Anda di halaman 1dari 16

PENGGOLONGAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN AKAD JUAL BELI

BAGI HASIL DAN SEWA

PENGANTAR PERBANKAN SYARIAH

Dosen Pengampuh

Ali Zakiuddin, M.A

Siti Mubayyanah, M.Pd

Disusun oleh :

Asmaul Husna

Maesaroh

PRODI PERBANKAN SYARIAH

STAI AL HIKMAH GLOBAL CENDIKIA

DEPOK 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalaah yang berjudul
PENGGOLONGAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN AKAD JUAL BELI
BAGI HASIL DAN SEWA ini tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih kami curahkan kepada ibu Siti Mubayyanah MPd


yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat menambah
wawasan dan pengetahuan tentang PENGGOLONGAN PEMBIAYAAN
BERDASARKAN AKAD JUAL BELI BAGI HASIL DAN SEWA ini.
terimakasih juga tak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membagikan sebagian pengetahuanya tentang materi ini, khusus
nya untuk orang-orang terdekat kami yang selalu mensuport dan menyemangati
kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini jauh dari kata
sempurna maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 Desember 2019

Asmaul Husna, maesaroh

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan makalah ..................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
1. Pengertian pembiayaan ......................................................................... 3
2. Jenis-jenis akad dalam pembiyaan ....................................................... 4
BAB III. PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................................................................ 10
2. Kesimpulan ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lembaga perbankan baik itu perbankan konvensional ataupun


syariah dalam operasionalnya meliputi 3 aspek pokok, yaitu penghimpunan
dana (funding), pembiayaan (financing) dan jasa (service). Menurut Undang-
Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank umum syariah
dalam usaha untuk menghimpun dana dapat melakukan usaha dalam bentuk
simpanan berupa tabungan, giro atau bentuk lainnya baik berdasarkan akad
wadi’ah, mudharabah atau akad lainnya yang tidak bertentangan.

Sedangkan dari sisi pembiayaan, perbankan syariah dapat menyalurkan


pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam,
istishna, qardh, atau akad lain yang sesuai dengan syariah. Sedangkan kegiatan
jasa yang dapat dilakukan oleh bank umum syariah berdasarkan Undang-
Undang tersebut diantaranya berupa akad hiwalah, kafalah, ijarah, dan lain-
lain.

Namun pada kenyataannya yang terjadi di masyarakat, justru sangat


mengkhwatirkan dalam pengetahuan perbankan syari’ah, terutama dalam jenis
pembiayaan di bank syari’ah.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian pembiayaan?


2. Apa saja jenis-jenis akad dalam pembiayaan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pembiayaan.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis akad dalam pembiayaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiayaan

Pada dasarnya fungsi utama Bank Syariah tidak jauh beda dengan bank
konvensional yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian
menyalurkannya kembali atau lebih dikenal sebagai fungsi intermediasi. Dalam
prakteknya bank syariah menyalurkan dana yang diperolehnya dalam bentuk
pemberian pembiayaan, baik itu pembiayaan modal usaha maupun untuk
komsumsi.

Adapun pengertian pembiayaan menurut berbagai litertur yang ada sebagai


berikut, Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Menurut M. Syafii Antonio. (2001;160), Bank Syariah dari Teori ke


Praktek. Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Menurut Muhammad (2002;260), Manajemen Bank Syariah. Pembiayaan


secara luas diartikan sebagai pendanaan yang di keluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan
oleh orang lain.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa


pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang

3
4

atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan


pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.

B. Jenis – Jenis Akad dalam Pembiayaan


1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Adapun jenis pembiayaan jual beli yang lazim dilakukan oleh bank
syariah adalah sebagai berikut:
a. Murabahah
Murabahah yakni pembiayaan jual beli dimana penyerahan barang
dilakukan di awal akad. Bank menetapkan harga jual barang yaitu harga
pokok perolehan barang ditambah sejumlah margin keuntungan bank.
Harga jual yang telah disepakati diawal akad tidak boleh berubah selama
jangka waktu pembiayaan.
Contoh Aplikasi:
1) Pembiayaan Konsumtif: Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR),
Pembiayaan Pemilikan Mobil (PPM), Pembiayaan pembelian
perabotan rumah tangga.
2) Pembiayaan Produktif: pembiayaan investasi mesin dan peralatan,
pembiayaan investasi gedung dan bangunan untuk kantor/ pabrik/
sekolah, pembiayaan bahan baku produksi.
Penjelasan Skema Murabahah:
1) Bank dan nasabah melakukan akad pembiayaan jual beli atas suatu
barang, dalam akad ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah
berlaku sebagai pembeli.
5

2) Bank melakukan pembelian barang yang diinginkan nasabah dari


supplier/ penjual dan dibayar secara tunai.
3) Barang yang telah dibeli bank dikirim oleh supplier kepada
nasabah.
4) Nasabah menerima barang yang dibeli.
5) Atas barang yang dibelinya, nasabah membayar kewajiban kepada
bank secara angsuran selama jangka waktu tertentu.

b. Salam

Salam, yakni pembiayaan jual beli dimana barang yang diperjual


belikan belum ada. Pembayaran dilakukan didepan oleh bank namun
penyerahan barang oleh nasabah dilakukan secara tangguh karena
memerlukan waktu untuk proses pengadaannya. Lazimnya, setelah barang
tersebut diserahkan kepada bank maka bank akan menjualnya kepada
pembeli yang telah memesan sebelumnya. Praktik ini disebut salam paralel
karena melibatkan pemesan dan bank, serta bank dan pelaksana yang
bertanggung jawab atas realisasi pesanan tersebut.

Contoh Aplikasi:

Biasa dipraktekkan bagi pembiayaan produk pertanian. Sebagai


contoh seorang pedagang besar sembako melakukan pemesanan 1000 ton
beras yang tipe, kualitas, kuantitas dan harganya sudah ditentukan kepada
seorang petani. Karena petani tersebut tidak memiliki modal kerja , maka
bank akan membiayai modal kerja petani. Petani menerima dana di awal
akad dari bank yang akan digunakan untuk kebutuhan pengadaan sarana
produksi maupun kebutuhan proses penanaman hingga panen. Setelah
panen, hasil beras sesuai spesifikasi yang petani.diminta akan diserahkan
kepada bank. Selanjutnya bank akan menjual kepada pemesannya yaitu si
pedagang besar dan bank akan menerima pembayaran sebagai sumber
pelunasan pembayaran.
6

Penjelasan Skema Salam:

1) Bank dan nasabah 2 melakukan akad jual beli atas suatu barang,
dalam akad ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah 2
berlaku sebagai pembeli.
2) Bank melakukan pemesanan barang kepada nasabah 1 sesuai
spesifikasi barang yang dipesan nasabah 2 dan melakukan
pembayaran di muka, dengan kondisi barang belum tersedia.
Anatara bank dan nasabah 1 terjadi transaksi pembiayaan salam.
3) Nasabah 1 mengadakan barang sesuai pesanan, dalam hal ini
barang yang dipesan memerlukan proses untuk pengadaannya.
Setelah proses pengadaan/ pembuatan barang selesai, barang
dikirim oleh nasabah 1 kepada nasabah 2.
4) Setelah barang diterima, nasabah 2 melakukan pembayaran secara
tunai kepada bank. Keuntungan bank adalah selisih antara jumlah
pembiayaan kepada nasabah 1 dan harga jual yang dibayar oleh
nasabah 2.

c. Istishna

Istishna, yakni pembiayaan jual beli yang polanya sama dengan


pembiayaan salam, namun berbeda dalam pola pembayarannya. Bila salam
pembayarannya dilakukan didepan akad, maka pembayaran dalam istishna
dapat dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan.
7

Contoh Aplikasi:

Biasa dipraktikkan dalam pembiayaan manufaktur atau pembiayaan


kontruksi.

Penjelasan Skema Istishna:

1) Bank dan nasabah melakukan akad pembiayaan istishna, untuk


pembelian suatu barang.
2) Bank melakukan perjanjian pemborongan bangunan dengan
kontraktor atau pengadaan barang dengan pemasok. Disepakati
pula mengenai jangka waktu penyelesaian pekerjaan serta tahapan
progress pekerjaan dan pembayarannya.
3) Bank melakukan pencairan ke pemasok/ kontraktor secara bertahab
berdasarkan progresss pekerjaan sesuai kesepakatan.
4) Pemasok/ kontraktor menyerahkan dokumen progress penyelesaian
barang/ pekerjaan sebagai laporan dan dasar pencairan tahap
berikutnya.
5) Bank meneruskan dokumen progress penyelesaian barang/
pekerjaan yang dibuat pemasok/ kontraktor kepada nasabah. Bila
nasabah menerima laporan sesuai kondisi progress pekerjaan, maka
bank baru dapat mencairkan tahap berikutnya.
6) Setiap realisasi pencairan, nasabah mempunyai kewajiban untuk
mengangsur dengan jangka waktu sampai dengan selesainya
barang yang dipesan.
7) Penyerahan barang pesanan ( kondisi pekerjaan 100% jadi) dari
pemasok/ kontraktor kepada nasabah.
8) Pelunasan.
8

2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa Menyewa.


Pengertian pemberian sewa menyewa (ijarah) dapat didefinisikan
sebagai transaksi terhadap penggunaan manfaat suatu barang dan jasa
dengan pemberian imbalan. Apabila objek pemanfaatanya berupa barang
maka imbalannya disebut dengan sewa, sedangkan bila objeknya berupa
tenaga kerja maka imabalannya adalah upah.
Ada 2 jenis ijarah, yaitu:
a. Ijarah Murni, suatu transaksi sewa menyewa objek tanpa adanya
perpindahan kepemilikan yaitu objek tetap dimiliki sipemilik.
b. Ijarah Mutahiya Bitamlik (IMBT), suatu transaksi sewa menyewa
dimana terdapat pilihan bagi si penyewa untuk memiliki barang
yang disewa diakhir masa sewa melalui mekanisme sale and lease
back.
Penjelasan Skema Ijarah Muntahiya Bitamlik (IMBT):
a. Bank mengadakan akad IMBT dengan nasabah , yaitu bank
menyewakan suatu objek kepada nasabah dan pada akhir masa
sewa barang menjadi milik nasabah.
b. Bank membeli objek sewa (missal sebuah mobil) dari supplier/
penjual.
c. Supplier mengirim dokumen kepemilikan objek sewa (contoh
BPKB mobil) kepada bank, selaku pihak yang membeli secara
tunai.
d. Pada saat bersamaan supplier melakukan pengiriman barang
kepada nasabah sebagai penyewa.
e. Nasabah selama masa sewa melakukan pembayaran biaya sewa
kepada bank.
f. Pada akhir masa sewa, objek sewa akan dihibahkan oleh bank
kepada nasabah.
9

3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil


Berdasarkan komposisi share modal bank dalam usaha nasabah,
terdapat 2 pola pembiayaan, yaitu:
a. Mudharabah (total financing)
Perjanjian pembiayaan/ penanaman dana dari pemilik dana
(shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan
pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan
nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi: Pembiayaan
modal kerja, pembiayaan proyek, pembiayaan ekspor.

Penjelasan Skema Mudharabah:

1) Bank dan nasabah bersepakat untuk bekerja sama dalam suatu


usaha yang dijalankan oleh nasabah, melalui system bagi hasil
dengan akad Mudharabah. Di awal perjanjian disepakati masing-
masing pihak berhak mendapatkan keuntungan dari hasil usaha,
dengan porsi: bank = x% dan nasabah = y%.
2) Dalam Mudharabah, bank memberikan share dengan membiayai
100% kebutuhan dana untuk menjalankan usaha, sedangkan
nasabah memberikan share berupa keahlian untukmenjalankan
usaha.
3) Setelah usaha yang dijalankan mendapatkan realisasi pendapatan,
maka akan dilakukan pembagian hasil keuntungan sesuai nisbah
masing-masing.
4) Pada akhir masa pembiayaan, modal yang diberikan bank akan
dikembalikan.
10

b. Musyarakah ( joint financing )


Perjanjian diantara para pemilik dana/ modal untuk mencampurkan
dana/ modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan di antara pemilik dana/ modal berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
Bila komposisi pembiayaan berkurang dari 100%. Artinya selain
bertindak sebagai pelaksana usaha, nasabah juga memiliki dana sendiri
(self financing) dalam usaha yang dibiayai bank. Komposisi permodalan
antara bank dan nasabah dapat 70%:30% atau 60%;40%, atau sesuai
kesepakatan. Perbedaan komposisi akan menentukan perbedaan nisbah
bagi hasil. Semakin besar share dana yang diberikan, maka semakin besar
nisbah bagi hasil yang diterima.
Aplikasi : Pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.

Penjelasan Skema Musyarakah:


1) Bank dan nasabah bersepakat untuk bekerja sama dalam suatu
usahayang dijalankan oleh nasabah, melalui system bagi hasil
dengan akad musyarakah. Diawal perjanjian disepakati masing-
masing pihak berhak mendapatkan keuntungan dari hasil usaha,
dengan porsi: bank = x% dan nasabah = y%.
2) Dalam Musyarakah, bank memberikan share dengan membiayai
sebesar kurang dari 100% kebutuhan dana, sedangkan nasabah
memberikan share berupa keahlian dan share dana. Jadi dana
nasabah dan bank akan disatukan sehingga berjumlah 100% dari
total kebutuhan permodalan untuk menjalankan usaha.
3) Setelah usaha yang dijalankan mendapatkan realisasi pendapatan,
maka akan dilakukan pembagian hasil keuntungan sesuai nisbah
masing-masing.
4) Pada akhir masa pembiayaan, modal yang diberikan bank akan
dikembalikan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
Secara umum ada 3 jenis akad dalam pembiayaan di bank syariah yaitu :
1. Pembiayaan dengan prinsip Jual-Beli, yaitu Prinsip jual beli
dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan
barang atau benda (Transfer Of Property) Tingkat keuntungan
ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Ada 3 jenis akad dalam pembiayaan jual beli, diantaranya murabahah,
salam, istishna.
2. Pembiayaan dengan prinsip Sewa Menyewa, yaitu sebagai transaksi
terhadap penggunaan manfaat suatu barang dan jasa dengan pemberian
imbalan,. Apabila obyek pemanfaatannya berupa barang, maka
imbalannya disebut dengan sewa , sedangkan bila obyeknya berupa
tenaga kerja maka imbalannya disebut upah Pada dasarnya ijarah
didefinisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan
membayar imbalan tertentu. Ada 2 jenis akad dalam pembiayaa sewa
menyewa, diantaranya ijarah dan ijarah muntahiya bittamilk
3. Pembiayaan dengan prinsip Bagi hasil, yaitu Berdasarkan komposisi
share modal bank dalam usaha nasabah. Ada 2 jenis akad dalam
pembiayaan bagi hasil diantaranya musyarakah dan mudharabah.

11
12

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, pemakalah berharap agar pembaca
dapat memahami dan menambah pengetahuaannya tentang “Pembiayaan dan
Jenis – Jenis Akad dalam Pembiayaan ”. Serta dapat mengambil kesimpulan
atau mengklasifikasikan secara lebih rinci dan mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Arvian,Rivai. (2010), Islamic Banking Cetakan Pertama, Jakarta : Bina


Aksara
A. Karim Adiwarman. (2017), Bank Islam, Analisis fiqh dan Keuangan Edisi
kelima, Raja Grafindo :Depok
https://qazwa.id/blog/mudharabah/ dikutip pada sabtu 13.12.19 pukul 04:15

https://www.hestanto.web.id › pengertian-pembiayaan dikutip pada


sabtu13,12,19 pukul 04:00

iv

Anda mungkin juga menyukai