Oleh :
Abstract
Non-bank financial institutions are all entities that carry out activities in the financial
sector, which directly or indirectly raise funds, especially by issuing valuable paper and
distributing them to the community, especially to finance company investments. Or it can also be
interpreted as a business entity that carries out activities in the financial sector, directly or
indirectly, collecting funds from the community and channeling it back to the community for
productive activities.
Abstrak
Lembaga keuangan non bank merupakan semua badan yang melakukan kegiatan dibidang
keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengen jalan
mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan dalam masyarakat terutama guna membiayai
investasi perusahaa. Atau dapat juga diartikan sebagai badan usaha yang melalukan kegiatan
dibidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif.
Pengertian gadai dalam KUH Perdata Gadai (rahn) menurut Fatwa DSN
pasal 1150 yaitu: “Gadai adalah suatu hak Syariah Nasional Nomor:
yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu 25/DSNMUI/III/2002 adalah menahan
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya barang sebagai jaminan atas hutangnya,
oleh seseorang yang berutang atau oleh orang dimana besar biaya pemeliharaan dan
lain atas namanya dan yang memberikan penyimpanan marhu>n tidak boleh
kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
mengambil pelunasan dari barang tersebut Yang dimaksud yaitu menjadikan suatu
secara didahulukan daripada orang-orang benda berharga yang ada nilainya (benda
yang berpiutang lainnya, dengan kekecualian tersebut tidak harus sama besar harga jual
biaya untuk melelang barang tersebut dan dengan besar pinjamannya) sebagai
biaya yang dikeluarkan untuk tanggungan atas hutang untuk menciptakan
menyelamatkan setelah barang itu rasa aman dan kepercayaan seorang yang
memberi hutang dan yang berhutang, dengan Dasar hukum yang menjadi inspirasi gadai
ketentuan barang jaminan tersebut akan syariah adalah ayat-ayat Al-Qur‟an dan
diserahkan oleh murtahin dan bisa diambil Hadits Nabi Muhammad SAW, ijma‟ ulama
sampai ra>hin bisa melunasi hutangnya. dan fatwa MUI.
Apabila jatuh tempo pengembalian uang,
a. Al Quran surat Al Baqarah ayat 283.
akan tetapi ra>hin tidak bisa melunasi
hutangnya maka barang jaminan tersebut bisa ضة َ ع ٰلى
َ سفَر َّولَم ت َِجدوا كَاتِبًا فَ ِر ٰهن َّمقبو َ َواِن كنتم
dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai ِ َّفَاِن اَمِ نَ َبعضكم َبعضًا فَلي َؤ ِد ا َّلذِى اؤتمِ نَ ا َ َمانَـت َه َول َيت
ق
syariah. Yang mana hasil penjualan marhu>n ش َهادَة َ َو َمن يَّكتم َها فَ ِانَّه ٰاثِم َّ ّللا َربَّه َو َل ت َكتموا ال
َٰ
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum “Jika kamu dalam perjalanan (dan
dibayar serta biaya penjualan. Adapun bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kelebihan hasil penjualan menjadi milik kamu tidak memperoleh seorang penulis,
ra>hin dan kekurangan menjadi kewajiaban maka hendaklah ada barang tanggungan
rahin yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
Tujuan dari gadai sendiri adalah tetapi jika sebagian kamu mempercayai
untuk memudahkan dalam pijam memijam sebagian yang lain, maka hendaklah yang
comtoh kecilnya ketika dalam perjalan dan dipercayai itu menunaikan amanatnya
lupa membawa uang disitulah kita bisa (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
meminjamkan uang dengan cara kepada Allah Tuhannya dan janganlah kamu
mengadaikan sesuatu yang sudah jelas milik (para saksi) menyembunyikan persaksian.
kita kepada seseorang. Dalam agama islam Dan barangsiapa yang menyembunyikannya,
membarikan perlindungan secra asil atas diri maka sesungguhnya ia adalah orang yang
yang berhutang dan yang memberikan berdosa hatinya dan Allah Maha Mengetahui
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Surat Al-Baqarah
(2): 283, CV. Penerbit Diponegoro, Bandung, 2005.
masing-masing pihak, sehingga penerima Nabi Muhammad SAW yang
gadai (murtahin) meyakini bahwa pemberi menggadaikan baju besinya untuk
gadai (rahin) beritikad baik untuk mendapatkan makanan dari seorang
mengembalikan pinjamannya (marhun bih) Yahudi. Para ulama juga mengambil
dengan cara menggadaikan barang atu benda indikasi dari contoh Nabi Muhammad
yang dimilikinya (marhun), serta tidak SAW tersebut, ketika beliau beralih dari
melalaikan waktu pengembalian utangnya yang biasanya bertransaksi kepada para
itu. sahabat yang kaya kepada seorang
yahudi, bahwa hal itu tidak lebih sebagai
b. Hadits Nabi
sikap Nabi Muhammad SAW yang tidak
Hadits Riwayat Aisyah Radhiyallahu ‘anhu. mau memberatkan para sahabat yang
عن عائشة قالت اشترى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من biasanya enggan mengambil ganti
يهودي طعاما و رهنه درعا من هديد ataupun harga yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada mereka .3
“Rasulullah saw. pernah membeli makanan
d. Fatwa DSNI
dari seorang Yahudi dengan cara
Fatwa DSN-MUI juga dapat
menangguhkan pembayarannya, lalu beliau
dijadikan sebagai rujukan dalam
menyerahkan baju besi beliau sebagai
melakukan transaksi gadai, diantaranya
jaminan”. (Shahih Muslim) 2
Fatwa Dewan Syariah Nasional
Dari hadits diatas dapat dipahami, bahwa No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang
bermuamallah dibenarkan juga bila Rahn; Fatwa Dewan Syariah Nasional
dilakukan dengan orang yang non muslim No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
dan juga harus barang jaminan, agar tidak ada Emas; dan Fatwa Dewan Syariah
kekhawatiran bagi yang memberikan Nasional No. 68/DSN-MUI/III/2008
pinjaman atau hutang. tentang Rahn Tasjily. Fatwa ini dijadikan
rujukan yang berlaku umum dan
c. Ijma’ Ulama
mengikat bagi masyarakat yang
Jumhur ulama menyepakati
bertransaksi di pegadaian Syariah
kebolehan status hukum gadai. Hal
dimaksudkan berdasarkan pada kisah
2 3
Al-Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, (Bandung: Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, 2008.
Jabal, 2013, No.970, Cet.2) h.372
dengan tetap memperhatikan ketentuan- untuk segera melunasi
ketentuan berikut. utangnya.
1. Murtahin (penerima barang) b. Apabila rahn tetap tidak dapat
mempunyai hak untuk menahan melunasi utangnya, maka
marhun (barang) sampai semua marhun dijual paksa/dieksekusi
utang rahn (yang menyerahkan melalui lelang sesuai syariah.
barang) dilunasi. c. Hasil penjulan marhun
2. Marhun dan manfaatnya tetap digunakan untuk melunasi
menjadi milik rahn. Pada utang, biaya pemeliharaan dan
prinsipnya, marhun tidak boleh penyimpanan yang belum
dimanfaatkan oleh murtahin kecuali dibayar serta biaya penjualan.
seizin rahn, dengan tidak d. Kelebihan hasil penjualan
mengurangi nilai marhun dan menjadi milik rahn dan
pemanfaatannya itu sekadar kekurangannya menjadi
pengganti biaya pemeliharaan dan kewajiban rahn. 4
perawatannya.
Kedudukan Sistem Pegadaian Syariah
3. Pemeliharaan dan penyimpanan
dalam Sistem Hukum di Indonesia
marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban rahn, namun dapat Salah satu persoalan mendasar
sedangkan biaya dan pemeliharaan Indonesia adalah belum adanya regulasi yang
4
Andri Soemitra, Op.cit., Hlm: 390-391
ini terdiri dari enam pasal dan enam ayat. kedudukan sistem Pegadaian Syariah tidak
Sedangkan Pasal yang mengaturPegadaian lain merupakan bagian integral dari system
Syariah hanya terdapat pada Pasal 2 ayat (1) pegadaian nasional yang berlaku di
yang berbunyi: Indonesia. Konsekuensi dari kedudukan
sistem Pegadaian Syariah dalam
“Maksud dan tujuan pegadaian
operasionalnya harus tunduk pada PP di atas,
adalah untuk melakukan usaha di bidang
selain harus tunduk pada ketentuan fatwa-
gadai dan fidusia, baik secara konvensional
fatwa di bidang gadai syariah itu sendiri, ia
maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang
juga harus tunduk pada segala aturan umum
keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
yang menjadi landasan hukum bagi sebuah
perundang-undangan terutama untuk
perusahaan gadai.Pengecualian bisa terjadi
masyarakat, dan usaha menengah, serta
apabila secara khusus ditentukan oleh
optimalisasi pemanfaatan sumber daya
peraturan perundang-undangan gadai
Perseroan dengan menerapkan prinsip
tersebut.
Perseroan Terbatas (PT).”
Beberapa kali perubahan bentuk
Dari ketentuan di atas, dapat
badan hukum pegadaian ini menunjukkan
dipahami bahwa suatu pegadaian dalam
adanya dinamika dalam perkembangan usaha
melaksanakan kegiatan usahanya selain dapat
gadai di Indonesia. Tonggak awal perubahan
dilakukan secara konvensional, juga dapat
tersebut dimulai sejak dikeluarkannya PP
dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
No.10 Tahun 1990, Pasal 3 menyatakan
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan PP
bahwa pegadaian merupakan badan usaha
tersebut, suatu pegadaian, dalam hal
tunggal yang diberi wewenang untuk
menjalankan fungsinya atau melaksanakan
menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai.
kegiatan usahanya ada dua pilihan, yakni
Meskipun dalam PP tersebut di atas
dapat dilakukan secara konvensional (sistem
dinyatakan badan usaha tungggal, namun
bunga) dan/atau berdasarkan prinsip syariah.
dilihat dari praktiknya di masyarakat, gadai
Dengan diakuinya keberadaan berdasarkan KUHPerdatasaat ini telah
pegadaian yang beroperasi berdasarkan berkembang menjadi PegadaianSyariah
prinsip syariah, maka dengan sendirinya berdasarkan PP No.51 Tahun 2011 dan
dalam sistem pegadaian nasional terdapat dua berdasarkan pada fatwa DSN-MUI. Lebih
sistem pegadaian sekaligus. Sekarang, dari itu, usaha gadai emas telah dilakukan
secara terbuka oleh lembaga keuangan sebagai dasar pengembanganPegadaian
lainnya seperti Perbankan Syariah, BPRS, Syariah cukup kuat bila ditinjau dari hierarki
Koperasi Syariah. Dengan demikian, perundang-undangan? Hal ini karena PP
persaingan dalam bisnis gadai syariah mulai No.51 Tahun 2011secara tata perundang-
terbuka, baik yang bersifat suplementer yaitu undangan kedudukan hukumnya berada di
berupa jaminan tambahan maupun yang bawah undang-undang. Menurut Ismail
berupa transaksi tunggal .5 Sunny, sekilas posisi PP berada di bawah
undang-undang, namun kedudukan
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka
hukumnya dinilai cukup kuat. Hal ini
keberadaan PP No.51 Tahun 2011 sebagai
didasarkan pada kenyataan bahwa dalam
regulasi yang mengatur kegiatan usaha gadai
praktik penyelenggaraan pemerintahan,
syariah di Indonesia sedikit lebih maju bila
Presiden sebagai kepala pemerintahan sering
dibandingkan dengan PP No.103 Tahun 2000
mengeluarkan PP .6
tentang Perum Pegadaian yang belum
menyatakan secara tegas mengenai posisi Hamid S. Attamimi, Guru Besar dan
Pegadaian Syariah. Walau begitu, Ahli Hukum Tata Negara Universitas
perkembangan hukum di bidang gadai Indonesia menyatakan bahwa untuk
syariah masih jauh berada di bawah mengetahui kedudukan hukum suatu
perbankan syariah terutama dari sisi lembaga tersebut kuat atau tidak, dapat
perangkat hukumnya. Oleh sebab itu, perlu dilihat padahierarki perundang-undangan
adanya usulan yang mengarah kepada negara Republik Indonesia yang berturut-
penguatan gadai syariah secara hukum dalam turut dan berjenjang dari atas ke bawah(A.
UU atau PP yang khusus mengatur gadai Hamid S. Attamimi, 1999: 286-290). Tata
syariah berdasarkan prinsip syariah. urut perudangundangan dimaksud merujuk
pada Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 201
Sebagaimana dijelaskan di atas
tentang Pembentukan Perundang-Undangan
bahwa kedudukan sistem Pegadaian Syariah
sebagai berikut: (1) Undang-Undang Dasar
tidak lain merupakan bagian integral dari
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2)
sistem pegadaian nasional yang berlaku saat
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
ini.Permasalahan selanjutnya adalah apakah
(3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
kedudukan hukum PP No.51 Tahun 2011
5 6
Laporan Akhir Tim Naskah Akademik, 2011: 42 Ismail Sunny dalam buku Abdurrahman, 1992: 23
Pengganti Undang-Undang; (4) Peraturan pelaksanaannya lebih mengacu kepada
Pemerintah; (5) Peraturan Daerah Provinsi; sistem hukum perdata barat. Perbedaan
dan (6) Peraturan Daerah antara Pegadaian Konvensional dan
Kabupaten/Kota(UU No.12 Tahun 2011 Pegadaian Syariah secara signifikan tampak
tentang Pembentukan Peraturan Perundang- pada sistem operasionalnya, yakni dimana
Undangan .7 Pegadaian Konvensional mengenakan bunga
pinjaman sedangkan Pegadaian Syariah
Dengan demikian, kedudukan
menggunakan pendekatan bagi hasil
peraturan perundang-undangan Pegadaian
(mudharabah) atau fee based income, dan
Syariah di Indonesia cukup kuat karena telah
menggunakan sistem ijarah (biaya
diatur dalam bentuk PP dan dilegitimasi oleh
penitipan/penyimpanan barang).
pemerintah dan lembaga lainnya dalam
bentuk fatwa DSN-MUI. Namun demikian, Selain itu dalam pelaksanaannya
dinilai belum memadai sehingga status ternyata Pegadaian Syariah tidak hanya
hukumnya masih perlu ditingkatkan, untuk diminati oleh kalangan orang-orang muslim
itu para praktisi maupun para ahli di bidang saja, tetapi Pegadaian Syariah ini juga
Pegadaian Syariah mengharapkan adanya diminati oleh kalangan non muslim, kendati
UU yang secara khusus mengatur tentang mereka tidak tahu apa sebenarnya persamaan
Pegadaian Syariah. dan perbedaan antara gadai syariah dan
konvensional.
7
Lembaran Negara Tahun 2011
No.53diakses pada 3 Mei 2012.
resiko penurunan nilai aset yang ditahan atau sedangkan subjek dalam gadai syariah
rusak. disebut dengan Rahin (pemberi barang
jaminan) dan murtahin (penerima barang
Adapun yang menjadi perbedaan
jaminan).
antara gadai konvensional dengan gadai
syariah adalah sebagai berikut : Dalam transaksi gadai konvensional,
bukti perjanjiannya disebut dengan Surat
1. Dari segi prinsip, gadai konvensional
Bukti Kredit (SBK), sedangkan dalam
menggunakan prinsip berdasarkan
transaksi gadai syariah disebut dengan Surat
pada hukum perdata sedangkan gadai
Bukti Rahn (SBR).
syariah/arrahn menggunakan prinsip
berdasarkan hukum Islam. Hanya terdapat satu perjanjian kredit
2. Dari sumber hukum, gadai pada gadai konvensional, sebab perjanjian
konvensional merujuk kepada gadai hanya merupakan suatu perjanjian
KUHPerdata, sedangkan gadai accesoir (perjanjian tambahan) dimana
syariah bersumber pada Alquran, kedudukan perjanjian pokok lebih tinggi
Hadits, Ijtihad Ulama dan Fatwa dibandingkan dengan perjanjian tambahan,
Dewan Syariah Nasional. sedangkan untuk gadai syariah terdapat dua
akad yaitu akad rahn dan akad ijarah (jasa
Perbedaan pertama antara gadai
sewa tempat penitipan dan penyimpanan
syariah (rahn) dan gadai konvensional adalah
barang jaminan) dimana kedudukan kedua
landasan hukum. Kitab Undang-Undang
akad tersebut sejajar dan penting dalam gadai
Hukum Perdata pasal 1150- 1160 dijadikan
syariah.
sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan
gadai konvensional. Sedangkan Fatwa Dari segi keuntungan untuk
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama pegadaian, gadai konvensional memperoleh
Indonesia No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang keuntungan berupa sewa modal yang
rahn dan fatwa No. 46/DSN-MUI/III/2002 ditentukan berdasarkan besarnya nilai
tentang rahn emas dijadikan sebagai landasan pinjaman yang diminta oleh nasabah.
hukum dari transaksi gadai syariah. Sedangkan untuk gadai syariah, keuntungan
yang didapat seperti diatur oleh DSN yaitu
Subjek pelaksana gadai konvensional
memberlakukan biaya jasa simpan dan
disebut dengan debitur gadai (pemberi gadai)
pemeliharaan barang jaminan dari barang
dan kreditur gadai (penerima gadai),
yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai Pada gadai konvensional, pemberi
barang bukan dari jumlah pinjaman. gadai adalah debitur atau pihak III,
sedangkan pada rahn pemberi gadai juga
Secara garis besar, pelaksanaan
debitur. Penerima gadai pada pegadaian
prosedur tidak terdapat perbedaan antara
konvensional merupakan orang
gadai konvensional dengan gadai syariah.
perseorangan, begitu juga dengan rahn.
Perbedaan lebih akan terlihat jika telah
sampai pada hal kelebihan uang hasil lelang Persamaan antara rahn dan gadai juga
jika peminjam mengalami wanprestasi. dilihat dari segi pemanfaatan barang gadai,
Kelebihan uang hasil lelang yang tidak dimana rahn dan gadai konvensional sama-
diambil oleh nasabah dalam jangka waktu 1 sama tidak boleh mengambil manfaat barang
tahun sejak tanggal pelelangan barang yang digadaikan. Persamaan hak penerima
jaminan akan menjadi milik pegadaian dalam gadai antara rahn dan gadai konvensional
pelaksanaan gadai konvensional. Sedangkan adalah hak menjual/lelang untuk mengambil
untuk pelaksanaan gadai syariah, kelebihan pelunasan apabila waktu peminjaman uang
uang hasil lelang akan diberikan kepada telah habis.
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat
Mengenai hak pemberi gadai,
yang terakreditasi. Namun, jika uang hasil
persamaan rahn dan gadai adalah menerima
lelang tidak mencukupi untuk membayar
pengembalian uang sisa eksekusi, menerima
lunas hutang debitur ditambah biaya
ganti rugi kalau benda gadai rusak/hilang.
administrasi maka kekurangan ditanggung
Persamaan kewajiban pemberi gadai pada
oleh perusahaan, baik konvensional maupun
rahn dan gadai konvensional yaitu wajib
syariah .8
melunasi pinjaman yang telah diterimanya
Pegadaian konvensional dan dalam tenggang waktu yang telah ditentukan,
pegadaian syariah adalah sama-sama termasuk biaya-biaya yang ditentukan oleh
lembaga keuangan yang memberikan penerima gadai. Menjamin bahwa benda
pinjaman kepada masyarakat atas dasar gadai adalah milik pemberi gadai . 9
gadai.
Jadi, pada dasarnya konstruksi hukum
gadai syariah atau rahn identik dengan gadai
8 9
Anshori, 2005, hlm. 102 Suhaina, 2016, hlm. 7
konvensional, terdapat beberapa persamaan atau logam mulia seberat 15 gram.
diantaranya sama-sama lembaga keuangan Syaratnya, nasabah menyerahkan
yang memberikan pinjaman kepada fotokopi KTP dan memenuhi syarat
masyarakat atas dasar gadai. objek gadai sebagai pendaftar haji. Keunggulan
merupakan benda bergerak, tidak boleh produk ini adalah nasabah bisa
mengambil manfaat barang yang digadaikan, memperoleh tabungan haji yang
penerima gadai bisa menjual benda gadai langsung dapat digunakan untuk
(eksekusi) dalam hal debitur wanprestasi memperoleh nomor porsi haji.
untuk mengambil pelunasan dengan 3. Arrum BPKB
kewajiban mengembalikan uang jika ada sisa Mendapatkan modal untuk
dari hasil penjualan. pengembangan usaha mikro kini
semakin mudah. Salah satunya kita bisa
menggunakan layanan Arrum (Ar Rahn
Produk Pegadaian Syariah untuk Usaha Mikro). Produk satu ini
Indonesia semakin menjamur. Saat ini pinjaman uang dengan jaminan BPKB
perbankan mempunyai unit usaha yang Syaratnya, kamu harus sudah memiliki
identitas diri seperti KTP, SIM atau menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan
melayani penjualan emas batangan bukti identitas diri dan barang bergerak
kepada masyarakat. Produk ini bisa sebagai jaminan, uang pinjaman dapat
digunakan sebagai alternatif pilihan diperoleh dalam waktu yang tidak relatif
investasi buat masa depan. Kamu bisa lama (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun
menggunakan hasil investasi ini untuk untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup
bisa dibeli mulai dari 5 gram hingga 1 Sebagaimana halnya institusi yang berlabel
kilogram. Selain bisa dibeli tunai, emas syariah, maka landasan konsep pegadaian
batangan juga bisa di beli secara syariah juga mengacu kepada syariah Islam
angsuran. Untuk pembelian dengan yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadist
cara angsuran, Pegadaian ngasih Nabi SAW, juga dari ijma ulama dan
pilihan uang muka pembelian mulai diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah
10
Syarif Maulana, “8 Jenis ProdukPegadaian Syariah
Dijamin Anti Riba”, Abisgajian, diakses dari
Nasional Majelis Ulama Indonesia tentang berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar
rahn. yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian.
Setelah tahan ini, pegadaian syariah dan
Dari landasan syariah tersebut maka
nasabah melakukan akad dengan berbagai
mekanisme operasional pegadaian syariah
macam kesepakatan.
dapat digambarkan sebagai berikut: melalui
akad rahn, nasabah menyerahkan barang Jika nasabah sudah tidak mampu
bergerak dan kemudian pegadaian melunasi hutang atau hanya membayar jasa
menyimpan dan merawatnya di tempat yang simpan, maka pegadaian syariah melakukan
telah disediakan oleh pegadaian. Akibat yang eksekusi barang jaminan dengan cara dijual,
timbul dari proses penyimpanan adalah selisih antara nilai penjualan dengan pokok
timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan
investasi tempat penyimpanan, biaya uang kelebihan yang menjadi hak nasabah.
perawatan dan keseluruhan proses Nasabah diberi kesempatan selama satu
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi tahun untuk mengambil uang kelebihan, dan
pegadaian mengenakan biaya sewa kepada jika dalam satu tahun ternyata nasabah tidak
nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh mengambil uang tersebut, pegadaian syariah
kedua belah pihak. akan menyerahkan uang kelebihan kepada
Badan Amil Zakat .11
Untuk dapat memperoleh layanan
dari pegadaian syariah, masyarakat hanya
cukup menyerahkan harta geraknya (emas,
Gadai Syariah dan Gadai Konvensional
berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk
dititipkan disertai dengan copy tanda Pegadaian adalah lembaga keuangan
pengenal. Kemudian staf penaksir akan yang secara resmi mempunyai izin untuk
tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan berupa pembiayaan kredit kepada masyarakat
perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa dalam bentuk penyaluran dana dengan
simpan) dan plafon uang pinjaman yang jumlah yang relatif kecil maupun jumlah
dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan yang besar atas dasar gadai, juga sebagai jasa
11
Setiawan, I. (2014). Gadai Pada Pegadaian
Syariah. ADLIYA: Jurnal Hukum dan Kemanusiaan,
8(2), 185–210
titipan, jasa taksiran.Barang yang digadaikan 1. Terdapat barang berharga yang akan
harus memiliki nilai ekonomis sehingga digadaikan,
dapat di jadikan nilai taksiran oleh pihak 2. Nilai jumlah pinjaman tergantung
gadai. Pegadaian merupakan kegiatan nilai barang yang digadaikan,
menjamin barang-barang berharga untuk 3. Barang yang digadaikan dapat ditebus
memproleh uang dan barang yang kembali.
dijaminkan akan di tebus kembali oleh
nasabahnya sesuai perjanjian kedua belah
pihak (Kasmir, 2016:231). Landasan Hukum Gadai Konvensional
di tebus dan dapat di perpanjang waktu Indonesia nomor 178 tahun 1961
yang telah di tentukan. Namum, barang akan perkreditan dengan dasar hukum
pihak gadai akan memberikan sisa uang masyarakat adil dan makmur
juga pelaku usaha mikro kecil dan menengah hukum gadai dengan tanggungan
tunai serta akses pendanaan secara cepat, yang mudah, cepat, aman dan