Anda di halaman 1dari 18

AL-KAFALAH

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbankan Syariah)

Dosen Pengampu: Dr.Ayus Ahmad Yusuf, SE.,M.SI.

Disusun Oleh:

NADIA NURSAHBANI (20170610149)

AKUNTANSI 3A

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KUNINGAN

2019
ABSTRAK

Perbankan syariah adalah bank yang berpedoman pada aqidah islam seperti
Al-Qur’an dan Hadist. Yang dalam praktiknya menggunakan akad seperti,
murabahah, mudharabah, dan musyarakah. Tentunya terdapat perbedaan antara
perbankan konvensional dan perbankan syariah, dimana tujuan dari perbankan
konvensional adalah mencari keuntungan sedangkan perbankan syariah lebih
mengutamakan kemaslahatan.

Seiring dengan perkembangan perbankan syariah, maka kebutuhan


pengembangan produk juga semakin bertambah. Hal ini semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan pasar perbankan syariah yang terus meningkat. Secara garis
besar, pengembangan produk perbankan syariah selain harus mengikuti kebutuhan
pasar, juga harus didasarkan pada kepatuhan terhadap syariah, oleh karena itu harus
ada dasar fatwa dari Dewan Syariah Nasional.Dalam aplikasi perjalanan perbankan
syariah hingga saat ini, terdapat beberapa fatwa yang terkendala aplikasinya dalam
produk, ada beberapa fatwa penghimpunan dana dan penyaluran dana serta fatwa
yang menyangkut treasury yang mendesak untuk segera diterbitkan. Maka inovasi
produk yang mampu memenuhi kebutuhan pasar dan sekaligus taat syariah mutlak
diperlukan untuk meningkatkan daya saing perbankan syariah baik secara
domestik, regional maupun kompetisi global di era pasar bebas dengan antisipasi
berbagai peluang dan tantangannya.
Salah satu produk yang dikembangkan oleh perbankan syariah yaitu kafalah,
dimana pihak ketiga dapat meminta jaminan kepada bank dalam melakukan
kegiatan ekonomi seperti bank garansi pada perbankan konvensional. Terdapat
beberapa jenis kafalah seperti, kafalah bil nafs, kafalah bit taslim dan sebagainya.
Kata kunci:Perbankan syariah, kafalah, jenis kafalah.
Pendahuluan

Salah satu kegiatan usaha perbankan syariah ialah memberikan pembiayaan,


mengingatperkembangan ekonomi dan perdagangan akan diikuti oleh
perkembangan kebutuhan akan kredit. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Sebagaimana bank konvensional, bank syariah
dalam melakukan peluncuran pembiayaan dilakukan dengan berpegang pada
beberapa prinsip.Salah satu di antaranya ialah prinsip kehatian-hatian (prudential
principles), wujudnya ialah The Five C’s of Credit Analysis atau yang dikenal
dengan prinsip 5C (Character, Capital, Capacity, Condition of economy and
Collateral), suatu prinsip yang cukup klasik yang sampai saat ini masih
dipergunakan sebagai pedoman dalam pemberian pembiayaan Pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah kepada nasabah sebenarnya merupakan risiko yang
akan dihadapi oleh bank syariah. Karena semakin tinggi keuntungan yang akan
diharapkan oleh bank syariah dalam pembiayaan yang diberikannya juga akan
semakin tinggi risiko yang akan dihadapi oleh bank syariah tersebut. Risiko tersebut
terkait dengan personal dan kondisi di luar perkiraan.

