor 52/DSN-MUI/III/2006
tentang Akad Wakalah bil Ujrah pada
Asuransi dan Reasuransi Syari’ah.

B. Prinsip-Prinsip Investasi Syari’ah


Sebelum membahas lebih lanjut prinsip-prinsip investasi syariah, maka
perlu untuk dipahami secara umum tentang prinsip dasar investasi.
Menurut Budi Frensidy prinsip-prinsip dasar investasi adalah:
1. Membandingkan nilai dan harga dengan pedoman “beli dengan harga
rendah dan jual dengan harga yang tinggi
2. Harus mengetahui dengan jelas obyek investasi dengan pedoman “beli
apa yang anda tahu dan tahu apa yang anda beli

10
3. Menentukan asset yang memiliki return positif (harga asset memilik
trend harga yang terus naik) dengan pertumbuhan return yang positif
juga.
Berdasarkan ketiga prinsip dasar tersebut maka dapat disimpilkan
bahwa seorang investor dalam menjalankan aktivitas investasinya
harus memahami dan memiliki pengetahuan secara mendalam tentang
obyek investasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi obyek tersebut
seperti harga dan perkembangan modal (asset).
Sementara itu, di dalam konsep Islam, menurut Ahmad Ghazali
terdapat prinsip-prinsip utama investasi syari’ah, yaitu:
1. Prinsip Halal
Prinsip halal sebagai prinsip kehalalan suatu investasi dapat
dilihat dari tempat dan proses investasi, yaitu:
a. Tempat halal, yaitu usaha yang didirikan secara halal, tidak
ada penipuan, produknya halal serta tidak mengandung
unsur maysir, gharar, riba.
b. Proses halal, yaitu kesepakatan yang dilakukan dengan
terbuka dan jelas adanya oleh para pihak baik dari sisi
konten, operasional maupun teknis pembagian keuntungan
dan sebagainya.
2. Prinsip Berkah
Prinsip ini akan terlihat bukan saja pada sisi fisik
(ekonomi), akan tetapi dari sisi rohani akan mendapatkan atau
terlihat kepuasan bathin dalam memanfaatkan kekayaan secara
produktif dan dapat bermanfaat bagi orang lain.
3. Prinsip Pertambahan Nilai (Profit Margin)
Prinsip ini akan terlihat dari adanya peningkatan tambahan
asset dengan keuntungan yang sebanyak-banyaknya, akan
tetapi tetap tidak melupakan prinsip kehalalan dan keberkahan.

11
4. Prinsip Realistis
Prinsip ini akan tampak pada gambaran proyeksi hasil
investasi bukan hanya sekedar hitungan di atas kertas yang
tidak mungkin direalisasikan, akan tetapi tetap berdasarkan
nilai kenyataan (riil).
Namun, prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya harus tetap
mengacu pada konsep-konsep dasar yang ditentukan syariat
Islam. Adapun konsep-konsep tersebut adalah:
a. Konsep Ketuhanan (at-Tauhid), yaitu konsep yang
menekankan pada prinsip bahwa segala sesuatu adalah
milik mutlak Allah Swt., dan manusia hanya sebagai
pemegang amanah untuk mengembangkannya sesuai
aturan syari’ah.
b. Konsep Keseimbangan (al-‘Adl wal Ihsan), yaitu
konsep yang menekankan pada prinsip bahwa kegiatan
investasi harus dilakukan dengan adil dan tidak boleh
melakukan kedzaliman.
c. Konsep Kebebasan (al-Ihktiyar), yaitu konsep yang
menekankan pada prinsip bahwa manusia dilahirkan
dalam keadaan bebas untuk menentukan sikap dan
memiliki kemampuan untuk memilih berbagai
pertimbangan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
d. Konsep Kewajiban atau Tanggung-Jawab (al-
Wajibat/alMas’uliyyah), yaitu konsep yang
menekankan pada prinsip bahwa manusia dalam
melakukan tindakan investasi berkewajiban dan
bertanggung-jawab pada agamanya dalam perannya
sebagai manusia dan kewajibannya untuk
memakmurkan bumi.

12
Sedangkan Zamir Iqbal & Abbas Mirakhor
menjelaskan lima prinsip syariah yang harus
diimplementasikan pada kegiatan investasi adalah:

1. Prinsip bagi hasil dan bagi rugi (profit and lost sharing).
2. Prinsip dagang (trade principles).
3. Prinsip biaya atau upah (fees or charges based
principles).
4. Prinsip bebas jasa (free services principles),
5. Prinsip tambahan (ancillary principles).

C. Jenis dan Bentuk Investasi Syariah


Adapun jenis-jenis investasi umum menurut Salim HS dan Budi
Sitrisno dapat digolongkan berdasarkan asset, pengaruh ekonomi, sumber
pembiayaan dan bentuk penanamannya.

