Anda di halaman 1dari 13

Akuntasi Kas, Penempatan pada Bank Indonesia,

Kliring dan Pajak


A. Akuntasi Kas

Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun valuta asing yang
masih berlaku sebagi alat pembayaran yang sah. Perubahan posisi saldo kas di bank dapat
disebabkan oleh beberapa hal berikut: Penggunaan untuk transaksi internal bank seperti untuk dana
kas kecil, pembayaran biaya-biaya operasional, biaya gaji dan sebagainya. Penyetoran dan penarikan
oleh nasabah, Penyetoran kepada Bank Indonesia atau penarikan dari rekening bank yang
bersangkutan di Bank Indonesia. Kas merupakan asset keuangan yang diklasifikasikan sebagai
“pinajamn yang diberikan dan piutang (loans and receivables)”, yang dicatat pada nilai nominal dan
tidak ada penurunan nilai. Perubahan posisi saldo kas di bank dapat disebabkan oleh beberapa hal
berikut: Penyetoran dan penarikan tunai oleh nasabah, penyetoran kepada Bank Indonesia atau
penarikan dari rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia, penggunaan untuk transaksi
internak bank seperti untuk dana kas kecil, pembayaran biaya-biaya operasional, biaya gaji, dan
sebagainya.

Transaksi internal bank syariah dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tanpa menggunakan
kas kecil dan dengan menggunakan kas kecil. Untuk transaksi tanpa menggunakan kas kecil, bank
biasanya melakukan pembayaran via rekening. Adapun transaksi dengan menggunakan kas kecil
biasanya dilakukan untuk transaksi yang nilai rupiahnya realtif kecil, antara lain untuk pembayaran
konsumsi, biaya transport, biaya langganan koran atau majalah, dan biaya listrik atau air. Akuntansi
kas kecil pada bank dapat menggunakan sistem dana tetap (imprest fund system) maupun sistem
dana berfluktuatif (fluctuating system).

Transaksi dana kas kecil dengan sistem dana tetap meliputi: Pembentukan dana kas kecil,
Pemakaian dana kas kecil, Pengisian dana kas kecil. Dalam sistem ini, pada saat pembentukan dana
kas kecil, bank akan mendebit dana kas kecil dan selanjutnya pemakaian kas kecil tidak dijurnal, tapi
hanya diarsip sehingga saldo dana kas kecil akan tetap. Yang berubah adalah komposisi kasnya,
karena komposisi kasnya terdiri dari atas uang tunai dan arsip bukti pemakaian bertambah. Pada
saat pengisian kembali, bank akan mendebit biaya-biaya yang telah dikeluarkan dan mengkredit
rekening kasnya.

Adapun pada akuntansi kas kecil dengan sistem dana berfluktuasi, pada saat pengisian kas
kecil, bank akan mendebit dana kas kecil dan mengkreditkan rekening kas. Pada saat pemakaian kas
kecil akan didebit biaya-boaya atau utang yang terjadi dan mengkredit dana kas kecil. Pada saat
pengisian kembali mendebit rekening dana kas kecil dan mengkredit rekening kas.

Contoh Transaksi Kas Kecil

1 Mei 20XA dibentuk dana kas kecil Rp 500.000

3 Mei 20XA dibayar biaya konsumsi rapat 40.000

7 Mei 20XA dibayar biaya bahan bakar mobil kantor 60.000

10 Mei 20XA dibayar biaya asuransi cash in save 50.000


11 Mei 20XA dibayar biaya asuransi cash in transit 20.000

15 Mei 20XA dibayar biaya langganan koran 40.000

23 Mei 20XA dibayar biaya listrik bulan terakhir 120.000

26 Mei 20XA dibayar biaya air bulan terakhir 100.000

27 Mei 20XA dibayar biaya service kendaraan motor 50.000

31 Mei 20XA kas kecil diisi kembali

Jurnal bila menggunakan sistem dana tetap (imprest fund system) adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01/05/20XA Db. Kas Kecil 500.000