Risiko personal bisa muncul berupa tidak bisanya nasabah menjaga amanah
yang diberikan oleh bank syariah dan hal ini juga akan berdampak pada munculnya
pembiayaan bermasalah. Sedangkan risiko kondisi di luar perkiraan adalah seperti
terjadinya bencana gempa bumi (force majeure) yang dapat melumpuhkan hampir
seluruh bidang kehidupan yang juga berdampak pada sektor ekonomi riil. Corak
pertumbuhan ekonomi yang banyak diwarnai oleh kegiatan lahirnya perjanjian
pembiayaan pada perbankan syariah, memberikan suatu akurasi, bahwa dana yang
dipasok oleh pihak bank syariah harus diamankan seketat mungkin mengingat dana
tersebut berasal dari kantong masyarakat dan juga mengingat prinsip ketahanan
yang ditekankan oleh undang-undang perbankan.
Perjanjian pembiayaan yang dirakit perlu pengamanan yang mantap seiring
dengan prinsip ketahanan yang diacu oleh pihak perbankan syariah selaku kreditor.
Untuk keperluan itu sektor hukum sudah pula menentukan sebagaimana tertuang
dalam ketentuan-ketentuan hukum jaminan. 4 Pemberian fasilitas pembiayaan ini
memerlukan jaminan demi keamanan pemberian pembiayaan tersebut Dalam
sistem yang berlaku di Indonesia, jaminan pada dasarnya digolongkan menjadi 2
(dua) macam, yaitu jaminan materiil (kebendaan), dan jaminan immateriil
(perorangan atauborgtocht).

Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti


memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat
melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan. Sedangkan jaminan perorangan
tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin
oleh harta kekayaan seorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan
yang bersangkutan. Jaminan dalam hukum perdata adalah sesuatu yang diberikan
kepada kreditur yang diserahkan oleh debitur untuk menimbulkan keyakinan dan
menjamin bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang
yang timbul dari suatu perikatan.

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Adapun dalam hukum Islam, jaminan perorangan adalah suatu
perjanjian antara seorang yang memberikan hutang/kreditor (makfûl lahu) dengan
seorang pihak ketiga sebagai penjamin (kâfîl) yang menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban si berhutang-debitor (makfûl ‘anhu).

Jaminan ini bahkan dapat diadakan di luar atau tanpa sepengetahuan si


berhutang tersebut (debitor). Sedangkan jaminan kebendaan dapat diadakan antara
kreditor dengan debitornya, tetapi juga dapat diadakan antara kreditor dengan
debitornya, tetapi juga dapat diadakan antara kreditor dengan seorang pihak ketiga
yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang (debitor).
Sebagaimana tersebut di atas, di dalam ajaran Islam dikenal dengan konsep kafalah
yang termasuk juga di dalam jenis dhamman (tanggungan).Sedangkan jaminan
dalam bentuk harta benda dikenal dengan istilah gadai (rahn)..
Sebagai lembaga intermediary keuangan, bank syariah memiliki kegiatan
utama berupa penghimpunan dana dari masyarakat melalui simpanan dalam bentuk
giro, tabungan, dan deposito yang menggunakan prinsip wadi’ah yad dhamanah
(titipan), dan mudharabah (investasi bagi hasil). Kemudian menyalurkan kembali
dana tersebut kepada masyarakat umum dalam berbagai bentuk skim, seperti skim
jual beli/al-ba’i (murabahah, salam, dan istishna), sewa (ijarah), dan bagi hasil
(musyarakah dan mudharabah), serta produk pelengkap, yakni fee based service,
seperti hiwalah (alih utang piutang), rahn (gadai), qardh (utang piutang), wakalah
(perwakilan, agency), kafalah (garansi bank). Dalam hal ini,masyarakat
menyerahkan dananya pada bank syariah pada dasarnya tanpa jaminan yang
bersifat kebendaan dan semata-mata hanya dilandasai oleh kepercayaan bahwa
pada waktunya dana tersebut akan kembali ditambah dengan sejumlah keuntungan
(return). Oleh karena itu, untuk menjaga kepercayaan masyarakat tersebut, bank
harus melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential).

Berdasarkan prinsip tersebut, bank syariah menerapkan sistem analisis yang


ketat dalam penyaluran dananya melalui pembiayaan, di antaranya dengan
mempersyaratkan adanya jaminan bagi pihak nasabah yang hendak mengajukan
pembiayaan.
Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Al-Kafalah

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penganggung (kafil) kepada


pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makful anhu/ashil). Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah
(beban), dan za’amah (tanggungan).
Secara teknis akad kafalah merupakan perjanjian antara seseorang yang
memberikan penjaminan (penjamin) kepada seorang kreditor yang memberikan
utang kepadaseorang debitor, di mana utang debitor akan dilunasi oleh penjamin
apabila debitor tidak membayar utangnya. Contoh akad kafalah, bank garansi (Bank
Guarantee), stand by letter of credit, pembukaan L/C impor, akseptasi,
endorsement, dan lain sebagainya.
Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus
segera dilunasi atau sesuatu di masa depan. Kafalah juga dapat bersyarat, misalnya
kalau kamu pinjamkan uang pada adikku maka aku akan jamin utangnya.
Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru yang bertujuan untuk
saling tolong-menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang
tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan
tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

Dalam pengertian lain, Al-Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung


jawab orang lain sebagai penjamin.

2. Dasar Hukum Al-Kafalah


a. Al-Qur’an

‫َّللا لَتَأْتُنَّ ِني ِب ِه إِ ََّّل أ َ ْن يُ َحا َط‬ ِ ‫قَا َل لَ ْن أ ُ ْر‬


ِ ‫سلَهُ َمعَ ُك ْم َحتَّ ٰى ت ُْؤت‬
ِ َّ َ‫ُون َم ْوثِقًا ِمن‬
‫علَ ٰى َما نَقُو ُل َو ِكيل‬ َّ ‫بِ ُك ْم ۖ فَلَ َّما آت َ ْوهُ َم ْو ِثقَ ُه ْم قَا َل‬
َ ُ‫َّللا‬

Ya’qûb berkata, “Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi)


bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang
teguh atas nama Allâh, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku
kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh”. Tatkala mereka
memberikan janji mereka, maka Ya’qûb berkata, “Allâh adalah saksi
terhadap apa yang kita ucapkan (ini)”. [Yûsuf/12 : 66]

Ayat yang mulia ini menunjukkan adanya syari’at pemberian jaminan.


Dalam ayat ini, jaminan dilakukan dengan badan, karena mereka menjamin dan
bertanggung jawab kepada Nabi Ya’qûb dengan badan mereka. Ini syariat orang
sebelum kita yang juga menjadi syariat bagi kita selama tidak ada syariat kita
yang menyelisihi syari’at orang sebelum kita itu.

b. Al-Hadist

Jabir bin Abdullah ra. Berkata:

َّ َ ‫سو َل‬
‫ّللَاِ صلى هللا‬ ْ َّ‫ َو َحن‬,ُ‫ فَغَس َّْلنَاه‬,‫ي َر ُج ٌل ِمنَّا‬
ُ ‫ ث ُ َّم أَتَ ْينَا بِ ِه َر‬,ُ‫ َو َكفَّنَّاه‬,ُ‫طنَاه‬ َ ِ‫ ( ت ُ ُوف‬:َ‫َو َع ْن َجابِ ٍر رضي هللا عنه قَال‬
‫ فَتَ َح َّملَ ُه َما أَبُو‬,‫ف‬
َ ‫ص َر‬ َ ‫ فَا ْن‬،‫ان‬ َ َ‫ دِين‬:‫ أ َ َعلَ ْي ِه دَ ْي ٌن? قُ ْلنَا‬:َ‫ ث ُ َّم قَال‬,‫طى‬
ِ ‫ار‬ ً ‫طا ُخ‬
َ ‫ص ِلي َعلَ ْي ِه? فَ َخ‬َ ُ ‫ ت‬:‫عليه وسلم فَقُ ْلنَا‬
َ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم أ ُ ِح َّق ا َ ْلغ َِري ُم َوبَ ِر‬
‫ئ ِم ْن ُه َما‬ َّ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬،‫ي‬ َّ َ‫عل‬
َ ‫ان‬ َ ‫ اَلدِين‬:َ ‫ فَقَا َل أَبُو قَت َادَة‬,ُ‫ فَأَت َ ْينَاه‬،َ ‫قَت َادَة‬
ِ ‫َار‬
‫ َو ْال َحا ِك ُم‬, َ‫ص َّح َحهُ اِ ْبنُ ِحبَّان‬
َ ‫ َو‬,‫ي‬ َ َ‫ ف‬,‫ نَ َع ْم‬:َ‫اَ ْل َم ِيتُ ? قَال‬
َ َّ‫ َوالن‬,َ‫ َوأَبُو دَ ُاود‬,ُ ‫صلَّى َعلَ ْي ِه ) َر َواهُ أَحْ َمد‬
ُّ ِ‫سائ‬

Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki di antara kami


meninggal dunia, lalu kami memandikannya, menutupinya dengan
kapas, dan mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan kami tanyakan: Apakah baginda
akan menyolatkannya?. Beliau melangkan beberapa langkah kemudian
bertanya: "Apakah ia mempunyai hutang?". Kami menjawab: Dua
dinar. Lalu beliau kembali.Maka Abu Qotadah menanggung hutang
tersebut. Ketika kami mendatanginya; Abu Qotadah berkata: Dua dinar
itu menjadi tanggunganku. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Betul-betul engkau tanggung dan mayit itu terbebas
darinya." Ia menjawab: Ya. Maka beliau menyolatkannya. Riwayat
Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban
dan Hakim.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits ini dari Salamah bin al-Akwa’
dan disebutkan bahwa utangnya tiga dinar.Di dalam riwayat Ibn Majah
dari Abu Qatadah, ia ketika itu berkata, “Wa anâ attakaffalu bihi (Aku
yang menanggungnya).” Di dalam riwayat al-Hakim dari Jabir di atas
terdapat tambahan sesudahnya: Nabi bersabda kepada Abu Qatadah,
“Keduanya menjadi kewajibanmu dan di dalam hartamu sedangkan
mayit tersebut terbebas?” Abu Qatadah menjawab, “Benar.” Lalu Nabi
saw. menshalatkannya. Saat bertemu Abu Qatadah Rasul saw. bertanya,
“Apa yang telah dilakukan oleh dua dinar?” Akhirnya Abu Qatadah
berkata, “Aku telah membayar keduanya, ya Rasulullah.” Nabi saw.
bersabda, “Sekarang engkau telah mendinginkan kulitnya.” (HR al-
Hakim)

c. Ijma

Ulama sepakat mebolehkan kafalah karena kafalah sangat diperlukan


dalam waktu tertentu. Adakalanya orang memerlukan modal dalam
usaha dan untuk mendapatkan modal itu biasanya harus ada jaminan
dari seseorang yang dapat dipercaya.

3. Skema Kafalah

2
Kafil/Penaggung Makful/pihak ke-3

Makful a’alaih/Pihak yang ditanggung


4. Rukun dan Ketentuan Kafalah
 Rukun kafalah:
a. Pelaku yang terdiri dari pihak penjamin, pihak yang berutang,
dan pihak yang berpiutang.
b. Objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang baik
berupa barang, jasa maupun pekerjaan.
c. Ijab kabul/serah terima.
 Ketentuan Kafalah:
1) Pelaku
a. Pihak Penjamin (kafil)
 Baligh dan berakal sehat.
 Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam
urusan hartanya dan rela (rida) dengan tanggungan
kafalah tersebut
2) Pihak Orang yang Berutang (Ashil, Makful’anhu)
 Sanggup menyerahkan tanggungannya (utang) kepada
penjamin
 Dikenal oleh penjamin
3) Pihak Orang yang Berutang (Makful Lahu)
 Diketahui identitasnya
 Dapat hadir waktu akad atau memberikan kuasa
 Berakal sehat
 Objek Penjaminan (Makful Bihi)
1) Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik
berupa uang, benda, maupun pekerjaan
2) Bisa dilaksanakan oleh penjamin
3) Harus merupakan utang mengikat, yang tidak mungkin hapus
kecuali setelah dibayaratau dibebaskan
4) Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya
5) Tidak bertengtangan dengan syariah
 Ijab kabul, adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,
malalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern

5. Jenis-jenis Al-Kafalah
a. Kafalah bin-Nafs

Jenis kafalah ini merupakan akad memberikan jaminan atas diri. Sebagai
contoh dalam praktik perbankan untuk kafalah ini yaitu seorang nasabah yang
mendapat pembiayaan dengan jaminan nama baik dan ketokohan seseorang atau
pemuka masyarakat. Walaupun bank secara fisik tidak memegang barang apapaun
tetapi bank berharap tokoh tersebut dapat mengusahakan pembayaran ketika
nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan (Personal Guarantee).

