Anda di halaman 1dari 2

Jenis Akad Istishna

Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni') dan
penjual (pembuat/shani').

Istishna paralel adalah suatu bentuk akad Istishna antara pemesan (pembeli/mustashni’) dengan
penjual (pembuat/shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual
akan melakukan adak ishtisna dan juga memerlukan pihak lain sebagai shani’untuk memenuhi
asset yang dipesan pembali. Syaratnya akad istishna’ pertama tidak bergantung pada istishna’
kedua. Selain itu penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi

Pembiayaan Istishna adalah penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang
sesuai dengan pesanan nasabah yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan
pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang
disepakati.

Jenis Akad Salam

Bank dapat bertindak sebagai pembeli dan/atau penjual dalam suatu transaksi Salam. Jika Bank
bertindak sebagai pembeli, maka Bank melakukan transaksi Salam. Jika Bank bertindak sebagai
penjual, maka Bank akan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dalam
Salam paralel.

Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:

a. Akad kedua antara Bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara Bank dan pembeli
akhir; dan

b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah

Jenis Akad Murabahah

1. Murabahah Tanpa Pesanan

Murabahah tanpa pesanan yaitu memiliki makna ada atau tidaknya, pembeli, bank syraiah
akan tetap menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang pada akad murabahah ini
tidak akan berpengaruh secara langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. Dalam
murabahah tanpa pesanan, bank syariah menyediakan barang atau persediaan barang yang
akan diperjualbelikan tanpa melihat ada tidaknya nasabah yang akan membeli. Sehingga
proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli murabahah dilakukan.
Pengadaan barang yang dilakukan oleh bank syariah ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara antara lain:

a. Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah).


b. Memesan kepada pembuat barang dengan pembayaran dilakukan secara keseluruhan
setelah akad (prinsip salam)
c. Memesan kepada pembuat (produsen) dengan pembayaran yang bisa dilakukan didepan,
selam dalam proses pembatan, atau musyarakah.

2. Murabahah dengan Pesanan

Murabahah dengan pesanan adalah suatu bentuk penjualan dimana terdapat negosiasi antara
dua pihak atau lebih dan berjanji satu sama lain untuk melaksanakan suatu kesepakatan
bersama, dimana pemesan atau nasabah meminta bank untuk membeli aset yang kemudian
dimiliki secara sah oleh pihak kedua. Nasabah menjanjikan kepada bank untuk membeli aset
yang telah dibeli dan memberikan keuntungan atas pesanan tersebut. Kedua belah pihak akan
mengakhiri penjualan setelah kepemilikan aset pindah kepada nasabah. Janji pemesanan
dalam akad murabahah sesuai pesanan, yang bersifat mengikat dan bisa juga tidak mengikat.
Para Fuqaha salaf menyepakati mengenai bolehnya penjualan ini, mereka juga mengatakan
bahwa pemesanan tidak mesti terikat untuk memenuhi janjinya. Sedangkan Lembaga Fikih
Islam telah mengatur agar bagi pemesan diberikan pilihan apakah akan membeli aset atau
menolaknya ketika ditawarkan kepadanya oleh pembeli. Hal tersebut diberlakukan supaya
transaksi tersebut tidak mengarahkan seseorang untuk menjual sesuatu yang tidak
dimilikinya karena hukumnya adalah haram, atau melakukan tindakan lain yang diharamkan
oleh syariah sebgaimana diterangkan secara rinci oleh para Fuqaha salaf. Tetapi sebagian
fuqaha modern telah membolehkan bentuk-bentuk perjanjian seperti ini, yaitu mengikat
pemesan.

sumber

www.ojk.go.id
Qusthonia 2016. Analisis Kritis Akad Salam di Perbankan Syari’ah.dalam Jurnal Online FIAI
Universitas Islam Indragiri . Diakses pada 23 September 2019

Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akad Istishna. Online. Staff.ui.ac.id

Anda mungkin juga menyukai