Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

“AKAD SALAM”

OLEH

KELOMPOK 1 :

GERALD WIJAYA B1C117166


LA ODE MUH RAHMADIN B1C117173
LAODE MUHAMMAD RISKI B1C117174
MUHAMMAD GUSTAM B1C117183
NUR ANNISA B1C117191
SALMINA B1C117200

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
member saran dan kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, 03 November 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

2.1 Definisi Murabahah .................................................................................


2.2 Standar Akutansi Murabahah dalam PSAK No. 102..............................
2.3 Pencatatan Akuntansi Murabahah............................................................

\BAB III PENUTUP .................................................................................................

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................


3.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru
akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian hari.

Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal
sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya.
Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu, pada saat ia membutuhkan
dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad salam biasanya digunakan untuk pemasaran
barang pertanian.

Kendati demikian, masih banyak diantara kita yang belum mengenal yang namanya
akad salam, maka dari itu dalam makalah ini akan di paparkan pembahasan yang akan
membawa kita untuk mengenal sedikit lebih dekat mengenai akad salam itu sendiri. Dalam
makalah ini kelompok kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai Salam lengkap dengan
jenis, rukun, dan dasar syari’atnya. Juga penulis akan menjelaskan bagaimana perlakuan,
pengakauan dan pengukuran akuntansi terhadap akad Salam.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Akad Salam

Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli di mana barang yang
diperjualkan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan pembayaran di
muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. PSAK 103
mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam ilahi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam).pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam murabahah, kita kenal ada penjualan tangguh yang artinya barang diserahkan
terlebih dahulu sedangkan pembayaran kemudian. Salam merupakan kebalikannya, di mana
pembayaran dilakukan terlebih dahulu dan penyerahan barang dilakukan kemudian. Dalam
akad salam harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama jangka
waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi
dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh
meminta jaminan dari penjual.
Apabila pembeli menerima, sedangkan kualitasnya lebih rendah maka pembeli akan
mengakui adanya kerugian dan tidak boleh meminta pengurangan harga karena sudah
disepakati dalam akad tidak dapat diubah. Demikian juga jika kualitasnya lebih tinggi,
penjual tidak dapat meminta tambahan harga dan pembeli tidak boleh mengakui adanya
keuntungan, karena kalay diakui sebagai keuntungan dapat dipersamakan ada unsure riba
(kelebihan yang tidak ada iwad/factor pengembang yang dibolehkan syariah).

2.2 Dasar Syariah

Sumber Hukum Akad Salam


Al-Quran
 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan
benar….”(QS 2:282)

 “Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu…” (QS 5:1)

Al-Hadis
 “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR.
Bukhari Muslim)
 Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)
2.3 Rukun dan Ketentuan Akad Salam

Rukun salam antara lain :


1. Pelaku, terdiri atas penjual (muslam illaihi) dan pembeli (al muslam)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan mosal salam (ra’su
maalis salam).
3. Ijab Kabul/serah terima.

Ketentuan salam antara lain :


1. Pelaku adalah cakap hukum dan baligh
2. Objek Akad
o Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu :
a. Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b. Modal salam berbentuk uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah bolehnya
pembayaran dalam bentuk asset perdagangan. Beberapa ulama menganggapnya
boleh..
c. Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau merupakan
pelunasan piutang. Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba melalui mekanisme
salam.
o Ketentuan syariah barang salam, yaitu :
a. Barang tersebut harus dapat dibedakan/diidentifikasi mempunyai spesifikasi dan
karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran dan lain sebagainya sehingga
tidak gharar. Misalnya, jenis IR 64, salak pondoh berukuran sedang, jeruk medan
berukuran sedang dan seterusnya.
b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.
c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh juga dalam
kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6 bulan atau musim panen disesuaikan
dengan kemungkinan tersedianya barang yang dipesan. Hal tersebut diperlukan
untuk mencegah barang yang dipesan. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah
gharar atau ketidakpastian, harus ada pada waktu yang ditentukan.
d. Barang tidak harus ada di tangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang
ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentuka, akad menjadi
fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai dengan barang
yang dipesan tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual harus
mengembalikan dana yang telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam
akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau
menolak kalau pilihannya menolak maka si penjual memiliki utang yang dapat
diselesaikan dengan pengembalian dana menyerah produk yang sesuai dengan akad.
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak
boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai pelayanan
kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh memilih
menolak atau menerimanya. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak boleh
meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disejutui oleh kedua pihak dan
dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan tidak boleh
menuntut penambahan harga.
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara
syariah.
k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. Para ulama melarang
penggantian spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang dipesan
dengan barang lainnya. Bila barang tersebut diganti dengan barang yang memiliki
spesifikasi dan kualitas yang sama, tetapi sumbernya berbeda, para ulama
membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah. Namun sebaiknya
dijelaskan dalam akad, apabila tidak disebutkan maka harus dikirim ke tempat yang
menjadi kebiasaan, misalnya gudang pembeli.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

 Berakhirnya Akad Salam


Dari penjelasan di atas, hal-hal yang dapat membatalkan kontrak adalah
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli meminta untuk menolak atau
membatalkan akad.
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai kad tetapi pembeli menerimanya.
5. Barang diterima.

2.4 Jenis Akad Salam

1. Salam biasa adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada
ketika transaksi dilakukan. Pembeli melakukan pembayaran di muka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
SKEMA SALAM BIASA

Penjual (1) Pembeli


(2)
(3)

Keterangan :
(1) Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
(2) Pembeli membayar kepada penjual.
(3) Penjual menyerahkan barang.

2. Salam parallel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan pembeli
dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (Supplier) atau pihak ketiga lainnya.
Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak
lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.
Salam parallel dibolehkan asal akad salam kedua tidak tergantung pada akad pertama
yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antara pembeli dan
penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Selain itu, akad
antara penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.

(1)-a (1)
Penjual/ Pembeli/ Pembeli
(2)-a (2)
pemasok Penjual
(3)-a (3)

2.5 Standar Akutansi Murabahah dalam PSAK No. 102

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah suatu buku petunjuk dari
prosedur akuntansi yang berisi peraturan tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan salam.

a. Pengakuan dan pengukuran

Akuntansi untuk Pembeli

1. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual.

2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk
kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk
aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal
usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan modal usaha tersebut.

3. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut:


a. jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai nilai yang disepakati;
b. jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:
i. barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai pasar
(nilai wajar
ii. jika nilai pasar tidak tersedia) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad;
iii. barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika nilai
pasar tidak tersedia) pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian,
jika nilai pasar dari barang pesanan lebih rendah dari nilai barang pesanan yang
tercantum dalam akad;
c. jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka:
i. jika tanggal pengiriman diperpanjang, nilai tercatat piutang salam sebesar
bagian yang belum dipenuhi tetap sesuai dengan nilai yang tercantum dalam
akad;
ii. jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam
berubah menjadi
iii. piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat
dipenuhi; dan
iv. jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil
dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan
hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual yang
telah jatuh tempo. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar
dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.

4. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan kepada
penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya.
Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena
force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai
dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.

5. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode
pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar
nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai
bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.

Akuntansi untuk Penjual

1. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima.
2. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam
dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah
yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli
akhir.
b. Penyajian

Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam
diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila
nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.

a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

c. Pengungkapan

Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam transaksi salam
mengungkapkan hal-hal berikut :

1. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
2. dan kuantitas barang pesanan; dan
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah.

2.6 Pencatatan Akuntansi Salam

Berikut ini kami sajikan perlakuan akuntansi salam berdasarkan PSAK 103 pada
lembaga keuangan syariah (LKS), lengkap dengan contoh dan jurnal transaksinya.

Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Penjual

Salah satu karakteristik transaksi salam adalah pembayaran uang salam dilakukan
diawal saat disepakati akad salam bukan pada saat penyerahan barang. Pembayaran modal
salam dapat dilakukan dalam bentuk kas atau non-kas. Pada saat nasabah membayar modal
salam diawal akad diakui sebagai liabilitas / utang salam.

Kewajiban salam berakhir saat penyerahan barang salam oleh penjual (LKS) kepada
pembeli (nasabah). Jika penjual melakukan transaksi salam paralel dalam pengadaan barang,
maka selisih antara jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir (nasabah) dan biaya perolehan
barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan pesanan oleh
penjual kepada pembeli akhir.

Berikut ini contoh akuntansi salam dimana LKS sebagai penjual:

Contoh Kasus 1
Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis beras putih pandan wangi sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.

Jurnal transaksi:

Dr Kas Rp 100.000.000
1 April 2015
Cr Hutang Salam Rp 100.000.000

Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 80.000.000.

Jurnal transaksi:

Dr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000


1 Juni 2015
Cr Kas Rp 80.000.000

Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.

Jurnal transaksi:

Dr Hutang Salam Rp 100.000.000

1 Juni 2015 Cr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000

Cr Pendapatan Margin Salam Rp 20.000.000

Contoh Kasus 2

Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis “beras putih pandan wangi” sebanyak 5
ton. Penyerahan barang akan dilakukan 2 bulan kemudian.

Jurnal transaksi:
Dr Kas Rp 100.000.000
1 April 2015
Cr Hutang Salam Rp 100.000.000

Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
perolehan sebesar Rp 110.000.000.

Jurnal transaksi:

Dr Persediaan Barang Salam Rp 110.000.000


1 Juni 2015
Cr Kas Rp 110.000.000

Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang
salam yang dipesan oleh tuan Ahmad.

Jurnal transaksi:

Dr Hutang Salam Rp 100.000.000

1 Juni 2015 Dr Beban Kerugian Salam Rp 10.000.000

Cr Persediaan Barang Salam Rp 110.000.000

Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Pembeli

Pada umumnya atas pemesanan barang dengan akad salam oleh nasabah, LKS akan
melakukan salam paralel kepada pihak lain. Maka posisi LKS adalah sebagai pembeli.

Pada saat LKS menyerahkan modal salam kepada penjual diakui sebagai piutang salam
sebesar jumlah yang dibayarkan.

Berikut ini contoh akuntansi salam dimana LKS bertindak sebagai pembeli:
Contoh kasus :

Tanggal 2 April 2015 Bank Berkah Syariah menyerahkan modal salam sebesar Rp
80.000.000 kepada KUD Petani Mandiri untuk pemesanan beras jenis “beras putih pandan
wangi” sebanyak 5 ton. Penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 28 Mei 2015.

Jurnal transaksi:

Dr Piutang Salam Rp 80.000.000


2 April 2015
Cr Kas Rp 80.000.000

Barang pesanan yang diterima diakui sebagai persediaan. Pada saat penerimaan barang diakui
dan diukur sebagai berikut:

 Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang
disepakati

Contoh :

Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang
salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 80.000.000.

Jurnal :

Dr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000


28 Mei 2015
Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

 Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:

Barang pesanan yang diterima dinilai sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar dari barang
pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang
tercantum dalam akad.

Contoh:

Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang
salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 90.000.000.

Jurnal :
Dr Persediaan Barang Salam Rp 80.000.000
28 Mei 2015
Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

 Barang pesanan yang diterima dinilai diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan
yang diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad

Contoh:

Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang
salam dari KUD Petani Mandiri senilai Rp 70.000.000.

Jurnal :

Dr Persediaan Barang Salam Rp 70.000.000

28 Mei 2015 Dr Beban Kerugian Salam Rp 10.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

 Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan paa tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka:

Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang
belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad.

Contoh:

Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri tidak dapat menyerahkan barang salam, dan Bank
Berkah Syariah memperpanjang jangka waktu penyerahan hingga 10 hari kedepan.

Jurnal : No Entry

 Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah
menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat
dipenuhi.
Contoh:

Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan salam
senilai Rp 40.000.000.

Jurnal jika LKS menerima sebagian saja:

Dr Persediaan Barang Salam Rp 40.000.000

28 Mei 2015 Dr Piutang Usaha Rp 40.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

Jurnal jika LKS membatalkan seluruhnya:

Dr Piutang Usaha Rp 80.000.000


28 Mei 2015
Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

 Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari
nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil
penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika
hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka
selisihnya menjadi hak penjual.

Contoh: Tanggal 28 Mei 2015 KUD Petani Mandiri hanya bisa menyerahkan barang pesanan
salam senilai Rp 40.000.000. Dan disepakati sisa kewajiban dibayar dengan penjualan
jaminan KUD Petani Mandiri.

Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih kecil dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp 35.000.000

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 40.000.000

Dr Kas Rp 35.000.000

Dr Piutang Usaha Rp 5.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000


Jurnal jika LKS menerima sebagian saja dan sisa piutang salam dibayar dari penjualan
jaminan. Nilai jaminan lebih besar dari sisa piutang salam. Misal nilai jaminan Rp
45.000.000 :

28 Mei 2015 Dr Persediaan Barang Salam Rp 40.000.000

Dr Kas Rp 45.000.000

Hak Penjual Atas Sisa Penjualan


Cr Rp 5.000.000
Jaminan

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari
penjualan jaminan. Nilai jaminan lebih kecil dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp
75.000.000 :

Dr Kas Rp 75.000.000

28 Mei 2015 Dr Piutang Usaha Rp 5.000.000

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000

Jurnal jika LKS membatalkan seluruh barang pesanan dan piutang salam dibayar dari
penjualan jaminan. Nilai jaminan lebih besar dari piutang salam. Misal nilai jaminan Rp
85.000.000:

Dr Kas Rp 85.000.000

Hak Penjual Atas Sisa Penjualan


28 Mei 2015 Cr Rp 5.000.000
Jaminan

Cr Piutang Salam Rp 80.000.000


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Salam ialah pembeli memesan barang dengan memberitahukan sifat-sifat serta


kualitasnya kepada penjual dan setelah ada kesepakatan. Dengan kata lain, pembelian
barang dengan membayar uang lebih dahulu dan barang yang dibeli diserahkan
kemudian.
 Jenis akad salam, yaitu salam biasa dan salam paralel.
 Dasar syari’ah salam terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
 Salam dan transaksinya telah di atur dalam PSAK 103.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya,


pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi
para pembaca.
2. Mohon dimaklumi, jika dalam makalah ini masih terdapat banyak kekeliruan, baik
bahasa maupun pemahaman. Kami berharap kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Gustani. 2019. “Panduan Lengkap Akuntansi Salam”.


https://akuntansikeuangan.com/akuntansi-salam/. Di akses pada tanggal 03 November
2019.

Hamzah. 2011. “PSAK NO. 103 AKUNTANSI SALAM “. http://hamzah-


berbagi.blogspot.com/2012/05/pernyataan-standar-akuntansi-keuangan.html. Di akses
pada tanggal 03 November 2019.

Istutik. 2011. “ Perlakuan Akuntansi Transaksi Salam”. http://blog.stie-


mce.ac.id/istutik/2011/05/25/perlakuan-akuntansi-transaksi-salam/. Di akses pada
tanggal 03 November 2019.

Muhammad, Rifqi. “Akuntansi Transaksi Salam “.


https://senyummu13.wordpress.com/2012/03/26/akuntansi-transaksi-salam/ Di akses
pada tanggal 03 November 2019.

Nurhayati Sri , Wasilah. 2011. “Akuntansi Syariah di Indonesia”. Jakarta. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai