Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AKUNTANSI MUDHARABAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah
Dosen Pengampu: Akhmad Fauzan,SE.,S.Pd.,M.EI

Disusun Oleh:
Nabella Eka Arianty (19053010)
Idam Khalid. ( 19053003)
Aisyatur Rizqia. R. ( 19053006)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kita sehingga penyusun bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Akuntansi Mudharabah” tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusun dalam penyusunan laporan ini secara umumnya dan kepada
Dosen Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Syariah.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena penyusun masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penyusun
tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penyusun harapkan
untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penyusun berikutnya. Untuk
itu penyusun ucapkan terima kasih.

Lamongan, 15 April 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii

BAB I..........................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2

C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3

A. Pengertian Mudharabah..................................................................................................................3

B. Karakteristik Mudharabah..............................................................................................................4

C. Jenis dan Alur Transaksi Mudharabah...........................................................................................9

D. Standar Akuntansi Mudharabah dalam PSAK No. 59................................................................12

E. Akuntansi Pemilik Dana (shahibul maal)......................................................................................13

F. Akun-akun dalam Akuntansi Pemilik Dana Mudharabah...........................................................13

G. Persetujuan Investasi Mudharabah oleh pemilik dana...............................................................17

BAB III.....................................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................................19

A. KESIMPULAN............................................................................................................................19

B. SARAN.........................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keunikan Lembaga Keuangan Syariah adalah prinsip
bagi hasil, khususnya mudharabah. Mudharabah merupakan transaksi yang
harus dilaksanakan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan harus didasari
dengan penerapan akidah, akhlaq dan moral sesuai dengan ketentuan
syariah. Para pelaku mudharabah khususnya pengelola dana harus dapat
memahami dan mengimplementasikan dengan sungguh-sungguh dan
penuh tanggung jawab atas sifat Rasul yaitu STAF (Shidiq, Tabligh,
Amanah dan Fatonah). Tanpa dilandasi sifat itu prinsip mudharabah sulit
untuk dilaksanakan misalnya dalam menentukan hasil usaha yang
diperoleh.
Unsur Mudharabah adalah ditentukannya keberadaan kedua belah
pihak, yaitu disatu pihak sebagai penyedia dana dan pihak lainnya sebagai
orang yang ahli dalam pekerjaan atau usaha. Bank-bank syariah
menggunakan prinsip Mudharabah dengan para pemegang rekening
investasi (deposan atau penabung) dan juga dengan pembiayaan
Mudharabah. Dalam hal yang lain, Bank syariah bisa juga melaksanakan
suatu peranan ganda dalam memberikan pembiayaan Mudharabah yakni
sebagai mudharib dari para pemegang rekening investasi dan sebagai agen
atau wakil dari pemegang saham. Meskipun demikian, di dalam
pembukuannya perlakuan akuntansi berbeda yakni satu sebagai Mudharib
dengan para pemegang rekening investasi (dan) dan satu lagi sebagai
penyedia dana dengan para penerima pembiayaan Mudharabah.
Perbedaan ini merupakan dasar untuk menentukan ruang lingkup
standar yang telah dijelaskan, sebagai contoh, tidak bolehnya Bank syariah
melepaskan diri sebagai penyedia dana dari perjanjian dalam pengelolaan
dana (pembiayaan Mudharabah). Tujuan dalam mudharabah memberikan
imbalan kepada pemilik dana dari hasil usaha yang diperoleh oleh
pengelola dana yang porsinya disepakati diawal, sehingga hasil yang

1
diperoleh dari pemilik dana sangat tergantung pada pengelola dana,
pemilik dana tidak pernah meminta imbalan pasti dalam bentuk nominal
dimuka. Perhitungan pembagian hasil usaha selalu dilakukan oleh
mudharib, karena dalam mudharabah perkerjaan merupakan hak exclusif
dari mudharib, pemilik dana tidak diperkenankan terlibat dalam
manajemen usaha, pemilik dana hanya memiliki hak untuk melakukan
pengawasan. Dengan adanya pekerjaan merupakan hak exklusif mudharib,
maka yang mengetahui besarnya hasil usaha juga mudharib, oleh karena
itu yang melakukan pembagian hasil usaha juga mudharib. Jadi dalam hal
penghimpunan dana Lembaga Keuangan Syariah, pembagian usaha
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai mudharib.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mudharabah?
2. Apa saja ketentuan-ketentuan dalam Akuntansi Mudharabah?
3. Apa saja Jenis-jenis dan Alur Transaksi Mudharabah?
4. Bagaimana Standar Akuntansi Mudharabah dalam PSAK No.59 tentang
Akuntansi Bank Syariah?
5. Apa saja Akun-akun dalam Akuntansi Pemilik Dana Mudharabah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Mudharabah.
2. Untuk mengetahui apa saja ketentuan-ketentuan dalam Akuntansi
Mudharabah.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dan Alur Transaksi Mudharabah.
4. Untuk mengetahui bagaimana Standar Akuntansi Mudharabah dalam
PSAK No.59 tentang Akuntansi Bank Syariah.
5. Untuk mengetahui apa saja Akun-akun dalam Akuntansi Pemilik Dana
Mudharabah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah
Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang
berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan
diatas yang maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usahanya.1 Sedangkan pengertian mudharabah yang
secara teknis adalah suatu akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua
belah pihak dimana pihak yang pertama ( shahibul maal ) menyediakan
seluruh modalnya dan sedangkan pihal yang lain menjadi pengelolanya.2
Keuntungan dari usahanya tersebut secara Mudharabah akan dibagi
hasilnya menurut kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal,
dan apabila usaha tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut
akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut bukan
disebabkan kelalaian pengelola modal. Dan jika kerugian tersebut
disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola modal, maka
pengelola modal yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang telah
dialaminya.
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk
perniagaan di mana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan modalnya
kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan (mudharib), untuk
diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan
ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika

1
Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. Yogyakarta: akademi manajemen
perusahaan YKPN. 2005. Hal 102.
2
Muhammad syfi’i antonio. Bank syari’ah: dari teori ke praktik. Jakarta: gema insani press. 2001.
Hal. 95.

3
disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus
menanggung kerugian tersebut.
Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk
kerja sama antara shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100% dari
shohibul maal. Sedangkan mudhorib hanya sebagai pengelola yang
keuntungannya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati di awal.
Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan
berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing
principle), dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana yang
pertama memiliki dan menyediakan modal, disebut shohibul maal, sedang
ke dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana
atau menejemen usaha halal tertentu, disebut mudhorib.3

B. Karakteristik Mudharabah
Bagi Lembaga Keuangan Syariah, prinsip mudharabah ini dapat
dilakukan dalam penghimpunan dana (sumber dana) tetapi juga dalam
penyaluran dana (pengelola dana). Pada prinsip mudharabah, baik yang
dilakukan dalam penghimpunan dana maupun yang dilakukan dalam
penyaluran dana, memiliki karakteristik yang tidak berbeda. Untuk
mengetahui kedudukan masing-masing pihak yang terkait dan kedudukan
Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

3
Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari’ah. Yogyakarta: UII
press yogyakarta. 2002. Hal. 32.

4
Dari gambar di atas dapat dijelaskan secara rinci hal-hal sebagai
berikut:
1. Dalam penghimpunan dana (LKS sebagai pengelola)
Salah satu prinsip yang dilaksanakan oleh LKS pada transaksi
penghimpunan dana adalah dengan menggunakan prinsip mudharabah.
Dari gambar di atas dalam penghimpunan dana yang dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah, maka kedudukan LKS “Amal Sejahtera”
sebagai pengelola dana (mudharib) sedangkan sebagai pemilik dana
(shahibul maal) adalah investor atau deposan (Siti Aminah). Pembagian
hasil usaha dilakukan antara Siti Aminah sebagai investor dengan LKS
“Amal Sejahtera” sebagai pengelola dana (mudharib). Perhitungan
pembagian hasil usaha dilakukan oleh LKS “Amal Sejahtera” sebagai
pengelola dana (mudharib), karena pekerjaan sepenuhnya diserahkan
kepada LKS “Amal Sejahtera” sebagai pengelola dana sehingga yang
mengetahui hasil usaha adalah LKS “Amal Sejahtera” sebagai
pengelola dana, maka yang melakukan perhitungan pembagian hasil
usaha adalah LKS “Amal Sejahtera” sebagai pengelola dana
(mudharib).
Dalam perbankan syariah prinsip ini diaplikasikan pada Tabungan
Mudharabah dan Deposito Mudharabah. Fatwa Dewan Syariah
Nasional nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan, khususnya
tabungan mudharabah mengatur sebagai berikut:
1) Pertama - Tabungan ada dua jenis:
a. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan
yang berdasarkan perhitungan bunga.
b. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan
prinsip Mudharabah dan Wadi’ah.
2) Kedua - Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.

5
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Sedangkan penghimpuan dana yang dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Syariah dalam bentuk simpanan berjangka (deposito
berjangka), Fatwa Dewan Syariah Nasional 03/DSN-MUI/IV/2000
tentang Deposito mengatur sebagai berikut:
1) Pertama - Deposito ada dua jenis:
a. Deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu
Deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.
b. Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan
prinsip Mudharabah.
2) Kedua - Ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal
atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk
tunai dan bukan piutang.

6
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
2. Dalam penyaluran dana (LKS sebagai pemilik dana)
Prinsip bagi hasil merupakan salah satu pola penyaluran dana
Lembaga Keuangan Syariah, dimana dalam pola bagi hasil ini dapat
dilakukan dengan prinsip mudharabah atau prinsip musyarakah. Dalam
hal Lembaga Keuangan Syariah menyalurkan dana dengan prinsip
mudharabah, maka pada gambar di atas kedudukan LKS “Amal
Sejahtera” adalah sebagai pemilik dana (shahibul maal) sedangkan
sebagai pengelola dananya (mudharib) adalah nasabah debitur
(Zainudin). LKS “Amal Sejahtera” hanya diperkenankan untuk
melakukan pengawasan, pembinaan dan tidak diperkenankan ikut
campur dalam pengelolaan dana tersebut.
Oleh karena pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada Zainudin
sebagai mudharib, maka yang mengetahui besar hasil usaha tersebut
adalah Zainudin sebagai mudharib, oleh karena itu yang melakukan
perhitungan pembagian hasil usaha juga Zainudin sebagai mudharib.
Dalam perbankan syariah prinsip ini diaplikasikan pada Investasi
(pembiayaan) Mudharabah. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh),
diatur hal-hal yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah
(penyaluran dana yang dilakukan oleh LKS) sebagai berikut:
a) Pertama - Ketentuan Pembiayaan:
1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan
oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik
dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha),

7
sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib
atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS
dengan pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah
disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak
ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi
mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam
bentuk tunai dan bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat
dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam Pembiayaan Mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan,
LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga.
Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan
fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan
kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan,
mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah
dikeluarkan.
b) Kedua - Rukun dan Syarat Pembiayaan:
1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus
cakap hukum.

8
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan
syarat sebagai berikut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika
modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus
dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-tungan
sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan
kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung
kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan
disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

9
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai
perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia
dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa
campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam
dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah,
dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas
itu.

C. Jenis dan Alur Transaksi Mudharabah


Untuk dapat memahami akuntansi mudharabah, hendaknya perlu
diketahui terlebih dahulu jenis dan alur dari mudharabah. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan Lembaga Keuangan Syariah
dalam melaksanakan transaksi mudhrabah.
a) Jenis Mudharabah
Prinsip mudharabah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah dalam PSAK 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah diterjemahkan menjadi “Investasi Tidak
Terikat” untuk penghimpunan dana dan “Pembiayaan
Mudharabah” untuk penyaluran dana. Karena banyak
menimbulkan salah pengertian “Investasi Tidak Terikat” yang
berada
pada posisi pasiva maka dalam PSAK Syariah yang baru istilah
tersebut disempurnakan menjadi “Dana Syirkah Temporer” ,
sedangkan “pembiayaan mudharabah” disempurnakan menjadi

10
“Investasi Mudharabah”. Dikatakan mudharabah muthlaqah jika
pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam
pengelolaan investasinya.
2. Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat)
Mudharabah muqayyadah dalam PSAK 59 maupun PSAK
syariah yang baru diterjemahkan sebagai ”Investasi Terikat”,
apabila pemilik dana (shahibul maal) memberikan syarat-syarat
tertentu kepada mudharib dalam pengelolaan dana. Dalam
Mudharabah muqayyadah Lembaga Keuangan Syariah dapat
bertindak sebagai pemilik dana dan dapat pula sebagai pengelola
dana. Dalam Mudharabah muqayyadah pemilik modal mengikat
pelaksana untuk berdagang di negeri tertentu atau tempat tertentu,
atau waktu tertentu. Atau pemilik modal menekankan pada
pelaksana untuk tidak membeli dan menjual kepada orang tertentu.
Dikatakan mudharabah muqayyadah jika pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai
tempat, cara dan atau obyek investasi.
3. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah ini merupakan perpaduan akad
mudharabah dengan akad musyarakah, yaitu akad mudharabah
dimana pengelola dana (nasabah) memiliki kontribusi modal dalam
usaha tersebut sebagaimana kontribusi modal dalam musyarakah
(dalam mudharabah seluruh dana berasal dari pemilik dana).
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama
investasi. Mudharabah mutlak pemilik modal tidak mengikat si
pelaksana atau pekerja.
Contohnya “saya serahkan harta ini untuk
dimudharabahkan dengan syarat keuntungan milik bersama”.
Dalam hal penentuan waktu dan orang-orang, Imam Abu Hanifah
serta Ahmad membolehkan pelaksana untuk tidak melaksanakan
ketentuan yang telah ditetapkan pemilik modal. Menurut Syafi`i

11
dan Imam Malik, tidak dibenarkan bahkan wajib melaksanakan apa
yang telah ditentukan pemilik modal. Dalam masalah
menghubungkan mudharabah dengan waktu yang akan datang,
Abu Hanifah dan Ahmad membolehkannya, menurut Malik dan
syafi`i tidak boleh.
Contohnya “harta ini baru bisa dimudharabahkan pada
bulan depan”. Adapun mudharabah bersyarat, contohnya jika si
fulan datang kepadamu dengan piutang saya, jadikanlah ia modal
untuk mudharabah. Hanabilah dan Zaidiyah membolehkan
mudharabah bersyarat, sedangkan Hanafiyah, Malikiyah dan
Syafi`iyah melarang, alasannya karena mudharabah itu tujuannya
untuk mendapat sebagian dari keuntungan dan menyerahkan harta
modal tidak sah dengan adanya syarat.
b) Alur Transaksi Mudharabah
Dari pengertian dan karakterstik mudharabah tersebut di atas maka
transaksi mudharabah mutlaqah dapat digambarkan dalam alur
sebagai berikut:

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Pengelola dana (mudharib) memiliki usaha atau proyek yang
fisibel untuk dipergunakan sebagai obyek dalam mudharabah.

12
Berdasarkan proyek tersebut, nasabah sebagai mudharib
mengajukan permohonan kepada shahibul maal untuk dapat
membiayai proyek atau usaha tersebut.
2. Pemilik dana (shahibul maal) berdasarkan prinsip-prinsip kehati-
hatian, analisa dan pertimbangan kelayakan proyek tersebut dapat
membiayai usaha atau proyek yang diajukan oleh mudharib
(memberikan modal mudharabah). Pada prinsipnya modal yang
harus diserahkan kepada mudharib sebesar 100% (seratus persen)
dari kebutuhan dana proyek yang akan dijalankan. Shahibul maal
hanya dapat melakukan pengawasan, tidak diperkenankan untuk
ikut campur dalam pengelolaan dana tersebut.
3. Pembagian hasil usaha dilakukan antara mudharib dengan shahibul
maal sesuai nisbah yang disepakati pada awal akad, dan dilakukan
dengan cara negosiasi. Perhitungan pembagian hasil usaha
dilakukan oleh mudharib. Dalam pembagian hasil usaha ini dapat
mempergunakan salah satu dari dua prinsip yang ada yaitu Prinsip
Hasil (Revenue Sharing) atau Prinsip Bagi Laba (Profit Sharing).
Hasil usaha yang dibagi adalah hasil usaha yang nyata-nyata
diterima (cash basis). Apabila kerugian disebabkan kesalahan dari
mudharib maka kerugian tersebut ditanggung oleh mudharib, tetapi
jika kerugian disebabkan bukan kesalahan mudharib ditanggung
oleh pemilik dana.
4. Mudharib mengembalikan sisa modal. Mudharib tidak dapat
menjamin pengembalian dana pemilik dana (shahibul maal)
sebesar modal awal (100%), karena ada kemungkinan pengurangan
modal sebagai akibat kerugian yang disebabkan karena bukan
kesalahan pengelola modal (mudharib), sehingga kerugian tersebut
ditanggung oleh pemilik dana (shahibul maal).

D. Standar Akuntansi Mudharabah dalam PSAK No. 59


Dalam PSAK No.59, paragraf 14, poin a dan b, disebutkan bahwa,
"pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau

13
penyerahan aktiva non-kas kepada pengelola dana", (a), dan "pembiayaan
mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap tahap
pembayaran atau penyerahan" (b).
Hal senada dijelaskan pula dalam PSAK No.59, paragraf 15 poin a,
b dan c, yang menyebutkan bahwa pembiayaan mudharabah dalam bantuk
kas diukur dari sejumlah uang yang diberikan bank pada saat
pembayaran", (a), dan "Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non-
kas diukur sebesar nilai wajar aktiva non-kas  pada saat penyerahan, dan
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas diakui sebagai
keuntungan atau kerugian bank", (b), dan beban yang terjadi sehubungan
dangan mudharabah tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan kecuali
telah disepakati bersama" (c).4
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan
transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal)
maupun pengelola dana (mudharib). Pernyataan ini tidak mencakup
pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad mudharabah.

E. Akuntansi Pemilik Dana (shahibul maal)


Dalam sub bab ini dibahas akuntansi pemilik yang dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah terkait dengan pengelolaan dana yang
menggunakan prinsip mudharabah (Lembaga Keuangan Syariah sebagai
pemilik dana). Akuntansi Pemilik Dana ini juga dapat diterapkan untuk
pemodal atau investor atau deposan atas penghimpunan dana yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (deposan sebagai pemilik
dana). Jika diperhatikan ketentuan-ketentuan dalam PSAK 105 tentang
akuntansi Mudharabah, yang banyak dibahas dalam akuntansi pemilik

4
https://www.academia.edu/13829412/PEMAKNAAN_PSAK_NO._59_MUDHARABAH_DAL
AM_PERSPEKTIF_KEADILAN_Studi_Pada_Baitul_Maal_Wat_Tamwil_Sidogiri_Daerah_Bang
kalan_ 08/05/2016, 12:00.

14
dana adalah pada sudut penyaluran dana yang dilakukan oleh LKS sebagai
pemilik dana.

F. Akun-akun dalam Akuntansi Pemilik Dana Mudharabah


Akun-akun yang dipergunakan dalam akuntansi mudharabah pada
pemilik dana dalam transaksi mudharabah, baik untuk kepentingan
penyusunan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) maupun untuk
penyusunan Laporan Laba Rugi berbeda dengan akun-akun yang
dipergunakan dalam Akuntansi Pengelolaan Dana.
a) Akun-akun untuk Laporan Posisi Keuangan (neraca)
Akun-akun berikut dipergunakan untuk mencatat transaksi
mudharabah pada akuntansi pemilik dana untuk kepentingan laporan
posisi keuangan (neraca).
1. Investasi Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat modal mudharabah
yang telah diberikan oleh pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudharib), baik modal kas maupun modal non kas
(barang). Perkiraan ini hanya dipergunakan pada pemilik dana
(shahibul maal). Perkiraan ini akan didebet pada saat penyerahan
modal mudharabah kepada pengelola dan dikredit pada saat
penerimaan kembali modal mudharabah dari pengelola dana
(mudharib) dan kerugian mudharabah yang menjadi tanggung
jawab pemilik dana (shahibul maal).
2. Piutang Pendapatan Bagi Hasil
Akun ini dipergunakan untuk membukukan bagi hasil yang
telah dihitung oleh nasabah tetapi belum diserahkan kepada LKS
sebagai pemilik dana, sebesar porsi LKS sebagai pemilik dana
(sebagai laporan dari pengelola, bukan atas dasar proyeksi
pendapatan yang dilakukan oleh pemilik dana). Akun ini dikredit
pada saat dilakukan pengakuan pendapatan dan didebet pada saat

15
penerimaan atau pembayaran bagi hasil diterima dari pengelola
dana.
3. Piutang kepada Mudharib
Akun ini dipergunakan untuk mencatat modal mudharabah
yang telah jatuh tempo dan belum diserahkan kembali oleh
pengelola dana, juga dipergunakan untuk mencatat kerugian
pengelolaan dana mudharabah yang merupakan kelalaian dari
pengelola dana. Akun ini didebet pada saat timbul piutang kepada
mudharib dan dikredit pada saat pembayaran pelunasan piutang
kepada mudharib.
4. Cadangan penyisihan kerugian investasi
Akun ini dipergunakan untuk membukukan pembentukan
penyisihan kerugian yang dibentuk atas investasi mudharabah.
Akun ini dikredit pada saat pembentukan penyisihan kerugian dan
didebet pada saat digunakan untuk penghapusan investasi
mudharabah.
5. Keuntungan Mudharabah Tangguhan
Akun ini dipergunakan untuk membukukan selisih antara
nilai wajar dan nilai tercatat penyerahan modal mudharabah non
kas (barang) dimana nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat.
Keuntungan Mudharabah Tangguhan ini harus diamortisir selama
jangka waktu akad mudharabah. Akun ini dikredit pada saat
pembentukan keuntungan mudharabah tangguhan dan didebet pada
saat dilakukan amortisasi.
6. Akumulasi Penurunan Nilai (Penyusutan) Aset Mudharabah
(modal non kas)
Akun ini dpergunakan untuk membukukan akumulasi
penurunan nilai akibat penyusutan yang dilakukan oleh pemilik
dana (shahibul maal) atas modal mudharabah non kas (barang)
yang dipergunakan dalam usaha mudharabah. Akun ini di kredit
pada saat pembentukan penurunan nilai akibat penyusutan dan

16
didebet pada saat modal mudharabah non kas diterima kembali
atau dijual.
b) Akun-akun untuk Laporan Laba Rugi
Akun-akun berikut dipergunakan untuk mencatat transaksi
mudharabah dalam akuntansi pemilik dana untuk kepentingan
penyusunan laporan laba rugi.
1. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat pendapatan bagi
hasil mudharabah, baik yang diterima secara tunai maupun akrual,
yaitu hasil usaha yang telah diperoleh pengelola yang merupakan
hak pemilik dana. Akun ini dikredit pada saat penerimaan dan
pengakuan pendapatan sebesar porsi hasil usaha yang menjadi hak
pemilik dana dan didebet pada saat dipindahkan ke Laba Rugi pada
akhir periode laporan keuangan.
2. Beban kerugian investasi mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan kerugian yang
timbul dalam investasi mudharabah yang disebabkan antara lain
kehilangan, kerusakan penurunan nilai sebelum usaha dimulai dan
bukan kelalaian atau kesalahan pengelola. Akun ini didebet pada
saat timbul kerugian dan dikredit pada saat dipindahkan ke Laba
Rugi sewaktu tutup buku akhir tahun.
3. Keuntungan Penyerahan Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan keuntungan
mudharabah atas penyerahan modal non kas, sebesar amortisasi
keuntungan mudharabah tangguhan. Akun ini dikredit pada saat
dilakukan amortisasi keuntungan mudharabah tangguhan dan
didebet pada saat dipindahkan ke Laba Rugi pada akhir tahun
(tutup buku).
4. Kerugian Penyerahan Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan kerugian atas
penyerahan modal mudharabah non kas, dimana nilai wajar lebih
kecil dari nilai tercatat modal non kas yang diserahkan. Akun ini

17
didebet pada saat timbul kerugian dan dikredit pada saat
dipindahkan ke Laba Rugi sewaktu tutup buku akhir tahun.
5. Biaya penurunan nilai (penyusutan) aset mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat kerugian yang
timbul akibat penurunan aset mudharabah setelah dimulai usaha
sebagai akibat kehilangan atau penurunan nilai aset mudharabah
termasuk penyusutan yang dilakukan.. Akun ini disajikan sebagai
pengurangan pendapatan bagi hasil mudharabah.Jika modal non
kas (barang) mudharabah diperjanjian diawal akan dikembalikan
kepada pemilik dana, maka penyusutan akan menjadi beban
pemilik dana, sehingga nisbah untuk pemilik dana lebih besar. Jika
modal non kas (barang) mudharabah diperjanjikan diawal untuk
tidak dikembalikan kepada pemilik dana, maka penyusutan
dihitung oleh pengelola dana dan diperhitungkan dalam pembagian
hasil usaha.
6. Keuntungan Pengembalian Aset Mudharabah (modal non kas)
Akun ini dipergunakan untuk mencatat selisih antara nilai
bersih investasi mudharabah dengan modal non kas/barang (harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi penurunan nilai akibat
penyusutan) lebih besar dari nilai wajar saat diterima kembali
modal mudharabah non kas (barang). Akun ini disajikan sebagai
penambah Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah.
7. Kerugian Pengembalian Aset Mudharabah (modal non kas)
Akun ini dipergunakan untuk mencatat selisih antara nilai
bersih investasi mudharabah dengan modal non kas/barang (harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi penurunan nilai akibat
penyusutan) lebih kecil dari nilai wajar saat diterima kembali
modal mudharabah non kas (barang). Akun ini disajikan sebagai
pengurang Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah. Untuk
memberikan gambaran yang lengkap dan rinci, akuntansi dari
transaksi mudharabah pada pemilik dana dapat diberikan ilustrasi
contoh transaksi mudharabah secara utuh sebagai berikut:

18
Contoh: (ilustrasi umum)
Pada tanggal 15 Januari 2008 LKS “Amal Sejahtera”
menyetujui untuk memberikan modal mudharabah kepada
Zainudin, seorang pengusaha textil di Medan, sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah). Pembagian hasil usaha
(nisbah) disepakati 70 untuk LKS “Amal Sejahtera” dan 30 untuk
Zainudin. Investasi Mudharabah dengan jangka waktu 2 tahun,
yaitu sampai dengan 15 Januari 2010.
Penyerahan modal mudharabah oleh LKS Amal Sejahtera
sebagai pemilik dana (shahibul maal) kepada Zainudin sebagai
pengelola dana (mudharib) dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Tanggal 25 Januari 2008 diserahkan uang tunai sebesar
Rp30.000.000,00
2) Tanggal 27 Januari 2008 diserahkan 4 buah mesin textil dengan
nilai wajar saat penyerahan sebesar Rp20.000.000,00. Mesin
textil tersebut dibeli pada tangal 05 Januari 2008 dengan harga
perolehan Rp18.800.000,00.
Dalam akuntansi pemilik dana (shahibul maal) ini akan
dibahas beberapa hal yang terkait dengan akuntansi mudharabah
tersebut yaitu:
1) Persetujuan Investasi Mudharabah
2) Penyerahan modal mudharabah, baik modal kas (uang tunai)
maupun modal non kas (mesin textil)
3) Pembagian Hasil Usaha Mudharabah
4) Pengembalian modal mudharabah oleh Zainudin kepada LKS
Amal Sejahtera.

G. Persetujuan Investasi Mudharabah oleh pemilik dana


Oleh karena penyerahan modal mudharabah dapat dilakukan secara
bertahap, maka sebelum diserahkan seluruh modal mudharabah kepada
mudharib tersebut merupakan kewajiban komitment dari pemilik dana

19
(shahibul maal). Penyerahan modal dilakukan secara tertahap tersebut
semata-mata untuk menghindari penyalahgunaan dana oleh pengelola dana
(mudharib). Dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah (prgf 16)
dijelaskan bahwa Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana
atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. Disisi lain
modal mudharabah tersebut untuk dapat mencapai tujuannya tidak dapat
dibatalkan satu pihak.
Contoh: Pada tanggal 15 Januari 2008 LKS “Amal Sejahtera”
menyetujui untuk memberikan modal mudharabah kepada Lidisa, seorang
pengusaha textil di Medan, sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah). Pembagian hasil usaha (nisbah) disepakati 70 untuk LKS “Amal
Sejahtera” dan 30 untuk Lidisa, untuk jangka waktu 2 tahun, yaitu sampai
dengan 15 Januari 2010.
Atas persetujuan Investasi Mudharabah tersebut LKS “Amal
Sejahtera” memiliki kewajiban komitment atas modal mudharabah kepada
Lidisa sebesar Rp 50.000.000,00, sehingga LKS “Amal Sejahtera”
melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kontra komitmen Investasi Mudharabah Rp50.000.000,00
Cr. Kewajiban Komitment Investasi Mudharabah Rp50.000.000,00
Dengan adanya persetujuan modal Mudharabah tersebut, akun
kewajiban komitmen (rekening administratif) LKS “Amal Sejahtera”
menunjukkan sebagai berikut:

KOMITMEN INVESTASI MUDHARABAH

Tg Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah


l
15/01 Lidisa 50.000.000
Saldo 50.000.000
50.000.000 50.000.000
Debet Kredit

Pencatatan dalam rekening admisnitratif yaitu akun Kewajiban


Komitmen Investasi Mudharabah ini dilakukan karena penyerahan modal
mudharabah dapat dilakukan secara bertahap dan usaha mudharabah baru

20
dianggap berjalan setelah seluruh modal mudharabah diserahkan kepada
pengelola (mudharib). Penyerahan modal secara bertahap ini dilakukan
dengan memperhatikan tahapan-tahapan usaha yang dilakukan dalam
mudharabah.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang
berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan
diatas yang maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usahanya. Pengertian mudharabah secara definisi
adalah suatu bentuk perniagaan di mana pemilik modal (shahibul maal)
menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut
dengan (mudharib), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan
dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak
sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal jika
disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka
pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.
Jenis dan Alur Transaksi Mudharabah Prinsip mudharabah yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Mudharabah Mutlaqah
2. Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat)
3. Mudharabah Musytarakah.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami susun, apabila makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca
sangat kami harapkan guna perbaikan. Dan semoga makalah ini dapat
menambah wawasan keilmuan kita.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ilmi, makhalul SM. Teori dan praktek lembaga mikro keuangan syari’ah.


2002. Yogyakarta: UII press.
Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. 2005. Yogyakarta:
akademi manajemen perusahaan YKPN.
Syafi’I Antonio, Muhammad. Bank Syari’ah: dari teori ke
praktik.2001 Jakarta : gema insani press.
Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Jakarta: Akuntan
Indonesia.
https://www.academia.edu/13829412/PEMAKNAAN_PSAK_NO._59_M
UDHARABAH_DALAM_PERSPEKTIF_KEADILAN_Studi_Pada
_Baitul_Maal_Wat_Tamwil_Sidogiri_Daerah_Bangkalan_ 08/05/20
16, 12:00.

22

Anda mungkin juga menyukai