     Kr. Kas 500.000

31/05/20XA Db. Bb Konsumsi Rapat 40.000

Db. Bb Bahan Bakar 60.000

Db. Bb Asuransi cash in save 50.000

Db. Bb Asuransi cash in transit 20.000

Db. Bb Koran 40.000

Db. Bb Listrik 120.000

Db. Bb Air 100.000

Db. Bb Service Kendaraan 50.000

     Kr. Kas Kecil 480.000

31/05/20XA Db. Kas Kecil 480.000

     Kr. Kas 480.000

Jurnal bila menggunakan sistem dana berfluktuatif (fluctuation system) adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01/05/20XA Db. Kas Kecil 500.000

     Kr. Kas 500.000

03/05/20XA Db. Bb Konsumsi Rapat 40.000

     Kr. Kas Kecil 40.000

07/05.20XA Db. Bb Bahan Bakar 60.000

     Kr. Kas Kecil 60.000

10/05/20XA Db. Bb Asuransi cash in save 50.000


     Kr. Kas Kecil 50.000

11/05/20XA Db. Bb Asuransi cash in transit 20.000

     Kr. Kas Kecil 20.000

15/05/20XA Db. Bb Koran 40.000

     Kr. Kas Kecil 40.000

23/05/20XA Db. Bb Listrik 120.000

     Kr. Kas Kecil 120.000

26/05/20XA Db. Bb Air 100.000

     Kr. Kas Kecil 100.000

27/05/20XA Db. Bb Service Kendaraan 50.000

     Kr. Kas Kecil 50.000

31/05/20XA Db. Kas Kecil 480.000

     Kr. Kas 480.000

1. Akuntansi Kas untuk Penyetoran dan Penarikan oleh Nasabah Melalui Teller
Variasi transaksi penyertaan dan penarikan oleh nasabah melalui teller didasarkan pada lokasi.

a. Transaksi Setoran Kas di Cabang Sendiri

Transaksi setoran cabang sendiri adalah transaksi dimana seorang nasabah memasukan uang untuk
rekening yang berasal dari kantor cabang tempat uang itu dimasukkan.

Misalkan tanggal 2 Juli 20X9 Ibu Asminah nasabah Bank Syariah Perbanas cabang Surabaya,
melakukan setoran tunai di kantor cabang Surabaya ke rekeningnya sebesar Rp 300.000,-

Jurnal di kantor cabang Surabaya :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

02/07/20X9 Db. Kas 300.000

       Kr. Rek Nasabah - Asminah 300.000

b. Transaksi Penarikan Kas di Cabang Sendiri

Transaksi penarikan di cabang sendiri adalah transaksi dimana seorang nasabah menarik uang dari
rekening yang berasal dari kantor cabang tempat uang itu ditarik.

Misalkan pada tanggal 4 Juli 20X9 Ibu Asminah nasabah BSP cabang Surabaya, melakukan penarikan
tunai uangnya di kantor cabang Surabaya sebesar Rp 100.000,-

Jurnal di kantor cabang Surabaya :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


04/07/20X9 Db. Rek Nasabah - Asminah 100.000

       Kr. Kas 100.000

c. Transaksi Setoran Kas ke Cabang Lain

Transaksi setoran cabang lain adalah transaksi dimana seorang nasabah memasukkan uang di suatu
kantor cabang untuk rekening yang berasal dari kantor cabang lain pada bank yang sama.

Contoh pada tanggal 7 Juli 20X9 Ibu Asminah melakukan setoran tunai di kantor BSP cabang Surabaya
ke rekening BSP atas nama Danti di Yogyakarta sebesar Rp 150.000,-

Jurnal di kantor cabang tempat penyetoran (Surabaya) :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

07/07/20X9 Db. Kas 150.000

       Kr. RAK Cab Yogyakarta 150.000

Jurnal di kantor cabang pemilik rekening (Yogyakarta) :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

07/07/20X9 Db. RAK Cab Surabaya 150.000

       Kr. Rek Nasabah - Danti 150.000

d. Transaksi Penarikan Kas di Cabang Lain

Transaksi penarikan di cabang lain adalah transaksi dimana seorang nasabah menarik uangnya di
suatu kantor cabang melalui kantor cabang lain pada bank yang sama.

Contoh tanggal 10 Juli 20X9 Ibu Asminah nasabah BSP Surabaya melakukan transaksi penarikan di BSP
Malang sebesar Rp 50.000,-

Jurnal di kantor cabang tempat transaksi penarikan (Malang) :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

10/07/20X9 Db. RAK Cab Surabaya 50.000

       Kr. Kas 50.000

Jurnal di kantor cabang pemilik rekening (Surabaya) :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

10/07/20X9 Db. Rek Nasabah - Asminah 50.000

       Kr. RAK Cab Malang 50.000


 Akuntansi Kas Melalui Automatic Teller Machine (ATM)  
Transaksi kas melalui ATM meliputi :

a. Pengisian Kas ATM

Transaksi pengisian kas ATM merupakan transaksi bank mengisi kas terdapat dalam ATM.

Contoh tanggal 12 Juli 20X9 BSP cabang Surabaya melakukan pengisian ATMNya sebesar Rp
200.000.000,-

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

12/07/20X9 Db. Kas ATM 200.000.000

       Kr. Kas 200.000.000

b. Penarikan Kas oleh Nasabah Cabang Pemilik ATM

Transaksi penarikan oleh nasabah cabang pemilik kas ATM merupakan transaksi saat nasabah
menarik dananya di bank melalui ATM.

Misalnya tanggal 15 Juli 20X9, Bapak Herman nasabah BSP Cabang Surabaya menarik dananya melalui
ATM BSP Cab Surabaya sebesar Rp 1.000.000,-

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/07/20X9 Db. Rek Nasabah - Herman 1.000.000

       Kr. Kas ATM 1.000.000

c. Penarikan Kas Bukan oleh Nasabah Cabang Pemilik ATM

Transaksi penarikan bukan oleh nasabah cabang pemilik kas ATM merupakan transaksi saat adanya
nasabah dari cabang lain yang menarik dananya di bank melalui ATM.

Misalnya tanggal 15 Juli 20X9, Ibu Rianti nasabah BSP Cab Malang meanrik dananya melalui ATM BSP
Cab Surabaya sebesar Rp 500.000,-

Jurnal di kantor cabang tempat transaksi peanrikan ATM (Surabaya) :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/07/20X9 Db. RAK Cab Malang 500.000

       Kr. Kas ATM 500.000

Jurnal di kantor cabang asal rekening yang ditarik (Malang) :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

15/07/20X9 Db. Rek Nasabah - Rianti 500.000

       Kr. RAK Cab Surabaya 500.000


Kas ATM merupakan pos tersendiri untuk melakukan identifikasi transaksi. Pengisian ATM dilakukan
apabila stok kas pada mesin sudah melewati titik minimal, jurnal pada ATM dilakukan otomatis oleh sistem.

Kesimpulan transaksi yang berkaitan dengan KAS Kas Rupiah

1. Penerimaan Setoran

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

X/IX/20X9 Db. Kas Rupiah xxx

       Kr. Rekening yang dituju xxx

2. Penarikan

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

X/IX/20X9 Db. Rekening yang ditarik xxx

       Kr. Kas Rupiah xxx

B. Penempatan pada BI dilakukan dalam bentuk Giro dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Giro pada Bank Indonesia yaitu saldo rekening giro Bank di Bank Indonesia, baik dalam Rupiah
maupun mata uang asing; merupakan salah satu alat likuid dan tidak dimasukan untuk menghasilkan
pendapatan. Dengan adanya giro Bank Indonesia, bank dapat membiayai transaksi antarcabang maupun
antarbank melalui penyelesaian kliring.

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yaitu surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip syariah; dan

2. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS) yaitu fasilitas simpanan dalam rupiah yang disediakan
oleh Bank Indonesia kepada Bank untuk menempatkan dananya di Bank Indonesia dalam rangka  standing
facilities berdasarkan prinsip syariah.

Transaksi Penempatan pada Bank Indonesia

Tanggal 1 Juli 20XA, BSP Cab Surabaya menyetor tunai untuk giro di Bank Indonesia
sebesar Rp 1 Miliar.

Tanggal 10 Juli 20XA, BSP Cab Surabaya mengambil dana di Bank Indonesia sebesar Rp 500
Juta.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01/07/20XA Db. Giro pada BI 1.000.000.000

       Kr. Kas 1.000.000.000

10/07/20XA Db. Kas 500.000.000


       Kr. Giro pada BI 500.000.000

Bentuk lain penempatan dana bank syariah pada Bank Indonesia adalah dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) Syariah yang merupakan instrument pengganti atas Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Baik SBI Syariah amupun SWBI merupakan saran penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah yang
mengalami kelebihan likuiditas.

SBI Syariah menggunakan skema jualah dengan kebijakan return saat ini mengacu pada SBI
konvensioanal. Perkembangan bank syariah akan tetap seiring dengan perkembangan ekonomi riil masyarakat
dan konsisten dengan prinsip the existence of underlying transaction pada setiap keutnungan yang diperoleh.

Contoh Kasus Transaksi Penempatan pada SBI Syariah/FASBIS

·                     Tanggal 1 September 20X9 BSP menempatkan dana sebesar Rp 3.000.000.000,-


di SBI Syariah dengan masa penempatan 3 bulan.

·                     Tanggal 5 September 20X9 BSP menempatkan dana sebesar Rp 500.000.000,- di


FASBIS dengan masa penempatan 1 bulan.

·                     Tanggal 5 Oktober 20X9, bank mencairkan FASBIS yang dimasukkan tanggal 5


September.

·                     Tanggal 1 Desember 20X9, bank mencairkan SBI Syariah yang pernah dimasukan
tanggal 1 September 20X9.

Jurnal untuk transaksi tersebut antara lain :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01/09/20X9 Db. SBI Syariah 3.000.000.000

       Kr. Giro pada BI 3.000.000.000

05/09/20X9 Db. FASBIS 500.000.000

       Kr. Giro pada BI 500.000.000

05/10/20X9 Db. Giro pada BI 500.000.000

       Kr. FASBIS 500.000.000

01/12/20X9 Db. Giro pada BI 3.000.000.000

       Kr. FASBIS 3.000.000.000

C. Kliring

Kliring merupakang sarana atau cara perhitungan utang-piutang dalam bentuk surata berharga atau
surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.
Dalam kegiatan kliring, digunakan warkat, dokumen, dan formulir kliring. Warkat adalah alat pembayaran
bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk rekening nasabah atau bank melalui kliring. Dokumen
kliring adalah dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring ditempat
penyelenggara. Formulir kliring adalah adalah formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring
meliputi neraca kliring penyerahan dan pengembalian yang disediakan oleh penyelenggara kliring, neraca
kliring penyerahan, dan pengembalian yang disediakan peserta kliring dan bliyet giro saldo kliring yang
disediakan oleh peserta.

Contoh Kasus Transaksi Kliring

o        Tanggal 5 Mei 20XA, BSP menerima tagihan dari Bank Mandiri Syariah sebesar Rp
200.000.000,- untuk beban Bapak Hendra.

o        Tanggal 6 Mei 20XA, BSP menyerahkan warkat kliring ke Bank Indonesia dan pada tanggal
itu juga kliring dinyatakan berhasil sebesar Rp 300.000.000,- untuk keuntungan rekening giro
Bapak Novan.

Jurnal atas transaksi kliring tersebut yaitu

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

05/05/20XA Db. Giro Hendra 200.000.000

       Kr. Giro pada BI 200.000.000

06/05/20XA Db. Giro pada BI 300.000.000

       Kr. Giro Novan 300.000.000

Kesimpulan jurnal yang berkaitan dengan penempatan pada Bank Indonesia menurut PAPSI 2013:

1)                  Pada saat penempatan

o        Giro pada Bank Indonesia

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Giro pada BI xxx

       Kr. Kas/Kliring xxx

o        Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. SBIS xxx

       Kr. Giro pada BI xxx

o        Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah


Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. FASBIS xxx

       Kr. Giro pada BI xxx

2)                  Pada saat pengakuan bonus atau imbalan

o        Bonus atas FASBIS yang diakui pada saat jatuh tempo

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Giro pada BI xxx

Kr. Pend dari penempatan pada BI – Pend


xxx
operasi utama lainnya

o        Imbalan atas SBIS yang diakui secara akrual

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Pend imbalan pada SBIS yang akan diterima xxx

      Kr. Pend operasi utama lainnya xxx

(Pada saat pengakuan pendapatan imbalan)

Db. Giro pada BI xxx

Kr. Pend imbalan pada SBIS yang akan diterima xxx

Pada saat menerima pembayaran imbalan

3)                  Pada saat pengakuan beban denda untuk masuk ke kewajiban pada BI

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Beban Operasional Xxx

       Kr. Giro pada BI xxx

4)                  Pada saat penarikan

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Kas/Kliring xxx

       Kr. Giro pada BI xxx

5)                  Pada saat jatuh tempo

o        Sertifikat Bank Indonesia Syariah


Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Giro pada BI xxx

       Kr. SBIS xxx

o        Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Giro pada BI xxx

       Kr. FASBIS xxx

6)                  Pada saat mendapat fasilitas pendanaan (kewajiban pada Bank Indonesia)

Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

Db. Giro pada BI xxx

       Kr. Liabilitas kepada BI xxx

 
D. Pajak
1. Konsep Akuntansi Pajak
Aktivitas bank syariah yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan seseorang merupakan objek pajak yang
harus dibayarkan kepada negara. Beberapa jenis objek pajak yang terkait dengan aktivitas bank syariah beserta
tarif pajak yang dikenakan.

1.             Penerimaan bonus giro wadiah oleh nasabah giro wadiah dikenakan pajak PPh Pasal 4 (2) giro sebesar
20% dari bonus yang diterima nasabah.

2.             Penerimaan bagi hasil oleh nasabah giro mudharabah, tabungan mudharabah, dan deposito
mudharabah dikenakan pjak PPh Pasal 4 (2). Ketiganya dikenakan pajak sebesar 20% dari bagi hasil atau bonus
yang diterima.

3.             Penghasilan yang diterima pegawai bank syariah dikenakan PPh 21 perorangan dikenakan pajak 10%

4.             Penghasilan bank syariah yang kena pajak dikenakan PPh 21 Badan

5.             Dividen yang dibayar bank syariah kepada pemegang shama dikenakan PPh Pasal 4 (2) dividien.

Pajak yang dipungut oleh bank disimpan terlebih dahulu dalam rekening Titipan Kas Negara dengan sub
rekening sesuai dengan jenis pajak yang dipungut.

Contoh Kasus Transaksi Pajak


Ø Tanggal 30 Oktober 20XA, dibayar bonus giro wadiah pada rekening Fatih Rizki Bakri,
nasabah giro wadiah BSP sebesar Rp 100.000,- BSP memotong pajak 20% PPh Pasal 4 (2)
Giro.
Ø Tanggal 30 Oktober 20XA, dibayar bagi hasil yang sudah diumumkan, tapi belum dibayar
langsung dipotong ke (1) rekening Reznia Amalia nasabah tabungan mudharabah sebesar
Rp 60.000,- (2) rekening tabungan mudharabah Gina Rosnalia, nasabah deposito
mudharabah sebesar Rp 200.000,-

Ø Tanggal 1 November 20XA, dibayar gaji Fatih pegawai BSP sebesar Rp 3.000.000,-
dipotong pajak sebesar 10%. Gaji langsung masuk rekening tabungan mudharabah Fatih.

Ø Tanggal 1 November 20XA, dipotong PPh 21 Badan masa sebesar Rp 15.000.000,-

Ø Tanggal 1 November 20XA, dibayar dividen kepada Rahmadi Wijaya, salah seorang
pemegang saham sebesar Rp 20.000.000,- dan dipotong PPh Pasal 4 (2) dividen. Dividen
dibayar via tabungan mudharabah Rahmadi.

Ø Tanggal 5 November 20XA, disetor semua pajak yang telah dipotong BSP ke rekening
pemerintah di Bank Indonesia sebesar Rp 256.640.000,-

Jurnal yang berkaitan dengan transaksi pajak tersebut yaitu

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

30/10 Db. Bb Bonus Wiro Wadiah 100.000

       Kr. Giro Wadiah (an Fatih) 80.000

Kr. Titipan Kas Negara – PPh Pasal 4 (2) Giro 20.000

30/10 Db. Hak pihak ketiga atas bagi hasil 60.000

       Kr. Tab Mudharabah (an Reznia) 60.000

Db. Tab Mudharabah (an Reznia) 12.000

Kr. Titipan kas negara – PPh Pasal 4 (2)


12.000
Tabungan

01/11 Db. Beban Gaji 3.000.000

       Kr. Tab Mudharabah (an Fatih) 2.700.000

       Kr. Titipan kas negara PPh 21 300.000

01/11 Db. Beban Pajak 15.000.000

       Kr. Titipan kas negara PPh 21 Badan 15.000.000

01/11 Db. Dividen 20.000.000

       Kr. Tab Mudharabah (an Rahmadi) 16.000.000

Kr. Titipan kas negara PPh Pasal 4 (2) Dividen 4.000.000

05/11 Db. Rupa-rupa titipan kas negara 256.640.000

       Kr. Bank Indonesia 256.640.000


ANALISIS SWOT
STRENGTH WEAKNESS

Ø    Penempatan pada Bank Indonesia memiliki Ø    Penempatan pada Bank Indonesia tidak
pengaruh yang sangat besar terhadap efisiensi dapat memprediks ROA (Return on Assets)
yang diperoleh Bank Umum Konvensional dan yang diperoleh perbankan syariah.
juga Bank Umum Syariah.
Ø    FASBIS tidak dapat diperdagangkan, tidak
Ø    Perlakuan pajak syariah merupakan dapat diagunkan dan tidak dapat dicairkan
penerapan aturan perpajakan atas transaksi sebelum jatuh tempo.
yang bersifat khusus, sehingga pemerintahan
Ø    SBIS tidak dapat diperdagangkan di pasar
menerapkan aturan khusus perpajakan dalam
sekunder.
dunia perbankan syariah karena pajak sifatnya
memaksa sedangkan dharibah sifatnya tidak Ø    SBSI hanya dapat dimiliki BUS dan UUS
memaksa. yang telah memuhi persyaratan Financing to
Deposit Ratio tertentu.
Ø    Tidak ada perlakuan tarif khusus dalam
pengenaan pajak penghasilan atas bidang Ø    Pada akuntansi kas, kecenderungan
usaha berbasis syariah, peraturan dibuat terjadinya pencurian lebih besar.
hanya untuk memberikan kejelasan dan
perlakuan yang sama. Ø    Sistem imprest fund dalam akuntansi kas,
kas tidak dapat digunakan dengan mudah
Ø    SBIS dapat diagunkan kepada Bank diketahui karena saldo baru dapat dilihat di
Indonesia. akhir periode. Bila terjadi kekurangan dan
akan menimbulkan sedikit masalah karena
Ø    Pada akuntansi kas, sistem imprest
tidak ada penambahan kas di tengah periode.
fund  jumlah dananya di awal periode selalu
sama sehingga memudahkan untuk Ø    Penerapan sistem fluctuation fund tidak
menentukan jumlah dana per bagian atau mudah mengetahui pengeluaran per rekening
unit. Sebagai alat kontrol oleh atasan dalam setiap periode dan manakah pengeluaran
penggunaan dana. terbanyak yang digunakan untuk apa saja.
Ø    Sistem fluctuation fund pada akuntansi kas
apabila mengalami kekurangan dana ditengah
periode dapat meminta tambahan. Saldo
dapat diketahui setiap saat dan mudah
dilakukan kontrol kas.

OPPORTUNITY THREAT

Ø    Kesulitan dalam pelaksanaan bagi kegiatan Ø    Perlakuan pajak yang berbeda antara bank
usaha berdasarkan prinsip syariah tertentu, konvensional dan syariah dapat menyebabkan
dan pada saat ini pemerintah telah dan perlakuan perpajakan menjadi tidak netral
sedang mengkaji perpajakan untuk perbankan bagi para pihak yang terlibat.
syariah sehingga perbankan syariah tetap
Ø    Apabila dilihat dari perkembangan sektor
tidak melanggar peraturan negara karena
riil dan sektor keuangan SBIS belum dapat
adanya pajak yang telah diputuskan secara
membawa perkembangan dalam ekonomi
bersama yang tentunya berbeda dengan
islam.
perpajakan bank konvesional.

Ø    Sertifikat Bank Indonesia Syariah hadir


sebagai instrumen kebijakan alternatif dalam
pengendalian moneter dan menggunakan
akad ju’alah diperbolehkan karena memiliki
dasar hukum yang jelas, sehingga SBIS efektif
dan mendatangkan manfaat dalam
pengendalian moneter.

Ø    Sebagai alternatif terhadap acuan pada SBI


konvensional, beberapa pakar ekonomi Islam
di Indonesia cenderung
mengusulkankebijakan return yang mengacu
pada rata- rata return seluruh bank syariah
yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
perkembangan bank syariah akan tetap
seiring dengan perkembangan ekonomi riil
masyarakat dan konsisten dengan prinsip the
existence of underlying transaction  pada
setiap keuntungan yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai