Anda di halaman 1dari 9

Literasi Produk Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan, yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi: Bagi

hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah, sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam

bentuk Ijarah muntahiya bittamlik. Jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istishna, pinjam

meminjam dalam bentuk piutang Qardh, dan sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi

multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Pembiayaan berfungsi untuk meningkatkan daya guna, peredaran dan lalu lintas uang, meningkatkan daya

guna dan peredaran barang, meningkatkan aktivitas investasi dan pemerataan pendapatan, dan sebagai aset

terbesar yang menjadi sumber pendapatan terbesar.

Produk-Produk Pembiayaan

1. Murabahah

Murabahah berasal dari kata rabiha-yarbahu, yang bermakna mengambil keuntungan dengan cara

menjual lebih tinggi dari harga beli. Murabahah secara teknis perbankannya adalah akad jual beli antara

bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Dari transaksi

tersebut bank mendapatkan keuntungan jual beli yang disepakati bersama.

Murabahah merupakan kontrak penjualan dengan basis penangguhan pembayaran (deffered paymen)

dan harga yang ditentukan dengan dasar fixed mark-up profit. Harga mark-up ini bukan dihubungkan

dengan penundaan pembayaran, karena jika pihak yang didanai mengalami default pada saat jatuh

tempo maka jumlah yang harus dibayar tetap sama. Mark-up sebagai tingkat keuntungan yang diperoleh

pemilik dana berkaitan dengan jasanya dalam memperoleh barang dan risiko yang dihadapi dalam

upaya perolehan tersebut.

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam Murabahah berdasarkan

pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah
berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang

dipesannya. Pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

a. Landasan Syariah

- Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS Al Baqarah/2:275).

- Tiga perkara didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara angsuran,

muqaradah (nama lain Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan

rumah bukan untuk dijual" (HR Ibnu Majah).

b. Rukun Murabahah

- Penjual ( ‫ ) باع‬yaitu pihak yang membeli barang, dianalogikan bank.

- Pembeli (‫ )مشتري‬yaitu yang membutuhkan barang, dianalogikan nasabah.

- Barang yang akan diperjualbelikan (‫ )ماب‬dan Harga

- Akad

2. Istishna

Merupakan Akad bersama produsen untuk suatu pekerjaan tertentu dalam tanggungan, atau jual beli

suatu barang yang akan dibuat oleh produsen yang juga menyediakan bahan bakunya, sedangkan jika

barang baku dari pemesan, akad itu menjadi akad ujrah (upah). Spesifikasi (jenis, macam, ukuran, mutu

dan jumlah) dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dengan pembayaran dilakukan sesuai

kesepakatan diawal akad dengan pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan (dimuka, cicilan dan

dibelakang). Apabila bank bertindak sebagai shani kemudian menunjuk pihak lain untuk membuat

barang disebut Istishna Paralel.

Menurut Jumhur ulama, Istishna’ menyerupai/sama dengan Salam, karena termasuk ba’i al ma’dum ( jual

beli barang yang tidak ada), Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yaitu harus

dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem

pembayarannya, Salam pembayarannya dilakukan sebelum barang diterima dan Istishna’ bisa di awal, di

tengah, atau di akhir pesanan.

Teknis Perbankannya Akad jual beli barang atas dasar pesanan antara nasabah dan bank dengan

spesifikasi tertentu yang diminta nasabah. Bank akan meminta produsen/kontraktor untuk
membuatkan barang pesanan sesuai permintaan nasabah dan setelah selesai nasabah akan membeli

barang tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati bersama.

a. Rukun Istishna

- Pihak yang berakad:

1) Pembuat/produsen.

2) Pemesan/pembeli.

- Obyek yang diakadkan:

1) Barang/proyek yang dipesan.

2) Kesepakatan harga jual.

- Shigot:

1) Serah (ijab).

2) Terima (qabul).

3. Salam

Merupakan Akad jual beli barang dengan cara pemesanan barang (muslam fiih) dan pembayaran harga

lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu antara pembeli (muslam) dengan penjual (muslam ilaih).

Dimana pembeli memesan barang yang jenis, kualitas dan kuantitasnya ditentukan dan dibayar oleh

pemesan secara tunai atau diangsur sebelum barangnya selesai dibuat. Spesifikasi (jenis, macam ukuran,

jumlah, mutu) dan harga barang disepakati diawal akad dan pembayaran dilakukan diawal atau setelah

barang selesai dibuat. Apabila bank/LKS bertindak sebagai pembeli, kemudian memesan kepada pihak

lain untuk menyediakan barang disebut Salam parallel, diaplikasikan dalam produksi agribisnis atau

industri sejenis lainnya.

Akad Salam dipakai oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan/penyaluran

dana bagi sektor pertanian (termasuk didalamnya perkebunan, peternakan dan perikanan) dengan cara

melakukan pemesanan pembelian dengan pembayaran sekaligus di muka.

a. Landasan Syariah

“Barang siapa melakukan salaf (Salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas, untuk

jangka waktu yang diketahui” (HR Bukhari, Sahih Al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr,1955, hal.36).
b. Rukun Salam

- Pihak yang berakad:

1) Pembeli/pemesan (muslam).

2) Penjual (muslam ilaih).

- Obyek yang diakadkan:

1) Barang yang diSalamkan (muslam fih).

2) Harga/modal Salam (ra’sul maal as-Salam).

- Akad/shighot:

1) Serah (ijab).

2) Terima (qabul).

4. Ijarah

Ijarah adalah akad antara Bank (Muajjir = yang menye-wakan) dengan nasabah (Musta’jir) sebagai

penyewa suatu barang milik Bank dan Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya.

Obyek kontrak dalam Ijarah adalah manfaat dari penggunaan asset, bukan asset itu sendiri. Apabila

nasabah/penyewa diberi opsi untuk memiliki barang yang disewakan tersebut pada saat sewa selesai,

kontrak ini disebut al-Ijarah wa Iqtina’ atau al-Ijarah Mutahiyah bi Tamlik dimana akad sewa yang

terjadi antara Bank (sebagai pemilik barang) dengan nasabah (sebagai penyewa) dengan cicilan

sewanya sudah termasuk cicilan pokok harga barang.

a. Landasan Syariah

- “….Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. Ber-taqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2] 233).

- Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja

(pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)

adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”(QS. Al-Qashash [28[:26).

b. Rukun Ijarah

- Pemilik barang/bank (Mu’ajjir) dan penyewa/nasabah (Musta’jir).


- Barang/obyek (Ma’jur) yang disewakan dan tidak termasuk kategori haram.

1. Manfaat barang dan sewa.

2. Manfaat jasa dan upah.

- Harga sewa (Ujrah) yang disepakati dan harus terukur.

- Ijab Qabul/akad perjanjian (Sighat).

5. Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)

Akad sewa menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek

sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa baik dengan jual beli atau

pemberian (hibah) pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

6. Ijarah Multijasa

Pembiayaan Ijarah Multijasa adalah pembiayaan dimana bank memberikan pembiayaan kepada nasabah

dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa, dalam pembiayaan Ijarah Multijasa tersebut bank dapat

memperoleh imbalan jasa/ujrah atau fee. Besarnya uang ujrah/fee harus disepakati di awal dan

dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase. Pembiayaan Ijarah Multijasa

diperuntukan untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

a. Landasan Syariah

Boleh melakukan akad Ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan.. karena keperluan

terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas benda

dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh pula akad Ijarah atas manfaat .”

(Kitab al-Muhadzdzab Juz I Kitab al-Ijarah hal.394).

7. Mudharabah

Menurut Bahasa Mudharabah berasal dari kata (‫)الضرب‬, artinya adalah bepergian atau berjalan (QS

Al-Muzammil/73:20).

Menurut Istilah:

‫عقدعلئ الشركح فئ الرتح تمال من احد الجانثين وعمل من االخر‬


Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta dan pihak lain pemilik jasa (Al-Jaziri, 1969:35).

Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk

melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung (profit

sharing) atau metode bagi pendapatan (net revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan

nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Akad Mudharabah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi

nasabah yang memiliki keahlian dan ketrampilan guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara

melakukan investasi bagi usaha atau proyek yang bersangkutan.

Mudharabah terdapat dua jenis:

- Muqoyyadah – jika investor memberikan persyaratan dan ketentuan yang mengikat terhadap

pelaksanaan investasi di lapangan.

- Muthlaqoh – jika investor tidak memberikan persyaratan dan ketentuan tambahan yang mengikat.

a. Landasan Syariah

- Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah (QS Al-Muzammil

/73:20).

- Tiga perkara didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara tangguh,

muqaradah (nama lain Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan

rumah bukan untuk dijual" (HR Ibnu Majah dari Shuhaib).

- Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah, ia mensyaratkan

kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak

membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharrib) harus menanggung

resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau

membenarkannya (HR Thabrani dari Ibnu Abbas).

b. Rukun Mudharabah

a. Pemodal/investor: Yang menyerahkan barang/ dana/uang/modal;

b. Pengelola: Yang mengelola barang/dana/uang/modal yang diterima dari pemodal.;


c. Barang/dana/uang/modal;

d. Akad Mudharabah, yang dilakukan oleh shahibul maal dan mudharib;

e. Amal, yaitu pekerjaan yang akan dibiayai ;

f. Nisbah Keuntungan.

8. Musyarakah

Menurut Bahasa Musyarakah adalah percampuran (‫( )االحطالج‬Taqiyudin, t.th:208). Yang dimaksud

percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak

mungkin dibedakan (al-Jaziri,1969:63).

Menurut Istilah:

‫عقد تين المشـاركـين في رأس المـال والرتح‬

Akad antara dua orang bersyarikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan" (Sabiq, 1977:294).

Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha di mana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2001:90).

Akad Musyarakah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi

nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal bagi usaha

atau proyek yang bersangkutan.

a. Landasan Syariah

- Maka mereka berserikat pada 1/3 (QS An Nisaa/4:12)

- Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat

zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan

amat sedikitlah mereka ini (QS Shaad/38:24).

- Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat

selama salah satunya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Jika terjadi penghianatan, maka aku

akan keluar dari mereka. (HR Abu Daud)


b. Rukun Musyarakah

- Shigat (ucapan): Ijab dan Qabul (penawaran dan penerimaan);

- Pihak yang berkontrak/berakad: (‫ )صاحة المال‬dan pelaksana (‫)مشارك‬

- Obyek kesepakatan/kontrak: modal dan kerja.

9. QARD

Qardh adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) selama jangka waktu tertentu

dan dikembalikan dalam jumlah yang sama (tanpa imbalan) pada saat jatuh tempo. Dari definisi

tersebut dapat dijelaskan bahwa pembiayaan Qardh adalah merupakan akad pinjaman oleh Bank kepada

pihak nasabah untuk dikembalikan dengan jumlah yang sama tanpa memberi tambahan berupa imbalan

dalam bentuk apapun. Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan

bersama) dan pembayarannya bisa dilaku-kan secara angsuran ataupun sekaligus (jatuh tempo).

Tujuan pemberian failitas Qardh harus jelas dan sangat diharapkan tidak terjadi penyimpangan dalam

penggunaannya, serta sesuai pula dengan kondisi real (bukan dibuat-buat).

Sifat Qardh tidak memberi keuntungan finan-sial. Karena itu, pendanaan Qardh dapat diambil menurut

kategori berikut:

- Al-Qardhul Hasan: Untuk usaha sangat kecil dan keperluan sosial, bersumber dari dana infaq dan

shadaqah.

- Qard untuk dana talangan diambil dari modal dan keuntungan bank

a. Landasan Syariah

- Dan jika ia (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia ber-

kelapangan ….”(QS. Al-Baqarah [2]:280)

- Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan

kesulitannya dihari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka)

menolong saudaranya.” (HR. Muslim).


- Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran hutangnya”

(HR. Bukhari)

- “Setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang berpiutang, muqridh) adalah riba.”

b. Rukun Qard

- Peminjam (Muqtaridh)

- Pemberi pinjaman (Muqridh)

- Jumlah dana (Qardh)

- Ijab Qabul (Shigat)

Anda mungkin juga menyukai