1. Berdasarkan Aset
Jenis investasi berdasarkan asset ini merupakan penggolongan
investasi dari aspek modal dan kekayaannya. Jenis investasi ini dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Real Asset, yaitu investasi yang berwujud seperti gedung,
kendaraan dan sebagainya. Real asset secara umum bersifat
kurang liquid dari pada aset keuangan dikarenakan sifat
heterogennya dan khusus kegunaannya.
b. Financial Asset, yaitu dokumen surat-surat klaim tidak
langsung pemegangnya terhadap aktifitas riil pihak yang
menerbitkan sekuritas tersebut.
2. Berdasarkan Pengaruh
Jenis investasi berdasarkan pengaruh ini merupakan investasi yang
didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi atau tidak

13
berpengaruh dari kegiatan investasi. Adapun jenis-jenis investasi ini
adalah;
a. Investasi Autonomus : (berdiri sendiri) merupakan investasi
yang tidak dipengaruhi tingkat pendapatan, bersifat spekulatif,
misalnya pembelian surat berharga.
b. Investasi Induced : karena bujukan/pengaruh bbesar yang
mendorong seseorang melakukan kegiatan investasi. Atau
investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang
dan jasa serta tingkat pendapatan.
3. Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaan investasi ini dibagi
menjadi:
a. Investasi dana dari luar negeri (UU Nomor 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing).
b. Investasi dana dari dalam negeri (UU Nomor 11 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri/ PMDN).

4. Berdasarkan Bentuk
Jenis investasi berdasarkan bentuk ini merupakan jenis investasi yg
didasarkan pada cara menanamkan investasinya. Jenis investasi ini
dibagi menjadi:
a. Portofolio, yaitu jenis investasi yang dilakukan melalui pasar
modal dengan instrumen surat berharga, seperti saham dan
obligasi.
b. Investasi Langsung, yaitu jenis investasi yang dilaksanakan
dalam bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli
total atau mengakuisi investor atau membeli asset lainya.

Sedangkan dalam konteks investasi syariah terdapat


skemaskema khusus sebagai karakteristik penerapan prinsip-
prinsip dasar ekonomi Islam.

14
Adapun skema-skema investasi yang diterapkan dalam
investasi syariah adalah:

1. Skema bagi hasil dan bagi resiko (profit and lost sharing)
dalam bentuk musyarakah dan mudharabah.
2. Skema jual beli (muarabahah).
3. Skema sewa (ijarah).
4. Skema sewa dan jual beli (muarabahah wal ijarah).

Dari skema di atas, beberapa jenis investasi syari’ah adalah:

1. Investasi ke dalam produk keuangan, antara lain:


a. Produk bank Islam seperti tabungan dan deposito.
b. Produk asuransi seperti unit link syariah.
c. Produk pasar modal seperti reksadana Islami, saham dan obligasi
dalam kategori Islam.
2. Investasi ke dalam wujud asset property dengan skema jual beli maupun
hasil sewa (ijarah).
3. Investasi ke dalam bentuk logam mulia dengan skema jual beli.
4. Investasi ke dalam bentuk usaha yang dijalankan sesuai dengan prinsip
syariah Islam, baik usaha yang dikelola sendiri ataupun degan menitipkan
modal pada orang lain.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Landasan normatif investasi syariah yang bersumber dari alQur’an dan as-
Sunnah banyak sekali, antara lain sebagaimana disebutkan pada surat an-
Nisa’ ayat 9 dan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.
2. Landasan hukum investasi dari peraturan perundangundangan dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu: a) Sumber Hukum Materiil, yaitu tempat dari
mana materi hukum itu diambil. b) Sumber Hukum Formil, yaitu tempat
memperoleh kekuatan hukum yang berkaitan dengan bentuk atau cara
yang menyebabkan hukum formil itu berlaku. Jenis ini terbagi menjadi
Sumber Hukum Tertulis dan Sumber Hukum Tidak Tertulis.
3. Sumber hukum investasi tertulis secara umum di Indonesia di antaranya
yang terbaru adalah Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang menghapus Undang-undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.
4. Prinsip-prinsip utama investasi syari’ah yaitu: a.) Prinsip Halal, yaitu
tempat dan proses investasi yang halal yang tidak bertentangan dengan
aturan syariah. b.) Prinsip Berkah, yang akan terlihat dari sisi rohani
(kepuasan bathin). c.) Prinsip Pertambahan Nilai (Profit Margin), yaitu
adanya peningkatan tambahan asset dengan keuntungan. d.) Prinsip
Realistis, yaitu proyeksi hasil investasi tetap berdasarkan nilai kenyataan
(riil).
5. Jenis investasi syari’ah adalah: a.) Investasi produk keuangan, antara lain:
Produk bank Islam seperti tabungan dan deposito, Produk asuransi seperti
unit link syariah dan Produk pasar modal seperti Reksadana Islam, saham
dan obligasi Islam. b.) Investasi asset property dengan skema jual beli
maupun hasil sewa (ijarah). c.) Investasi ke dalam bentuk logam mulia
dengan skema jual beli. d.) Investasi bentuk usaha yang dikelola sendiri
ataupun dengan menitipkan modal pada orang lain

16
DAFTAR PUSTAKA

Algra, NE dkk., Kamus Istilah Hukum Foekema Andereae Belanda – Indonesia,


(Bandung: Bina Cipta, 1983), hlm. 74.

Budi Frensidy, Lihai Sebagai Investor, Panduan Memahami Dunia Keuangan dan
Ivestasi di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013) hlm. 28-29.

Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syari’ah, (Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, 2009), hlm. 15.

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik,


dan Prospek, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007), hlm. 44.

Zamir Iqbal & Abbas Mirakhor, An Introduction To Islamic Finance: Theory and
Practice, (Singapore: John Wiley & Sons, 2007), hlm. 1.

17

Anda mungkin juga menyukai