Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun valuta asing yang
masih berlaku sebagi alat pembayaran yang sah. Perubahan posisi saldo kas di bank dapat
disebabkan oleh beberapa hal berikut: Penggunaan untuk transaksi internal bank seperti untuk dana
kas kecil, pembayaran biaya-biaya operasional, biaya gaji dan sebagainya. Penyetoran dan penarikan
oleh nasabah, Penyetoran kepada Bank Indonesia atau penarikan dari rekening bank yang
bersangkutan di Bank Indonesia. Kas merupakan asset keuangan yang diklasifikasikan sebagai
“pinajamn yang diberikan dan piutang (loans and receivables)”, yang dicatat pada nilai nominal dan
tidak ada penurunan nilai. Perubahan posisi saldo kas di bank dapat disebabkan oleh beberapa hal
berikut: Penyetoran dan penarikan tunai oleh nasabah, penyetoran kepada Bank Indonesia atau
penarikan dari rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia, penggunaan untuk transaksi
internak bank seperti untuk dana kas kecil, pembayaran biaya-biaya operasional, biaya gaji, dan
sebagainya.
Transaksi internal bank syariah dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tanpa menggunakan
kas kecil dan dengan menggunakan kas kecil. Untuk transaksi tanpa menggunakan kas kecil, bank
biasanya melakukan pembayaran via rekening. Adapun transaksi dengan menggunakan kas kecil
biasanya dilakukan untuk transaksi yang nilai rupiahnya realtif kecil, antara lain untuk pembayaran
konsumsi, biaya transport, biaya langganan koran atau majalah, dan biaya listrik atau air. Akuntansi
kas kecil pada bank dapat menggunakan sistem dana tetap (imprest fund system) maupun sistem
dana berfluktuatif (fluctuating system).
Transaksi dana kas kecil dengan sistem dana tetap meliputi: Pembentukan dana kas kecil,
Pemakaian dana kas kecil, Pengisian dana kas kecil. Dalam sistem ini, pada saat pembentukan dana
kas kecil, bank akan mendebit dana kas kecil dan selanjutnya pemakaian kas kecil tidak dijurnal, tapi
hanya diarsip sehingga saldo dana kas kecil akan tetap. Yang berubah adalah komposisi kasnya,
karena komposisi kasnya terdiri dari atas uang tunai dan arsip bukti pemakaian bertambah. Pada
saat pengisian kembali, bank akan mendebit biaya-biaya yang telah dikeluarkan dan mengkredit
rekening kasnya.
Adapun pada akuntansi kas kecil dengan sistem dana berfluktuasi, pada saat pengisian kas
kecil, bank akan mendebit dana kas kecil dan mengkreditkan rekening kas. Pada saat pemakaian kas
kecil akan didebit biaya-boaya atau utang yang terjadi dan mengkredit dana kas kecil. Pada saat
pengisian kembali mendebit rekening dana kas kecil dan mengkredit rekening kas.
Jurnal bila menggunakan sistem dana tetap (imprest fund system) adalah sebagai berikut:
Jurnal bila menggunakan sistem dana berfluktuatif (fluctuation system) adalah sebagai berikut:
1. Akuntansi Kas untuk Penyetoran dan Penarikan oleh Nasabah Melalui Teller
Variasi transaksi penyertaan dan penarikan oleh nasabah melalui teller didasarkan pada lokasi.
Transaksi setoran cabang sendiri adalah transaksi dimana seorang nasabah memasukan uang untuk
rekening yang berasal dari kantor cabang tempat uang itu dimasukkan.
Misalkan tanggal 2 Juli 20X9 Ibu Asminah nasabah Bank Syariah Perbanas cabang Surabaya,
melakukan setoran tunai di kantor cabang Surabaya ke rekeningnya sebesar Rp 300.000,-
Transaksi penarikan di cabang sendiri adalah transaksi dimana seorang nasabah menarik uang dari
rekening yang berasal dari kantor cabang tempat uang itu ditarik.
Misalkan pada tanggal 4 Juli 20X9 Ibu Asminah nasabah BSP cabang Surabaya, melakukan penarikan
tunai uangnya di kantor cabang Surabaya sebesar Rp 100.000,-
Transaksi setoran cabang lain adalah transaksi dimana seorang nasabah memasukkan uang di suatu
kantor cabang untuk rekening yang berasal dari kantor cabang lain pada bank yang sama.
Contoh pada tanggal 7 Juli 20X9 Ibu Asminah melakukan setoran tunai di kantor BSP cabang Surabaya
ke rekening BSP atas nama Danti di Yogyakarta sebesar Rp 150.000,-
Transaksi penarikan di cabang lain adalah transaksi dimana seorang nasabah menarik uangnya di
suatu kantor cabang melalui kantor cabang lain pada bank yang sama.
Contoh tanggal 10 Juli 20X9 Ibu Asminah nasabah BSP Surabaya melakukan transaksi penarikan di BSP
Malang sebesar Rp 50.000,-
Transaksi pengisian kas ATM merupakan transaksi bank mengisi kas terdapat dalam ATM.
Contoh tanggal 12 Juli 20X9 BSP cabang Surabaya melakukan pengisian ATMNya sebesar Rp
200.000.000,-
Transaksi penarikan oleh nasabah cabang pemilik kas ATM merupakan transaksi saat nasabah
menarik dananya di bank melalui ATM.
Misalnya tanggal 15 Juli 20X9, Bapak Herman nasabah BSP Cabang Surabaya menarik dananya melalui
ATM BSP Cab Surabaya sebesar Rp 1.000.000,-
Transaksi penarikan bukan oleh nasabah cabang pemilik kas ATM merupakan transaksi saat adanya
nasabah dari cabang lain yang menarik dananya di bank melalui ATM.
Misalnya tanggal 15 Juli 20X9, Ibu Rianti nasabah BSP Cab Malang meanrik dananya melalui ATM BSP
Cab Surabaya sebesar Rp 500.000,-
1. Penerimaan Setoran
2. Penarikan
B. Penempatan pada BI dilakukan dalam bentuk Giro dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
Giro pada Bank Indonesia yaitu saldo rekening giro Bank di Bank Indonesia, baik dalam Rupiah
maupun mata uang asing; merupakan salah satu alat likuid dan tidak dimasukan untuk menghasilkan
pendapatan. Dengan adanya giro Bank Indonesia, bank dapat membiayai transaksi antarcabang maupun
antarbank melalui penyelesaian kliring.
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yaitu surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip syariah; dan
2. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS) yaitu fasilitas simpanan dalam rupiah yang disediakan
oleh Bank Indonesia kepada Bank untuk menempatkan dananya di Bank Indonesia dalam rangka standing
facilities berdasarkan prinsip syariah.
Tanggal 1 Juli 20XA, BSP Cab Surabaya menyetor tunai untuk giro di Bank Indonesia
sebesar Rp 1 Miliar.
Tanggal 10 Juli 20XA, BSP Cab Surabaya mengambil dana di Bank Indonesia sebesar Rp 500
Juta.
Bentuk lain penempatan dana bank syariah pada Bank Indonesia adalah dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) Syariah yang merupakan instrument pengganti atas Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Baik SBI Syariah amupun SWBI merupakan saran penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah yang
mengalami kelebihan likuiditas.
SBI Syariah menggunakan skema jualah dengan kebijakan return saat ini mengacu pada SBI
konvensioanal. Perkembangan bank syariah akan tetap seiring dengan perkembangan ekonomi riil masyarakat
dan konsisten dengan prinsip the existence of underlying transaction pada setiap keutnungan yang diperoleh.
· Tanggal 1 Desember 20X9, bank mencairkan SBI Syariah yang pernah dimasukan
tanggal 1 September 20X9.
C. Kliring
Kliring merupakang sarana atau cara perhitungan utang-piutang dalam bentuk surata berharga atau
surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.
Dalam kegiatan kliring, digunakan warkat, dokumen, dan formulir kliring. Warkat adalah alat pembayaran
bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk rekening nasabah atau bank melalui kliring. Dokumen
kliring adalah dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring ditempat
penyelenggara. Formulir kliring adalah adalah formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring
meliputi neraca kliring penyerahan dan pengembalian yang disediakan oleh penyelenggara kliring, neraca
kliring penyerahan, dan pengembalian yang disediakan peserta kliring dan bliyet giro saldo kliring yang
disediakan oleh peserta.
o Tanggal 5 Mei 20XA, BSP menerima tagihan dari Bank Mandiri Syariah sebesar Rp
200.000.000,- untuk beban Bapak Hendra.
o Tanggal 6 Mei 20XA, BSP menyerahkan warkat kliring ke Bank Indonesia dan pada tanggal
itu juga kliring dinyatakan berhasil sebesar Rp 300.000.000,- untuk keuntungan rekening giro
Bapak Novan.
Kesimpulan jurnal yang berkaitan dengan penempatan pada Bank Indonesia menurut PAPSI 2013:
D. Pajak
1. Konsep Akuntansi Pajak
Aktivitas bank syariah yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan seseorang merupakan objek pajak yang
harus dibayarkan kepada negara. Beberapa jenis objek pajak yang terkait dengan aktivitas bank syariah beserta
tarif pajak yang dikenakan.
1. Penerimaan bonus giro wadiah oleh nasabah giro wadiah dikenakan pajak PPh Pasal 4 (2) giro sebesar
20% dari bonus yang diterima nasabah.
2. Penerimaan bagi hasil oleh nasabah giro mudharabah, tabungan mudharabah, dan deposito
mudharabah dikenakan pjak PPh Pasal 4 (2). Ketiganya dikenakan pajak sebesar 20% dari bagi hasil atau bonus
yang diterima.
3. Penghasilan yang diterima pegawai bank syariah dikenakan PPh 21 perorangan dikenakan pajak 10%
5. Dividen yang dibayar bank syariah kepada pemegang shama dikenakan PPh Pasal 4 (2) dividien.
Pajak yang dipungut oleh bank disimpan terlebih dahulu dalam rekening Titipan Kas Negara dengan sub
rekening sesuai dengan jenis pajak yang dipungut.
Ø Tanggal 1 November 20XA, dibayar gaji Fatih pegawai BSP sebesar Rp 3.000.000,-
dipotong pajak sebesar 10%. Gaji langsung masuk rekening tabungan mudharabah Fatih.
Ø Tanggal 1 November 20XA, dibayar dividen kepada Rahmadi Wijaya, salah seorang
pemegang saham sebesar Rp 20.000.000,- dan dipotong PPh Pasal 4 (2) dividen. Dividen
dibayar via tabungan mudharabah Rahmadi.
Ø Tanggal 5 November 20XA, disetor semua pajak yang telah dipotong BSP ke rekening
pemerintah di Bank Indonesia sebesar Rp 256.640.000,-
Ø Penempatan pada Bank Indonesia memiliki Ø Penempatan pada Bank Indonesia tidak
pengaruh yang sangat besar terhadap efisiensi dapat memprediks ROA (Return on Assets)
yang diperoleh Bank Umum Konvensional dan yang diperoleh perbankan syariah.
juga Bank Umum Syariah.
Ø FASBIS tidak dapat diperdagangkan, tidak
Ø Perlakuan pajak syariah merupakan dapat diagunkan dan tidak dapat dicairkan
penerapan aturan perpajakan atas transaksi sebelum jatuh tempo.
yang bersifat khusus, sehingga pemerintahan
Ø SBIS tidak dapat diperdagangkan di pasar
menerapkan aturan khusus perpajakan dalam
sekunder.
dunia perbankan syariah karena pajak sifatnya
memaksa sedangkan dharibah sifatnya tidak Ø SBSI hanya dapat dimiliki BUS dan UUS
memaksa. yang telah memuhi persyaratan Financing to
Deposit Ratio tertentu.
Ø Tidak ada perlakuan tarif khusus dalam
pengenaan pajak penghasilan atas bidang Ø Pada akuntansi kas, kecenderungan
usaha berbasis syariah, peraturan dibuat terjadinya pencurian lebih besar.
hanya untuk memberikan kejelasan dan
perlakuan yang sama. Ø Sistem imprest fund dalam akuntansi kas,
kas tidak dapat digunakan dengan mudah
Ø SBIS dapat diagunkan kepada Bank diketahui karena saldo baru dapat dilihat di
Indonesia. akhir periode. Bila terjadi kekurangan dan
akan menimbulkan sedikit masalah karena
Ø Pada akuntansi kas, sistem imprest
tidak ada penambahan kas di tengah periode.
fund jumlah dananya di awal periode selalu
sama sehingga memudahkan untuk Ø Penerapan sistem fluctuation fund tidak
menentukan jumlah dana per bagian atau mudah mengetahui pengeluaran per rekening
unit. Sebagai alat kontrol oleh atasan dalam setiap periode dan manakah pengeluaran
penggunaan dana. terbanyak yang digunakan untuk apa saja.
Ø Sistem fluctuation fund pada akuntansi kas
apabila mengalami kekurangan dana ditengah
periode dapat meminta tambahan. Saldo
dapat diketahui setiap saat dan mudah
dilakukan kontrol kas.
OPPORTUNITY THREAT
Ø Kesulitan dalam pelaksanaan bagi kegiatan Ø Perlakuan pajak yang berbeda antara bank
usaha berdasarkan prinsip syariah tertentu, konvensional dan syariah dapat menyebabkan
dan pada saat ini pemerintah telah dan perlakuan perpajakan menjadi tidak netral
sedang mengkaji perpajakan untuk perbankan bagi para pihak yang terlibat.
syariah sehingga perbankan syariah tetap
Ø Apabila dilihat dari perkembangan sektor
tidak melanggar peraturan negara karena
riil dan sektor keuangan SBIS belum dapat
adanya pajak yang telah diputuskan secara
membawa perkembangan dalam ekonomi
bersama yang tentunya berbeda dengan
islam.
perpajakan bank konvesional.