b. Kafalah bil-Maal

Kafalah ini merrupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasasn utang.

c. Kafalah bit-Taslim

Jenis kafalah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas


barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir.Jenis pemberian jaminan ini
dapat dilaksanakan oleh bank untuk kepentingan nasabahnya dalam bentuk
kerjasama dengan perusahaan penyewaan (leasing company). Jaminan pembayaran
bagi bagi bank dapat berupa deposito/tabungan dan bank dapat membebankan uang
jasa/fee kepada nasabah itu.

d. Kafalah Al-Munazah

Kafalah al Munzah ini adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh
jangka dan untuk kepentingan/tujuan tertentu.
Salah satu bentuk kafalah al munazah adalah pemberian jaminan dalam
bentuk performance Bonds (jaminan prestasi), suatu hal yg lazim dikalangan
perbankan dan hal ini sesuai dengan bentuk akad ini.

e. Kafalah Al-Muallaqah

Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al munazah,


baik oleh industry perbankan maupun asuransi.

6. Kebolehan dan Batas Tanggung Jawab Penangung (Kafil)

Hukum Kafalah (menanggung seseorang) adalah boleh apabila orang yang


ditanggung memiliki tanggung jawab atas hak Adami (menyangkut hak
manusia).Misalnya menanggung orang yang mendapat hukuman Qishas. Hukuman
itu merupakan tanggung jawab yang hampir sama dengan tanggung jawab atas harta
benda. Maksud menanggung disini adalah, menanggung orangnya agar tidak
melarikan diri menghindari hukuman, bukan menanggung hukuman atas orang itu.

Menanggung orang yang dihukum, akibat dosa terhadap hak Allah SWT
yaitu hudud tidaklah sah.Hudud adalah sanksi terhadap suatu kemaksiyatan yang
telah ditetapkan kadarnya oleh syara’ guna mencegah kemaksiyatan yang
serupa.Misalnya, dihukum karena berzina, homoseksual, menuduh berzina,
meminum khamar, murtad, pembegal, dan mencuri.Bahkan kita diperintahkan
untuk menghalangi perbuatan-perbuatan tersebut serta memberantasnya sekuat
tenaga. Nabi Saw., bersabda :“Tidak ada kafalah dalam had” (HR. Al-Baihaqi).

Jika orang yang ditanggung (yang akan dihukum) meninggal dunia, orang
yang menanggung tidak dikenai hukuman hudud , seperti apa yang sedianya akan
dijatuhkan kepada orang yang ditanggung. Ia tidak harus menggantikannya
sebagaimana kalau menanggung harta benda.
7. Pembayaran Kafil (Orang yang Menjamin)

Apabila orang yang menjamin (dhamin/kafil) memenuhi kewajibannya


dengan membayar hutang orang yang ia jamin, dan pembayaran itu atas
perintah/izin makful ‘anhu. Maka ia boleh meminta kembali uang dengan jumlah
yang sama kepada orang yang ia jamin (makful ‘anhu). Dalam hal ini keempat
imam madzhab bersepakat.

Namun mereka berbeda pendapat, apabila penjamin (kafil) sudah


membayar hutang/beban orang yang ia jamin (makful ‘anhu) tanpa perintah/izin
orang yang dijamin. Menurut as-Syafi’i dan Abu Hanifah bahwa membayar hutang
orang yang dijamin tanpa izin darinya adalah sunnah, penjamin (kafil) tidak punya
hak untuk minta ganti rugi kepada orang yang dijamin (makful ‘anhu). Contohnya
seperti kasus Abu Qatadah ra.yang membayar hutang si mayit. Menurut Mazhab
Maliki, penjamin (kafil) berhak menagih kembali kepada orang yang dijamin
(makful ‘anhu).Ibnu Hazm berpendapat bahwa kafil/dhamin tidak berhak menagih
kembali kepada orang yang dijamin (makful ‘anhu) atas apa yang telah dia
bayarkan, baik dengan perintah/izin makful ‘anhu maupun tidak. Kecuali orang
yang dijamin meminta diqardhunkan (aqad hutang ke penjamin). Dan itu berarti si
penjamin boleh menagih kembali atas apa yang dia bayarkan.

8. Hikmah Kafalah
Ada beberapa hikmah dan manfaat kafalah (Hambali,2013), yaitu:
a. Sebagai salah satu akad dalam fiqih muamalah yang mengatur secara
adil dan memiliki maqashid untuk terciptanya kesejahteraan dan
kenyamanan sesama manusia dalam melakukan transaksi perdagangan
(perbankan ).
b. Dengan adanya kafalah, pihak yang dijamin atau di sebut madhmun
anhu dapat menyelesaikan proyek atau usaha bisnisnya dengan
ditanggung pengerjaanya dan dapat selesai dengan tepat waktu atau
efisien dengan jaminan pihak ketiga yang menjamin pengerjaanya.
c. Adanya kafalah, pihak yang terjamin (fiqih muamalah ) disebut sebgai
madhmun lahu menerima jaminan oleh penjamin (bank), bahwa proyek
yang diselesaikan oleh nasabah tadi dapat selesai dengan tepat waktunya
dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya.

9. Berakhirnya Akad Kafalah


a. Ketika utang telah diselesaikan,
b. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada
penjamin. Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang
tersebut. Namun, jika kreditor melepaskan jaminan dari penjamin,
bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.
c. Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah).
d. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase
dengan kreditor.
e. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak
menyetujuinya.

10. Aplikasi Akad Kafalah


a. Bank Garansi
Bank Garansi merupakan jaminan pembayaran yang di berikan oleh
bank kepada suatu pihak, baik perorangan, perusahaan, badan, atau
lembaga keuangan lainnya dalam bentuk surat jaminan. Garansi bank
dapat di berikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran.
b. Syariah Card
Kafalah dapat di aplikasikan dalam syariah card di samping
menggunakan akad qardh, ariyah atau ijarah. Kafalah dalam hal
penerbit kartu adalah penjamin (kafil) bagi pemegang kartu
terhadap Merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari
transkasi antara pemegang kartu dengan Merchant, dan/atau penarikan
tunai dari selain bank atau ATM bank penerbit kartu.
c. Pembukaan L/C (Letter of Credit) Impor
Pembukaan L/C akan menimbulkan kewajiban bagi issuing bank untuk
melakukan pembayaran kepada beneficiary (eksportir/penjual),
karena issuing (bank pembuka L/C) bank mengambil alih kewajiban
importir untuk membayar barang yang di bayar kepada eksportir. Untuk
itu issuing bank akan meminta jaminan pembukaan L/C dari importir
yang berupa setoran marginal deposit/MD.
d. Standby L/C
StandbyL/C adalah suatu janji tertulis
bankyangbersifat irrevocable (tidakdapat di batalkan) yang di terbitkan
atas permintaan pemohon untuk membayar
kepada beneficiary (eksportir/penjual) data bank yang
mewakili beneficiary untuk melakukan penagihan, apabila dokumen
yang di serahkan telah sesuai dengan persyaratan dokumen yang
tercantum dalam standby L/C. Dengan demikian, standby L/C ini dapat
berfungsi sebagaimana layaknya garansi maupun L/C di mana pemegang
jaminan akan mendapat pembayaran dari bank sepanjang sesuai
persyaratan standby L/C.
e. Takaful (Asuransi)
Perusahaan asuransi merupakan pihak penanggung atau penjamin,
sedangkan peserta asuransi adalah pihak tertanggung atau yang di jamin.
Sehingga dalam suatu asuransi terdapat perjanjian antar kedua belah
pihak, dimana pihak yang terjamin di wajibkan membayar premi
asuransi dalam masa tertentu, lalu pihak yang menjamin akan mengganti
kerugian jika terjadi sesuatu pada diri si terjamin.
11. Perlakuan akuntansi kafalah
Bagi pihak penjamin
a. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka
waktu)
Jurnal: Dr. Kas xxx
Kr. Pendapatan kafalah xxx
b. Pada saat membayar beban
Jurnal: Dr. Beban kafalah xxx
Kr. Kas xxx
Bagi pihak yang meminta jaminan
a. Pada saat membayar beban
Jurnal: Dr. Beban kafalah xxx
Kr. Kas xxx

12. Contoh transaksi kafalah


PT. Syafaat Medis memiliki deposito mudharabah di Bank Syariah
AMWALUNA sebesar Rp1.000.000 pembiayaan di bank Syariat IQITISADUNA
untuk membangun kantor baru dengan nilai pembiayaan Rp. 1.500.000.000,-.
Untuk kepentingan tersebut, PT Syafaat Me.000- yang akan jatuh tempo pada
tanggal 31 Januari 2009. Pada tanggal 10 Februari 2008 PT syafaat Media
mengajukan dia meminta bank Syariah AMWALUNA menjamin pembiayaannya
di Bank Syariah IQTISADUNA dengan dasar kepemilikan deposito di Bank
Syariah AMWALUNA. Setelah dilakukan analisis bank Syariah AMWALUNA
setuju menjamin pembiayaan yang diminta PT Syafaat Media dengan meminta
pendapatan jasa atas administrasi pengurusan jaminan sebesar Rp. 25.000.000,-.
Atas transaksi kafalah tersebut bank Syariah AMWALUNA mencatat pendapatan
tesebut dalam jurnal sebagai berikut:
Bagi pihak penjamin:
Kas/rekening PT. Syafaat Media Rp.25.000.000,-
Pendapatan jasa Kafalah Rp.25.000.000,-

Bagi pihak yang meminta jaminan:

Beban kafalah Rp.25.000.000,-


Kas Rp.25.000.000,-

Jika pihak yang meminta jaminan tidak dapat membayar tepat waktu, jurnal yang
dibuat:

Beban kafalah Rp.25.000.000,-


Kas Rp.25.000.000,-
Kesimpulan
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penganggung (kafil) kepada
pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makful anhu/ashil). Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah
(beban), dan za’amah (tanggungan). Pedoman kafalah ada pada Al-Qur’an suarah
yusuf ayat 66, selain itu juga terdapat pada hadist dan ijma.
Kafalah diperbolehkan selama dalam pelaksanaannya tidak menggar syariat
Islam dan terdapat unsur riba. Terdapat beberapa jenis kafalah, 1) Kafalah bin Nafs,
Jenis kafalah ini merupakan akad memberikan jaminan atas diri. 2) Kafalah bin
Maal, merupakan penjaminan ataspembayran barang atau pelunasan piutang. 3)
Kafalah bit Taslim, digunakan untuk menjamin pengembalian barang yang disewa.
4) Kafalah al Munazah, jaminan yang tidak dibatasi oleh jangka waktu. 5) Kafalah
al Muallaqah, bentuk penyerderhanaan dari kafalah al munazah.
Bank atau pihak penjamin akan mendapatkan imbalan atau ujrah,
sebaliknya jika pihak yang meminta jaminan tidak dapat menepati janjinya maka
pihak yang memberi jaminan yang akan melunasi perjanjian tersebut. Kafalah
berakhir sampai selsainya utang, dimana kreditor melepaskan uangnya kepda pihak
yang berutang.
Kafalah biasa digunakan dalam, bank garansi, letter of credit, syariah card
dan takaful atau asuransi. Terdapat beberapa manfaat dari kafalah seperti pihak
yang dijamin atau di sebut madhmun anhu dapat menyelesaikan proyek atau usaha
bisnisnya dengan ditanggung pengerjaanya dan dapat selesai dengan tepat waktu
atau efisien dengan jaminan pihak ketiga yang menjamin pengerjaanya.
Daftar Pustaka

Sri Nurhayati. 2011.Akuntansi Syariah di Indonesia.Jakarta:Salemba Empat.


http://m-herry.blogspot.com/2013/06/pengertian-dasar-hukum-rukun-syarat.html

https://almanhaj.or.id/6999-dhaman-atau-kafalah.html

seruansantri.blogspot.com/2016/11/al-kafalah-fatwa-dan-penerapan-al.html

http://eprints.walisongo.ac.id/9079/1/full.pdf

https://jagoakuntansi.com/2016/10/31/kafalah/

http://tiasaccountingworld.blogspot.com/2015/03/akuntansi-jasa-jasa-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai